Anda di halaman 1dari 21

IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan


hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri.Dari hasil penelitian banyak
ahli yang tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan
farmakologi yang bermanfaat bagi manusia.Senyawa kimia tersebut lebih
dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari
penyimpangan metabolit primer tumbuhan. Senyawa tersebut seperti
flavonoid, alkaloid, steroid, tanin, saponin, dan lainnya
Untuk memisahkan dan mengidentifikasi senyawa tersebut
dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Pada
metode ini menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti
silika gel, aluminium oksida maupun selulosa. Adsorben ini berperan
sebagai fase diam. Sedangkan fase gerak pada metode ini yaitu eluen
(campuran pelarut).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode
analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin diamati dengan
memisahkan komponen-komponen senyawa kimia yang terdapat dalam
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Dalam praktikum kali ini akan dilakukan identifikasi golongan
komponen kimia dengan metodekromatografi lapis tipis (KLT) dari fraksi
n-heksan untuk melihat ada tidaknya kandungan kimia seperti alkaloid,
antraglikosida, arbutin, glikosida jantung, flavonoid, saponin, minyak atsiri,
kumarin, dan asam fenol karboksilat.Dan pada praktikum kali ini
digunakan metode kromatografi lapis tipis dengan melakukan penotolan
eluen dan sampel menggunakan lempeng silika gel dengan tujuan melihat
warna noda pada lempeng silika dan menentukan nilai Rf yang dihasilkan.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah berapakah
nilai Rf dan identifikasi warna dari fraksi n-heksan daun waru (.Hibiscus
tiliaceus L)dengan metode kromatografi lapis tipis menggunakan eluen
kloroform : metanol (6:4 dan 8:2)pada silica gel 60 F254?
C. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk
mengidentifikasi golongan komponen kimia fraksi n-heksan daun waru (
Hibiscus tiliaceus L) menggunakan metode kromatografi lapis tipis
(KLT)pada silica gel 60 F254.
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum Praktikum
Adapun tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk
memperoleh hasil identifikasi golongan komponen kimia fraksi n-heksan
daun waru (Hibiscus tiliaceus L)menggunakan metode kromatografi
lapis tipis (KLT).
2. Tujuan Khusus Praktikum
Adapun tujuan khusus dari praktikum ini adalah untuk
mendapatkan nilai Rf dan identifikasi golongan komponen kimia fraksi
n-heksan daun waru (Hibiscus tiliaceus L)menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT).
E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Manfaat praktikum ini secara teoritis diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan
konsep terhadap identifikasi golongan komponen kimia fraksi n-heksan
daun waru (Hibiscus tiliaceus L)menggunakan metode kromatografi
lapis tipis (KLT).

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktikum ini secara praktis yaitu dapat menyumbang
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan
identifikasi golongan komponen kimia fraksi n-heksan daun waru
(Hibiscus tiliaceus L)menggunakan metode kromatografi lapis tipis
(KLT).

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

a. Klasifikasi tanaman (itis.gov)


Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheopyta
Sub divisio : Spermatopytina
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvaes
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus tiliaceus L.
b. Morfologi tanaman
Tumbuhan tropis berbatang sedang, terutama tumbuh di
pantai yang tidak berawa atau di dekat pesisir. Waru tumbuh liar
di hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan
atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada tanah yang
subur, batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur
batangnya tumbuh membengkok, percabangan dan daun-
daunnya lebih lebar. Pohon, tinggi 5-15 m. Batang berkayu,
bulat, bercabang, warnanya cokelat. Daun bertangkai, tunggal,
berbentuk jantung atau bundar telur, diameter sekitar 19 cm.
Pertulangan menjari, warnanya hijau, bagian bawah berambut
abu-abu rapat. Bunga berdiri sendiri atau 2-5 dalam tandan,
bertajuk 8-11 buah, berwarna kuning dengan noda ungu pada
pangkal bagian dalam, berubah menjadi kuning merah, dan
akhirnya menjadi kemerah-merahan. Buah bulat telur, berambut
lebat, beruang lima, panjang sekitar 3 cm, berwarna cokelat. Biji
kecil, berwarna cokelat muda. Daun mudanya bisa dimakan

