Anda di halaman 1dari 16

ISOLASI GALANGIN DARI SIMPLISIA RIMPANG LENGKUAS

(Alpinia galanga)
I.

TUJUAN
Melakukan

isolasi galangol dari simplisia rimpang lengkuas (Galangae

rhizoma) dengan metode maserasi, kromatografi cair vakum, dan


kromatografi kolom.
II.

PRINSIP PERCOBAAN
A. Ekstraksi dan Pemeriksaan Parameter Ekstrak
1. Hukum like dissolve like
Suatu senyawa cenderung mudah larut dalam pelarut yang memiliki
kepolaran yang relatif sama.
2. Maserasi
Cara ekstraksi dimana simplisia direndam dalam perkulator dengan
menggunakan pelarut etanol sampai meresap dan melunakkan susunan
sel sehingga zat-zat akan melarut dengan pelarut sesuai kepolarannya.
3. Rendemen Ekstrak
Berat ekstrak total
100
Rendemen ekstrak =
Berat simplisia
4. Bobot Jenis Ekstrak
Perbandingan kerapatan zat terhadap kerapatan air.
Kerapatan ekstrak
Bobot jenis ekstrak =
Kerapatan air
5. Dinamolisis
Pola difusi sirkular dari ekstrak yang ditunjukkan oleh kertas saring
Whatman.
6. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama yang
pernah terkenal, digunakan secara luas, terutama dalam analisis
campuran yang rumit dari sumber alam.

B. Fraksinasi
1.
Hukum like dissolve like
Suatu senyawa cenderung mudah larut dalam pelarut yang memiliki
kepolaran yang relatif sama
2.

Hukum Distribusi Nerst


Jika terdapat dua pelarut yang tidak saling bercampur, dan
ditambahkan zat ketiga maka zat ketiga tersebut akan terdistribusi ke
kedua sistem pelarut dengan konsentrasi tertentu.

3.

Adsorpsi dan partisi


Adsorpsi : Penyerapan

pada

pemukaan

melibatkan

interaksi

elektrostatik seperti ikatan hidrogen. Solut bersaing dengan fase gerak


untuk terikat pada permukaan adsorben.
Partisi : Suatu zat akan terdistribusi ke dalam fase gerak dan fase diam
dan pemisahan akan berakhir setelah terjadi kesetimbangan.
4.

Migrasi differensial
Perpindahan solut diantara fase gerak dan fase diam karena perbedaan
kepolaran.

C. Pemurnian Fraksi
Adsorpsi
: Penyerapan

pada

pemukaan

melibatkan

interaksi

elektrostatik seperti ikatan hidrogen. Solut bersaing dengan


Partisi

fase gerak untuk terikat pada permukaan adsorben.


: Suatu zat akan terdistribusi ke dalam fase gerak dan fase
diam dan

pemisahan akan berakhir setelah terjadi

kesetimbangan.
III.

TEORI
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman (Depkes RI, 1979).
Tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Pengeringan tersebut

harus dillakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan


kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat cepatnya, tanpa
menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik (Harborne,
1987).
Lengkuas

Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom
Super divisi
Divisi
Kelas
Sub kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae (tumbuhan)
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
: Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
: Commelinidae
: Zingiberales
: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
: Alpinia
: Alpinia galanga (L.) (Plantamor, 2010)

Deskripsi tanaman
Alpinia galanga (L.) Sw. (Zingiberaceae) adalah ramuan herbal dengan akar
rhizome yang memiliki batang berdaun tinggi. Hal ini dikenal dengan lengkuas
besar (Jaju, 2009).
Lengkuas termasuk terna tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai
2-2,5 meter. Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah sampai dataran
tinggi, lebih kurang 1200 meter diatas permukaan laut. Ada 2 jenis tumbuhan
lengkuas yang dikenal yaitu varitas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih
dan vaaritas berimpang umbi merah. Lengkuas berimpang umbi putih inilah yang
dipakai penyedap masakan, sedang lengkuas berimpang umbi merah digunakan
sebagai obat. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari susunan
pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang dan antara daun
yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja, sedangkan
3

bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun.
Bunganya muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain
berserat kasar juga mempunyai aroma yang khas (Rizal, 2005).
Kandungan Kimia
Alpinia galanga ini kaya akan minyak esensial seperti sineol, metil sinamat,
miresin, dan metal eugenol, serta mengandung berbagai flavon seperti galangin,
galangol, alpinin, kampferide, dan 3-dioxy-4-methoxy flavones (Jaju, 2009).
Dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
tumbuhan lengkuas mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol dan
terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan
dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid asetoksicavikol
asetat, merupakan senyawa yang bersifat antitumor dari tumbuhan lengkuas
(Itokawa, 1993).
Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua
(Compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid
(Colegate, 1993).

