Anda di halaman 1dari 39

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Kratom

1. Klasifikasi

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angeospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Rubiaceae

Suku : Rubiales

Marga : Mitragyna

Jenis : Mitragyna Speciosa Korth (Tjitrosoepomo,G,2005)

Gambar 1. Mitragyna Speciosa Korth

7
8

2. Nama lain

Purik, Ithang, Kahuam, thom, ketum atau Biak-biak

(Raini,M, 2017).

3. Morfologi tanaman

Kratom merupakan tumbuhan yang memiliki tinggi

mencapai 50 kaki (±15m) dengan cabang menyebar lebih dari 15

kaki (±4,5m),memiliki batang yang lurus dan bercabang,dengan

bunga kuning dan dalam kelompok berbentuk bulat (ball-shaped

clusters). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang selalu hijau.

Daun kratom berwarna hijau gelap mengkilap,halus,berbentuk

bulat telur melancip (ovate-acuminate) dan berlawanan dalam

pola pertumbuhan. Daun kratom dapat tumbuh dengan panjang

melebihi 7 inci (±18 cm) dan lebar 4 inci (±10 cm). daun terlepas

dan digantikan secara konstan, namun ada beberapa kuasi musim

(quasi-seasonal) dimana daunnya rontok karena kondisi

lingkungan. Selama musim kering setiap tahun daun yang gugur

lebih banyak dan daun yang baru akan tumbuh lebih banyak pada

musim hujan. Bila tanaman ini tumbuh diluar habibat aslinya maka

musim gugur daun akan terjadi saat suhu dingin sekitar 4ºC

(Raini,M, 2017).

4. Khasiat

Tanaman kratom berkhasiat sebagai obat diare, pereda

nyeri, batuk, hipertensi, lemah syahwat, halusinasi, delusion,


9

mental confusion, gangguan emosional, dan insomnia (Raini,M,

2017).

5. Kandungan kimia

Tanaman kratom mengandung lebih dari 40 jenis alkaloid

diantaranya adalah mitraginin, 7-hidroksimitraginin, painantein,

spesioginin, spesiosiliatin, beberapa jenis flavanoid, terpenoid,

saponin, dan beberapa jenis glikosida, kandungan utama dari

kratom adalah mitraginin (Raini,M, 2017).

B. Metode Penyarian (Hanani,2015)

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan

senyawa dari matriksa atau simplisia dengan menggunakan pelarut

yang sesuai. Peran ekstraksi dalam analisis fitokimia sangat penting

karena sejak tahap awal hingga akhir menggunakan proses ekstraksi

termasuk fraksinasi dan pemurnian. Ada beberapa istilah yang banyak

digunakan dalam ekstraksi, antara lain ekstraktan (yakni, pelarut yang

digunakan untuk ekstraksi), rafinat (yakni, larutan senyawa atau bahan

yang akan diekstraksi), dan linarut (yakni, senyawa atau zat yang

diinginkan terlarut dalam rafinat). Metode ekstraksi yang digunakan

tergantung pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan senyawa

yang akan diekstraksi. Pelarut yang digunakan tergantung pada

polaritas senyawa yang akan disari, mulai dari bersifat nonpolar

hingga polar, sering disebut sebagai ekstraksi bertingkat. Pelarut yang

digunakan mulai dari heksana, petroleum eter, lalu selanjutnya


10

kloroform atau diklometana, diikuti dengan alcohol, methanol dan

terakhir, apabila diperlukan digunakan air. Simplisia dikumpulkan dan

dibersihkan dari pengotor dengan cara pemilahan (pemisahan

simplisia lain yang tidak digunakan) atau pencucian. Dalam melaukan

ekstraksi terhadap simplisia sebaiknya digunakan simplisia yang

segar, tetapi karena berbagai keterbatasan umumnya dilakukan

terhadap bahan yang telah dikeringkan. Kerja berbagai enzim yang

terdapat dalam simplisia segar akan dihambat pada proses ekstraksi.

Pengeringan simplisia dilakukan setelah kerja enzim dihambat dengan

cara mencelupkan dalam methanol mendidih selama beberapa detik

sehingga perubahan senyawa secara enzimatis dapat dicegah atau

dikurangi. Cara pengeringan dipilih yang tidak mengakibatkan

terjadinya perubahan metabolit baik secara kualitatif ataupun

kuantitatif. Pengeringan dilakukan secepat-cepatnya, selain pengaruh

sinar matahari dengan suhu yang terlalu tinggi. Salah satu contoh

pengeringan yang sering dilakukan adalah dengan aliran udara.

Sebelum simplisia diekstraksi, simplisia kering dapat disimpan dalam

wadah tertutup rapat dan tidak terlalu lama, untuk mencegah

timbulnya hama/ kutu yang dapat merusak kandungan kimia.

Pengecilan ukuran diperlukan agar proses ekstraksi berjalan cepat.

Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang

merupakan hasil proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau

simplisia menurut cara yang sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari


11

ekstraksi yang masih mengandung sebagian besar cairan penyari.

Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar cairan penyari

sudah diuapkan, sedangkan ekstrak kering akan diperoleh jika sudah

tidak mengandung cairan penyari. Tingtur (tinctura) merupakan

sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi suatu

simplisia dengan pelarut yang tertera pada masing-masing monografi.

Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat dengan menggunakan 20% zat

berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras.

1. Metode Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan

senyawa dari campurannya atau simplisia. Ada beberapa cara

ekstraksi yang telah diketahui. Masing-masing cara tersebut

memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan metode

dilakukan dengan memperhatikan antara lain sifat senyawa,

pelarut yang digunakan dan alat tersedia. Sturktur untuk setiap

senyawa, suhu dan tekanan merupakan faktor yang perlu

diperhatikan dalam melakukan ekstraksi. Alkohol merupakan

salah satu pelarut yang paling banyak dipakai untuk menyari

secara total. Beberapa metode ekstraksi yang umum digunakan

antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletsi, infusa, dekok,

destilasi, lawan arah (countercurrent), ultrasonic, gelombang mikro

(microwave assisted extraction, MAE), dan ekstraksi gas

superkritis (supercritical gas extraction,SGE).


