OLEH:
KELOMPOK 3
NAMA KELOMPOK
PADANG
2018
OBJEK II
ISOLASI SENYAWA FENOLIK α-MANGOSTIN DARI PERICARP KULIT BUAH MANGGIS (Gracinia
mangostana L., Clusiaceae)
i. TUJUAN
untuk mengetahui dan mempertahankan cara mengisolasi senyawa
golongan fenolik
untuk mengetahui cara mengidentifikasi senyawa fenolik
ii. TEORI
1. Klasifikasi
2. Nama Daerah
manggu (jawa barat)
manggus (lampung)
manggurto (sulawesi selatan)
manggista (sulawesi barat)
manggustan (maluku)
manggis (melayu)
4. Kandungan senyawa
kulit buah manggis memiliki kandungan senyawa aktif yang termaksud
golongan xanthon,kandungan kimia buah kulit buah manggis adalah xanthon,
mangostin, garisino, flavonoid, epikatekin dan tanin. xanthon ialah bahan
kimia aktif dan strukturnya yang terdiri dari tiga cincin dan ini menjadikan
stabil ketika berada dalam tubuh manusua.
senyawa fenolik ialah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang menempel di cincin aromatik. alfa mangostin merupakan
contoh senyawa fenolik yang diisolasi dari buah manggis. kulit manggis kaya
akan pektin, tanin, zat warna hitam dan zat antibiotik xanthone.
(verheij,1997)
xanthon merupakan kelas utama phenol dalam tanaman. xanthon
memiliki kandungan senyawa yang meliputi mangostin, mangostenol,
mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthon, tovophyllin B dan alfa
mangostin, gercinon B, mangostenol, flafonoid epicatechin dan gartanin.
senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan. dari seluruh senyawa
yang ada, turunan xanthon berupa alpa-mangostin merupakan komponen
yang paling banyak terdapat pada kulit manggis. selain jumlah yang lebih
banyak alpa-mangostin juga memiliki aktifitas biologi yang paling baik.
5. Ekstraksi
sediaan kering kental dan cair dibuat dengan mencari simplisia nabati
dan hewani menurut oekat yang cocok, diluar pengaruh matahari langsung,
ekstrak kering halus mudah digerus menjadi serbuk. metode penyaringan
adalah maserasi, perkolasi dari ekstrak dengan alat soxhlet.
ekstraksi pelarut atau sering juga disebut dengan ekstraksi air
merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan
(biasanya didalam air) dengan menggunakan pelarut lain biasanya organik.
ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara
dua fasa cair yang tidak saling bercampur. teknik ekstraksi sangat berguna
untuk pemisahan secara cepat untuk zat organik maupun zat anorganik. cara
ini juga dapat digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam kimia organik.
6. Penguapan
penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan.
kecepatan terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui
batas diatas cairan yang bersangkutan. disini berlaku prinsip perpindahan
massa dan tekanan parsial merupakan tenaga dorongnya. pada penguapan
terbentuknya berjalan sangat lambat sehingga cairan tersebut harus
mendidih. selama mendidih uap tersebut terlepas melalui gelombang-
gelombang udara yang terlepas dari cairan. kecepatan pengguapan
tergantung pada kecepatan pemindahan panas, oleh karena itu alat
penguapan dirancang agar dapat memberikan pemindahan panas yang
maksimal kepada cairan untuk itu permukaan harus seluas mungkin dan
lapisan batas dikurangi. untuk memilih alat yang tepat harus diperhatikan
sifat bahan yang akan diuapkan. tujuan penguapan adalah menghilangkan
cairan penyaring yang digunakan agar didapatkan ekstrak yang kental.
7. Isolasi
fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dan
campuran (padat,cair,terlarut,suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa
jumlah kecil komposisi perubahan menurut kelandaian. pembagian atau
pemisahan ini didasarkan pada bobot dari setiap fraksi-fraksi yang lebih berat
akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas.
fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti, eter,
ester, benzen, etanol, diklorometana atau campuran pelarut tersebut, asam
lemah, asam renin, lilin, tanin dan zat warna adalah yang penting dan didapat
diekstrak dengan pelarut organik.
8. Pemurnian
pemurnian senyawa organik padat dapat dilakukan dengan
rekristalisasi dengan pelarut yang didasarkan pada prinsip kelarutanzat-zat
yang direkristalisasi dilarutkan dalam pelarut yang didasarkan pada prinsip
kelarutan. zat-zat yang direkristalisasi dilarutkan dalam pelarut pada suhu
tinggi, dihilangkan pengotornya disaring untuk menghilangkan residu yang
tidak larut dan didinginkan kristal yang terbentuk kemudian disaring pada
tekanan rendah dicuci dan dikeringkan.
HASIL
1. Organoleptis
Bentuk : Amorf
Bau : Kuning oucat
Warna :-
Rasa :-
2. kelarutan
senyawa alfa mangostin tidak larut dalam air, larut dalam
alkohol,eter,aseton,etil,kloroform
3. profil KLT
Rf = jarak spot dari titik awal
jarak tempuh eluen
Rf 1. 2,5 = 0,625
4
2. 1,3 = 0,325
4
Rendemen (%) = berat senyawa X 100%
berat simplisia
= 0,4 g X 100% = 0,8%
50 g
Jadi, nilai Rf dari alfa mangistin dari kulit buah manggis adalah 0,625 dan
0,325 terdapat 2 noda , noda tidak terlalu besar karena senyawa alfa
mangostin merupakan senyawa mayor dalam kulit buah manggis. adapun
eluen yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan
1:4.
Isolasi senyawa fenolik (alfa mangostin) dilakukan dalam praktikum ini berasal dari
sampael kulit buah manggis (gracinia mangostana L) yang telah dikeringkan dan digerinder
sampai halus. adapun tujuan pengeringan ini adalah untuk menginaktifasi enzim yang
terkandung didalam jaringannya, selain itu juga untuk mencegah tumbuhnya jamur,
sehingga sampel bisa digunakan untuk waktu yang lama, didalam langkah kerja juga
diharuskan sampelnya dalam keadaan halus dengan tujuan adalah agar luas permukaan
sampel bertambah sehingga mempermudah proses pelarut senyawa-senyawa yang
terkndung didalam sampel.
Sebelum mengisolasi senyawa alfa mangostin dilakukan ekstrak dingin yaitu dengan
maserasi. pada tahap awal, dihilangkan senyawa-senyaw nonpolar seperti lemak dengan
menggunakan pelarut n-heksan. karena yang diisolasi adalah bagian kulit, kita ketahui
bahwa bagian kulit memiliki banyak kandungan lain selain senyawa utama contohnya
seperti lemak. kemudian dimaserasi dengan etil asetat bertujuan untuk menarik senyawa
alfa mangostin yang cenderung bersifat semi polar. dalam melakukan maserasi ini juga
dibantu dengan pengocokan sehingga senyawa yang diinginkan lebih mudah ditarik.
setelah itu dilakukan identifikasi KLT dengan menggunakan eluen n-heksan : etil
asetat dengan perbandingan 4:1. didapatkanlah 2 buah noda dengan nilai Rf yang berbeda.
vi . KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
SARAN
pahami teori dasar objek praktikum dengan baik
berhati-hati dan teliti dalam bekerja
pahami prosedur kerja dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea u.f. 1994. universitas tanaman obat indonesia jendral III. departemen kesehatan RI.
penelitian dan pembangunan kesehatan