Anda di halaman 1dari 216

LAPORAN RESMI

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

DI SUSUN OLEH :
DI SUSUN OLEH :
NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )
NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )
KELAS : 2B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


l TAHUN AJARAN 2019/2020
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah “Praktikum


Farmakognosi”

Disusun oleh :

Nama : Nurisma Amarilis Minarizma

NIM : F420185066

Program Studi : S1 Farmasi

Kudus, Oktober 2019

Mengetahui

Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II

(Eko Retnowati,M.Si.,M.Farm.,Apt) (Sitta Hasanatin Sholihah S.Farm.,Apt)


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FARMAKOGNOSI

“IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI MIKROSKOP”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

KELAS : 2B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI MIKROSKOP

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi amilum secara mikroskopis

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang melimpah akan


sumber daya alamnya salah satunya adalah bahan makanan. Kebutuhan manusia
akan hidup itu bergantung dengan apa yang dimakan untuk keberlangsungan
hidupnya. Di Indonesia, bahan makanan pokok yang biasa dimakan adalah beras,
jagung, sagu, dan kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut
berasal dari tumbuhan atau senyawa yang terkandung di dalamnya sebagian besar
adalah karbohidrat. Karbohidrat merupakan segolongan besar senyawa organik
yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam
tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan
makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi
pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).
Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi
karbohidrat. Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat berupa
senyawa-senyawa polisakarida yaitu amilum.

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam yaitu


sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi,daun,batang dan biji-
bijian(Poedjiadi,A.2009).
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada
kandungan pada tanaman.Amilum dihasilkan dari dalam daun. Daun hijau sebagai
wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesi. Amilum juga tersimpan
dalam bahan makanan candangan yangpermanen untuk tanman dalam biji,jari-jari
teras,kulit batang,kulitasam sehingga,batang akar tanaman menahun da umbi.
Amilum merupakan 50%-65% berat kering biji gandum 80% bahan kering umbi
kentang(Gunawan.2004).

Amilum dapat dihidrolis sempurna dengan menggunakan asam sehingga


menghsilkan glukosa. Hidrolis juga dapat dilkukan dengan bantuan enzim
emilase,dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas
terdapat emilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan oleh
enzim emilase,amilm diubah menjadi maltosa dalam bentuk
maltosa(Poedjiadi,A.2009).

Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan,


berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50
nm. Di alam, pati banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian
seperti kacang merah atau kacang hijau dan banyak juga terkandung dalam
berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi. Didalam berbagai
produk pangan, pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer molekul glukosa
yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer glukosa rantai
panjang yang tidak bercabang, sedangkan amilopektin merupakan polimer
glukosa dengan susunan yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa
dan amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan, dimana produk pangan
yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan semakin mudah untuk dicerna.
Penampang amilum pada berbagai tanaman tentu berbeda-beda. Karena itu, pada
praktikum kali ini akan membahas tentang perbedaan jenis amilum pada
tumbuhan, seperti amilum pada kentang (Solanum tuberosum), amilum pada beras
(Oryza sativa), amilum pada jagung (Zea mays), dan amilum pada singkong
(Manihot utilissima).
III. ALAT DAN BAHAN

• Alat

Beaker glass 100 ml (4)

Sendok tanduk (1)

Timbangan analitik (1)

Gelas ukur 100ml (1)

Sendok tanduk (1)

Pipet tetes (1)

Gelas ukur 10ml (1)

Tabung reaksi (4)

Rak tabung reaksi (1)

Stampel qs

Mikroskop (1)

Pembakar spirtus (1)

Penjepit (1)

Kaca Objek (4)

Deg glass (4)


• Bahan

1) Beras (Oryza sativa)

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Monokotiledoneae

Ordo : Poales

Famili : Graminae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

2) Jagung (Zea mays)

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Monokotiledoneae

Ordo : Graminae

Famili : Maydeae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

3) Kentang (Solanum tuberosum)

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta
Class : Angiospermae

Subclass : Dicotiledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L.

4) Ketela ( Manihot utilissima)

Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan

Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji

Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup

Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima

• Pereaksi yang digunakan

1. Aquadest

2. Larutan iodium
VI. PROSEDUR KERJA

A. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodium

Siapkan alat dan bahan

Timbang 1gr amilum


A.

Larutkan masing-masing amilum


dengan aquadest 100 ml

Setelah dilarutkan dengan


aquadest,ambil 2 ml masing-
masing amilum

Masukan 2 ml amilum ditabung


reaksi

Tetesi 3 tetes iodium

Amati dan catat perubahan warna


yang terjadi
B. Pemeriksaan amilum secara mikroskopik

Ambil sedikit amilum(secukupnya)

Letakan diatas gelas obyek

Tetesi dengan aquadest secukupnya

Tutup dengan gelas penutup

Panaskan diatas lampu spiritus

Amati dibawah mikroskop dengan


pembesar 10 dan 40

Analisis bentuk amilum


V. HASIL PENGAMATAN

a. Amilum dengan Larutan Iodin

Amilum Oryzae ditambah larutan iodin warna yang dihasilkan coklat pekat

Amilum Manihot ditambah larutan iodin warna yang dihasilkan coklat pekat

Amilum mydis ditambah larutan iodin warna yang dihasilkan coklat pekat
Amilum Solani ditambah larutan iodin warna yang dihasilkan coklat

b. Pemeriksaan Amilum secara mikroskopis

- Amilum Manihot

Tanaman Asal : Manihot utilissima

Famili : Euphorbiaceae

Butir tunggal, agak bulat/bersegi banyak. Hilus di tengah berupa titik,


garis lurus/bercabang 3. Lamella tidak jelas, konsentris. Butir majemuk
sedikit, terdiri dari 2/3 butir tunggal bentuk tidak sama.

 Amilum Maydis
Butir bersegi banyak, bersudut atau butir bulat. Hilus di tengah berupa
rongga yang nyata dan celah berjumlah 2-5. Tidak ada lamella.

 Amilum Oryzae

Tanaman Asal : Oryza sativa


Famili : Poaceae
Butir bersegi banyak, tunggal/majemuk bentuk bulat telur. Hilus di
tengah tidak terlihat jelas. Tidak ada lamella.
 Amilum Solani

Tanaman Asal : Solanum tuberosum


Famili : Solanaceae
Butir tunggal, tidak beraturan atau bulat telur. Butir majemuk jarang,
terdiri 2-4. Hilus berupa titik pada ujung yang sempit. Lamella
konsentris jelas.

VI. PEMBAHASAN

Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat


yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan
pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan
mineral. Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian
atau ekstrak yang tentu tidak akan bisa dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya
mengandalkan mata. Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin
berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika.

Amylum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu


sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian.
Amylum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
Amilosa: Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4
glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka. Amilopektin:Terdiri atas
molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan
sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan
terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena
terdiri atas lebih 1000 unit glukosa.

Amylum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian
yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amylum oleh asam mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif. Amylum
dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air
ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang
bekerja terhadap amylum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase,
amylum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltose.

Identifikasi amilum secara mikroskopis dan secara kimiawi. Sampel yang


digunakan pada percobaan kali ini adalah amilum - amilum yang diamati yaitu
amilum beras (Oryza sativa), amilum ketela (Manihot utilissima),amilum kentang
(Solanum tuberosum) dan amilum jagung (Zea mays).

Identifikasi secara kimiawi kandungan amilum bertujuan untuk


mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam sampel yakni dengan cara uji
iodin. Pada uji ini sampel yang mengandung amilum akan berubah warna menjadi
coklat atau coklat pekat yang menandakan lebih banyak amilum.

Identifikasi amilum secara mikroskopis bertujuan agar kita lebih


mengetahui bentuk-bentuk yang khas dari masing-masing amilum pada sampel
sehingga kedepannya akan lebih memudahkan praktikan dalam membuat sediaan
farmasi.

Amylum Jagung (Zea mays) adalah pati yang diperoleh dari biji zea mays L.
(familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik
yaitu berupa butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 µm sampai 23 µm atau butir
bulat dengan diameter 25 µm sampai 32 µm, hilus ditengah berupa rongga yang
nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5, tidak ada lamella. Jika diamati dibawah
cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
Untuk identifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot.

Amylum oryzae (pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza
sativa L. (familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara
mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5 µm, tunggal
atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm sampai 20 µm. hilus di tengah
tidak terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris. Jika diamati dibawah cahaya
terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.

Amylum solani (pati kentang) adalah pati yang diperoleh dari umbi
solanum tuberosum (familia Solanaceae).Yang berupa serbuk sangat halus dan
putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat
telur ukuran 30 µm sampai 100 µm, atau membulat ukuran 10 µm sampai 35 µm,
butir majemuk jarang, terdiri dari 2 sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang
sempit dengan lamella konsentris jelas terlihat, jika diamati dibawah cahaya
terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus.

Hasil yang diperoleh pada praktikum ini disediakan 4 macam larutan


amilum, yaitu : pati jagung, pati beras, pati kentang, dan pati ketela. Keempat
larutan pati tersebut masing-masing diberi dengan tiga tetes larutan iodium.
Tujuan dari penambahan larutan iodium adalah untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya amilum dalam larutan tersebut yang dapat diketahui dengan adanya
perubahan warna. Kondisi larutan setelah ditetesi iodium yaitu terdapat perubahan
warna pada keempat sampel dari sebelumnya yang tidak berwarna atau jernih.
Pati jagung,Pati beras,Pati ketela berubah menjadi kecoklatan. Pati Kentang
berubah menjadi lebih pekat kecoklatannya. Hal ini menunjukkan bahwa masih
terdapat amilum dalam keempat larutan pati tersebut, namun pati kentang amilum
terkandung didalamnya lebih banyak.

Pada industri farmasi amilum mempunyai banyak bermanfaat, diantaranya


amilum biasa digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet,
bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat
diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dan amilum
gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Amilum solani memiliki amilum tunggal, tidak beraturan atau bulat telur. Butir
majemuk jarang, terdiri 2-4. Hilus berupa titik pada ujung yang sempit.

Amilum oryzae, butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat. Hilus
di tengah tidak terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris.
Amilum maydis, butir bersegi banyak, tunggal/majemuk bentuk bulat telur. Hilus
di tengah tidak terlihat jelas. Tidak ada lamella.

Amilum manihot, umbuhan jenis umbi akar atau akar pohon yang panjang fisik
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.

Keempat sampel mengandung amilum, dan yang paling banyak amilumnya yaitu
pati kentang, karena warna akhir yang dihasilkan lebih pekat.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi.2009.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta:Universitas Indonesia Press

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. DepKes RI, Jakarta.

Gunawan,D.,Mulyani,S.2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta:


Penebar Swadaya

Anwar, E. et al.2004. Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien


dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom.Yogyakarta: Gajah Mada University
Press

Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Adam,M.,Hasan,H.2011. Penuntun Praktikum Farmakognos. Gorontalo:


Universitas Negeri Gorontalo

IX. LAMPIRAN

Amilum oryzae perbesaran 10 amilum manihot perbesaran 10


Amilum maydis perbesaran 40 Amilum oryzae perbesaran 40

Amilum solani perebesaran 5 Amilum solani perbesaran 10

Amilum solani perbesaran 40 penimbangan amilum kentang


Amilum yang sudah dilarutkan aquadest

Menetesi amilum dengan aquadest

Pemanasan amilum diatas bunsen


Siapkan alat dan bahan pelarutan amilum dengan aquadest

Penimbangan bahan
setelah semua amilum dilarutkan

Sebelum uji flavonoid,fenol,saponin,alkaloid

Setelah uji flavonoid,fenol,alkaloid dan


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIS”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

KELAS : 2B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB II

PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIS

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pembuatan simplisia

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi simplisia secara makroskopis


dan mikroskopis

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat


didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita
lihat bahwa sebagian dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan,
sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat
dimanfaatkan sebagai obat-obatan.

Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya


kefarmasi harus semakin mengenal tentang apa yang terkandung dalam tanaman
khususnya simplisia yang dapat dijadikan sebagai obat dan akan memiliki nilai
guna dalam kehidupan. Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin
berkembang.

Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang


bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang
telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan
uji biofarmasetika. Farmakognosi juga sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan
kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan
dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum
Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan
organoleptis yang seharusnya juga mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian
setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan
dilanjutkan ke arah sintesa. Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan
laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan
menentukan sistematikanya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika
bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan
disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau yang disebut dengan
simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang


belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain. Simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan
berkhasiat obat merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan
obat digunakan dalam kurun waktu yang cukup lama hampir di seluruh dunia. Di
Indonesia obat tradisional yang berasal dari tumbuhan berupa simplisia dan jamu
yang dimanfaatkan sebagai obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Praktikum ini dilakukan untuk mengamati struktur dari tumbuhan berkhasiat obat
secara mikroskopik sebagai salah satu parameter pengujian mutu simplisia yang
harus dipenuhi. Dalam rangka pengawasan mutu tersebut pemeriksaan
mikroskopik berguna sebagai alat identifikasi untuk memastikan kebenaran
keberadaan simplisia yang terdapat dalam suatu sediian obat.

Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia


pelikan atau mineral.

1. Simplisia nabati : berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau


eksudat. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.
2. Simplisia hewani : berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia pelican : berupa mineral yang belum diolah atau telah


diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun


kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk
dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara
lain adalah:

1. Bahan baku simplisia.

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan


baku simplisia.