12

a. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan

merendam dalam pelarut pada suhu kamar sehingga

kerusakan atau degradasi metabolit dapat diminimalisasi.

Pada maserasi terjadi proses keseimbangan konsentrasi

antara larutan diluar dan di dalam sel sehingga diperlukan

penggantian pelarut secara berulang. Kinetik adalah cara

ekstraksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan

pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi yang

dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu

40ºC – 60 0C.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan

pelarut yang selalu baru dengan mengalirkan pelarut melalui

simplisia hingga senyawa tersari sempurna. Cara ini

memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih banyak.

Untuk meyakinkan perkolasi sudah sempurna, perkolat dapat

diuji adanya metabolit dengan perekasi yang spesifik.

c. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada

suhu titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik.

Agar hasil penyaarian lebih baik atau sempurna, refluks


13

umumnya dilakukan berulang-ulang (3 – 6 kali) terhadap

residu pertama. Cara ini memungkinkan terjadinya penguraian

senyawa yang tidak tahan panas.

d. Soxhletasi

Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut

organik pada suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi,

simplisia dan ekstrak berada pada labu berbeda. Pemanasan

mengakibatkan pelarut menguap dan uap masuk dalam labu

pendingin. Hasil kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga

ekstraksi berlangsung terus-menerus dengan jumlah pelarut

relative konstan. Ekstraksi ini dikenal sebagai ekstraksi

sinambung.

e. Infusa

Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan

pelarut air, pada suhu 96ºC – 980C selama 15 – 20 menit

(dihitung setelah suhu 960C tercapai). Bejan infusa tercelup

dalam tangas air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat

lunak, seperti bunga dan daun.

f. Dekok

Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa,

hanya saja waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan

suhunya mencapai titik didih air.


14

g. Destilasi (penyulingan)

Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau

menyari senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai

pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan uap air akan

terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa

yang diekstraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari

minyak atsiri dari tumbuhan.

h. Lawan Arah (counter current)

Cara ekstraksi ini serupa dengan cara perkolasi, tetapi

simplisia bergerak berlawan arah dengan pelarut yang

digunakan. Cara ini banyak digunakan untuk ekstraksi herbal

dalam skala besar.

i. Ultrasonik

Ekstraksi ultrasonik melibatkan penggunaan

gelombang ultrasonik dengan frekuensi 20 – 2000 kHz

sehingga permeabilitas dinding sel meningkat dan isi keluar.

Frekuensi getaran memengaruhi hasil ekstraksi.

j. Gelombang Mikro (microwave assisted extraction,MAE)

Ekstraksi menggunakan gelombang mikro (2450 MHz)

merupakan ekstraksi yang selektif dan digunakan untuk

senyawa yang memiliki dipole polar. Cara ini dapat

menghemat waktu ekstraksi dibandingkan dengan cara

konvensional seperti maserasi dan menghemat pelarut.


15

k. Ekstraksi Gas Superkritis (supercritical gas extraction,SGE)

Metode ekstraksi dilakukan menggunakan CO2 dengan

tekanan tinggi dan banyak digunakan untuk ekstraksi minyak

atsiri atau senyawa yang bersifat mudah menguap atau

termolabil. Penggunaan karbondioksida (CO2) lebih disukai

karena bersifat inert, toksisitasnya rendah, aman bagi

lingkungan, harga relative murah, dan tidak mudah terbakar

pada kondisi superkritisnya.

2. Penguapan

Penguapan hasil ekstraksi yang masih banyak

mengandung pelarut, dimaksudkan untuk untuk memperoleh

ekstrak yang lebih pekat dengan tujuan tujuan agar konsentrasi

senyawa lebih besar dan memudahkan penyimpanan. Proses ini

sering disebut dengan pemekatan. Penguapan dapat bersifat

potensial sehingga diperoleh ekstrak cair atau kental, dalam

proses pemekatan suhu yang digunakan sebaiknya tidak terlalu

tinggi untuk mencegah peruraian senyawa dalam ekstrak.

Penguapan sering dilakukan sebelum ekstrak diproses lebih

lanjut, seperti pemisahan atau fraksinasi. Proses pemekatan dapat

dilakukan dengan sederhana menggunakan penangas air. Cara ini

amat mudah dan cocok untuk ekstrak dengan pelarut yang

memiliki titik didih terlalu tinggi. Ekstrak dalam wadah yang

diletakkan diatas penangas air memerlukan waktu yang cukup


16

lama sehingga kemungkinan ada senyawa yang terurai.

Penggunaan oven untuk penguapan memiliki kelebihan karena

suhu dapat diatur dan disesuaikan dengan titik didih cairan

penyari. Oven lebih sering digunakan untuk penguapan yang

kadar cairannya tidak terlalu banyak. Alat ini dapat dilengkapi

dengan alat vakum yang membuat ruang dalam oven menjadi

hampa udara sehingga penguapan dapat lebih cepat dari pada

oven biasa. Sekarang penguapan banyak menggunakan

penguapan putar (rotary evaporator), dilakukan pada suhu rendah

sekitar 40ºC – 500C dan dibantu dengan alat vakum udara

sehingga titik didih pelarut lebih rendah. Pengupan berlansung

cepat sehingga kemungkinan terjadinya penguraian senyawa

yang termolabil dapat dihindari.

3. Pengeringan

Ekstrak kental yang diperoleh dari proses penguapan dapat

dilanjutkan dengan proses pengeringan. Ekstrak kering

dimaksudkan agar stabilitas senyawa lebih terjamin. Pengeringan

dapat menggunakan alat yang sederhana yaitu pengeringan

vakum atau alat yang lebih modern yaitu pengering beku (freeze

dryer) pada suhu rendah atau beku, pengering semprot (spray

dryer) pada suhu tinggi. Pengering beku membutuhkan waktu

yang relative lama, sedangkan pengering semprot digunakan

untuk senyawa yang stabil pad suhu tinggi. Cara pengeringan


17

yang sederhana dapat menggunakan penangas air dan aliran

udara panas, tetapi cara ini sulit dilakukan apabila larutan

penyarinya adalah air.