Struktur galangol

( Iwan, 2005).
Galangol merupakan salah satu zat yang dihasilkan oleh proses metabolit
sekunder dari ekstrak rimpang Alpinia galanga (lengkuas). Galangol merupakan
senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan flavonoid. Salah
satu fungsi dari flavonoid adalah mencegah kerusakan jaringan tanaman yang
disebabkan oleh sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya matahari. Dalam
proses pengabsorpsian tersebut flavonoid akan berkurang karena terdestruksi oleh
cahaya (Fatimah, 2010).

Senyawa galangol dapat diisolasi dari tanaman. Ekstraksi dilakukan secara


maserasi dengan metilen klorida, sedangkan fraksinasi dilakukan dengan metode
kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom gravitasi (KKG), dan
kromatografi lapis tipis (KLT). Identifikasi struktur senyawa dilakukan
dengan spektroskopi UV, IR, dan KG-SM. Berdasarkan analisa tersebut
didapatkan stuktur senyawa diarilheptanoid dengan berat molekul 326. Senyawa
tersebut mengandung gugus hidroksi dan metoksi pada cincin aromatik serta gugus
karbonil pada rantai heptannya (Fatimah, 2010).
Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-C3C6.Tiap bagian C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan
oleh atom C3 yang merupakan rantai alifatik(Markham, 1988).
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam .Flavonoid
merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak
tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol,
metanol,

butanol,

aseton,

dimetilsulfoksida,

dimetilformamida,

dan

air

(Harbone,1987)
Metode Penyarian
Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan
ekstraksi.Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya.Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa
faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, dan daya penyesuaian dengan tiap
macam metode ekstraksi.
Metode-metode ekstraksi yang sering digunakan diantaranya :
A. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan
simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya
terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan
pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari

cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan


warna) dan dikocok kembali.Waktu lamanya maserasi berbeda-beda antara
4-10 hari.Semakin besarperbandingan cairan pengekstraksi terhadap
simplisia, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1995).
B. Perkolasi
Perkolasi

dilakukan

dalam

wadah

berbentuk

silindris

atau

kerucut(perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai.


Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara terus-menerus dari atas, akan
mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa
serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara terus-menerus,
akan terjadi proses maserasi bertahap banyak.pada perkolasi melalui suplai
bahan pelarut segar, perbedaan konsentrasi selalu dipertahankan (Voigt,
1995).
C. Soxhletasi
Soxhletasi dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet. Cairan
penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari
kertas saring, atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan
karat, atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga
mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping,
kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak.Cairan turun ke labu
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun
melarutkan zat aktif serbuk simplisia

Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang terdiri
atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat
gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa
larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di
dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase
gerak),

pemisahan

terjadi

selama

perambatan

kapiler

(pengembangan).

Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl,


1985).
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam
digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silica gel atau alumina. Silica gel
biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada lapisan
dan menambah adhesi pada gelas penyokong (Sudjadi, 1991).
Fase diam dan fase gerak pada KLT

Silica gel
Fase diam ini dapat digunakan sebagai fase polar maupun non polar.Untuk
fase polar,merupakan silika yang dibebaskan dari air, bersifat sedikit asam.
Silica gel perlu ditambah gips (kalsium sulfat) untuk memperkuat
pelapisannya pada pendukung. Sebagai pendukung biasanya lapisan tipis
digunakan kaca dengan ukuran 20x20 cm, 10x20 cm, atau 5x10 cm.
pendukung yang lain berupa lembaran alumunium atau plastik.Silica gel
kadang-kadang ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari dengan
sinar UV dapat berfluoresensi atau berpendar, sehingga dikenal dengan
silica gel GF254 yang berarti silica gel dengan fluoresen yang berpendar
pada 254 nm.
Silica gel untuk fase non polar terbuat dari silika yang dilapisi dengan
senyawa non polar misalnya, lemak, parafin, minyak silikon raber gom,
atau lilin.Dengan fase tersebut fase gerak air yang polar dapat digunakan
sebagai eluen.Fase diam ini dapat memisahkan banyak senyawa, namun
elusinya sangat lambatdan hasil uji ulangnya kurang bagus (Sudjadi,
1991).

Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik. Sistem
pelarut multikomponen ini harus berupa satu campuran sesederhana
mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).

