KELOMPOK :
SEMESTER 5
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
B. Dasar Teori.......................................................................................................................2
A. Alat ..................................................................................................................................5
B. Bahan ...............................................................................................................................5
A. Hasil ............................................................................................................................... 11
B. Pembahasan.................................................................................................................... 13
BAB IV .................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................................. 16
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
isolasi dan analisis senyawa flavonoid.
B. Dasar Teori
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat, dari sekian ribu
tanaman obat tersebut, masih banyak sekali tanaman yang belum diketahui khasiatnya.
Salah satu diantara tanaman obat tersebut adalah tanaman singkong atau ketela pohon
atau ubi kayu, atau dalam bahasa Inggris disebut cassava (Manihot utilissima pohl).
Tanaman singkong berasal dari Brazilia tetapi sekarang sudah tersebar hampir di seluruh
dunia. Indonesia termasuk salah satu negara penghasil singkong utama dunia (Soetanto,
2001). Daun ubi kayu memiliki berbagai kandungan, salah satunya yaitu flavonoid.
Kandungan utama flavonoid daun ubi kayu adalah rutin yang merupakan glikosida
kuersetin dengan disakarida yang terdiri dari glukosa dan rhamnosa.
2
OH
OH
HO O
OH O
3
dalam air bahan-bahan nabati. Penyarian dengan car aini menghasilkan sari yang tidak
stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Flavonoid didalam bahan yang
diisolasi bersifat polar sehingga dapat disari dengan air panas dan dikristalkan dengan
pendinginan (Harbone 1987).
Kromatografi lapis tipis (Thin-layer chromatography/TLC) merupakan teknik
kromatografi yang berguna untuk memisahkan senyawa organik. Karena kesederhanaan
dan kecepatan TLC, sering digunakan untuk memantau kemajuan reaksi organik dan
untuk memeriksa kemurnian produk. Teknik pemisahan dengan KLT memiliki banyak
kelebihan, karena KLT merupakan Teknik yang serbaguna, yang dapat diaplikasikan
untuk hamper semua senyawa. Pemisahan dapat dicapai dengan biaya tidak terlalu mahal,
yang dihasilkan dari adsorben yang baik dan pelarut yang murni. Pemisahan dapat
dicapai dalam waktu yang singkat, sehingga memungkinkan KLT merupakan suatu
Teknik dengan jaminan keberhasilan, di dalam pemisahan campuran yang tidak diketahui
(Rosamah, 2019).
4
BAB II
A. Alat
- Seperangkat alat infus (panci infus)
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Corong
- Corong pisah
- Cawan porselen
- Tabung reaksi
- Vial
- KLT (kromatografi Lapis Tipis)
- Oven
- Saringan buchner
- Lampu uv 254 nm
- Kertas saring
- Spatula
B. Bahan
- Serbuk daun singkong
- Air suling
- Ammonia Pekat
- Methanol
- HCl 2N
- Natrium Sulfat anhidrat
- Asam asetat 15%
- n-Butanol
- pereaksi sitroborat
- KMNO4
- Lempeng selulosa
- Quersetin
5
C. SKEMA KERJA
(+)warna jingga sampai merah untuk flavon, (+)merah sampai merah tua untuk
flavonol, (+)merah tua sampai magenta untuk flavonon.
6
2. Isolasi Rutin Dari Daun Singkong
Masukkan dalam erlenmeyer 250 ml dan simpan dikulkas selama 1 minggu hingga
terbentuk kristal putih kekuningan.
7
3. Lanjutan Isolasi Rutin
Buang sebagian larutan jernih secara pelan-pelan agar kristal tidak ikut terbuang
Saring kristal yang terbentuk pada dasar erlenmeyer dengan kertas saring yang
sebelumnya telah ditimbang menggunakan corong buchner
Kertas saring beserta kristal kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu
50°C
Ambil sedikit padatan kristal yang sudah dikeringkan dan masukkan dalam vial
8
4. Hidrolisis Rutin
Masukkan dalam beaker glass dan tambahkan 5 ml metanol kemudian dituang dalam
tabung reaksi, bilas beaker glass dengan 10 ml Hcl 2 N dan masukkan dalam tabung
reaksi sebelumnya.
Pada tabung reaksi ditaruh corong berisi kapas elanjutnya direflux selama 1 jam.
Selanjutnya larutan yang telah direflux dimasukkan dalam corong pisah dan
ditambahkan dengan 20 ml eter dan kocok perlahan.
Larutan eter disaring menggunakan kertas saring yang ditambahkan dengan 1 gram
natrium sulfat anhidrat.
Larutan eter selanjutnya di uapkan dan ditambahkan dengan 2 ml metanol (Sari II)
Larutan air asam hasil hidrolisis diuapkan hingga volumenya mencapai sekitar 1 ml (Sari
III).