C. INSOMNIA

1. Tinjauan Farmakologi

a. Fisiologi Tidur

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bahwa sadar

dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian

rangsang sensorik atau dengan rangsang yang lainnya. Tidur

harus dibedakan dengan Koma, yang merupakan keadaan

bahwa sadar dimana orang tersebut tidak dapat dibangunkan.

Terdapat berbagai tahap dalam tidur, dari tidur yang sangat

ringan sampai tidur yang sangat dalam.

Orang yang tidur tidak peka terhadap rangsangan luar,

selain itu kesadaran ditiadakan. Walaupun demikian,anatara

tidur dan pembiusan terdapat perbedaan prinsip. Tidur adalah

proses aktif yang perlu untuk kehidupan, dan pada waktu tidur

terjadi proses regenerasi dan prose pembentukan dalam

hamper semua organ, sedangkan pembiusan merupakan

penghambat fungsi saraf pusat (Ganiswara,G,S, 2010).

b. Tidur Gelombang Lambat (Tidur NREM)

Tidur gelombang lambat disebut juga tidur NREM (Non

Rapit eye Movement) atau ’tidur tanpa mimpi” meskipun


18

demikian pada tahap ini dapat juga terjadi mimpi, dan kadang-

kadang bahkan mimpi buruk terjadi pada tipe tidur ini.

Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap

tidur gelombang lambat dan tahap tidur REM adalah bahwa

mimpi yang timbul pada saat tidur REM dapat diingat kembali

sedangkan mimpi selama tahap tidur gelombang lambat

biasanya tak dapat diingat. Selama tidur gelombang lambat

tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.

Sebagian terbesar kita dapat memahami sifat-sifat tidur

nyenyak gelombang lambat dengan menunjuk kembali saat

terakhir kita tetap bangun selama lebih dari 24 jam dan

kemudian mengingat tidur nyenyak yang terjadi dalam 30

menit sampai 1 jam setelah tidur. Tidur ini sangat

menyegarkan, juga ada penurunan 10-30% dalam tekanan

darah, kecepatan pernapasan (Widodo,D.P.,dan

Soetomenggolo,T.S.,2013).

c. Tidur Paradoks (Tidur REM)

Tidur Paradoks (tidur REM) merupakan tipe tidur

dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Aktivitas otak

tidak disalurkan kea rah yang sesuai agar orang itu tanggap

penuh terhadap keadaan sekelilingnya dan kemudian

terbangun.
19

Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM

berlangsung selama 5-30 menit dan biasanya muncul rata-

rata setiap 90, dimana tidur REM yang pertama terjadi dalam

waktu 80-100 menit sesudah orang itu tertidur. Bila seseorang

sangat mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan

bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya, karena orang menjadi

semakin lebih nyenyak sepanjang malamnya, maka tidur REM

semakin meningkat.

Terdapat beberapa hal penting dalam tidur REM :

1. Tidur REM biasanya berhubungan dengan mimpi yang

aktif.

2. Orang tersebut lebih sulit untuk dibangunkan dibandingkan

dengan tidur nyenyak gelombang lambat.

3. Tonos otot diseluruh tubuh sangat berkurang.

4. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya

menjadi irregular (tidak beratur) dan ini merupakan sifat dari

keadaan tidur dengan mimpi.

5. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot

perifer masih timbul juga beberapa gerakan oto yang tidak

teratur. Keadaan ini khususnya mencakup pergerakan

cepat dari mata.

6. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan

metabolisme diseluruh otak meningkat sebanyak 20%.


20

d. Efek-efek Fisiologis Tidur

Keadaan tidur menyebabkan timbulnya dua macam

efekfisiologis utama : pertama, efek pada sistem sarafnya

sendiri dan kedua, efek pada struktur tubuh lainnya. Tidak

adanya tidur dan keadaan waspada tidak menyebabkan

kerugian yang berarti pada organ tubuh atau bahkan

gangguan fungsi. Sebaliknya, tidak tidur pasti mempengaruhi

fungsi susunan saraf pusat.

Keadaan waspada yang lama sering disertai dengan

malfungsi progresif dari pikiran dan kegiatan-kegiatan tingkah

laku sistem saraf. Kelambanan fikiran semakin bertambah

menjelang akhir periode siaga yang berkepanjangan,

disamping itu, seseorang dapat menjadi mudah tersinggung

atau bahkan menjadi psikotik sesudah keadaan siaga yang

dipaksakan selama waktu yang lama.

Keadaan waspada dan tidur belum terbukti dan perlu

untuk fungsi somatic tubuh, siklus meningkat dan menurunnya

eksitabilitas saraf yang mengikuti siklus waspada dan tidur

mempunyai efek cukup besar pada tubuh perifer. Misalnya

selama kedaan bangun, akan terjadi peningkatan kegiatan

simpatis dan juga peningkatan jumlah impuls ke otot rangka

untuk meningkatkan tonus otot. Selama tidur kegiatan

simpatis turun sedangkan kegiatan parasimpatis kadang-


21

kadanf meningkat dan tonus otot hampir nol. Oleh karena itu,

selama tidur tekanan darah arteri turun, kecepatan nadi turun,

pembuluh kulit berdilatasi, kegiatan traktus gastrointestinalis

kadang-kadang meningkat, otot-otot mengalami keadaan

istirahat sempurna (Ganiswara,G,S,2010).

2. Gangguan Tidur

Proses yang berlangsung pada pengaturan tidur-bangun

menjelaskan bahwa gangguan selalu terjadi apabila sistem yang

mengaktifkan reticular menaik (ARAS) distimulasi dengan kuat.

