Disusun Oleh :
F420185050
(3B_S1 Farmasi)
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan Makalah tentang skrining antigen covid ini. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan akan tulisan ini, namun penulis berharap
kepada pembaca agar memberikan kritik terhadap makalah ini supaya di tulisan-tulisan
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada dosen ibu Apt. Eko
Retnowati,M.Si.,M.Farm, M.Farm dan asisten dosen Yang mana berkat perintah dan
perhatiannya beliau laporan resmi teknologi sediaan steril ini dapat dibuat dengan
sedemikian rupa. Saya selaku penyusun harapkan laporan resmi teknologi sediaan steril ini
dapat bermanfaat bagipertambahan pengetahuan pembaca.
Latar Belakang
1) Kemungkinan reaksi silang (cross reactive) dengan jenis virus corona lain
2) Infeksi lampau dengan jenis virus corona selain virus SARS-CoV-2[1-3,9]
KESIMPULAN
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa rapid test tidak
digunakan untuk diagnostik. Rapid test dapat menjadi metode skrining atau penapisan awal
COVID-19 pada kondisi dengan keterbatasan kapasitas pemeriksaan RT-PCR, terutama pada
populasi spesifik dan situasi khusus seperti pada pelaku perjalanan, lapas, panti, asrama, dan
pondok. Triase awal di fasyankes tetap harus melalui anamnesis secara komprehensif,
termasuk latar belakang contact tracing dan surveilans di daerahnya.
Diagnosis klinis COVID-19 harus tetap dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR.
Berdasarkan bukti sampai saat ini, WHO merekomendasikan penggunaan rapid
test imunodiagnostik hanya untuk penelitian, tidak untuk pengambilan keputusan klinis,
sampai bukti yang mendukung penggunaan untuk indikasi tertentu tersedia.
Mengingat rapid test ini memungkinkan terjadinya hasil yang positif palsu dan
negatif palsu, maka hasil yang positif sebaiknya tetap dikonfirmasi dengan tes RT-
PCR. Kelompok asimtomatik yang perlu dilakukan skrining dengan hasil negatif harus
dilakukan tes ulang setelah 7 hari.