9
A. Analisis Kualitatif Rutin dan Hasil Hidrolisis
1. Analisis kualitatif 1
a. Fase diam : Plat silika selulosa
b. Fase gerak : asam asetat 15%
c. Cuplikan : Sari I, Sari II, Sari III masing-masing sebanyak 3 totolan , kecuali
sari III 10 totolan
d. Larutan baku : Glukosa
e. Deteksi :
1) Sinar UV 366
2) Uap amonia, dibawah sinar tampak dan UV 366
3) Pereaksi KMnO4,Panaskan 100°C selama 5 menit
2. Analisis Kuantitatif 2
a. Fase diam : Plat silika selulosa
b. Fase gerak : n-butanol : asam asetat 15% : air (4:1:%)
c. Cuplikan : Sari I, Sari II, Sari III masing-masing sebanyak 3 totolan , kecuali
sari III 10 totolan
d. Larutan baku : quersetin
e. Deteksi : sinar UV 366, Uap amonia dan menggunakan pereaksi sitroborat
f. Catat harga Rf yang terbentuk.
10
BAB III
A. Hasil
a. Analisis Golongan Flavonoid
Sampel : serbuk simplisia daun singkong
Hasil uji Shinoda : jingga
Interpretasi hasil : positif golongan flavon
b. Hasil Isolasi Glikosida Flavonoid
1. Organoleptis
Organoleptis Hasil isolasi Teoritis dan Pustaka
2. Rendemen
Bobot serbuk simplisia = 50 gram
Bobot kristal = 0,7356 – 0, 5761 = 0,1595 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
Rendemen = x 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
0,1595 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,319%
11
c. Hasil Hidrolisis Glikosida Flavonoid
Identifikasi KLT
Fase diam : selulosa
Fase gerak : asam asetat 15%
Pereaksi pendeteksi : pereaksi sitroborat
12
B. Pembahasan
Uji senyawa flavonoid dilakukan dengan cara test Shinoda, yang dilakukan dengan
menambahkan Mg secukupnya, 5 tetes HCl dan 2 ml amil alkohol. Penambahan serbuk
Mg bertujuan agar gugus karbonil Flavonoid berikatan dengan Mg (Afriani, N., Dkk., 2016).
Penambahan HCl pekat digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu
dengan menghidrolisis O-glikosil untuk membentuk garam Flavilium. Flavonoid yang tereduksi
dengan Mg dan HCl dapat memberikan warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil
alkohol (Latifah, 2015). Pada sampel simplisia daun singkong, dinyatakan positif terdeteksi
senyawa flavonoid golongan flavon, karena reaksi yang terjadi menghasilkan warna jingga.
Flavon merupakan flavonoid yang sering ditemukan pada daun, buah dan bunga dalam bentuk
glukosida. Flavon berfungsi sebagai antioksidan atau penangkal radikal bebas (Syafitri, dkk.,
2022).
13
Gambar 2. Struktur kimia senyawa rutin
Rutin termasuk ke dalam senyawa flavonoid golongan flavon karena adanya ikatan
rangkap pada C2 dan C3. Gugus hidroksil (-OH) pada C3 dalam struktur senyawa rutin
tersubstitusi oleh disakarida glikosil dan ramnosil. Hal ini menyebabkan floresensi berubah
menjadi warna kuning ketika diuapi dengan amoniak (Gambar 4 pada Lampiran). Pada
praktikum ini identifikasi senyawa rutin menggunakan metode KLT dengan fase diam yaitu
selulosa dan fase gerak yaitu asam asetat 15% dengan baku pembanding yaitu glukosa. Setelah
diuapi dengan amoniak warna kuning tampak samar pada senyawa sari I yang ditotolkan di plat
KLT selulosa dimana sari I merupakan fraksi hasil dekokta, hal ini sejalan dengan senyawa rutin
yang bersifat polar karena adanya gugus gula pada ikatan C3. Hal ini membuktikan adanya
senyawa rutin pada ekstrak daun singkong.
Senyawa rutin dapat dengan mudah terhidrolisis menjadi senyawa glikon dan aglikonnya
yang dikatalis oleh glucosidase (Auha dan Alauhdin, 2021). Senyawa aglikon dari rutin adalah
kuersetin, dimana ikatan gula lepas akibat hidrolisis (Rachmawati dkk, 2021). Senyawa rutin
yang terhidrolisis membentuk senyawa kuersetin yang tidak mengandung senyawa gula
disakarida glukosil dan ramnosil. Hal ini menyebabkan senyawa kuersetin menjadi lebih non
polar akibat lepasnya gugus gula yang meningkatkan polaritas senyawa.
Pada praktikum ini analisis menggunakan metode KLT dengan fase diam selulosa dan
fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dengan baku pembanding kuersetin. Setelah diuapi
14
dengan amoniak warna kuning tampak di bagian atas plat KLT pada senyawa sari II yang
ditotolkan, sama seperti baku pembanding kuersetin (Gambar 8 dan 10 pada Lampiran).