Stimulasi disini dapat terjadi baik dari perifer (misalnya oleh nyeri)

atau oleh impuls pusat (misalnya melalui “ketegangan”).

Penyebab gangguan tidur sangat banyak, diantaranya :

a. Gangguan organik (misalnya tumor otak, nyeri, rangsang gatal,

insufisiensi jantung dengan kesukaran pernapasan).

b. Beban kejiwaan dan psikis (meningkatnya tuntutan antara lain

dalam pekerjaan, masalah keluarga, kasus kematian).

c. Cara hidup yang tak sehat (perubahan ritme tidur-bangun

akibat kerja bergantian, gangguan bahan-bahan yang

merangsang pusat).

d. Rangsang yang berlebihan (terlalu lama menonton televisi,

kebisingan lalu lintas) (Sudoyo,A,W,dkk.,2011).


22

3. Penggunaan Obat Tidur Pada Gangguan Tidur

Penggunaan obat tidur hendaknya hanya dilakukan apabila

tidak berhasil mengatasi penyebab gangguan tidur atau tidak

berhasil dengan tindakan lain misalnya latihan autogenic. Perlu

diperhatikan pada orang lanjut usia bahwa kebutuhan tidurnya

secara fisiologis menurun dan dengan demikian juga lama tidur

yang dibutuhkan berkurang.

Untuk memudahkan memulai tidur maka diberikan obat

tidur dengan timbulnya kerja cepat dan lama kerjanya singkat

(obat untuk tidur). Pada kedalaman tidur yang cukup dan bangun

sebelum waktunya maka diberikan obat tidur dengan lama kerja

yang lebih panjang (obat selama tidur) (Sudoyo,A,W.,2011).

4. Sedatif dan Hipnotik

Istilah sedatif menunjukkan pada efek peredaan atau

ketenangan disertai relaksasi dan istirahat tapi belum sampai

tidur. Obat-obat sedatif digunakan untuk menghilangkan

perangsangan atau menenangkan dan mengurangi aktivitas

motorik tanpa menyebabkan tidur. Istilah hipnotik berhubungan

dengan penimbulan tidur. Untuk itu, obat-obat hipnotik sedatif

digunakan untuk menginduksi tidur pada saat keadaan tidur tidak

terjadi stimulus pada waktu tertentu, seperti rasa nyeri, rasa gatal

yang mencegah keadaan tidur atau keadaan jaga. Efek sedatif

dan hipnotik tergantung kepada dosis, dosis kecil obat mempunyai


23

kerja sedatif, pada dosis besar obat yang sama bekerja sebagai

hipnotik (Katzung,B,G,.2011).

Sedatif adalah obat tidur yang dalam dosis lebih rendah

dari terapi yang diberikan pada siang hari untuk tujuan

menenangkan. Sedatif termasuk kedalam kelompok psikoleptika

yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat

sistem saraf pusat. Sedatif berfungsi menurunkan aktivitas,

mengurangi ketegangan, dan menenangkan penggunanya.

Keadaan sedasi juga merupakan efek samping dari banyak obat

yang khasiat utamanya tidak menekan Sistem Saraf Pusat.

Misalnya antikolinergika (Lullmann,2012).

Sedatif berkhasiat menekan Sistem Saraf Pusat bila

digunakan dalam dosis yang meningkat, suatu sedatif,misalnya

fenobarbital akan menimbulkan efek berturut-turut peredaan, tidur,

dan pembiusan total (anestesi), sedangkan pada dosis yang lebih

besar lagi dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan dan

kematian. Bila diberikan berulang kali untuk jangka waktu lama,

senyawa ini lazimnya menimbulkan ketergantungan dan ketagihan

(Neal,Michael,2011).

Pada berbagai kalangan usia, manusia mempunyai potensi

untuk mengalami penyakit susah tidur. Susah tidur dapat

disebabkan berbagai faktor,diantaranya karena adanya gangguan

organic, psikis, cara hidup yang tak sehat atau karena rangsang
24

yang berlebihan. Gangguan dapat diatasi dengan cara terapi

psikis atau dengan menggunakan obat tidur

(Ganiswara,G,S.,2010).

Menurut sejarah, obat hipnotik sedatif digunakan pada

tahun 1903 dari golongan barbital (veronal) diketahui sifat

depresan barbiturate sehingga dipasarkan sebagai obat pereda

dan obat tidur pertama lalu diikuti bermacam-macam obat

hipnotik-sedatif yang umumnya mempunyai banyak sifat. Pada

pemakaian klinik perbedaannya terletak terutama pada waktu

yang diperlukan untuk permulaan depresi dan lamanya obat

tersebut bekerja. Tingkat depresi tergantung sebagian besar pada

kekuatan obat yang dipilih,dosis yang digunakan dan cara

pemberiannya. Depresan susunan saraf pusat aksi panjang

biasanya dipilih untuk mengurangi ketegangan dan menenangkan

penggunanya (Ganiswara,G,S.,2010).

Keadaan dimana sedasi itu berguna termasuk :

a. Situasi stress yang menyangkut ketegangan emosional tinggi

b. Keadaan tekanan menaun yang disebabkan oleh penyakit atau

faktor sosiologik

c. Hipertensi

d. Potensiasi obat analgesik

e. Pengendalian konvulsi

f. Anestesik
25

g. Narkoanalisis pada psikiatri

Dosis hipnotik digunakan untuk menanggulangi banyak

jenis insomnia. Hipnotik-sedatif dengan durasi aksi pendek

sampai menengah berguna dalam menghilangkan insomnia

individual (Ganiswara,G,S,2010).

5. Penggolongan Hipnotik-Sedatif (Gunawan,S,G,2012)

Obat-obatan Hipnotik Sedatif diklasifikasikan menjadi 3

kelompok yaitu :

a. Benzodiazepin

1. Farmakodinamik

Hampir semua efek benzodiazepin merupakan hasil

kerja golongan ini pada sistem saraf pusat dengan efek

utama:sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap

rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot, dan

antikonvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja

golongan ini pada jaringan perifer; vasodilatasi koroner

setelah pemberian dosis terapi benzodiazepine tertentu

secara IV, dan blokade neuromuscular yang hanya terjadi

pada pemberian dosis tinggi.

Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepine

yang diamati secara in-vivo maupun in-vitro telah

digolongkan sebagai efek agonis penuh yaitu senyawa

yang sepenuhnya serupa efek benzodiazepin misalnya


26

diazepam; efek agonis parsial yaitu efek senyawa yang

menghasilkan efek maksimum yang kurang kuat

dibandingkan diazepam; efek inverse agonists yaitu

senyawa yang mengandung efek kebalikan dari efek

diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip

benzodiazepin (benzodiazepine-like agonists) dan efek

inverse-agonis parsial (partial inverse agonists).

Sebagian besar efek agonis dan inverse agonis

dapat dilawan atau dicegah oleh antagonis benzodiazepin

flumazenil, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor

benzodiazepin. Zat ini mewakili berbagai golongan

senyawa yang bekerja memblok secara spesifik efek

agonis dan inverse-agonist benzodiazepin.

2. Farmakokinetik

Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine

sangat mempengaruhi penggunaannya dalam klinik

karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepin

dalam bentuk nonionik memiliki koefisien distribusi lemak;

air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya dapat bervariasi

lebih dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan

elektronegativitas berbagai senyawa benzodiazepin.

Semua benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna

kecuali klorazepat; klorazepat baru diabsorpsi sempurna


27

setelah didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-

desmetil diazepam (nordazepam). Beberapa

benzodiazepin misalnya prazepam dan flurazepam, hanya

bentuk metabolit aktifnya yang mencapai aliran sistemik.

Golongan benzodiazepin menurut lama kerjanya

dapat dibagi dalam 4 golongan : (1) senyawa yang bekerja

sangat cepat; (2) senyawa yang bekerja cepat, dengan t 1/2

kurang dari 6 jam, termasuk golongan ini yaitu triazolam

dan nonbenzodiazepin; zolpidem, zolpiklon; (3) senyawa

yang bekerja sedang, dengan t1/2 antara 6-24 jam,

termasuk golongan ini yaitu estazolam dan temazepam;

dan (4) senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih lama dari

24 jam, termasuk golongan ini yaitu flurazepam,

diazepam, dan quazepam.

3. Efek samping

Benzodiazepin dosis hipnotik pada kadar puncak

dapat menimbulkan efek samping berikut; kepala ringan,

malas/tak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik,

ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotorik,

gangguan koordinasi berpikir, bingung, disartria, dan

amnesia anterograd.
28

Gambar 2 Rumus Bangun Benzodiazepin

Tabel 1 contoh Golongan Benzodiazepin

Benzodiazepin R1 R2 R3 R7 R2´

Alprazolam [Melekat sebagai cincin -H -Cl -H

triakzolo]

Brotizolam [Melekat sebagai cincin -H Cincin -Cl

triakzolo] tieno

(A)

Klordiazepoksida (-) - -H -Cl -H

NHC

H3

Klobazama -CH3 =O -H -Cl -H

Klonazepam -H =O -H -NO2 -Cl

Klorasepat -H =O -COO- -Cl -H

Demoksepama -H =O -H -Cl -H

Diazepam -CH3 =O -H -Cl -H

Estazolam [Melekat sebagai cincin -H -Cl -H

triazolo]

Flumazenila [Melekat sebagai cincin -H -F =O

pada
imidazol] C5

Flurazepam -CH2CH2N(C2H5)2 =O -H -Cl -F

Halazepam -CH2CF3 =O -H -Cl -H

Lorazepam -H =O -OH -Cl -Cl


29

Midazolam [Melekat sebagai cincin -H -Cl -F

imidazol]

Nitrazepam -H =O -H -NO2 -H

Nordazepam -H =O -H -Cl -H

Oksazepam -H =O -OH -Cl -H

Prazepam =O -H -Cl -H
CH2
CH2-CH CH2

Quazepam -CH2CF3 =S -H -Cl -F

Temazepam -CH3 =O -OH -Cl -H

Triazolam [Melekat sebagai cincin -H -Cl -Cl

triazolo]

Beberapa contoh obat hipnotik golongan benzodiazepin

adalah :

a. Diazepam

Diazepam adalah benzodiazepine tersubstitusi,

diperkenalkan pada tahun 1964. Diazepam digunakan

untuk mengendalikan keadaan kegelisahan, ketegangan,

spsme otot, dan untuk mengelolah kegoncangan akut

selama penarikan alkohol. Diazepam juga mempunyai

sifat antikonvulsan.

b. Flurazepam

Flurazepam sudah dipasarkan sebagai obat untuk

mengatasi insomnia. Flurazepam mengurangi secara

bermakna waktu induksi tidur dan memperpanjang


30

lamanya tidur. Mula efek hipnotik rata-rata 17 menit

setelah pemberian obat secara oral dan berakhir hingga 8

jam.

Efek samping dari obat ini adalah pusing, vertigo,

ataksia dan gangguan keseimbangan, terutama pada

manusia dengan keadaan lemah. Kontra indikasi pada

wanita hamil. Obat inimempunyai kemungkinan efek aditif

oleh alkohol sehari setelah pemberian flurazepam

(Tjay,T,dkk,2010)

b. Barbiturat (Gunawan,S,G,2012)

1. Farmakodinamik

a. Susunan Saraf Pusat

Efek utama barbiturat adalah depresi SSP.

Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari

sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma

sampai kematian.

Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri

tanpa disertai hilangnya kesadaran dan dosis kecil

barbiturat dapat meningkatkan reaksi terhadap

rangsangan nyeri. Pada beberapa individu dan dalam

keadaan tertentu, misalnya adanya rasa sakit,

barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan

malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan


31

delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi

pusat penghambatan.

b. Efek Pada Tingkatan Tidur

Efek hipnotik barbiturat meningkatkan total

lama tidur dan mempengaruhi tingkatan tidur yang

bergantung kepada dosis. Seperti halnya

benzodiazepin barbiturat mengurangi masa tidur

laten, jumlah terbangun dan lama tidur REM dan tidur

gelombang pendek. Pada penggunaan ulang setiap

malam, toleransi terhadap efek menidurkan terjadi

dalam beberapa hari dan efeknya terhadap total lama

tidur dapat menurun hingga 50% setelah 2 minggu

pemberian. Penghentian obat dapat meningkatkan

gejala-gejala yang semula diobati (rebound

phenomenon).

c. Toleransi

Toleransi terhadap barbiturate dapat terjadi

secara farmakodinamik maupun secara

farmakokinetik. Toleransi farmakodinamik lebih

berperan dalam penurunan efek dan berlangsung

lebih lama dari pada toleransi farmakokinetik.

Toleransi terhadap efek sedasi dan hypnosis terjadi

lebih segera dan lebih kuat dari pada efek


32

antikonvulsi. Pasien yang toleransi terhadap barbiturat

juga akan toleransi terhadap senyawa pendepresi

SSP lainnya seperti alkohol. Bahkan dapat juga terjadi

toleransi silang terhadap senyawa dengan efek

farmakologi yang berbeda seperti opioid dan

fensiklidin. Toleransi silang terhadap benzodiazepin

hanya terjadi terhadap efek hipnotik dan antiansietas

tidak terhadap efek relaksasi otot.

d. Penyalagunaan dan Ketergantungan

Seperti halnya depresan SSP lainnya,

barbiturate dapat disalahgunakan dan pada beberapa

dapat menimbulkan ketergantungan.

2. Farmakokinetik

Sedatif hipnotik barbiturat yang biasanya diberikan

secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna. Barbiturat

bentuk garam natriumnya diabsorpsi lebih cepat daripada

bentuk asam bebasnya, terutama bila diberikan sebagai

sediaan cair. Mula kerja bervariasi antara 10-60 menit,

bergantung kepada zat serta bentuk formulasinya dan

dihambat oleh adanya makanan dilambung. Secara

suntikan IV, barbiturat digunakan untuk mengatasi status

epilepsi dan menginduksi serta mempertahankan anestesi

umum.
33

Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat lewat

plasenta. Barbiturat yang sangat larut lemak yang

digunakan sebagai penginduksi anestesi misalnya

thiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV

akan ditimbun dijaringan lemak dan otot. Hal ini

menyebabkan penurunan kadarnya dalam plasma dan

otak secara cepat menyebabkan pasien sadar dalam

waktu 5-15 menit setelah penyuntik dengan dosis

anestesik. Setelah depot lemak jenuh, terjadi redistribusi

kealiran sistemik, akibatnya pemulihan setelah pemberian

barbiturate sangat larut lemak memerlukan waktu yang

lama.

3. Efek samping

a. Hangover/after effects. Gejala ini merupakan residu

depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir. Dapat

terjadi beberapa hari setelah pemberian obat

dihentikan. Efek residu mungkin berupa vertigo, mual,

muntah, atau diare. Kadang-kadang timbul kelainan

emosional dan fobia dapat tambah hebat.

b. Eksitasi Paradoksal. Pada beberapa individu

pemakaian ulang barbiturat (terutama fenobarbital dan

N-desmetil barbiturat) lebih menimbulkan eksitasi


34

daripada depresi. Idiosinkrasi ini lebih relative umum

terjadi diantara pasien usia lanjut dan terbelakang.

c. Rasa nyeri. Barbiturat sesekali menimbulkan mialgia,

neuralgia, artrargia, terutama pada pasien psikoneurik

yang menderita insomnia. Bila diberikan dalam

keadaan nyeri, dapat menyebabkan gelisah, eksitasi,

dan bahkan delirium.

d. Hipersensitivitas. Reaksi alergi terutama terjadi pada

individu yang menderita asma, urtikaria, angioedema,

dan keadaan serupa. Segala bentuk hipersensitivitas

dapat terjadi , terutama dermatosis. Jarang terjadi

dermatosis eksfoliativa yang berakhir fatal pada

penggunaan fenobarbital; erupsi pada kulit kadang-

kadang disertai demam, delirium, dan kerusakan

degenerativ hati.

Gambar 3 Rumus Bangun Barbiturat


35

Tabel 2 contoh Golongan Barbiturat

Nama obat R3 R5a R5b Cara t1/2 Penggunaan keterangan

(Nama pemberian terapi

Dagang) (#)

Amobarbital -H -C2H5 - Oral, I.M, 10-40 Insomnia, Hanya garam


CH2CH2C
(AMYTAL) I.V sedasi, natriumnya yang
H(CH3)2
preoperatif diberikan secara

status parenteral

epilepsi

Aprobarbital -H - - Oral 14-34 insomnia Dieksresikan lewat


CH2CH=
(ALURATE) CH(CH3) urin terutama dalam
CH2

2 bentuk utuh. Akalinasi

urin meningkat

ekskresi

Butabarbital( -H -C2H5 - Oral 35-50 Insomnia, Redistribusi


CH(CH3)C
BUTISOL,dll sedasi mempersingkat lama
H2CH3
) preoperatif kerja dosis tunggal

hingga 8 jam

Butalbital -H - - Oral 35-88 Sebagai Efek terapinya


CH2CH=
CH2CH( kombinasi diragukan. Interaksi
CH2
CH3)2 dengan obat dgn barbiturat lain

analgesik dapat menaikkan rasa

lain nyeri

Mefobarbital -CH3 -C2H5 -C6H6 Oral 10-70 Gejala Antikonvulsi lini kedua

(MEBARAL) bangkitan,

sedasi siang

hari

- -
Metoheksital -CH3 I.V 3-5(**) Induksi Hanya tersedia
CH(CH3)C=C
CH2CH=
(BREVITAL) CH2CH3 dan/atau sebagai garam
CH2
mempertaha natriumnya.Suntikan

nkan tunggal menganestesi

anestesi 5-7 menit.