3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

Proses pembuatan simplisia merupakan proses tindak lanjut setelah bahan


baku simplisia selesai dipanen, sehingga sering disebut proses pasca panen. Pasca
panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau
hasil dari penambangan alam yang berfungsi untuk membuat bahan hasil panen
tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk
proses selanjutnya.

Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:

1. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain


tergantung pada:

- Bagian tanaman yang digunakan

- Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen

- Waktu panen

- Lingkungan tempat tumbuh


2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-


bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang

2. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya


yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang
mengali

3. Perajangan

Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses


perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

4. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak


mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama

5. Sortasi kering

Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-


pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

6. Pengepakan dan penyimpanan

Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar
dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan
air, pengotoran, serangga dan kapang.
III. Alat dan Bahan

 Alat

1. Gelas obyek

2. Gelas penutup

3. Mikroskop

4. Pipet tetes

5. Lampu spiritus

6. Penjepit

7. Tabung reaksi

8. Kertas dan pesil

 Preaksi
- Aquadest
 Bahan

Simplisia Daun

1. Daun Digitalis

2. Daun Teh

3. Daun Tempuyung

4. Daun Dewa

5. Daun Sambiloto

Simplisi kulit batang

1. Kulit kayu manis

2. Kulit kina
Simplisia akar

1. Akar kelembak

2. Akar ipekak

Simplisia rimpang

1. Rimpang jahe

2. Rimpang Temu lawak

3. Rimpang kunyit

- Bunga cengkeh
- Buah Pace
 KLASIFIKASI

1. DIGITALIS FOLIUM (daun digitalis)

Nama Lain : Daun digitalis / Daun jari

Nama Tanaman Asal : Digitalis purpurea (L)

Keluarga : Scrophulariaceae

Penggunaan : Kardiatonika

Pemerian : Bau lemah rasa pahit

Bagian yang digunakan :Daun (bentuk melebar)

Sediaan : Digitalis Pulvis, Digitalis Compressi,


Digitoxinum, Digitoxini Compressi, Digitoxini Injectio

Kegunaan secara empiris : untuk obat penyakit jantung,terutama digoksin


yang diekstraksi dari tanaman ini.

2. THEAE FOLIUM (daun teh)

Nama lain :Daun Teh.

Nama tanaman asal : Camellia sinensis ( L ) O.K. yang disebut


juga Thea sinensis.

Keluarga : Theaceae.

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Coffein, tanin dan sedikit minya atsiri.

Penggunaan : Anti dotum, keracunan alkaloida & logam-


logam berat, Analeptik, stimulansia.

Pemerian : Tidak berbau,tidak berasa, lama kelamaan


kelat

Bagian Yang Digunakan : Daun


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Sonchus arvensis (daun tempuyung)

Nama Lain :Daun tempuyung

Nama tanaman asal :Sonchus arvensis ( L )

Keluarga : Asteraceae

Zat berkhasiat utama/ Isi : Kalium,silikat

Penggunaan : Deuretika

Pemerian : Bau lemah,rasa agak kelat

Bagian yang digunakan :Daun

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

4. Gynura procumbens (Daun dewa)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Gynura

Spesies : Gynura divaricata (L.) DC.


5. CINNAMOMI CORTEX(kulit kayu manis)

Nama lain : Kulit Kayumanis, Ceylon Cinnamon

Nama tanaman asal : Cinnamomum zeylanicum (BI)

Keluarga : Lauraceae

Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung egenol


sinamilaldehida, zat penyamak, pati, lendir

Penggunaan : Karminativa, menghangatkan lambung,


dicampur dengan adstringensia lainnya untuk obat mencret

Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas dan manis.

Bagian yang digunakan : Kulit bagian dalam yang diperoleh dari anak
batang yang telah dipangkas.

6. Cinchonae cortex(kulit kina)

Nama lain : Kulit kina, Peruvian bark, Jesuit bark

Nama tanaman asal : Cinchona succirubra

Keluarga : Rubiaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina,


kina tanat, kinidin, asam tanat, asam kina, damar, malam

Persyaratan kadar : Kadar kinin tidak kurang dari 8,0 %

Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, amara.

Pemerian : Bau khas terutama dari kulit dahan, pada


penyimpanan lama bau menghilang, rasa pahit dan kelat.

Bagian yang digunakan : Kulit batang , kulit dahan, kulit akar

Sediaan : Cinchonae extractum


7. Akar Kelembak (Rheum officinale Baill.)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Polygonales

Famili : Polygonaceae

Genus : Rheum

Spesies : Rheum officinale Baill.

8. IPECACUANHAE RADIX (akar ipekak)

Nama lain : Akar Ipeka, akar muntah

Nama tanaman asal : Cephaelis ipecacuanha, Cephaelis acuminate,


Uragoga ipecacuanha, Psychotria ipecacuanha

Keluarga : Rubiaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloid emetina, sefaelina, psikotrina,


emetina, orthomethil, sikotrina

Penggunaan : Dalam jumlah amat kecil sebagai menambah


nafsu makan, Dalam jumlah sedang sebagai diaforetika dan
ekspektoransia, Dalam jumlah besar sebagai emetika

Pemerian : Bau lemah,rasa pahit.

Bagian yang digunakan : Akar/campuran akar/pangkal batang


Sediaan :Opii Pulvis Compositus (FI), Ipecacuanhae
Pulvis (FI), Ipecacuanhae tinctur (EFI).

9. ZINGIBERIS RHIZOMA(rimpang jahe)

Nama lain : Jahe.

Nama tanaman asal : Zingiber officinnale (Roscoe).

Keluarga : Zinciberaceae.

Zat berkhasiat : Pati, damar, oleo resin, gingerin dan minyak atsiri
mengandung Zingiron, zingiberol, zingiberin, borneol, kamfer, sineol,
felandren.

Kegunaan : Stimulansia, diaforetika, karminativa.

Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas

10. CURCUMAE RHIZOMA(Rimpang temu lawak)

Nama lain : Temu lawak / koneng gede.

Nama tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza (roxb).

Keluarga : Zingiberaceae.

Zat berkhasiat : Minyak atsiri mengandung felandren,tumerol, zat


bewarna kukumin,dan kadar minyak tidak kurang dari 8,2 % (b/v).

Kegunaan : Kolagoga, antispasmodika.

Pemerian : Bau khas aromatic, rasa tajam dan pahit.

Bagian yg digunakan :keping akar tinggal.

Waktu panen : dilakukan pada umur 9 bulan atau lebih.


11. CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA(rimpang kunyit)

Nama lain : Kunyit / kunir.

Nama tanaman asal : Curcuma domesticae (Val).

Keluarga : Zingiberaceae.

Zat berkhasiat : Minyak atsiri, damar, pati, zat warna kurkumin.

Kegunaan : karminativa, antidiare, kolagoga, skabisida.

Pemerian : Bau khas aromatic , rasa agak pedas lama


menimbulkan rasa tebal.

Bagian yg digunakan : Akar tinggal.

12. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Solanaceae

Familia : Acanthaceae

Genus : Andrographis

Species : Andrographis paniculata Ness.

13. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae


Kelas : Dicotyledone

Anak kelas : Sympatalae

Bangsa: Rubiales

Suku : Rubiaceae

Marga / genus : Morinda

Jenis / spesies : Morinda citrifolia L.

14. Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Super Divisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Myrtales

Famili: Myrtaceae

Genus: Syzygium

Spesies: Syzygium aromaticum


IV. Prosedur kerja

Siapkan alat dan bahan

Haluskan semua simplisia(blender)

Timbang masing-masing simplisia

Ambil sedikit serbuk simplisia

Letakkan diatas gelas obyek

Tetesi dengan aquadest secukupnya

Hangatkan diatas lampu spiritus

Dijaga agar jangan sampai mendidih

Tutup dengan gelas tutup

Amati masing-masing simplisia


V. HASIL
1. Daun Teh

2. Daun tempuyung

3. Daun Dewa
4. Kulit Kayu Manis

5. Kulit Kina

6. Akar Kalembak
7. Rimpang Jahe

8. Rimpang Temulawak

9. Rimpang Kunyit
10. Bunga Cengkeh

11. Sambiloto
12. Buah Pace

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi terhadap simplisia, dengan
tujuan praktikan mampu melakukan identifikasi simplisia secara
makroskopik maupun mikroskopik. Secara makroskopik maksudnya
dengan percobaan organoleptis melalui bau, rasa, warna, dan juga
bentukan secara luar, yang dapat dilihat dengan indra. Sedangkan
secara mikroskopik maksudnya dilakukan dengan bantuan mikroskop
sehingga praktikan dapat melihat bentukan spesifik yang dimiliki oleh
simplisia tersebut sehingga nantinya kita dapat membedakan antara
yang satu dengan yang lainnya.
Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi
jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat
kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih).
Kemudian pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah dan perbesaran kuat.. Kloralhidrat juga dapat
digunakan untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein.
Sedangkan pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan melihat
simplisia dan serbuk simplisia secara langsung dengan mata telanjang,
memperhatikan bentuk dari simplisia.
Cara dalam menyiapkan simplisia untuk diamati dalah ambil objek
glass dan cover glass pastikan keduanya telah bersih. Ambil serbuk
simplisia sebanyak ujung sendok pengaduk kemudian diletakkan pada
objek glass ditengah-tengah dan ditambahkan kloral hidrat kemudian
ditutup dengan cover glass. Untuk mempermudah untuk mencari
fragmen perlu dilewatkan pada nyala api/bunsen tujunnya agar sel
lebih terpecah sehingga lebih mudah untuk diamati. Kemudian setelah
dingin baru bisa kita amati di mikroskop.
Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen
pengenal spesifik masing-masing simplisia.Identifikasi simplisia yang
akan dilakukan secara

(a) Organoleptis meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan


warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut

(b) Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata


telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai
organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.

(c) Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan


atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu
sendiri.Percobaankali ini dilakukan identifikasi simplisia secara
mikroskopik pada 15 macam simplisia. Pemeriksaan secara
mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari
serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian
difiksasidi atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Kemudian
pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran
lemah dan perbesaran kuat.Kloralhidrat digunakan pada percobaan
ini untuk menjernihkan preparat sehingga dapat melarutkan
berbagai zat lain yang tidak diperlukan pada pemeriksaan simplisia
pada mikroskop dan memudahkan agar terlihat lebih jelas jaringan
atau sel yang ada pada simplisia yang sedang diamati. Fiksasi
dilakukan agar kloralhidrat sedikit menguap karena pemanasan
sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada kaca objek.Selain
kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk dalam air hasil yang
didapatkan pada percobaan ini sesuai dengan literaturTerdapat kendala
pada pemeriksaan mikroskopis adalah pada saat pemanasan,terkadang
kloralhidrat pada objek gelas terlalu panas atau sampai
mendidih,sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop,objek
menjadi tidak jelas.Kendala lain pada pemeriksaan mikroskopis
adalah ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga
antara pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat
tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan serta kloralhidrat
yang diteteskan terlalu tebal sehingga hasil yang diperoleh pada saat
diamati dibawah mikroskop tidak terlalu kelihatan dengan jelas.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskop yang
derajat perbesarannya disesuaikan dengan keperluan. Pemeriksaan
anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri,
dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo,G.,2011.Morfologi Tumbuhan.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta
Widyanigrum,MPH.2011.Kitab Tanaman Obat Nasional.Media
Pressindo.Jakarta
Anonim.2008.Farmakope Herbal Indonesia Edisi I.Depkes RI.Jakarta
IX. LAMPIRAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“PEMERIKSAAN HAKSEL”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

KELAS : 2B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB III

PEMERIKSAAN HAKSEL

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu menjelaskan spesialite dari simplisia berkhasiat


obat

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik berupa tanggapan


atau kesan mutu oleh sekelompok orang yang disebut dengan panelis.
Panelis adalah sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau
kualitas bahan berdasarkan kesan subyektif. Soekarto mengelompokan
panelis ke dalam enam kelompok, yaitu : panelis pencicipan perorangan,
panelis pencicipan terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih dan,
panelis konsumen (Suradi, 2007).
Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera
manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu
produk makanan, minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik
berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat
digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikenhendaki atau tidak
dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk
pengembangan, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan
yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang
diperlukan untuk promosi produk. (Ayustaningwarno, 2014).
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-
psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat
benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal
dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental
(sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau
kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap
untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan (Anonim, 2013).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
Sedangkan haksel merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar,
batang, daun, bunga, biji dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum
dalam bentuk serbuk (Anonim, 2009).