Kuersetin merupakan senyawa non polar karena tidak memiliki gugus gula pada ikatan C3,
sehingga dapat ditarik oleh pelarut non polar seperti eter. Fase gerak yang digunakan bersifat non
polar, sehingga akan meningkatkan Rf aglikon yaitu senyawa kuersetin yang terlarut dalam sari
II. Senyawa sari II merupakan hasil dari hidrolisis kristal kasar rutin yang dilarutkan dengan
pelarut eter yang merupakan senyawa non polar. Hal ini membuktikan bahwa adanya senyawa
kuersetin pada ekstrak daun singkong, dimana kuersetin diambil dari hidrolisis senyawa rutin
yang terkandung di dalam ekstrak daun singkong.
15
BAB IV
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum ini dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu:
1. Terdapat senyawa flavonoid yaitu golongan flavon dalam ekstrak daun singkong yang
dibuktikan dengan terbentuknya warna jingga pada lapisan amil alkohol,
2. Terdapat senyawa rutin dalam fraksi air hasil dekokta dalam ekstrak daun singkong
dengan rendemen 0,319% yang dibuktikan dengan warna kuning pada plat KLT setelah
diuapi dengan amoniak,
3. Terdapat senyawa kuersetin pada hasil hidrolisis kristal kasar rutin yang dibuktikan
dengan warna kuning pada plat KLT di bawah sinar UV 366 nm.
B. Saran
Berdasarkan hasil praktikum ini, penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Pengulangan tahap penyemprotan dengan KMnO4 pada KLT dengan fase gerak asam
asetat 15% agar dapat terlihat dengan jelas warna yang dihasilkan
2. Penyaringan hasil dekokta dilakukan dengan menggunakan alat Buchrer agar proses lebih
cepat dan pengotor yang ikut tidak terlalu banyak.
16
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, N., Idawati, N, Alimuddin, A., 2016. Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak
Akar Mentawa (Artocarpus anisophyllus) Terhadap Larva Artemia Salina. JKK,
Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 58-64.
Anonim 1983. The Merck Index, An Encyclopedia of Chemicals and Drug. Ninth Edition New
Jersey: Merck and Co., Inc, p: 7936.
Auha, N. A., & Alauhdin, M. 2021. Development and Validation of Infrared Spectroscopy
Methods for Rutin Compound Analysis. Indonesian Journal of Chemical Science
10(2), 102-107.
Azizah, Z., Elvis, F., Zulharmita, Misfadhila, S., Chandra, B., Yetti, R. D. 2020. Penetapan
Kadar Flavonoid Rutin pada Daun Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) secara
Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Farmasi Higea 12(1), 90-98.
Harbone JB 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Markham Kr. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih dan Sofia N, penerjemah.
Bandung: Penerbit ITB.
Kar, A. (2014). Farmakognosi & Farmakobioteknologi Vol. 1 Edisi 2). Jakarta
Latifah, 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid Dan Uji Aktivitas Antioksidan Pada
Ekstrak Rimpang Kencur (Kaemferia galanga L.) Dengan Metode DPPH ( 1,1-
Difenil-2-Pikrilhidrazil). UIN Maulana Malik Ibrahim : Malang.
Rachmawati, W., Yuliantini, A., & Saeful, A. K. 2021. Pengaruh Proses Pemanasan terhadap
Kandungan Rutin pada Daun Singkong. Jurnal Farmasi Galenika, 8(2), 91-104.
Rosamah Nehi, 2019. Kromatografi Lapis Tipis. Mulawarman Univercity: Samarinda.
Syafitri, Y., Indira H., Heny, P. 2022. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Madu Hutan
(Apis dorsata) Kapuas Hulu dengan Metode KLT dan Spektrofotometri UV-Vis.
Journal Of Pharmacy Science And Practice I Volume 9.
Soetanto, E. 2001. Membuat Patilo dan Krupuk Ketela. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
17
LAMPIRAN
Ekstrak disaring
18
Ditambahkan serbuk Mg
19
Dikocok kuat, terbentuk warna jingga di lapisan amil alcohol (atas)
20
Hasil dekokta didiamkan di kulkas agar kristal rutin mengendap
21
Penyaringan kristal kasar rutin dengan Buchrer
Hasil penyaringan di oven dengan suhu 50C untuk mengeringkan kristal kasar rutin
22
C. Hidrolisis rutin menjadi glikon dan aglikonnya
Reflux kristal kasar rutin yang sudah ditambah methanol dan HCl 2N
Menimbang natrium sulfat untuk mengikat air hasil fraksinasi dengan eter
23
Fraksi eter disaring dengan natrium sulfat untuk memisahkan air yang ikut dalam
pemisahan
Lapisan air yang terikat oleh natrium sulfat tidak ikut tersaring
24
D. Analisi s hasil isolasi
Proses KLT pada fase gerak asam asetat 15% dengan baku pembanding glukosa
Proses KLT pada fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dengan baku pembanding
kuersetin
25
KLT analisis I KLT analisis I di lampu UV 254 nm
26
Analisi II setelah di uap ammonia Analisis II proses penyemprotan pereaksi Sitroborat
27