PRAKTIKUM FITOKIMIA
TUGAS V
Disusun oleh:
NIM : 201510410311199
Kelas : Farmasi – D
2018
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON
1.1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan antrakinon dalam tanaman.
1.2. TINJAUAN PUSTAKA
1.2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman
a) Klasifikasi Rheum officinale L.(tanaman kelembak) adalah sebagai berikut (Backer &
Bakhuizen, 1965):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polygonales
Famili : Polygonaceae
Genus : Rheum
Spesies : Rheum officinale Baill
Reaksi warna
a) Uji Borntrager
Ekstak sebanyak 0,3 gram di ekstraksi dengan 10 ml aquadest, saring, lalu filtrat
diekstraksi dengan toluene dalam corong pisah.
Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan
dan dibagi menjadi dua bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB.
Larutan VA sebagai blanko, larutan VB ditambahkan ammonia pekat 1 ml dan
dikocok.
Timbulnya warna merah menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
b) Uji modifikasi Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambahkan dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 ml H2O2
encer.
Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, fltrat ditambah asam asetat glacial,
kemudian diekstraksi dengan 5 ml toluena.
Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua bagian sebagai larutan VIA dan VIB.
Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambahkan ammonia pekat 1 ml.
Timbulnya warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukkan
adanya antrakinon.
Jika noda tidak berwarna maka dipakai pereaksi penampak noda yang sesuai atau
dengan menyinari lapisan memakai sinar ultraviolet (Gritter, 1991).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan
nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi,
yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya
(Gandjar,2007).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap
maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat kelarutan
senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak
bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.(Fessenden,
2003).
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada
dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak
senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada (Soebagil,2002).
1.2.5 Tinjauan ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa yang yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pembuatan ekstrak
memiliki beberapa tahapan (Depkes RI, 2000).
a) Pembuatan serbuk simplisia
Simplisia dibentuk menjadi serbuk agar proses pembasahan dapat merata dan
difusi zat aktif meningkat
b) Cairan pelarut
Pelarut digunakan untuk memisahkan zat aktif. Farmakope menyatakan etanol
merupakan pelarut yang baik digunakan secara universal. Pelarut dipilih secara
13 selektif tergantung pada zat aktif yang diharapkan. Ethanol dapat melarutkan
zat dari tanaman tanpa merusak bagian dari tanaman tersebut
c) Pemisahan dan pemurnian
Tahapan memisahkan zat aktif yang diharapkan sehingga mendapatkan ekstrak
murni
d) Pengeringan ekstrak
Pengeringan ekstrak bertujuan untuk menghilangkan pelarut dari bahan
sehingga menghasilkan massa kering rapuh
e) Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh
dengan simplisia awal
Metode ekstraksi secara maserasi merupakan metode pemisahan zat aktif secara
pengadukan dan penyaringan. Metode maserasi digunakan untuk membuat ekstrak
tumbuhan. Cairan pelarut masuk kedalam sel menciptakan perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam dan di luar sel. Larutan konsentrasi rendah berada di dalam sel
sedangkan larutan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel (Depkes RI, 2000).
1.3. PROSEDUR KERJA
1. Reaksi warna
c) Uji Borntrager
Ekstak sebanyak 0,3 gram di ekstraksi dengan 10 ml aquadest, saring, lalu filtrat
diekstraksi dengan toluene dalam corong pisah.
Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan
dibagi menjadi dua bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB.
Larutan VA sebagai blanko, larutan VB ditambahkan ammonia pekat 1 ml dan
dikocok.
Timbulnya warna merah menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
d) Uji modifikasi Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambahkan dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 ml H2O2
encer.
Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, fltrat ditambah asam asetat glacial,
kemudian diekstraksi dengan 5 ml toluena.
Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua bagian sebagai larutan VIA dan VIB.
Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambahkan ammonia pekat 1 ml.
Timbulnya warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukkan
adanya antrakinon.
2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Sampel ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan:
Fase Diam : Kiesel Gel 254
Fase Gerak : toluena - etil asetat - asam asetat glacial (75 : 24 : 1)
Penampak noda : Larutan KOH 10% dalam methanol.
Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu
menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
Skema Kerja
a) Reaksi Warna
1. Uji Borntrager
Filtrat + Asam asetat glasial kemudaian Fase Toluena diambil dan dibagi
diekstraksi dengan 5ml Toluena menjadi 2 bagian VIA dan VIB
2. Pemeriksaan KLT
Fase Diam Kiesel Gel 254 Fase gerak :
- Toluena 75
- Etil Asetat 24
- Asam asetat glasial 1
dieluasi
Backer, C.A. & Van Den Brink, R.C.B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes Only), Vol II,
N.V.P, 363-364, 424-425, Noordhoff-Groningen, Netherlands.
DepKes, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta, Erlangga.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi Analisis, pustaka pelajar,
Yogyakarta.
Gritter, R, J., 1991, Pengantar Kromatografi Edisi II, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA, Makassar.
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan. Konsius: Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1986. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.