III. Alat dan bahan

No Nama bahan
1 Citrus Hystrix(jeruk purut)
2 Cinamomi Cortex( kulit kayu
manis)
3 Myristicae Semen( biji pala)
4 Hibisci Sabdariffae flos(rosella)
5 Foeniculi Fructus( buah adas)
6 Amomi fruktus(buah kapulaga)
7 Caryophylli Flos(cengkeh)
8 Jasmini Flos(bunga melati)
9 Tinosporae Caulis( brotowali)
10 Guazumae Folium(daun jati
belanda)
11 Melaleucae Fruktus(buah kayu
putih/ merica bolong)
12 Morindae Citrifoliae Fruktus(
pace/ mengkudu)
13 Retrofracti Fruktus(cabe jawa)
14 Talinum Faniculati Radix(
gingseng jawa)
15 Alstoniae Cortex(kulit kayu pule)
16 Boesenbergiae rhizoma( temu
kunci)
17 Rauwolfiae Serpentinae radix(
akar pule pandak)
18 Languatis Rhizoma( rimpang
lengkuas)
19 Curcumae Rhizoma( temu lawak)
20 Coriandri Fruktus( ketumbar)
21 Granati Fruktus(kulit buah
delima)
22 Kaempferiae Rhizoma(kencur)
23 Imperatea Rhizoma (akar alang
alang)
24 Abri Folium( daun saga)
25 Apii Graveolenfis Folium
26 Centellae Herba (herba pegagan)
27 Rhei Radix( kelembak)
28 Andographidis Herba(sambiloto)
29 Psidii Folium( daun jambu biji)
30 Orthosiponis Folium(daun kumis
kucing)
31 Polyanthi Folium(daun salam)
31 Glycyrrhizae Radix(akar manis)
33 Panacis Radix(gingseng)
34 Sappan Lignum( kayu secang)
35 Piperis Nigri Fruktus(lada hitam)
36 Parkiae Semen(biji kedawung)
37 Menthae Piperitae Herba( herba
pipermin)
38 Valerianae Radix( akar valerian)
39 Woodfordiae Flos( bunga
sidowayah)
40 Cubebae fruktus(buah kemukus)
41 Zingiberis purpurei Rhizoma(
bangkle)
42 Phyllanthi Herba( menira)
43 Usnea Thallus( kayu angin)
44 Nigellae Sativae Semen( biji
jinten hitam pahit)
42 Illicium verum( pekak)
46 Glycine max( kedelai)
47 Rosae Flos( bunga mawar)
48 Annona Muricata L

Alat
No Nama alat Jumlah
1 Kertas qs
2 Alat tulis qs
3 Pensil wana qs
IV. Prosedur kerja

Siapkan bahan

Amati, diskripsikan
wujud, ciri khas yang
dimiliki

Uji organoleptis(warna
,bau,dan rasa)

Catat hasil pengujian


V. HASIL PENGAMATAN

1. Citrus Hystrix
Nama lain : jeruk purut
Nama tanaman asal : Cimus hystri D.C.
Keluarga : Rutaccae
Penggunaan : Daun untuk penyedap makannan, antiseptik

Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus hystrix

Organoleptis

Rasa : daunya rasanya seperti jeruk( khas )

Warna : hijau muda

Bau : jeruk( khas)

Bentuk : bentuk daun kering


2. Cinnamomi Cortex
Nama lain : kulit kayu manis
Nama tanaman asal : Cinnamomun zeylanicum
Keluarga : lauraceae
Pengunaan : karminativa, menghangatkan lambung dicampur
dengan adtringensia, diare

Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ranales
Familia : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii (Ness.) Bl
Organoleptis
warna :coklat kekuningan,
bau : khas
rasa :sedikit manis.
Bentuk : panjang ( potongan kayu )

3. Myristicae Semen
Nama lain : pala
Nama tanaman asal :Myristica fragrans(Houtt)
Keluarga :Myristicaceae
Penggunaan :bahan pewangi, karminativa,stimulansi setempat
terhadap saluran pencernaan,miristin berkhasiat membius.

Klasifikasi
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt
Organoleptis
Rasa : pahit
Warna : coklat
Bau : khas
Bentuk :oval

4. Hibisci Sabdariffae Flos


Nama lain: bunga rosella
Nama tanaman asal: Hibiscus Sabdariffo(L)
Keluarga : Maivoceae
Penggunaan: diuretik, antihipertensi,pendamping obat kanker

Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L

Organoleptis
Rasa : asam
Warna :merah kehitaman
Bau: khas aromatik
Bentuk: berkelopak atau kuncup

5. Foeniculi Fructus
Nam lain : buah adas
Nama tanaman asal : Foeniculum vulgare (Mill)
Keluarga : Apiaceae
Penggunaan : karminativa, obat mulas, obat gosok anak

klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgare Mill

Organoleptis

Rasa : hambar

Warna :coklat

Bau : khas aromatik

Bentuk : biji( bercorak garis garis)

6. Amomi Fruktus
Nama lain : kapulaga
Nama tanaman asal : Amomum Kapulaga,Amomum cardamomum
Keluarga : zingiberaceae
Penggunaan : bumbu masak, bahan pewangi, karminativa, dibuat
tinggur

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Amomum
Spesies : Amomum cardamomum

Organoletis
Rasa : hambar
Warna : putih gading
Bau : khas aromatik
Bentuk : seperti labu tapi ukuranya lebih kecil
7. Caryophylli Flos
Nama lain : cengkeh
Nama tanaman asal : Eugenia caryophillus spreng
Keluarga: Myrtaceae
Penggunaan : stimulasi, obat mulas, menghilangkan rasa mual dan
muntah
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi : Spermatophyt
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry

Organoleptis
Rasa : pedas ( khas )
Warna : coklat hitam
Bau : khas
Bentuk : bertangkai, bagian bunga atas menguncup
8. Jasmini Flos
Nama lain: bunga melati
Nama tanaman asal: Jasminum sambac
Keluarga: Oleaceae
Penggunaan: korigen adoris, penurun panas, antipiretika , laktifuga
Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac, Jasminum Multiflorum, Jasminum
Officinale, Jasminum Rex, Jasminum Mensyi dll.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : kuning kecoklatan
Bau : harum lemah
Bentuk : bunga

9. Tinosporae Caulis
Nama lain: brotowali
Nama tanaman asal: Tinospora tuberculate, Tinospora rumphii, Tinospora
crispa
Keluarga: manispermaceae
Penggunaan: obat demam, tonikum, antidiabetes
klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta

Classis : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Tinospora

Spesies : Tinospora crispa (L.) Miers

Organoleptis

Rasa : pahit sekali

Warna : kuning kecoklatan

Bau : khas

Bentuk : batang bergaris garis vertikal

10. Guazumae Folium


Nama lain : daun jatibanda
Nama tanaman asal : Guazumae ulmafolia
Kelarga : sterculiceae
Penggunaan :obat pelangsing, astrigen
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales/Colunniferae
Famili : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.
Organoleptis

Rasa : tidak beras

Warna : hujau kecoklatan

Bau : khas
Bentuk : daun menyirip

11. Melaleucae Fruktus


Nama lain : buah kayu putih
Naa tanaman asal : Melaleuca leucadendra(L)
Keluarga : Myrtaceae
Penggunaan : karminativa

Klasifikasi

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Myrtales

Famili: Myrtaceae

Genus: Melaleuca

Spesies: Melaleuca leucadendra

Organoleptis

Rasa : sedikit pedas

Warna : coklat tua

Bau : khas merica

Bentuk : bulatan kecil

12. Morindae Citrifoliae Fruktus


Nama lain : mengkudu, pace
Nama tanaman asal : Morinda citrifolia
Keluarga : rubiacea
Pengunaan :antidiabetiak,antihipertensi,
roboransia,ekspektoransia
klasifiaksi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L.

Organoleptis

Rasa :tajam( khas)

Warna : coklat kehitaman

Bau : tajam( menyengat, khas)

Bentuk : seperti ban( dipotong bulat)

13. Retrofracti fruktus


Nama lain : cabe jawa
Nama tanaman asal : Piperretrofractum(Vahl)
Keluarga : piperaceae
Penggunaan : stimulansia, karminativa, diaforetiaka
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Piperales
Famili :Piperaceae
Genus :Piper
Spesies :Piper retrofractum. Vahl
Organoleptis
Rasa : sedikit pedas ( rasa lemah)
Bau :tajam aromatis
Warna : coklat tua( agak hitam)
Bentuk : seukuran cabai, struktur bulat bulat
14. Talinum Faniculata
Naa lain : som jawa , gingseng jawa
Nama tanaman asal : Talinum panuculatum Jack. Gaertn
Keluarga : Portulacaceae
Penggunaan : tonik praia(tomkum) digunakan pada kondisi
badan lemah Keringat dingin, pusing,., aphiodisiak, batuk dengan dahak
berdarah.
Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Portulacaceae
Genus : Talinum
Spesies : Talinum paniculatum

Organoleptis
Rasa: tidak berasa

Warna : dalamnya putih, luarnya coklat

Bau: khas aromatik

Bentuk: batang

15. Alstoniae Cortex


Nama lain : kulit pule
Nama tanaman asal : Alstonia scholaris (L) R. Br
Keluarga : Apocynacea
Penggunaan :antipiretika,antimalaria,stomakika,antidiabetika
,antelmintika
klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris(L.) R.Br.
Organoleptis
Rasa : pahit
Warna : kuning
Bau : khas aromatik
Bentuk : kulit yang dikeringkan

16. Boesenbergiae Rhizoma


Nama lain : temu kunci
Nama tanaman asal : Boesenbergia pandurata (Roxb) Sehleaht
Keluarga : zingiberaceae
Penggunaan : antidiare
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Species : Boesenbergia pandurata
Organoleptis
Rasa : rasa agak pahit
Warna : coklat
Bau : khas aromatik
Bentuk : irisan ppih berbentuk bulat
17. Rouwolfiae Serpentinae Radix
Nama lain: akar pule pnadak
Nama tanaman asal: Rauwolfia serpentina
Keluarga ; Apocynaceae
Pengunaan: antihiperensi, dan ganggunan neuropsikhiatrik
klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Gentianales
Famili :Apocynaceae
Genus :Rauwolfia
Spesies :Rauwolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz
Organoleptis
Rasa : pahit
Warna : kuning kecoklatan
Bau ; khas aromatik
Bentuk : batang keras
18. Languatis Rhizoma
Nama lain : lengkusa
Nama tanaman asal : Languatis galangga(L)
Keluarga : zingibericeae
Pengunaan : bumbu, karmativa , antifungi

Klasifikasi

kingdom : plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida/ monokotil


Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia galanga (L)

Organoleptis

Rasa: pedas

Warna: kulit coklat tua kemerahan, bagian dalam warna putih

Bau: khas

Bentuk: daging agak tersayat

19. Curcumae Rhizoma


Nama lain : temu lawak
Nama tanaman asal : Curcumae xanthorrhiza(Roxb)
Keluarga : zingiberaceae
Penggunaan :kolagoga, anttisparmodika
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Scitamineae
Famili : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorhiza roxb
Organoleptis
Rasa : sedikit pahit( khas)
Warna : kuning
Bau : khas aromatik
Bentuk : rimpang yang dikeringkan
20. Corandri Fruktus
Nama lain : ketumbar
Nama tanman asal : Corandrum sativum
Keluarga : Apiceaea
Penggunaan : bumbu masak, kurminativa
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum
Organoleptis
Rasa : pedas
Warna : coklat
Bau : khas ketumbar
Bentuk : bulat kecil
21. Granati Fruktus Cortex
Nama lain : kulit buah delima
Nama tanaman asal : Punika granatum( L)
Keluarga : Punicaceae
Pengunaan : pengelat usus( astringensia), obat cacing
Klasifikasi
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Ordo : Myrtales
Famili : Punicaceae
Genus : Punica
Spesies : Punica granatum L.
Organoleptis
Rasa : sepah
Warna : coklat tua
Bau : tidak berbau
Bentuk : kulit delima kering

22. Kaempferiae Rhizoma


Nama lain : kencur
Nama tanaman asal : Kaemferia galanga(L)
Keluarga : zingiberiacea
Pengunaan : ekspektoransia, diaforetik, karmanitiva,
stimulansia ,reboransia
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia L
Spesies : Kaempferia galanga L
Organoleptis
Rasa : pedas, hangat, agak pahit
Warna : coklat
Bau : khas aromatik
Bentuk: irisan
23. Impreratea Rhizoma
Nama lain : akar alang alang
Nama tanaman asal : Imperata cylindrica (beauv)
Keluarga : poacea
Pengunaan : diuretika, antipiretika
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Poales
Famili :Poaceae
Genus :Imperata
Spesies :Imperata cylindrica(L.) Raeusch
Organoleptis
Rasa : tidak berasa
Warna : kuning
Bau : khas aromatik
Bentuk : irisan yang dikeringkan
24. Abri Folium
Nama lain : daun saga
Nama tanaman asal :Abrus precatorius(L)
Keluarga : papilionaceae
Penggunaan : obat sariawan
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae
Bangsa :Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Abrus
Jenis : Abrus precatorius L
Organoleptis
Rasa : tidak berasa
Warna : hijau kekuningan
Bau :khas harum aromatik
Bentuk :daun kecil kecil
25. Apium Graveolentis Folium
Nama lain : Daun seledri
Nama tanaman asal : Aprum graveolens (L)
Penggunaan : memicu enzim pencernaan, peluruh air seni
Pemerian : Bau aromatik, rasa agak asin, sedikit pedas,
menimbulkan rasa tebal dilidah
Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae

Genus : Apium

Spesies : Apium graveolens L.