-
Pentobarbita -H -C2H5 Oral, I.M 15-50 Insomnia, Hanya garam
CH(CH3)CH2
l CH2CH3 I.V rektal sedasi natriumnya yang
36

(NEMBUTAL) preoperatif diberikan secara

status parenteral

epilepsi

Fenobarbital -H -C2H5 -C6H6 Oral, I.M 80- Gejala Antikonvulsilini

(LUMINAL,dl I.V 120 bangkitan; pertama; hanya garam

l) status natriumnya yang

epilepsi;sed diberikan secara

asi siang parenteral;25%

hari diekskresikan utuh di

urin

- -
Sekobarbital -H Oral I.M 15-40 Insomnia, Hanya tersedia
CH(CH3)CH2
CH2CH=
(SECONAL) CH2CH3 I.V Rektal sedasi sebagai garam
CH2
preoperatif natriumnya

mengatasi

bangkitan

darurat

-
Tiopental -H -c2H5 I.V Rektal 8-10 Induksi dan Hanya tersedia
CH(CH3)CH2

(PENTOTHAL CH2CH3 (**) atau sebagai garam

) mempertaha natriumnya;suntikan

nkan tunggal menimbulkan

anestesi; anestesi singkat

mengatasi

bangkitan

darurat

Keterangan :

*O : kecuali bagi thiopental, digantikan dengan S

(#) : I.M suntikan intra muskuler; I.V suntikan intra vena

(**) : menunjukkan waktu paruh setelah dimetabolisme

dihati, redistribusi setelah suntikan hilang dalam

beberapa menit.
37

Beberapa contoh obat hipnotik sedatif golongan barbiturat

adalah :

a. Fenobarbital

Fenobarbital merupakan hipnotik sedatif aksi panjang,

lebih kuat daripada barbital tetapi aksi awal lebih pendek,

memerlukan waktu sekitar 1 jam. Durasi aksi antara 10

sampai 16 jam. Waktu paruh plasma berkisar antara 72

sampai 96 jam, juga efektif untuk menghindari serangan

epileptik (Ganiswara,G,S.,2010).

b. Barbital

Barbital digunakan secara oral sebagai hipnotik-sedatif

dengan durasi aksi sekitar 8 sampai 12 jam

(Ganiswara,G,S.,2010).

c. Sedatif Hipnotik Lainnya

1. Paraldehid

Paraldehid merupakan polimer dari asetildehid.

Secara oral paraldehid doabsorbsi cepat dan didistribusi

secara meluas; tidur dapat dicapai 10-15 menit setelah

pemberian dosis hipnotik.

2. Kloralhidrat

Kloralhidrat adalah derivate monohidrat dari kloral

(2,2,2-trikloroasetaldehid).

a. Farmakokinetik
38

Trikloroetanol terutama dikonjugasi oleh asam

glukoronat dan konjugatnya (asam uroklonat)

diekskresikan sebagian besar melalui urin (Tjay, T,

dkk,2010).

b. Efek Samping

Mengiritasi kulit dan mukosa membran. Efek

iritasi ini menimbulkan rasa tidak enak, nyeri

epigantrik, mual, dan kadang-kadang muntah. Efek

samping pada SSP meliputi pusing, lesu, ataksia dan

mimpi buruk. Hangover juga dapat terjadi , keracunan

akut obat ini dapat menyebabkan ikterus. Penghentian

mendadak dari penggunaan kronik dapat

mengakibatkan delirium dan bangkitan yang sering

fatal (Gunawan,S,G.2012).

3. Etklorvinol

a. Farmakokinetik

Secara oral diabsorbsi cepat (bekerja dalam

waktu 15-30 menit), kadar puncak dalam darah

dicapai dalam 1-1,5 jam, dan didistribusi secara

meluas. Waktu paruh eliminasi 10-20 jam. Sekitar

90% obat dirusak dihati. Etklorvinol dapat memacu

metabolisme hati obat-obat seperti antikoagulan oral

(Gunawan,S,G.2012).
39

b. Efek Samping

Efek samping paling umum adalah aftertaste

seperti mint, pusing, mual, muntah, hipotensi dan rasa

kebal (numbness) didaerah muka. Reaksi idiosinkrasi

dapat merupakan rangsangan ringan hingga sangat

kuat dan hysteria. Reaksi hipersensitivitasmeliputi

urtikaria. Intoksikasi akut menyerupai barbiturat

(Gunawan,S,G.2012).

4. Meprobamat

a. Farmakodinamik

Sifat farmakologi obat ini dalam beberapa hal

menyerupai benzodiazepin tidak hanya menimbulkan

anestesi umum. Konsumsi obat ini secara tunggal

dengan dosis yang sangat besar hingga fatal,

hipotensi, syok dan gagal jantung

(Gunawan,S,G.2012).

b. Farmakokinetik

Absorpsi per oral baik. Kadar puncak dalam

plasma tercapai 1-3 jam. Sedikit terikat dengan protein

plasma. Sebagian besar dimetabolisme dihati,

terutama secara hidroksilasi, kinetika eliminasi dapat

bergantung kepada dosis. Waktu paruh meprobamat

dapat diperpanjang selama penggunaan kronik,


40

sebagian kecil obat diekskresikan utuh lewat urin

(Gunawan,S,G.2012).

c. Efek samping

Pada dosis sedative, efek samping utama ialah

kantuk dan ataksia; pada dosis yang lebih besar

sangat mengurangi kemampuan belajar dan

koordinasi gerak dan memperlambat waktu reaksi.

Meprobamat meningkatkan efek depresi depresan

SSP lain. Gejala efek samping lain yang mungkin

timbul antara lain: hipotensi, alergi pada kulit, purpura,

nontrombositopenik akut, angiodema dan

bronkospasme (Gunawan,S,G.2012).

D. METODE SKRINING HIPNOTIK-SEDATIF (Ridayana,Y,2013).

1. Traction test

Adalah lamanya waktu yang diperlukan hewan uji untuk

membalikkan badan maupun waktu yang diperlukan hewan uji

untuk jatuh.