Spektrofotometri Ultra Violet Visibel


Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm)dan sinar
tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer.Spektrofotometri
UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar padamolekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.Suatu molekul hanya menyerap
radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang khusus (spesifik untuk
molekul tersebut) absorbsi cahaya ultraviolet (radiasi berenergi tinggi)
mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke
orbital dengan energi yang lebih tinggi (Fessenden and Fessenden, 1997).
Pemeriksaan Parameter Ekstrak
Pemeriksaan parameter ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas
ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan kimianya.
a Pemeriksaan organoleptik ekstrak
Pemeriksaan menggunakan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk,
b

warna, bau dan rasa dari ekstrak yang diperoleh (Depkes RI, 2000).
Rendemen ekstrak
Rendemen dapat ditetapkan dengan rumus :
Berat ekstrak total
Rendemen ( )=
x 100
Berat simplisia
(Depkes RI, 2000).
Bobot jenis ekstrak
Penetapan bobot jenis bertujuan memberikan batasan maksimal tentang
besarnya massa per satuan volume. Bobot jenis ekstrak dapat ditetapkan
dengan rumus:
Bobot jenis ekstrak =

Kerapatan ekstrak
Kerapatan air
(Depkes RI, 2000).

Kadar air ekstrak


Penetapan kadar air ekstrak dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
dengan titrasi langsung atau tidak langsung (pereaksi Karl-Fischer), destilasi

atau gravimetri (Depkes RI, 2000).


Pola kromatogram lapis tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan dengan fasa diam silika gel GF 254
8

dan fase gerak/pengembang kombinasi pelarut dengan perbandingan yang


cocok. Untuk memperoleh perbandingan pengembang yang optimal, dapat
diperoleh dari literatur atau data data peneitian atau mencoba dengan
perbandingan pelarut polar, semipolar, atau non polar yang umum (Depkes RI,
2000).
Pola dinamolisis
Dinamolisis adalah suatu metode yang digunakan untuk identifikasi zat

berdasarkan diameter. Dinamolisis dapat dilakukan dengan cara kertas saring


Whatman diameter 10 cm, titik pusatnya dilubangi kemudian dipasang sumbu
yang terbuat dari kertas saring. Kertas saring bersumbu ini kemudian
ditutupkan pada cawan petri yang berisi maserat atau ekstrak cair. Kemudian
dibiarkan sampai terjadi proses difusi sirkular selama kurang lebih 10 menit
(Depkes RI, 2000).
FRAKSINASI
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat
dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa,
dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya,
kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan , dan
kromatografi preparatif hanya dilakukan juka diperlukan fraksi murni dari
campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan berdasarkan sifat fisika
umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah: (1) Kecenderungan molekul
untuk melarut dalam cairan (kelarutan), (2) Kecenderungan molekul untuk
melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi, penjerapan), dan (3)
Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian)
. Ada empat teknik kromatografi yaitu:
1

Kromatografi Kertas (KKt)


KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut

dalam air (karbohidrat, asam amino dan senyawa fenolat).


Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang

larut lipid (lipid, steroid, karotenoid, kinon sederhana dan klorofil).


Kromatografi Gas Cair (KGC)
KGC penggunannya terutama untuk senyawa atsiri (asam lemak, mono- dan
9

seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang).


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
KCKT adalah suatu metode yang menggabungkan keefisienan kolom dan
kecepatan analisis. KCKT dapat memisahkan kandungan yang keatsiriannya
kecil (Alam, 2007).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih

banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawasenyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan
adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan
Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam :
a

Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi

kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.


Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan
pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom
melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk
semua, sambil kran kolom dibuka (Alam, 2007).
Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen

dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel
dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh
kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam
kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran
dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang
keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi (Alam, 2007).
Kromatografi

Cair

Vakum

mempunyai

keuntungan

yang

utama

dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu :

Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak

lebih lambat (10-100l/menit)


Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal
jika digabung dengan spectrometer massa

10

Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat


karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas
missal sampel klinis

Kerugian KCV (Kromatogravi Cair Vakum) :

Membutuhkan waktu yang cukup lama


Sampel yang dapat digunakan terbatas ( Alam, 2007 ).

Gambar Kromatografi Kolom Vakum

Gambar Kromatografi Kolom Konvensional


Kromatografi Cair Vakum ini bekerja berdasarkan prinsip adsorpsi dan
partisi. Adsorpsi merupakan penyerapan pada permukaan yang melibatkan
interaksi-interaksi elektrostatik seperti ikatan hydrogen, penarikan dipole- dipole,
dan penarikan yang diinduksi oleh dipole. Solute akan bersaing dengan fase gerak
untuk berikatan dengan sisi-sisi polar pada permukaan adsorben. Silica gel

11

merupakan jenis adsorben ( fase diam ) yang penggunaannya paling luas. Semakin
polar solute, maka semakin tertahan kuat kedalam adsorben silica gel ini. Adsorpsi
solut oleh fase diam atau oleh adsorben tergantung pada:

Struktur kimia solute


Ukuran partikel adsorben
Kelarutan solute dalam fase gerak.
Kromatografi yang berdasarkan pada adsorpsi bermanfaat untuk

memisahkan isomer-isomer posisi .Partisi merupakan proses sorpsi yang analog


dengan ekstraksi pelarut. Fase diam diikatkan pada padatan tipis yang lemben
(inert). Dalam partisi solute akan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam
sesuai dengan kelarutan relative diantara keduannya (Voight,1995)