Organoleptis
Rasa : seledri asli
Warna : hijau
Bau : khas aromatik
Bentuk : daun bergaris-garis berbentuk seperti kapas
26. Centellae Herba
Nama lain : herba pegagan, daun kaki kuda
Nama tanaman asal : Centella asiatica (L)
Penggunaan : diurematik, amara, tonikum, astrin gensia, obat
sariawan
Pemerian : bau lemah, aromatik, mula-mula tidak berasa
lama-lama agak pahit
Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone

Ordo : Umbillales

Famili : Umbilliferae (Apiaceae)

Genus : Centella

Spesies : Centella asiatica

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : hijau(daun) coklat (akar)
Bau : khas aromatik
Bentuk : daun, akar berserabut
27. Rhei Radix
Nama lain : kalembak
Nama tanaman asal : Rheum palmatum, Rheum officinale
Keluarga : Polygonaceae
Zat berkhasiat : antraglukosida yang pada penguraian memberikan
emodin,rhein,aloe emodin dan asam krisofanat
Penggunaan : laksatifa
Pemerian : Bau khas agak aromatik, rasa agak pait tidak enak
dan agak sepat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Polygonales
Famili : Polygonaceae
Genus : Rheum
Spesies : Rheum Palmatum L

Organoleptis
Rasa :
Warna :
Bau :
Bentuk :

28. Andrographidis Herba


Nama lain : Sambiloto
Nama tanaman asal : Andrographis paniculata (Neer)
Zat berkhasiat utama : 2 macam zat pait yaitu suatu hablur kuning dan
kalmagin
Pengguna : Tonikum, Antipiretuk, Diuretika
Pemerian : tidak berbau, rasa sangat baik
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo: Scrophulariales

Famili: Acanthaceae
Genus: Andrographis

Spesies: Andrographis paniculata Nees

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : coklat
Bau : khas arpmatik
Bentuk :-
29. Psidii Folium
Nama lain : daun jambu biji
Nama tanaman asal : Pridium guajava (L)
Keluarga : Myrtaceae
Zat berkhasiat utama : Zat penyamak 9% , minyak atsiri yang berwarna
kehijauan dan berisi egenol
Penggunaan : Antidiare, adstringens
Pemerian : Bau Aromatik, rasa sepat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Myrtales

Famili: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus: Psidium
Spesies: Psidium guajava L.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : hijau
Bau : aromatik
Bentuk : daun
30. Orthosiphonis Folium
Nama lain : Daun kumis kucing
Nama tanaman asal : Orthosiphon aristatus (BL)
Keluarga : Laminaceae
Zat berkhasiat : garam kalium, glukosida orthosiphon, minyak atsiri dan
saponin
Kegunaan : Diuretika
Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon aristatus

Organoleptis

Rasa : hambar
Warna : coklat
Bau : khas aromatik
Bentuk : biji bercorak garis garis
31. Syzygium Polyanthum
Nama lain : daun salam
Nama tanaman asal : Syzgium polyanthum (wight), Euggenia polyantha
Keluarga : Myrtaceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri, tanin
Kegunaan : antidiare
Klasifikasi

Kingdom: Plantae

Superdivisi: Spermatophyta

Class: Dicotyledoneae

Order: Myrtales

Family: Myrtaceae

Genus: Syzygium

Species: Syzygium polyanthum (Wight). Walp

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : hijau muda
Bau : khas aromatik
Bentuk : daunnya besar
32. Glycarrhizae Radix
Nama lain : akar manis
Nama tanaman asal : Glycirhizaglabra varietas typical
Keluarga : Popillonaceae
Zat berkhasiat : Gliserin dengan kadar 5-10%, pati,gula,aspargin
Kegunaan : antitusiva,akar dalam bentuk serbuk sabagai pengisi pil,
ekstrak untuk pewangi tembakau dan campuran obat batuk
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Glycyrrhiza
Spesies: Glycyrrhiza glabra l

Organoleptis
Rasa : manis
Warna : coklat kekuningan
Bau : bau manis
Bentuk : akar kering
33. Panacis Radix
Nama lain : Gingseng
Nama tanaman asal : Panax Schinseng
Keluarga : Araliaceae
Zat berkhasiat : glukosida panakulon, minyak atsiri, damar, sapoginol
Kegunaan : amara dan stimulansia
Klasifikasi

Nama lokal : Gingseng asia

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Orde : Apiales

Famili : Araliaceae

Genus : Panax

Spesies : Panax ginseng

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : coklat
Bau :aromatik
Bentuk : batang
34. Sappan lignum
Nama lain : kayu secang
Nama tanaman asal : Caesalpinia Sappan (L)
Keluarga : paplionaceae
Zat berkhasiat : brazilin, zat warna merah sappan, asam tanat, asam galat
Kegunaan : Astringensia
Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Rosales
Suku : Caesalpiniaceae
Marga : Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L.
Organoleptis
Rasa : sedikit asin
Warna : kuning kemerahan
Bau : khas aromatik
Bentuk : kayu yang sudah ditipiskan, mudah dipatahkan
35. Piperis Nigri Fructus
Nama lain : lada hitam
Nama tanaman asal : piper nigrum
Keluarga : piperaceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri, alkaloid,khavisin,piperin
Kegunaan : karminativa, iritasi lokal
Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum Linn.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : hitam
Bau : khas aromatik
Bentuk : bulatan kecil
36. Parkiae Semen
Nama lain : biji kedawung
Nama tanaman asal : parkia roxburghii (G.Pon)
Keluarga : mimosaceae
Zat berkhasiat : glukosa dan damar, hidrat arang, tamin, garam, alkali
Penggunaan : antidiare,adstringen
Pemerian : bau khas, rasa khas, agak pahit
Bagian yang digunakan : biji
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Organoleptis
Rasa : sedikit asin
Warna : hitam
Bau : khas aromatik
Bentuk : lonjong
37. Menthae Piperitea Herba
Nama lain : herba pepermin
Nama tanaman asal : mentha piperita (L)
Keluarga : lamiaceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri yang mengandung menthol,metil asetat
Penggunaan : karminativa
Pemerian : bau khas aromatis, rasa pedas dan sejuk
Bagian yang digunakan : daun dan pucuk bunga
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Mentha
Spesies : Mentha piperita Linn.

Organoleptis
Rasa :
Warna :
Bau :
Bentuk :
38. Cinnamon Cortex
Nama lain : kulit kayu manis
Nama tanaman asal : cinnamon zeylanicum
Keluarga : lauraceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri yang mengandung egenol sinamilaldehida,
zat penyamak, pati,lendir
Penggunaan : karminativa
Pemerian : bau aromatik, rasa pedas dan manis
Bagian yang digunakan : kulit bagian dalam yang diperoleh dari anak
batang yang telah dipangkas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Ranales

Familia : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmannii (Ness.) Bl

Organoleptis
Rasa : manis
Warna : coklat kekuningan
Bau : bau manis
Bentuk : akar kering
39. Valerianae Radix
Nama lain : akar valerian
Nama tanaman asal : valerianae officinalis
Keluarga : valerianaceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri yang mengandung ester borneo, alkaloida-
alkaloida katinina dan valerian, zat penyamak
Penggunaan : sedativa
Pemerian : bau khas, rasa pedas, agak pahit
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Sympetalae
Bangsa : Rubiales
Suku : Valerianaceae
Marga : Valeriana
Spesies : Valeriana officinalis
Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : coklat muda
Bau : khas aromatik
Bentuk : batang, ada bulat bulatan dibelakang
40. Woodfordiae flos
Nama lain : Bunga Sidawayah
Nama tanaman asal : Woodfordia Fruticosa L
Keluarga : lythraceae
Zat berkhasiat utama : zat penyamak (tanin)
Pengguna : astringensia
Pemerian : bau lemah, rasa kelat, dan pahit
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Lythraceae
Marga : Woodfordia
Jenis : Woodfordia floribunda Salisb

Organoleptis
Rasa : pahit
Warna : batang dan bunga berwarna coklat
Bau : bau khas aromatik
Bentuk : bunga kecil dengan bagian atas menguncup
41. Cubebae Fructus
Nama lain : buah kemukus
Nama tanaman asal : piper cubeba (L)
Keluarga : piperaceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri, asam kubebat, dammar, kubebin, piperin,
minyak lemak
Penggunaan : antidiare
Pemerian : bau khas aromatik, rasa agak pedas dan pahit
Bagian yang digunakan : buah yang telah tua tetapi belum masak
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi
-
Organoleptis
Rasa :
Warna :
Bau :
Bentuk :
42. Zingiber cassumunar
Nama lain : rimpang bangle
Nama tanaman asal : zingiber purpureum
Zat berkhasiat : mengobati alergi
Kegunaan : flu
Bagian yang digunakan : keping akar tinggal
Pemerian : bau khas aromatik
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom: Plantae ( Tumbuhan)


Subkingdom: Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta ( Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida ( berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae ( suku jahe-jahean)
Genus: Zingiber
Spesies: Zingiber purpureum Roxb

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : coklat
Bau : khas aromatik
Bentuk : irisan yang dikeringkan
43. Annona muricata L
Nama lain : soursop
Nama tanaman asal : annona muricata L
Keluarga : annonaceae
Kegunaan : pengobatan asam urat, nyeri punggung, diabetes
Zat berkhasiat: untuk asam urat
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna
Bagian yang digunakan : daun
Penyimpanan : dalam wadah tertutup dengan baik
Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas: Magnoliidae


Ordo: Magnoliales

Famili: Annonaceae

Genus: Annona

Spesies: Annona muricata L.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : hijau kecoklatan
Bau : khas aromatik
Bentuk :-
44. Mawar
Nama latin : Rossa centifolia
Keluarga : Rosaceae
Zat berkhasiat : Antiradang, antitegang, penyegar
Kegunaan : obat jerawat, mengurangi stres dan depresi
Klasifikasi

Kingdom : Plantae.
Divisi : Spermatophyta.
Sub Divisi : Angiospermae.
Kelas : icotyledonae.
Ordo : Rosanales.
Famili : Rosaceae.
Genus : Rosa.
Spesies : Rosa Hiproida atau Rosa sp.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : merah keunguan
Bau :khas aromatik
Bentuk : kelopak bunga yang dikeringkan
45. Phyllanthi Herba
Nama lain : meniran
Nama tanaman asal : Phyllanthus Dinuri (L)
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat berkhasiat : zat pahit filantin, damar, mineral,zat penyamak
Penggunaan : diurematika
Pemerian : bau aromatik,rasa pahit
Bagian yang digunakan : semua bagian diatas tanah
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdm : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : hijau kecoklatan
Bau : aromatik
Bentuk : daun kecil
46. Usnea Thallus
Nama lain : kayu angin
Nama tanaman asal : usnea misaminensis(vian)Not,usnea sp
Keluarga : usneaceae
Zat berkhasiat : asam urat,zat pahit,hidrat arang
Penggunaan : astringen,obat sakit perut,antiseptik
Pemerian : bau lemah, rasa pahit
Digunakan : seluruh thallus, berbentuk benang
Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Divisi: Thallophyta
SubDivisi: Lichenophyta(Lichenes)
Classis : Ascolichenes
Ordo: Lecanorales
Famili: Parmeliaceae
Genus: Usnea
Spesies: Usnea sp.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : hijau kecoklatan
Bau : aromatik
Bentuk : akar serabut
47. Pekak
Nama lain : bunga lawang
Nama tanaman asal : illicium verum
Zat berkhasiat : -
Pengunaan : diurematik
Pemerian : -
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo: Illiciales
Famili: Illiciaceae
Genus: Illicium
Spesies: Illicium verum
Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : coklat kehitaman
Bau : khas aromatik
Bentuk :-
48. Kedelai
Nama lain : kedelai
Nama tanaman asal : Glycinemax (L)
Keluarga : fabaceae
Zat berkhasiat :-
Pengunaan : -
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.