Pengamatan dilakukan dengan cara Lengan hewan uji

digantungkan pada suatu kawat yang telah direntangkan secara

horizontal. hewan uji yang abnormal akan memerlukan waktu

yang lama untuk membalikkan badan dan jatuh dari kawat

dibandingkan dengan hewan uji yang normal. Hal ini menunjukkan

bahwa hewan uji berada dalam pengaruh efek sedatif (positif),


41

sedangkan hewan uji normal setelah digantungkan pada kawat

akan segera membalikkan badan dengan cepat (negatif).

2. Fireplace test

Adalah lamanya waktu yang diperlukan hewan uji

untuk meloncat keluar tabung.

Peralatan yang digunakan untuk test ini adalah silinder

tegak lurus yang terbuat dari kaca. Pengamatan dilakukan dengan

melihat waktu yang diperlukan hewan uji untuk keluar dari tabung

kaca. Hewan uji kemudian diletakkan pada gelas silinder. Pada

percobaan, hewan uji yang normal akan segera kabur dan

memanjat gelas silinder. Sedangkan hewan uji yang dipengaruhi

oleh efek sedatif akan memanjat gelas tersebut dalam waktu yang

lebih lama.

E. Uraian Tentang Fenobarbital

1. Uraian Umum (Depkes RI PIO,2009).

Nama Generik : Phenobarbital

Nama : Asam 5-Etil Fenilbarbiturat

Rumus Struktur :

Rumus molekul : C12H12N2O3


42

Berat molekul : 232,24

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak

berbau, rasa agak pahit

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, agak sukar

larut dalam kloroform, larut dalam etanol

Penggunaan : Sedatif, hipnotik, antikonvulsan dan

Antiepilepsi

Dosis maksimum : Dewasa biasa untuk Insomnia Oral : 100-

200 mg dengan Maksimal 400 mg/hari

2. Mekanisme kerja

Barbiturat menekan korteks senior, menurunkan aktivitas

motorik, mempengaruhi fungsi serebral dan menyebabkan kontak

efek sedasi dan hipnotik. Pada dosis tinggi barbiturate memiliki

sifat antikonvulsan dan menyebabkan depresi saluran nafas yang

dipengaruhi dosis.

F. Uraian Hewan Uji Mencit ( Mus-musculus )

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus
43

Spesies : Mus musculus (Akbar, 2010)

2. Morfologi

Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat (Rodentia)

yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah

banyak. Variasi genetika cukup besar serta anatomis dan

fisiologisnya berkarakterisasi dengan baik. Mencit hidup dalam

daerah yang cukup luas, penyebarannya mulai dari iklim dingin,

sedang maupun panas, dan hidup terus menerus dalam kandang

atau bebas sebagai hewan liar. Mencit yang paling banyak

digunakan dilaboratorium untuk berbagai penelitian adalah mencit

albinna swiss. Mencit jika diperlakukan dengan halus akan mudah

dikendalikan, sebaliknya jika diperlakukan secara kasar menjadi

agresif bahkan menggigit. Berat badan mencit dewasa antara 20-

30 gram dan dapat mencapai umur 2-3 tahun. Mencit dapat pula

dipegang dengancara memegang ekor dengan jari atau pingset

yang ujungnya dilapisi dengan karet, sedang tangan kanan

memegang bagian leher. Pada mencit jantan dapat dibedakan dari

yang betina dengan cara memperlihatkan jarak anogenital yang

lebih besar pada mencit jantan (1,5-2 kali dari yang betina), testis

pusat dan terlihat dibawah dinding abdomen dan pipa genitalnya

lebih besar (Malole,1989).

3. Karakteristik Hewan Uji Mencit (Malole dan Pramono,1989).

Berat badan dewasa - Jantan : 20 - 40 g


44

- Betina : 25 - 40 g

Luas permukaan tubuh : 20 g ; 36 cm2

Temperature tubuh : 36,5 – 38,0 0C

Jumlah diploid : 40

Harapan hidup : 1,5 – 3,0 tahun

Konsumsi makanan : 15 g / 100 g / hari

Konsumsi air minum : 15 ml / 100 g / hari

Saat dikawinkan - Jantan : 50 hari

- Betina : 50 - 60 hari

Jumlah anak perkelahiran : 10 - 21 hari

Umur sapih : 21 - 28 hari

Waktu pemeliharaan komersial : 7 - 9 bulan/6-10 Liter

Komposisi air susu - lemak : 12,1 %

- protein : 9,0 %

- lactose : 3,2 %

Jumlah pernapasan : 94 – 163/menit

Volume tidal : 0,09 – 0,23

Penggunaan oksidek : 1,63 – 2,17 ml/9/jam

Detak jantung : 325 / 780/ menit

Volume darah : 76 – 180 ml / kg

Tekanan darah : 13 – 147 / 81 – 106 mmHg

Butir dalam merah : 7,0 – 12,5 x 106 / mm

Hematocrit : 39 – 49 %
45

Hemoglobin : 10,2 – 16,6 mg/dl

Leukosit : 6 – 15 x 103 / mm3

Neutrophil : 10 – 40 %

Limfosit : 55 – 95 %

Eosinophil :0–4%

Manosit : 0 – 3,5 %

Basophil : 0 – 0,3 %

Platelet : 160 – 410 x 103 / mm3

Protein serum : 3,5 – 7,2 g/dl

Albumin : 2,5 – 4,8 g/dl

Globulin : 0,6 g/dl

Glukosa serum : 62 – 175 mg/dl

Nitrogen dalam urea darah : 17 – 28 mg/dl

Creatinin : 0,3 – 1,0 mg/dl

Total bilirubin : 0,1 – 0,9 mg/dl

Cholesterol : 26 – 82 mg/dl

Kalsium dalam serum : 3,2 – 9,2 mg/dl

Phospat dalam serum : 2,3 – 9,2 mg/dl

Anda mungkin juga menyukai