(Alpinia galanga)
I.
TUJUAN
Melakukan
PRINSIP PERCOBAAN
A. Ekstraksi dan Pemeriksaan Parameter Ekstrak
1. Hukum like dissolve like
Suatu senyawa cenderung mudah larut dalam pelarut yang memiliki
kepolaran yang relatif sama.
2. Maserasi
Cara ekstraksi dimana simplisia direndam dalam perkulator dengan
menggunakan pelarut etanol sampai meresap dan melunakkan susunan
sel sehingga zat-zat akan melarut dengan pelarut sesuai kepolarannya.
3. Rendemen Ekstrak
Berat ekstrak total
100
Rendemen ekstrak =
Berat simplisia
4. Bobot Jenis Ekstrak
Perbandingan kerapatan zat terhadap kerapatan air.
Kerapatan ekstrak
Bobot jenis ekstrak =
Kerapatan air
5. Dinamolisis
Pola difusi sirkular dari ekstrak yang ditunjukkan oleh kertas saring
Whatman.
6. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama yang
pernah terkenal, digunakan secara luas, terutama dalam analisis
campuran yang rumit dari sumber alam.
B. Fraksinasi
1.
Hukum like dissolve like
Suatu senyawa cenderung mudah larut dalam pelarut yang memiliki
kepolaran yang relatif sama
2.
3.
pada
pemukaan
melibatkan
interaksi
Migrasi differensial
Perpindahan solut diantara fase gerak dan fase diam karena perbedaan
kepolaran.
C. Pemurnian Fraksi
Adsorpsi
: Penyerapan
pada
pemukaan
melibatkan
interaksi
kesetimbangan.
III.
TEORI
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman (Depkes RI, 1979).
Tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Pengeringan tersebut
Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom
Super divisi
Divisi
Kelas
Sub kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae (tumbuhan)
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
: Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
: Commelinidae
: Zingiberales
: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
: Alpinia
: Alpinia galanga (L.) (Plantamor, 2010)
Deskripsi tanaman
Alpinia galanga (L.) Sw. (Zingiberaceae) adalah ramuan herbal dengan akar
rhizome yang memiliki batang berdaun tinggi. Hal ini dikenal dengan lengkuas
besar (Jaju, 2009).
Lengkuas termasuk terna tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai
2-2,5 meter. Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah sampai dataran
tinggi, lebih kurang 1200 meter diatas permukaan laut. Ada 2 jenis tumbuhan
lengkuas yang dikenal yaitu varitas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih
dan vaaritas berimpang umbi merah. Lengkuas berimpang umbi putih inilah yang
dipakai penyedap masakan, sedang lengkuas berimpang umbi merah digunakan
sebagai obat. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari susunan
pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang dan antara daun
yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja, sedangkan
3
bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun.
Bunganya muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain
berserat kasar juga mempunyai aroma yang khas (Rizal, 2005).
Kandungan Kimia
Alpinia galanga ini kaya akan minyak esensial seperti sineol, metil sinamat,
miresin, dan metal eugenol, serta mengandung berbagai flavon seperti galangin,
galangol, alpinin, kampferide, dan 3-dioxy-4-methoxy flavones (Jaju, 2009).
Dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
tumbuhan lengkuas mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol dan
terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan
dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid asetoksicavikol
asetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan lengkuas
(Itokawa, 1993).
Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua
(Compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid
(Colegate, 1993).
Struktur galangol
( Iwan, 2005).
Galangol merupakan salah satu zat yang dihasilkan oleh proses metabolit
sekunder dari ekstrak rimpang Alpinia galanga (lengkuas). Galangol merupakan
senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan flavonoid. Salah
satu fungsi dari flavonoid adalah mencegah kerusakan jaringan tanaman yang
disebabkan oleh sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya matahari. Dalam
proses pengabsorpsian tersebut flavonoid akan berkurang karena terdestruksi oleh
cahaya (Fatimah, 2010).
butanol,
aseton,
dimetilsulfoksida,
dimetilformamida,
dan
air
(Harbone,1987)
Metode Penyarian
Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan
ekstraksi.Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya.Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa
faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, dan daya penyesuaian dengan tiap
macam metode ekstraksi.