Organoleptis
Rasa : hambar
Warna : coklat muda
Bau : tidak berbau
Bentuk : bulat seukuran kedelai
49. Jinten
Nama lain : biji janten hitam pahit
Nama tanaman asal : nigella sativa
Keluarga : rununcuaceae
Zat berkhasiat : minyak atsiri, minyak lemak
Pemerian : bau khas aromatik, rasa pahit
Khasiat : Stimulasia, karminativa,diaforetika
Bagian yang digunakan : biji
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo: Ranunculales
Famili: Ranunculaceae
Genus: Nigella
Spesies: Nigella sativa
Organoleptis
Rasa : hambar sedikit pahit
Warna : hitam
Bau : aromatik
Bentuk : biji dengan ukuran kecil
VI. PEMBAHASAN
Haksel merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang,
daun, bunga, biji dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum
dalam bentuk serbuk. Sedangkan, Simplisia adalah bahan alamiah
yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
dikeringkan. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan,
khususnya persyaratan kadarnya. Dianggap rusak jika oleh sebab
tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya basah
oleh air laut, tercampur minyak pelumas dan lain-lain. Dinyatakan
bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh bakteri,
cendawan atau serangga. Dinyatakan tercampur jika secara tidak
sengaja terdapat bersama bahan-bahan atau bagian tanaman lain.
Dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau
ditambahi bahan lain yang tidak semestinya.
Cara-cara pemeriksaan untuk menilai simplisia ada
5 cara. Pemeriksaan haksel dilakukan dengan cara pemeriksaan
simplisia secara organoleptis, mikroskopik, dan makroskopik.
Secara Organoleptik : Dengan pancaindera meliputi pemeriksaan
bentuk, bau, rasa pada lidah dan tangan, kadangkala dengan
pendengaran. Dalam hal ini harus diperhatikan bentuk, ukuran,
warna bagian luar dan dalam, retakan-retakan atau gambaran-
gambaran dan susunan bahannya berserat-serat, penggumpalan dan
sebagainya. Mikroskopik : Umumnya pemeriksaan terhadap serbuk
dalam irisan melintang, secara fisika : Meliputi pemeriksaan daya
larut, bobot jenis, rotasi optic, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat-
sifat simplisia dibawah sinar ultraviolet, penetapan mikroskopis
dengan sinar polarisasi. Sedangkan untuk pemeriksaan secara
makroskopik dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk
simplisia secara langsung dengan mata telanjang, memperhatikan
bentuk dari simplisia. Kimia : Secara kualitatif/identifikasi
umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Hayati/Biologi :
Umumnya ditujukan pada pemeriksaan potensi zat berkhasiat.
Pemeriksaan organoleptis merupakan pengecekan tanaman atau
pemeriksaan tanaman dengan menggunakan bantuan indera
manusia. Pemeriksaan organoleptis meliput aroma, rasa, dan
warna. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tanaman
melalui kepekaan rasa dari analis. Pemeriksaan ini memiliki tingkat
pengamatn yang tinggi. Warna, rasa dan bau perlu diamati sebaik
mungkin agar menghasilkan data yang efisien. Pemeriksaan secara
oranoleptis harus didukung oleh indera manusia yang normal.
Orang-orang yang mengalami buta warna, sakit dan flu tidak
diharapkan melakukan pemeriksaan organoleptis ini. Pemeriksaan
haksel secara organoleptis ini mulai dari aroma, rasa dan warna
perlu dilakukan berulang-ulang dan bersama-sama. Penggunaan
istilah kata yang baik untuk aroma, rasa dan warna juga
mendukung hasil pengamatan.
Pemeriksaan uji organoleptis pada indra manusia sangat
dibutuhkan antara lain dalam hal penglihatan yang berhubungan
dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume
kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk
bahan, indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan
konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun,
tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan
mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal,
tipis dan halus, indra pembau, pembauan juga dapat digunakan
sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk,
misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah
mengalami kerusakan, serta indra pengecap, dalam hal kepekaan
rasa , maka rasa manis dapat dengan mudah dirasakan pada ujung
lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada
pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah.
Dalam bidang farmasi haksel yang kami gunakan berupa daun
papaya, daun kelor, daun mengkudu dan lada hitam banyak
digunakan sebagai bahan bahan obat maupun makanan sehari-hari.
Daun papaya digunakan dalam bidang farmasi adalah sebagai obat
malaria, karena daun papaya mengandung Flavonoid, saponin,
polifenol, alkaloids carpaine, pseudocarpain, dehydrocarpaine I dan
II, choline, carposide, enzim papain,vitamin C dan E, tokofenol,
tannin, serta daun pepaya yang direbus dapat digunakan untuk
terapi hipertensi. Potensi yang terkandung dalam daun kelor
diantaranya adalah tinggi kandungan protein, ß-karoten, vitamin C,
mineral terutama zat besi dan kalsium, dan sebagai bahan
konsumsi makanan manusia, produk-produk farmasi, serta khasiat
daun kelor yang lain adalah sebagai obat sakit kuning, obat sakit
mata, obat haid yang tidak teratur, obat pusing, obat sesak nafas,
ekspektoran (obat yang dapat memudahkan pengeluaran dahak atau
getah radang dari paru-paru), encok, obat mual dan penguat tubuh
atau tonik.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian
morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau dan rasa membuktikan
bahwa beberpa tanaman/ haksel yang biasanya digunakan sebagai
bahan obat tradisional memiliki warna, bau, rasa yang berbeda-
beda. Serta kegunaan yang berbeda pula. Tetapi tidak semua
simplisia mempunyai ciri khas yang membedakan simplisia dengan
simplisia lainnya ada praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa uji organoleptis haksel dilakukan dengan cara
mengidentifikasi warna rasa dan bau dari haksel tersebut.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid I-V, Depaertemen
Kesehatan Republik Indonesia, Kendari.
Anonim, 2009, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Departemen
Kesahatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2013, Pengujian Organoleptik, Program Studi Teknologi
Pangan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ayustaningwarno, F., 2014, Teknologi Pangan: Teori Praktis dan
Aplikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suradi, K., 2007, Tingkat Kesukaan Bakso Dari Berbagai Jenis
Daging Melalu Beberapa Pendekatan Statistik (The Hedonic
Scaling of Meatball from Various kind of Meat on Several
Statistic Approached), Jurnal Ilmu Ternak Vol. 7(1).
IX. LAMPIRAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“MASERASI”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB IV

MASERASI

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi


dengan metode maserasi dan menentukan hasil ekstraksi

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ekstraksi merupakan pengambilan bahan aktif dari tumbuhan dengan


pelarut yang sesuai. Dalam melakukan ekstraksi, ada beberapa faktor yang harus
dikontrol, yaitu bahan awal, pelarut yang digunakan, dan juga cara atau metode.
Ekstraksi merupakan tahap awal mengisolasi senyawa tertentu dari sampel
tumbuhan untuk kemudian dapat dilakukan identifikasi lebih lanjut.

Metode ekstraksi ada beberapa macam, diantaranya dengan metode pelarut


(panas atau dingin), destilasi, ataupun cara-cara lain seperti gas superkritis,
ultrasonik, dan elektrik. Salah satu cara yang paling sederhana adalah metode
maserasi yang merupakan bagian dari metode pelarut dingin. Maserasi merupakan
cara penyaringan yang sederhana.maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Oleh karena itu mahasiswa juga perlu
untuk mencoba mempratekkan metode ini, karena disamping mudah juga biaya
yang dibutuhkan tidak terlalu mahal.

Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi. Biasanya
metode yang dipilih tergantung pada beberapa faktor yang paling penting adalah
sifat dari bahan mentah itu sendiri.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara
ekstraksi tanaman obat dengan ukuran pertikel tertentu dan menggunakan medium
pengekstrasi (menstrum) yang tertentu pula. Ekstraksi dapat dilakukan menurut
berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu
tanaman obat dinamakan “micela”. Micelle ini dapat diubah menjadi bentuk obat
siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinctura atau sebagai produk/bahan antara yang
selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering.(Agoes.G,2007)

• Metode Ekstraksi

1. Ekraksi Dengan Pelarut

*Cara dingin => Maserasi dan Perkolasi

*Cara panas => Refluks, Soxhlet, Digesti, Infus, Dekok

2. Destilasi

*Destilasi air & uap

3. Ekstraksi dengan cara lain

Proses maserasi merupakan proses sederhana untuk mendapatkan ekstrak


dan diuraikan dalam kebanyakan farmakope. Cara ini digunakan untuk skala kecil
maupun skala industri. Proses yang paling sederhana hanya menuangkan pelarut
pada simplisia (Pemilihan pelarut yang sesuai akan memberikan efektifitas yang
tinggi). Sesudah mengatur waktu sehingga sesuai untuk tiap – tiap bahan tanaman
(simplisia), ekstrak dikeluarkan, dan ampas hasil ekstraksi dicuci dengan pelarut
yang segar sampai didapat berat yang sesuai. Prosedur ini sama dengan
pembuatan tinctur atau ekstrak khusus, dan kadang – kadang merupakan satu –
satunya prosedur untuk tanaman yang mengandung zat berlendir (musilago)
tinggi. Sebetulnya cara ini tidak begitu berguna karena tidak pernah dapat menarik
zat berkhasiat dari tanaman secara sempurna. Ampas menahan sejumlah besar
solute, yang untuk perolehanya harus dilakukan proses pemerasan (penekanan)
atau cara sentrifugasi dan metode ini digunakan untuk mencari komponen kimia
yang mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung benzoin, tiraks dan
lilin.(Agoes.G,2007). Keuntungan dan kerugian metode maserasi ini adalah
sebagai berikut :

•Keuntungan

*Dapat digunakan untuk sampel tekstur yang lunak

*Pemanasannya dapat diatur

•Kerugian

*Karena pelarut yang digunakan didaur ulang, ekstrak yang terkumpul


pada wadah dibawah terus-menerus dipanaskan sehingga menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas.

*Untuk skala industri sebaiknya tidak menggunakan pelarut dengan titik


didih yang terlalu tinggi.

III. ALAT DAN BAHAN


- Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Erlenmeyer 1
2. Batang pengaduk 1
3. Corong 1
4. Tabung reaksi 12
5. Kain Flanel 1
6. Gelas Ukur 1
7. Blender 1
8. Neraca Analitik 1
- Bahan

No. Nama Bahan Jumlah


1. Simplisia daun pegagan 20 gram
2. Etanol 70% 200 ml

I. CARA KERJA
Timbang 20 gram simplisia daun pegagan

Haluskan simplisia daun pegagan

Masukkan ke dalam beaker glass 500 ml, tambah etanol 70% sebanyak 200
ml

Aduk selama 15 menit kemudian tutup dengan aluminium foil,diamkan


selama 24 jam

Saring menggunakan kain flanel (menghasilkan warna agak keruh/pekat)

Ampas ditambah dengan pelarut, disari dengan cairan penyari sebanyak


100 ml di cawan porselen

Cawan ditutup dengan alumunium foil,didiamkan selama 1 pekan

Cairan menguap, ekstrak mengental


Identifikasi Sampel

1) Uji Flavonoid

Sampel diletakkan di kertas saring

Uapkan dengan amoniak

Muncul warna kuning pada kertas saring (positif flavonoid)

2) Uji Fenol
Sampel ditambah FeCl3

Muncul warna hijau/biru/kehitaman

3) Uji Alkaloid
Ekstrak dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan 2 ml ammonia,
disaring ke tabung reaksi tertutup

Ditambah 3-5 tetes H2SO4 2M, dikocok hingga terbentuk 2


lapisan

Lapisan asam (atas) diambil, dibagi 2, diuji dengan reagen

Pada reagen meyer menghasilkan endapan putih, pada reagen


dragendrof menghasilkan endapan merah

Adanya alkaloid (positif alkaloid)


4) Uji Saponin
Ekstrak dimasukkan tabung reaksi, ditambah 2 ml aquadest,
dididihkan 2-3 menit

Didinginkan dalam suhu ruang, dikocok kuat-kuat, tabung


dibiarkan dalam posisi tegak selama 30 menit

Terbentuknya buih/busa setinggi 1-10 cm selama 15 menit, jika


ditambah HCl pekat 3 tetes busa tetap stabil

Adanya saponin (positif saponin)


IV. HASIL PERCOBAAN

A. Pembuatan Ekstrak Daun Pegagan

Dari 200 gram simplisia daun pegagan dan 200 ml etanol


70% sebagai pelarut yang digunakan diperoleh ekstak sebanyak
120 gram.

B. Perhitungan Randemen

jumlah ekstrak yang diperoleh


Randemen (%) = x 100%
jumlah bahan sebelum diolah

120
𝑅𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%) = 𝑥100% = 60%
200

C. Hasil Identifikasi Sampel

No Jenis Uji Hasil


1 Uji Flavonoid Positif
2 Uji Fenol Positif
3 Uji Alkaloid Negatif
4 Uji Saponin Negatif

V. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui cara
pembuatan ekstrak nabati daun pegagan (Centella Asiatica) dengan
metode maserasi. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan
prinsip ekstraksi sampai setimbang, maksudnya adalah proses ekstraksi
yang dilakukan dihentikan ketika telah terjadi keseimbangan konsentrasi
antara pelarut dengan cairan intrasel (senyawa di dalam sel). salah satu
cara untuk menentukan apakah proses maserasi sudah selesai dan perlu
dihentikan ialah dengan pemberian indikator. Caranya yaitu mengambil
sejumlah tertentu dari maserat lalu ditambahkan pereaksi yang tepat, lalu
di amati apakah terjadi perubahan warna, kekeruhan atau adanya endapan.
Bila hasilnya negatif atau sangat minim berarti zat yang ingin kita ambil
dalam maserat sedah habis atau hampir habis.
Proses ekstraksi dengan metode maserasi merupakan metode yang
paling mudah dilakukan karena memakai alat yang sederhana, yaitu toples
atau bejana untuk menampung maserat, batang pengaduk untuk mengaduk
maserat setiap harinya dan rotavapor untuk memekatkan maserat hasil
maserasi menjadi ekstrak yang kental. Metode yang digunakan cukup
mudah karena tidak perlu teknik khusus, cukup rendamkan simplisia
dalam sejumlah tertentu etanol 95 % sambil diaduk tiap harinya sampai
lima hari lalu di rotavapor untuk mendapatkan ekstrak yang kental.
Tujuan dari proses ekstraksi ialah yang pertama yaitu untuk
mengawetkan, maksudnya ialah apabila suatu zat disimpan dalam bentuk
simplisia kering, nanti dikhawatirkan akan mudah rusak. Seperti tercemar
oleh serangga atau kapang. Sedangkan apabila dalam bentuk ekstrak,
sediaan akan lebih awet karena tidak mengandung air. Alsan yang kedua
ialah untuk identifikasi. Identifikasi yang dimaksud ialah dengan
mengubah simplisia kering menjadi ekstrak dapat lebih mempersempit lagi
kandungan zat aktif dalam suatu ekstrak. Misalnya diperkirakan dalam
suatu simplisia kering mengandung kurang lebih 5000 macam senyawa
setelah di proses dalam bentuk ekstrak akan dapat menyusut menjadi
kurang lebih 1000 senyawa. Salah satu sebab terjadinya pengurangan ini
dikarenakan adanya proses pemisahan yaitu zak aktif pada simplisia kering
hanya terlarut pada pelarut yang cocok. Dengan dibuatnya sediaan ekstrak
simplisia tersebut lebuh mudah diamati dan direaksikan. Tujuan yang ke
tiga ialah dengan sediaan berbentuk ekstrak akan dapat mudah dibuat
menjadi sediaan farmasi lainnya. Contohnya ialah ekstrak belladona yang
diambil dari atropa belladon. Dengan sediaan berbentuk ekstrak akan
mudah untuk dibuat sediaan pil, puyer dan lainnya.
Setelah didapatkan ekstrak yang kental dari Centella Asiatica, tahap
selanjutnya adalah skiring fitokimia. Tujuannya adalah untuk mengetahui
berbagai macam zat yang terkandung dalam Centella Asiatica,dengan
berbagai macam metode identifikasi.