PEMURNIAN FRAKSI
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah
dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis preparative
(KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian
besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. (Hostettmann et al., 1995).
Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya
partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak
mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen
kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda
sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al., 1995).
Proses isolasi yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi. Adsorpsi
adalah senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya serap adsorban
terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah kelarutan
tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah
gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda yang menyebabkan terjadi
pemisahan (Hostettmann et al., 1995).
Adapun keuntungan dari KLT preparatif yaitu : keserbagunaan, kecepatan,

12

dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT disebabkan oleh kenyataan bahwa


disamping selulosa sejumlah penjerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada
pelat kaca atau penyangga lain dan digunakan untuk kromatografi. Walaupun
silika gel paling banyak digunakan, lapisan dapat pula dibuat dari alumunium
oksida, celite, kalsium hidroksida, damar penukar ion, magnesium fosfat,
poliamida, sephadex, polovinil pirolidon, selulosa dan campuran dua bahan diatas
atau lebih. Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap yang
lebih padat bila disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita
menelaah senyawa labil. Kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga bila diperlukan
dapat dipisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran mikrogram
.KLT preparatif juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: kerja penyaputan pelat
dengan penjerap (Hostettmann et al., 1995).
Penotolan cuplikan
Cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat
KLTP. Pelarut yang baik ialah pelarut atsiri (heksana, diklorometana, etil asetat),
karena jika pelarut kurang atsiri terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus
sekitar 5 10 %. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin
karena pemisahan bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan
tangan (pipet) tetapi lebih baik dengan penotol otomatis (camag, desaga, dsb)
(Hostettmann et al., 1995)
Memilih fase gerak dan mengembangkan pelat KLTP
Fase gerak biner berikut (dalam berbagai perbandingan) sangat sering
dipakai pada pemisahan secara KLTP: N-heksana-etilasetat, N-heksana-aseton,
kloroform-metanol. Penambahan sedikit asam asetat atau dietil amina berguna
untuk memisahkan, berturut-turut senyawa asam dan senyawa basa (Hostettmann
et al., 1995)
Isolasi senyawa yang sudah terpisah
Kebanyakan penjerap KLTP mengandung indikator fluoresensi yang
membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah sepanjang senyawa yang
dipisahkan menyerap sinar UV (Hostettmann et al., 1995).
KLT Dua Arah
13

Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang
memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang
berbeda(silverstein,1991)
KLT dua arah atau dua dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi
sampel ketika komponen-komponen solut mempunyai karakteristik kimia yang
hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asamasam amino. Selain itu, dua sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat
digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan
analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (Silverstein, 1991).
Sampel ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem
fase gerak sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar dengan salah
satu sisi. Lempeng diangkat, dikeringkan dan diputar 90, dan diletakkan dalam
bejana kromatografi yang berisi fase gerak kedua, sehingga bercak yang terpisah
pada pengembangan pertama terletak dibagian bawah sepanjang lempeng, lalu
dikromatografi lagi (Silverstein, 1991).

14

DAFTAR PUSTAKA
Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun
Makasar. UIN Alauddin.

Praktikum

Fitokimia.

Colegate, S.M. and Molyneux, R.J. 1993. Bioactive Natural Products:


Detection, Isolation and Structural Determination. Boca Raton. CRC
Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta. Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta. Departemen Kesehatan
Indonesia.

Republik

Fatimah, S. 2010. Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metilen Klorida dari


Rimpang Alpinia galanga. http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate3100004019874/9671/. [Diakses pada tanggal 8 Mei 2011]
Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S. 1991. Organic Chemistry.
California. Brooks/Cole Publishing Company.

4th

Edition.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. 2nd Edition. Bandung. ITB.


Hostettmann, K. 1995. Phytochemistry of Plants Used in Traditional Medicine.
Oxford. Clarendon Press.
Itokawa, H. and Takeya, K. 1993. Anti- tumor subtances from higher plants.
Heterocycles 35: 1467- 1501.
Jaju, S. B. 2009. Galangoflavonoid Isolated from Rhizome of Alpinia galanga
(L). http://www.ajol.info/index.php/tjpr/article/view/49402/35736/. [Diakses
pada tanggal 7 Mei 2011].
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung. ITB.
Rizal. 2005. Lengkuas. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=17/.
[Diakses pada tanggal 8 Mei 2011].
Silverstein. 1991. Spectrometric Identification of Organic Compounds. Canada.
Jhon Wiley & Sons, Inc.
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung.
ITB Press.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta. UGM Press.
15

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta.


Gadjah Mada University Press.

16

Anda mungkin juga menyukai