Metode-metode ekstraksi yang sering digunakan diantaranya :
A. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan
simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya
terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan
pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari
dilakukan
dalam
wadah
berbentuk
silindris
atau
pemisahan
terjadi
selama
perambatan
kapiler
(pengembangan).
Silica gel
Fase diam ini dapat digunakan sebagai fase polar maupun non polar.Untuk
fase polar,merupakan silika yang dibebaskan dari air, bersifat sedikit asam.
Silica gel perlu ditambah gips (kalsium sulfat) untuk memperkuat
pelapisannya pada pendukung. Sebagai pendukung biasanya lapisan tipis
digunakan kaca dengan ukuran 20x20 cm, 10x20 cm, atau 5x10 cm.
pendukung yang lain berupa lembaran alumunium atau plastik.Silica gel
kadang-kadang ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari dengan
sinar UV dapat berfluoresensi atau berpendar, sehingga dikenal dengan
silica gel GF254 yang berarti silica gel dengan fluoresen yang berpendar
pada 254 nm.
Silica gel untuk fase non polar terbuat dari silika yang dilapisi dengan
senyawa non polar misalnya, lemak, parafin, minyak silikon raber gom,
atau lilin.Dengan fase tersebut fase gerak air yang polar dapat digunakan
sebagai eluen.Fase diam ini dapat memisahkan banyak senyawa, namun
elusinya sangat lambatdan hasil uji ulangnya kurang bagus (Sudjadi,
1991).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik. Sistem
pelarut multikomponen ini harus berupa satu campuran sesederhana
mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
warna, bau dan rasa dari ekstrak yang diperoleh (Depkes RI, 2000).
Rendemen ekstrak
Rendemen dapat ditetapkan dengan rumus :
Berat ekstrak total
Rendemen ( )=
x 100
Berat simplisia
(Depkes RI, 2000).
Bobot jenis ekstrak
Penetapan bobot jenis bertujuan memberikan batasan maksimal tentang
besarnya massa per satuan volume. Bobot jenis ekstrak dapat ditetapkan
dengan rumus:
Bobot jenis ekstrak =
Kerapatan ekstrak
Kerapatan air
(Depkes RI, 2000).
banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawasenyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan
adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan
Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam :
a
Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi
dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel
dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh
kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam
kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran
dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang
keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi (Alam, 2007).
Kromatografi
Cair
Vakum
mempunyai
keuntungan
yang
utama
Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak
10
11
merupakan jenis adsorben ( fase diam ) yang penggunaannya paling luas. Semakin
polar solute, maka semakin tertahan kuat kedalam adsorben silica gel ini. Adsorpsi
solut oleh fase diam atau oleh adsorben tergantung pada:
PEMURNIAN FRAKSI
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah
dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis preparative
(KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian
besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. (Hostettmann et al., 1995).
Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya
partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak
mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen
kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda
sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al., 1995).
Proses isolasi yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi. Adsorpsi
adalah senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya serap adsorban
terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah kelarutan
tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah
gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda yang menyebabkan terjadi
pemisahan (Hostettmann et al., 1995).
Adapun keuntungan dari KLT preparatif yaitu : keserbagunaan, kecepatan,
12
Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang
memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang
berbeda(silverstein,1991)
KLT dua arah atau dua dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi
sampel ketika komponen-komponen solut mempunyai karakteristik kimia yang
hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asamasam amino. Selain itu, dua sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat
digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan
analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (Silverstein, 1991).
Sampel ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem
fase gerak sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar dengan salah
satu sisi. Lempeng diangkat, dikeringkan dan diputar 90, dan diletakkan dalam
bejana kromatografi yang berisi fase gerak kedua, sehingga bercak yang terpisah
pada pengembangan pertama terletak dibagian bawah sepanjang lempeng, lalu
dikromatografi lagi (Silverstein, 1991).
14
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun
Makasar. UIN Alauddin.
Praktikum
Fitokimia.
Republik
4th
Edition.
16