Sebanyak 200 g ekstrak sampel pegagan dimasukkan dalam 200 mL etanol


70%, ditambahkan HCl 37% sebanyak 3 tetes,

larutan tersebut kemudian dipanaskan dalam penangas air. Hasil positif

ditunjukkan oleh adanya perubahan warna menjadi kuning, jingga, atau


merah.

Ekstrak air dan etanol daun pegagan berbentuk sangat kental dengan warna

coklat kehitam-hitaman, akan tetapi ekstrak etanol 70 % warnanya lebih


gelap

daripada ekstrak air. Dalam pembuatan ekstrak pegagan maka akan


didapatkan

rendemen.

Berdasarkan hasil uji fitokimia secara kualitatif didapatkan bahwa ekstrak

etanol dan air pegagan mengandung flavonoid, fenol. Namun tidak


mengandung alkaloid, dan saponin
VI. KESIMPULAN

1. Tujuan dari proses ekstraksi ialah untuk meningkatkan konsentrasi


zat aktif, mengawetkan, identifikasi dan mempermudah untuk membentuk
berbagai sediaan farmasi karena dalam bentuk ekstraknya.
2. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan prinsip
ekstraksi sampai setimbang antara konsentrasi di dalam dan di luar sel.
3. Proses ekstraksi dengan metode maserasi merupakan metode yang
paling mudah dilakukan karena memakai alat yang sederhana.
4. Salah satu cara untuk menentukan apakah proses maserasi sudah
selesai dan perlu dihentikan ialah dengan pemberian indikator (biasanya
indikator warna).
5. Pelarut yang digunakan dalam metode maserasi harus dapat
melarutkan zat aktif yang akan diekstrak.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Agoes.G.2007. Teknologi Bahan Alam.21,38 – 39.Bandung : ITB
Press
Harborne,J.B.1994. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB
VIII. LAMPIRAN

Ampas pegagan maserasi Proses perendaman

Penimbangan bahan Saat proses maserasi


terhindar sinar matahari
Simplisia Pegagan uji alkaloid

Uji fenol uji flavonid

Uji Saponin
TUGAS

1. Sebutkan tanaman asal dari simplisia yang anda periksa beserta khasiatnya
dalam pengobatan
2. Tuliskan klasifikasi tanamannya
Jawab:
1. Centella Asiatica
Nama lain : Daun pegagan
Tanaman asal : (Centella asiatica (L.). Urb)
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Class : Dicotiledoneae
Ordo : Umbelliferae
Famili : Apiaceae
Genus : Centella
Spesies : Centella Asiatica L

2. Khasiat
1. Mempercepat penyembuhan luka
2. Melancarkan aliran darah
3. Menyamarkan strechmarks
4. Meningkatkan fungsi kognifit otak
5. Meredakan kecemasan dan stress
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“INFUNDASI”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB V

INFUNDASI

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi


dengan metode infundansi dan menentukan hasil ekstraksi

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia


dimana kesehatan adalah kebutuhan yang harus dimiliki seluruh bangsa tujuan
dan cita-cita sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 Pembangunan Kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan
dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diatur sedemikian rupa oleh pemerintah


namun pelaksaannya dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat
secara serasi dan seimbang, terutama melalui upaya peningkatan dan pencegahan
yang dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
diperlukan. Dengan demikian upaya kesehatan diselenggarakan dalam suatu
tatanan terbuka dan bersifat dinamis, dengan tujuan tercapainya kemampuan
setiap penduduk untuk hidup sehat.

Masyarakat diarahkan untuk dapat hidup sehat yang optimal hal tersebut
dimaksudkan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang diselenggarakan
dengan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya
kesehatan tersebut harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta dan
masyarakat secara serasi dan seimbang. Kemampuan setiap penduduk untuk hidup
sehat membawa pengertian masyarakat sebagai subyek dan bukan hanya sebagai
obyek. Dengan demikian upaya kesehatan merupakan upaya yang berorientasi
kepada kesehatan masyarakat yang bersifat menyeluruh dengan peran serta aktif
masyarakat.

Sudah ratusan tahun lalu, manusia mengetahui adanya”quinta essentia” yang


terdapat dalam tumbuhan, hewan dan mineral. Disamping quinta essentia yang
bermanfaat bagi manusia, terdapat banyak zat-zat yang hanya diperlukan bagi
kehidupan tumbuhan dan hewan sendiri. Manusia hanya memerlukan quinta
essentia, mereka berusaha untuk memisahkannya dari tumbuhan dan hewan
tersebut.

Pada tahun 1300 Raymundus Lullius menarik quinta essentia dengan anggur yang
dimasukkan dalam botol, dan dibiarkan diluar rumah agar memperoleh panas atau
cahaya matahari. Karena cahaya matahari mengandung ultra violet yang dapat
merusak quinta essentia tersebut, maka pada perbaikan selanjutnya penarikan
dijaga jangan sampai dipengaruhi oleh sinar matahari langsung. Di Indonesia
penarikan sari tersebut dilakukan dengan cara ”memipis” yaitu melumatkan bahan
dengan bantuan air, pada alat yang disebut pipisan kemudian diperas dan
ampasnya di buang.

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian


sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat
erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang
dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan
ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi,
pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat
sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air
panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling

III. Alat Dan Bahan


1. Alat

No Nama Alat Jumlah


1. Panci infus 1
2. Kompor 1
3. Batang pengaduk 1
4. Beaker glass 500 ml 1
5. Kain flannel 1
6. Termometer 1
7. Gelas ukur 100 ml 1
8. Beaker glass 250 ml 1
9. Lap 1
10. Timbangan 1

2. Bahan

No Nama Bahan Jumlah


1. Haksel (Sambiloto) 20 gram
2. Aquadest 500
IV. Prosedur Kerja

Timbang 20 gram
Haluskan sambiloto
sambiloto.

Masukkan simplisi sambiloto Panci infusa bagian bawah diisi


dalam panic infusa, hidupkan aquadest sebanyak 66,7 ml dan
kompor bagian atas 200 ml aquadest

Tunggu selama 15 menit,


0
Tunggu sampai suhu 90 C, kemudian saring dengan kain
kemudian matikan kompor flannel.

Tambahkan air sedikit demi sedikit ad


500 ml

V. HASIL

1. Identifikasi Sambiloto (Andrographidis Herba)


Nama Lain : Sambiloto
Nama Tanaman Asal : Andrographis Paniculata (Nees)
Keluarga : Acanthaceae
Zat berkhasiat utama/ : 2 macam zat pahit yaitu suatu hablur kuning
Isi (androgen folida) yang rasanya sangat pahit
dan kalmegin (zat amorf). Minyak atsiri,
alkaloida, asam kersik, damar, garam alkali.
Penggunaan : Tonikum, antipiretika, diuretika
Pemerian : Tidak berbau, rasa sangat pahit
Bagian yang digunakan : Ranting berdaun
Penyimpanan ; Dalam wadah tertutup baik

2. Klasifikasi Sambiloto
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Family : Acanthaceae
Genus : Andrographis Wall. Ex Nees
Spesies : Andrographis Paniculata (Burm.f.) Wall ex
Nees
1. Uji Organoleptis

Warna : Hijau kecoklatan


Bau : Tidak berbau
Rasa : Pahit
VI. PEMBAHASAN
Kandungan kimia dari sambiloto bervariasi, salah satunya tergantung
oleh faktor lingkungan, meliputi: ketinggian tempat tumbuh, suhu,
kelembaban udara, curah hujan, cahaya matahari, unsur hara, sifat
tanah,
dan pH. Kandungan kimia tanaman sambiloto antara lain:
andrografolid,
neoandrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi-11,12-
didehidroandrografolid, 14-deoksi-11-oksoandrografolid, 14-
deoksiandrografolid, andrografin, panikulida A, B dan C, panikulin, 5-
hidroksi-2’,7,8-trimetoksiflavon, 2’,5-dihidroksi-7,8-dimetoksiflavon,
4’,7-dimetilterapigenin, dan mono-O-metilwigtin.
Andrografolid merupakan senyawa aktif utama tanaman
sambiloto. Andrografolid ditemukan pada bagian akar , batang dan
daun. serta herba Sambiloto telah lama dikenal dan penggunaannya
telah terbukti
efektif dan berkhasiat baik untuk pencegahan maupun pengobatan.
Secara
tradisional daun sambiloto digunakan masyarakat untuk meluruhkan
air
seni, menurunkan panas, obat penyakit kencing manis, disentri basiler,
influenza, radang amandel, radang paru-paru, radang saluran
pernafasan,
radang ginjal, obat gatal, gigitan ular berbisa, bisul, luka bakar, luka
karena infeksi, abses, dan kudis.
Efek farmakologi sambiloto antara lain: antiinflamasi, anti HIV,
antibakteri, antioksidan, antiparasit,
antispasmodik, antidiabetes, antikarsinogenik, antipiretik,
hepatoprotektif,
nematosida, dan aktivitas lainnya. Selain itu, tanaman sambiloto juga
berperan sebagai imunostimulan, antihiperglikemia, kardioprotektif,
vasorelaksan, antiplatelet, dan hipotensif .
Sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang
dikembangkan oleh Badan POM sebagai bahan industri obat
fitofarmaka.
Hal ini didasarkan pada kandungan kimia yang cukup potensial dan
berbagai khasiat tanaman ini untuk pengobatan telah diteliti dengan
baik di dalam maupun di manca negara, antara lain untuk
meningkatkan
ketahanan tubuh terhadap infeksi kuman, anti diare, demam, anti
fertilitas, gangguan lever, dan anti bakteri.
Dalam Sediaan Galenik (1986), ekstraksi atau penyarian merupakan
proses penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut
dengan pelarut cair. Zat aktif yang awalnya berada di dalam sel, ditarik
cairan
penyari sehingga terjadi pelarutan zat aktif dalam cairan penyari
tersebut.
Umumnya penyarian akan bertambah baik jika permukaan serbuk
simplisia
yang bersentuhan dengan penyari semakin luas.
Dalam memilih cairan penyari, harus mempertimbangkan banyak
faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria: murah dan
mudah
diperoleh, stabil secara fisik dan kimiawi, bereaksi netral, tidak mudah
menguap dan tidak mudah terbakar, selektif (yaitu hanya menarik zat
berkhasiat yang dikehendaki), dan tidak berpengaruh terhadap zat
berkhasiat,
dan diizinkan oleh peraturan.
Terdapat beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam
pembuatan ekstrak, di antaranya adalah infundasi.
Infus merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 900 selama 15 menit. Infundasi merupakan
proses
penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan
aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara
ini
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman
dan
kapang. Karena itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh
disimpan lebih dari 24 jam. Keuntungan metode ini yaitu caranya
sangat
sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional.

VII. KESIMPULAN

Infundasi adalah proses penyarian untuk menyari kandungan zat aktif


yang larut dalam air dari bahan – bahan nabati yaitu berupa sediaan
cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90 0C
selama 15 menit.
Efek farmakologi sambiloto antara lain: antiinflamasi, anti HIV,
antibakteri, antioksidan, antiparasit,
antispasmodik,antidiabetes,antikarsinogenik,antipiretik,hepatoprotektif
,nematosida, dan aktivitas lainnya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Farmakope Indonesia Edisi IV : Departemen
KesehatanRepublik Indonesia
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim, 1999. Sediaan Galenika, Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim, 1989. Ekstrak farmakope Indonesia, Materia Medika
Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan ReblublikIndonesia
A.N.S., Thomas.1989.Tanaman Obat Tradisional 1.Yogyakarta:
Kanisius
Anonim, 1989. Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta : DEpertemen
KEsehatan Republik Indonesia
Rohman A.,dan Gandjar, I.G.2010. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rahmawati, Rita, 2001. Kuliah Pengantar Galenika, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
IX. LAMPIRAN

Penimbangan sambiloto simplisia sambiloto


Proses infundasi sambiloto

Panci infus proses infundasi sambiloto


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“SOKLETASI”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB VI

SOKLETASI

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi


dengan metode sokletasi dan menentukan hasil ekstraksi

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen


yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang
dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen
yang diinginkan akan terisolasi.

Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam


padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam
bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang
digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain
dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas
sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.

Adapun prinsip sokletasi ini adalah,Penyaringan yang berulang


ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang
digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan
tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Metoda
sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ),
tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang
akan digunakan atau yang
akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang
diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang
terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara


pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu
akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan
kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan
diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada
labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk
cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak
dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :


1. Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter,
metil klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau
nonpolar.

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan


pelarut – pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat.
Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform
untuk memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid – lipid,
kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk
memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar. Walaupun
demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang
sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan


yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan
dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika
sampai terkena sinar matahari, senyawa
dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau
dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut
senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat
sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada
kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh
terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam
seluruhnya .

Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi


ini lebih efisien, karena:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam
secara berulang kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau
perkolasi.

Sokletasi dihentikan apabila :


1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.
2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak
lagi.
3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan
yang spesifik.

Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang
ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan
yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas
karena akan terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan
menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga
mudah menguap
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat

NO NAMA ALAT JUMLAH


1 Seperangkat alat soklet 1
2 Erlenmeyer 1
3 Penangas air 1
4 Beaker glass 250 ml 3
5 Corong 1
6 Tabung reaksi 12
7 Kertas saring 2
8 Kapas Secukupnya
9 Batang pengaduk 1
b. Bahan

NO NAMA BAHAN JUMLAH


1 Simplisia daun saga 30 gram
2 Metanol 320 ml

IV. PROSEDUR KERJA

Siapkan alat dan bahan

Rangkaian alat soklet disusun

Lakukan kalibrasi 2x dengan aquadest 250 ml

Haluskan simplisia daun saga

Timbang 30 gram, bungkus dengan kertas saring

Masukan kedalam timbal

Maukkan metanol 300 ml ke dalam labu alas bulat


Panaskan labu alas bulat di atas penangas air selama kurang lebih 10x
sirkulasi

Ekstrak didinginkan dan diuapkan sampai kental

Lakukan penapisan kimia


A. Identifikasi Sampel

1. Uji Flavonoid

Siapkan alat dan bahan

Teteskan sampel pada kertas saring

Uapkan dengan amoniak

Muncul warna kuning pada kertas saring

2. Uji Fenol

Siapkan alat dan bahan

Sampel + FeCl3

Muncul warna hijau/ biru/ kehitaman


3. Uji Alkaloid

Siapkan alat dan bahan

Ekstrak dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan 2 ml amoniak

Saring ke dalam tabung reaksi tertutup

Filtrat ditambah 3-5 tetes H2SO4 2M, kocok sampai terbentuk 2 lapisan

Ambil lapisan asam, bagi menjadi 2 bagian untuk pengujian dengan reagen
meyer dan dragendrof

Dengan pereaksi mayer berbentuk endapan warna putih, dengan pereaksi


dragendrof terentuk endapan warna merah

4. Uji Saponin

Siapkan alat dan ahan

Ekstrak dimasukkan ke dalam taung reaksi

Tambahkan 2 ml aquadest, didihkan 2-3 menit

Dinginkan dalam suhu ruangan, kocok kuat

Terbentuk buih/ busa setinggi 1-10 cm selama 15 menit, jika


ditambah HCL pekat 3 tetes busa akan tetap stabil
V. HASIL PERCOBAAN

A. Identifikasi Tanaman
- Nama Simplisia : Abri Folium
- Nama Lain : Daun saga
- Tanaman Asal : Abrus Pretacorius Lim
- Keluarga : Papilionaceae
- Zat bekhasiat/ isi : Glisirizin sampai 15%, Ca-oksalat
- Penggunaan : Obat sariawan

B. Klafisikasi Tanaman
- Devisi : Spermatophyta
- Sub devisi : Angiosperma
- Kelas : Dicotyledonae
- Bangsa : Resales
- Suku : Leguminosae
- Marga : Abrus
- Jenis : Abrus Pretacorius Lim

C. Identifikasi Sampel

NAMA UJI + - KETERANGAN


Muncul warna kuning pada kertas
Uji Flavonoid +
saring
Uji Fenol + Muncul warna kehitaman
Uji Alkaloid
- Mayor + - Terbentuk endapan warna putih
- Dragendrof + - Terbentuk endapan warna merah
Uji Saponin + Tetap adanya buih
D. Perhitungan Randemen

Jumlah ekstrak yang diperoleh


Randemen (%) = x 100%
Jumlah bahan sebelum diolah

4,155
= x 100%
30

= 13, 85 %

VI. PEMBAHASAN
Selama proses sokletasi, suhu mantel pemanas diatur diatas titik
didih nheksana. Dimana dengan demikian, pelarut metanol akan
menguap dan akan kembali mencair sewaktu masuk kedalam
kondensor. Daun saga dihaluskan bertujuan untuk membesar luas
permukaannya. Dengan demikian metanol lebih mudah mengikat
dan membawa minyak dalam daun saga. Ketika metanol dalam
bentuk uap dilewatkan ke daun saga, metanol akan mengikat dan
membawa minyak sampai ke kondensor. Sampai ke kondensor, uap
metanol yang telah mengikat minyak tadi berubah fasa menjadi
cairan dan turun merendam daun saga dalam tabung soklet. Setelah
metanol serta minyak dalam tabung soklet penuh maka secara
otomatis akan turun ke labu didih. Begitu seterusnya sampai dirasa
minyak daun saga telah habis. Selama proses sokletasi digunakan
batu didih yang bertujuan mempercepat proses pendidihan,
meratakan panas, dan mencegah terjadinya bumping (letupan panas
akibat panas yang tidak merata). Pelerut metanol digunakan karena
bersifat nonpolar sehingga dapat mengikat molekul minyak biji
pinang yang nonpolar juga. Proses sokletasi dihentikan apabila
minyak dari sampel dirasa sudah terekstrak habis, yaitu dengan
mengambil selongsong pada tabung soklet dan kemudian diperas
dan ditampung, setelah itu dilakukan pengujian kadar minyak yang
masih terkandung dalam hasil perasan dengan larutan KMnO4.
Apabila suatu larutan sampel dicampur dengan KMnO4 berubah
warna berarti kandungan minyak masih ada dan begitu sebaliknya.
Minyak yang didapat dengan rendemen sebesar 13,85%, hal ini
disebabkan karena pada daun saga minyak yang terkandung cukup,
disamping itu daun saga yang digunakan juga tidak dihaluskan
secara merata sehingga penarikan komponen minyak dari jaringan
biji pinang belum maksimal. Hal lain yang turut mempengaruhi
adalah proses sokletasi yang belum maksimal (dibituhkan waktu
yang lebih lama lagi). Menurut [Nazaruddin, 1992] semakin
lama waktu proses sokletasi, maka semakin maksimal proses
penarikan komponen minyak dalam bahan yang digunakan.
VII. KESIMPULAN
 Ekstraksi dengan metode sokletasi merupakan ekstraksi dengan pelarut
organik yang dilakukan secara berulang-ulang dalam keadaan panas.
 Rendemen yang didapat adalah sebesar 13,85 %.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Djamal,rusdi.1990.KIMIA BAHAN ALAM.Universitas


Andalas:Padang

Fessenden.1998.KIMIA ORGANIK.Jakarta:Erlangga

Wilcux,chaeles.1995.PRINSIP DASAR BELAJAR KIMIA.Universitas


Andalas:Padang
IX. LAMPIRAN

Seperangkat Alat Soklet


Simplisia daun saga

Bahan penapisan kimia

Penimbangan ekstrak Hasil uji flavonoid


kental daun saga
Hasil uji saponin

X.
Hasil uji alkaloid
XI.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“DESTILASI”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB VII

DESTILASI

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi


dengan metode sokletasi dan menentukan hasil ekstraksi

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam memurnikan suatu unsur atau senyawa, digunakan salah satu


bidang studi yang secara khusus membahas tentang hal ini, yaitu metode
pemisahan. Destilasi merupakan salah satu cara dalam metode pemisahan yang
paling kuno, namun tetap berkembang mengikuti perubahan zaman. Sehingga
destilasi-pun terbagi menjadi berbagai tekhnik. Destilasi digunakan untuk
memurnikan zat cair berdasarkan pada perbedaan titik didih cairan. Salah satu
teknik dari destilasi yang umum digunakan adalah destilasi sederhana.

Dalam suatu laboratorium (khususnya kimia), kebutuhan akan air


bersih/aquades adalah suatu hal yang pasti. Sebut saja untuk membuat suatu
larutan atau untuk melarutkan suatu bahan, maka kita membutuhkan air yang
bersih dari logam lain atau yang biasa disebut air destilata atau kita kenal juga
dengan aquades. Selain di laboratorium, air destilat ini juga dibutuhan sebagai
sumber air destilata. Misalnya kita mengolah air laut untuk dijadikan air minum
dan hal ini akan sangat membantu dalam pelayaran sehingga dengan teknik
destilasi ini para pelayar tak perlu lagi membawa stok air bersih, mereka tinggal
melakukan proses destilasi untuk mendapatkan air bersih.
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas, maka percobaan ini
dilakukan untuk mengetahui proses pemurnian air yang tercampur dengan
senyawa lain. Dalam hal ini senyawa yang dimaksud adalah aseton. Titik tidih
kedua senyawa tersebut berbeda.

Salah satu metode pemisahan campuran yang dapat digunakan dalam


kehidupan sehari-hari adalah prinsip destilasi. Destilasi yaitu metode pemisahan
campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih. Cara ini dapat digunakan
untuk memisahkan campuran yang mempunyai titik didih berbeda (Arifiadi dkk,
2013)

Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik


didih. Proses ini dilakukan untuk mengambil alkohol dari hasil fermentasi.
Destilasi dapat dilakukan pada suhu 80 °C, karena titik didih alkohol 78 °C.
sedangkan titik didih air 100 °C. destilasi adalah memisahkan komponen-
komponen yang mudah meguap suatu campuran cair dengan cara menguapkannya
(separating agentnya panas), yang diikuti dengan kondensasi uap yang terbentuk
dan menampung kondensat yang dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari campuran
disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian
campuran yang tidak menguap disebut residu (Kurniawan dkk, 2014).

III.ALAT DAN BAHAN

Alat

No. Nama Alat Jumlah


1. Labu alas bulat 1
2. Pendingin balik 1
3. Pipa alonga 1
4. Erlenmeyer 25ml 1
5. Selang 2
6. Gelas ukur 250ml 1
7. Corong pisah 1
8. Waterbath 1
9. Batang Pengaduk 1
10. Pipa L 1
11. Statif dan Klem 1
12. Neraca Analitik 1
13. Blender 1

Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Simplisia kayu secang 30 gram
2. Air 200ml

IV.CARA KERJA

Timbang simplisia kayu secang 30 gram, kemudian haluskan

Simplisia dimasukkan ke Labu alas ditambah aquadest 200 ml

Labu alas diletakkan di heating mantel, diuapkan

Hasil uap keluar dari pipa L, melewati kondensor, turun kepipa


alonga,masuk ke dalam Erlenmeyer

Dipisahkan dengan corong pisah untuk diambil minyaknya (mengocok corong pisah,
buang gas, diamati minyaknya lalu diambil).

V.HASIL PERCOBAAN

Warna Filtrat Volume Yang Dihasilkan


Jernih 2,3 ml
VI.PEMBAHASAN

Destilasi adalah pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau
titik cair dari masing-masing zat penyusun dan campuran homogen.

Pada percobaan destilasi jenis destilasi yang digunakan di laboratorium


adalah destilasi biasa cara ini digunakan untuk memisahkan 2 macam zat atau
lebih yang mempunyai perbedaan titik didik yang cukup besar.

Mekanisme destilasi berdasarkan kepada perbedaan titik didih antara


larutan pelarut dan zat terlarut. Syarat utama agar destilasi dapat dilakukan adalah
fase cair dan fase uap. Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase cair,
maka pemisahan dengan jalan destilasi tidak dapat dilakukan. Pada proses
pemisahan secara destilasi fase uap akan segera terbentuk setelah jumlah cairan
dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam waktu relatif
cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan
akan berada dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat
dan residu. Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah
menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukan adanya suatu pemisahan.
Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan
secara berulag-ulang, maka akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam
keadaan yang relatif murni.

Fungsi dari komponen alat pada destilasi adalah labu ukur untuk
mengukur volume larutan, kawat kassa sebagai alas labu ukur saat proses
pembakaran, termometer untuk mengamati suhu dalam proses destilasi sehingga
suhu dapat dikontrol dengan suhu yang diinginkan untuk memperoleh destilat
murni, pipa penghubung (adaptor) untuk menghubungkan antara kondensor dan
wadah penampung destilat sehingga cairan destilat yang mudah menguap akan
tertampung dalam gelas kimia dan tidak akan menguap keluar selama proses
destilasi berlangsung, kondensor atau pendingin untuk mendingkan uap destilat
yang melewati kondensor sehingga menjadi cair, bunsen sebagai alat pembakar,
klem dan statif untuk penyangga dan penjepit kondensor, gelas kimia sebagai
wadah penampung destilat yang diperoleh dari proses destialsi.
Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan
herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu,
sumber simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan
dengan cara yang baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai
bahan sediaan herbal yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali
dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM,
2005).

1. Nama tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.)

2. Bagian tanaman yang digunakan Batang

3. Nama simplisia (sesuai dengan aturan baku) Sappan Lignum

4. Fitokimia Brazilin, brazilein, asam galat, tanin, resin, resorsin,


d-α-phellandrene (Dalimartha, 2009).

5. Khasiat Mengaktifkan aliran darah, melarutkan gumpalan


darah, mengurangi bengkak (swelling), meredakan nyeri (analgesik),
menghentikan perdarahan, dan antiseptik (Dalimartha, 2009).

Simplisia sebagai bahan baku obat tradisional sangat berperan dalam


kaitannya dengan mutu suatu produk. Rendahnya kualitas simplisia tanaman obat
lebih banyak disebabkan pada saat penanganan pasca panen, proses pengeringan
bahan dan kondisi penyimpanan. Simplisia tanaman obat yang telah
terkontaminasi bakteri dan kapang dapat terbawa sampai pada produk olahannya
yang kemungkinan dapat menyebabkan rusaknya komponen kimia yang
berkhasiat dan dapat juga menghasilkan toksin yang sangat membahayakan
kesehatan (Chosdu et al. Dalam Katno, 1999).

Menurut Gunawan (2010), kualitas simplisia dipengaruhi oleh dua faktor


antara lain bahan baku dan proses pembuatan simplisia. Berdasarkan bahan
bakunya, simplisia bisa diperoleh dari tanaman liar dan atau dari tanaman yang
dibudidayakan. Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan bahan
simplisia jika dibandingkan dengan hasil budidaya, karena simplisia yang
dihasilkan mutunya tidak seragam.
Bahan baku yang digunakan merupakan batang secang yang telah diserut.
Serutan batang secang tersebut kemudian dijemur selama ± 1 minggu di bawah
sinar matahari untuk mengurangi kadar air, sehingga simplisia tidak mudah rusak
dan tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda yang tergantung


pada beberapa faktor, antara lain: bagian tumbuhan yang digunakan, umur
tumbuhan atau bagian tumbuhan pada saat panen, waktu panen dan lingkungan
tempat tumbuh. Senyawa aktif akan terbentuk secara maksimal di dalam bagian
tumbuhan atau tumbuhan pada umur tertentu. Tumbuhan yang pada saat panen
diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat tumbuhan telah cukup
umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya
dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang
musim kemarau (Gunawan, 2010).

Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk


memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku
akan semakin cepat kering. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat
mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. Proses pengeringan simplisia bertujuan untuk 1)
menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan
bakteri, 2) menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut
kandungan zat aktif, 3) memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya) (Gunawan, 2010).

Sebelum diekstraksi batang secang dihaluskan atau dijadikan serbuk


terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan ekstraksi
pada tahap selanjutnya. Menurut Ditjen POM (1995), serbuk simplisia nabati
adalah bentuk serbuk dari simplisia nabati dengan ukuran derajat kehalusan
tertentu. Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar,
kasar, agak kasar, halus, dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak boleh
mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan merupakan komponen
asli dari simplisia yang bersangkutan antara lain telur nematoda, bagian dari
serangga dan hama serta sisa tanah.
Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika
suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat (Depkes
RI, 2000). Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan menjadi dua
cara yaiut ; cara dingin dan panas. Cara dingin terbagi menjadi dua yaitu maserasi
dan perkolasi, sedangkan cara panas terbagi menjadi empat jenis yaitu refluks,
soxhlet, digesti, infuse dan dekok (Depkes RI, 2000).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan


pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar) (Depkes RI, 2000). Maserasi berasal dari bahasa Latin macerase
berarti mengairi atau melunakkan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling
sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari
sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan
kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang
masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir (Voigt,
1994).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat


aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair,
ekstrak kental, dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa
dituang, biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air
antara 5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Voigt,
1994).

Dari hasil ekstraksi sebanyak 30 gram serbuk secang diperoleh ekstrak cair
sebanyak 2,3 ml. Berikut merupakan hasil dari pengujian parameter spesifik dari
ekstrak simplisia yang meliputi identitas ekstrak dan organoleptik ekstrak :
Parameter Hasil
Identitas:
Nama ekstrak Ekstrak etanol secang
Nama Latin Caesalpinia sappan L.
Bagian tanaman Batang
Organoleptik:
Warna Oranye kemerahan
Bau Aromatis
Bentuk Ekstrak cair

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom


sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat
tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah kolom
untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat
yang akan dipindahkan. Dalam kromatografi partisi cair-cair, suatu pemisahan
dipengaruhi oleh distribusi sampel antara fase cair diam dan fase cair bergerak
dengan membatasi kemampuan pencampuran. Jika suatu zat terlarut dikocok
dalam sistem dua pelarut yang tidak bercampur atau saling melarutkan maka zat
terlarut akan terdistribusi di antara kedua fase (Khopkar, 2008).

Komponen-komponen dalam campuran diadsorpsi dari larutan secara


kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom.
Dengan penambahan pelarut secara terus-menerus, masing-masing komponen
akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi
kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen.
Kesetimbangan dikatakan tetap apabila suatu komponen yang satu dengan yang
lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-
beda sehingga terjadi pemisahan (Yazid, 2005).

Maka hasil dari kolom kromatografi membentuk tiga fragsi yang berbeda.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan larutan yang dipakai mempengaruhi
komponen-komponen yang ada di dalam silica gel untuk menyerap ekstrak secang
yang sudah ditambahkan. Sehingga pergerakan yang terjadi tergantung pada
penyerapan komponen yang bergerak dengan waktu dan kecepatan yang berbeda.
Sehingga jenis pelarut menentukan waktu dan kecepatan dari penyerapan
komponen.

Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) dari familia Caesalpiniaceae


secara tradisional digunakan untuk pengobatan yang memiliki variasi sifat
medisinal yaitu sebagai antikonvulsan (Baek et al, 2002), antiinflamasi,
antiproliferatif, antikoagulan, antivirus, imunostimulan, antioksidan (Badami et al,
2003) dan antimikroba (Xu HX, Lee, 2004).

Sehingga secang memang sudah diteliti bahwa memang mempunyai


kemampuan anti mikrobia dan anti oksidan. Hal ini juga dibuktikan pada
praktikum ini yang di uji dalam microplate yang sudah di masukan bakteri dan di
plating di dalam suatu media yang berisi medium NA. Hasil membuktikan bahwa
tidak ada atau sedikit bakteri yang tumbuh, hal ini dikarenakan ada senyawa yang
menghambat pertumbuhan bakteri.

VII.KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dalam praktikum ini dapat


diketahui bahwa simplisia yang memiliki kualitas baik merupakan simplisia yang
telah melewati tahapan pemilihan bahan baku dan perlakuan yang baik pada saat
proses pembuatan. Ekstraksi dengan serbuk secang dengan berat 30 gram
dilarutkan 200ml aquadest dihasilkan sejumlah 2,3 ml destilasi . Uji fitokimia
menunjukkan bahwa ekstrak secang mengandung flavon dan polifenol. Ekstrak
secang juga mengandung antibakteri dan antijamur serta mengandung antioksidan
yang ditunjukkan dari hasil uji antimikroba, antijamur dan uji antioksidan.
VIII.DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ditjen POM. 1995. Famakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Gunawan, Didik dan Sri, M. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid
1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Holinesti, R. 2009. Studi Pemanfaatan Pigmen Brazilein Kayu Secang


(Caesalpinia sappan L.) sebagai Pewawrna Alami serta Stabilitasnya pada Model
Pangan. Jurnal Pendidikan dan Keluarga UNP.

Indriani, H. 2003. Stabilitas Pigmen Alami Kayu Secang (Caesalpinia


sappan L.) dalam Model Minuman Ringan. Bogor: IPB.

Indriani, Y. H., 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta .Penebar


Swadaya

Katno. 1999. Laporan Penelitian Pengaruh Penyimpanan Terhadap Angka


Jamur dan Angka Lempeng Total Tiga Simplisia Nabati. Tawangmangu: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Balai Penelitian Tanaman Obat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.


IX.LAMPIRAN

Perhitungan bahan secang simplisia secang

\ aquadest sebagai pelarut kayu secang

pengambilan aquadest
alat yang digunakan destilasi
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“EKSTRAKSI CAIR-CAIR”

DI SUSUN OLEH :

NURISMA AMARILIS MINARIZMA ( F420185066 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB VII

EKSTRAKSI CAIR-CAIR

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengnal alat dan bahan baku kimia


dilaboratorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja proses ekstraksi


dengan metode ekstraksi cair-cair dan menentukan hasil ekstraksi

II. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan
satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut
cair (solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Wibawa, 2012).

Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air)
dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik) (Yazid, 2005).

Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara
lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana
pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya
ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik,
dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokshlet. Metode sokshlet
merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair secara
kontinu. Alatnya dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan untuk
ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan (Wibawa, 2012).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua
fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat
anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro.
Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan
anorganik dilaboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah
(paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat
“Counter Current Craig” (Alimin dkk, 2007).

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih
kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan padsa distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidang saling bercampur,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini
dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan
serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan
dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai trace (pengotor) dan
ion-ion logamdalam jumlah makrogram (Khopkar, 2010).

Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang
tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke
pelarut lain. Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung
zat terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini,
hampir semua iodion dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan
tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian mengurangi
lapisan air dari lapisan karbon tetraklorida yang lebih besar. Makin besar tetapan
keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya dalam pelarut
pemisah maka makin sempurna proses pemisahannya (Gillis, 2001).
III.Alat dan Bahan

a. Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Beaker Glass 250 ml 2
2. Cawan porselin 2
3. Klem 1
4. Statif 1
5. Gelas ukur 50 ml 1
6. Batang pengaduk 1
7. Sendok tanduk 1
8. Ring 1
9. Corong pisah 250 ml 1

b. Bahan
No. Nama bahan
1. Ekstrak daun saga
2. Alumunium foil
3. Eter
4. Aquades
IV.Cara Kerja

1. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodin

Siapkan alat dan bahan

timbang ekstrak daun saga sebanyak


1,8 gram

Larutkan ekstrak daun saga dengan 20 ml aquadest, saring


menggunakan kain flanel

Masukkan larutan ekstrak daun saga kedalam corong pisah

Tambahkan eter 30 ml, tutp kemudia kocok dengan


sesekali kran dibuka untuk mengeluarkan gas

Diamkan sampai terjadi pemisahan antara filtrat dan


refinat

Fase air dimasukkan ke corong pisah dan ekstraksi


lagi dengan eter 30 ml sebanya 3 kali replikasi

Uapkan sampai menjadi


ektrak kental
V.Hasil percobaan

1. Uji identifikasi
No. Uji identifikasi Gambar Keterangan

1. Uji flavonoid Muncul warna


kuning pada kertas
saring menandakan
positif flavonoid
2. Uji fenol Muncul wana
hijau/kehitaman
setelah penambahan
FECl3 menandakan
positif fenol
3. Uji alkaloid Pada penetesan
pereaksi meyer tidak
terbentuk endapan
putih dan pada
penetesan pereaksi
dragendrof terbentik
endapan merah.
Menandakan negatif
senyawa alkaloid.
4. Uji saponin Pada uji saponin
tidak menghasilkan
buih menandakan
tidak mengandung
saponin.
2. Perhitungan randemen
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Randemen % = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑜𝑙𝑎ℎ
1,29 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥100%
1,8 𝑔𝑟𝑎𝑚

=0,716x100%
=71,6 %

VI.PEMBAHASAN

Ekstraksi cair-cair merupakan cara pemisahan satu atau lebih senyawa dengan
menggunakan dua pelarut yang tidak bercampur dimana senyawa tersebut akan
terdispersi di antara dua fase sesuai dengan derajat kelarutannya sehingga masing-
masing jenuh dengan perbandingan konsentrasi tertentu dan terjadi pemisahan.
Metode ekstraksi ini seringkali disebut proses partisi dari “crude extract” atau
ekstrak kasar sehingga diperoleh sekumpulan senyawa kimia dengan tingkat
kepolaran yang berbeda-beda.

Pada percobaan ini digunakan ekstraksi cair-cair karena metode ini dapat
dilakukan dalam skala mikro maupun makro, pemisahannya tidak memerlukan
alat khusus, melainkan hanya dengan corong pemisah. Pemisahan yang dilakukan
bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah, dan seringkali untuk melakukan
pemisahan diperlukan beberapa menit.

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan dimana suatu zat terbagi
dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Selain itu ekstraksi juga merupakan
suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut.
Pelarut yang digunakan harus dapat mengestrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya.

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi.

Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair) adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam
dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur, dengan kata lain
perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air. Hal
tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut dalam air
dan ada pula yang dapat terlarut dalam pelarut organik. Pada praktikum kali ini
yaitu fraksinasi ek terhadap ekstrak daun saga. Fraksinasi sendiri sendiri adalah
pemisahan senyawa senyawa berdasarkan kelarutan dalam praktikum ini
menggunakan corong pisah , corong pisah ini digunakan untuk memisahkan
komponen dalam suatu campuran antara dua fasa pelarut dengan densitas berbeda
yang tak tercampurkan. Ekstrak daun saga di fraksinasi dengan pelarut air di
dalam corong pisah , dikocok dengan satu arah dan dilakukan fraksinasi sebanyak
3 kali. Dalam identifikasi secara KLT ini digunakan ekstrak hasil Ektrak Cair-Cair
yang dalam keadaan cair. Dari hasil pengamatan terlihat dari uji identifikasi
flavonoid,fenol,alkaloid,dan saponin yang menghasilkan positif yakni uji
flavonoid dan fenol. Sedangkan alkaloid dan saponin menghasilkan negatif.

VII.KESIMPULAN

Ekstraksi cair-cair dengan campuran diluen (kresol-kerosin) dan solven


(methanol-air) memisahkan kresol dari kerosin dengan solven, sehingga
membentuk 2 fase yaitu fase ekstrak (di lapisan bawah) dan fase rafinat (di lapisan
atas).

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah melakukan


fraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair, namun hasil fraksinasi masih memilki
jumlah spot yang sama karena fraksinasi yang kurang sempurna.

Praktikum kali ini uji flavonoid dan fenol hasilnya positif. Dan alkaloid serta
saponin hasilnya negatif
VIII.DAFTAR PUSTAKA

Alimin M.S, Yunus dan Idris I. 2007. Kimia Analitik. Makassar : UIN Alauddin.

Gillis, O. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Khopkar, M.S. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Mardika, S.F. 2012. Ekstraksi-cair-cair (http://sitifauziahmardika. blogspot.co.id).


Diakses pada tanggal 26 Maret.

Rahayu, S.S. 2009. Ekstraksi Cair (http://www.chem-is-


try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi-cair/). Diakses
pada tanggal 02 Juni.

Wibawa, I. 2012. Ekstraksi Cair-cair (http//indrawibawads.Wordpress.com).


Diakses pada tanggal 23 Maret.

Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi


IX.LAMPIRAN

proses pemisahan antara 2 fase

Uji fenol Uji alkaloid


Uji flavonoid uji saponin

Anda mungkin juga menyukai