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

sebagai sayuran. Kulit kayu berserat, biasa digunakan untuk


membuat tali. Waru dapat diperbanyak dengan biji.
c. Nama lain
Sumatera: kioko, siron, baru, buluh, bou, tobe, baru, beruk,
melanding. Jawa: waru, waru laut, waru lot, waru lenga, waru
lengis, waru lisah, waru rangkang, wande, baru. Nusa
Tenggara: baru, waru, wau, kabaru, bau, fau. Sulawesi:
balebirang, bahu, molowahu, lamogu, molowagu, baru, waru.
Maluku: war, papatale, haru, palu, faru, haaro, fanu, halu, balo,
kalo, pa. Irian jaya: kasyanaf, iwal, wakati. NAMA ASING Tree
hibiscus. NAMA SIMPLISIA Hibisci tiliaceus Folium (daun waru),
Hibisci tiliaceus Flos (bunga waru).
d. Kandungan kimia
Daun mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol,
sedangkan akarnya mengandung saponin, flavonoida, dan
tanin.
e. Khasiat tanaman
Tumbuhan ini juga sangat bermanfaat sebagai bahan atau
obat alternatif untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit
didalam tubuh seperti menurunkan panas, daun waru dapat
membantu pertumbuhan rambut, sebagai obat batuk, diare
berdarah/ berlendir, amandel. Bunga ini juga dapat dimanfaat
untuk mengobati trauma dan juga masuk angin.

B. Uraian Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang


sederhana dan banyak digunakan.Metode ini menggunakan lempeng
kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan
kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida.Untuk menotolkan
larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

pipet/ pipa kapiler.Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam
larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010).
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah
penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau
kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam
pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada
lempengan tergantung pada (Sudarmadji, 2007):
a. Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan
pelarut.
b. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal
ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan
gel silika.
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah
siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT
dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan
komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan
sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan
berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau
kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran
eluen pada KLT (Lenny, 2006).
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair
yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.Fasa geraknya
berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa
serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi
cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair
(kromatografi cair-cair).Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap
walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem
kromatografi cair-cair.Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai
penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

(aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa.Silika gel


merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007).
Pada fase gerak, yang terjadi jika menggunakan silika gel,
alumina dan fase diam lainnya, pemilihan pelarut mengikuti aturan
kromatografi kolom serapan. Sistem tak berair paling banyak digunakan
dan contoh pelarut organik dalam seri pelarut pada tabel pembagian sifat
pelarut yang meliputi (sifat hidrofob menaik) methanol, asam asetat,
etanol, aseton, etil asetat, eter, kloroform (perlu diperhatikan pada
kloroform yang distabilkan dengan etanol) benzene, sikloheksana, dan
eter petroleum (Lipsy, 2010).
Pertimbangan untuk memilih pelarut pengembang (eluen)
umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi adsorbs
pengelusi eluen naik sejalan dengan polaritas missal (heksana,
aseton,alcohol dan air). Eluen pengembang dapat dapat berupa pelarut
tunggalatau campuran pelarut dengan susunan tertentu.Pelarut-pelarut
pengembang harus mempunyaikemurnian yang tinggi.Terdapatnya
sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan
kromatografi yang tidak diharapkan (Soebagio, 2003).
Fase diam KLT terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5-50
cm, serbuk halusini dapar berupa suatu adsorbs, suatu penukar ion, suatu
pengayak molekul atau dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu
cairan yang membuat lapisan tipis menjadi bubur (slury),yang berair dari
serbuk tadi. Zat pengikat seperti gipz, barium sulfat, polivinil (Soebagio,
2003).
Identifikasi secara kulitatif pada kromatografi kertas khususnya
kromatografi lapis tipis dapat ditentukan dengan menghitung nilai Rf. Nilai
Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa. Harga Rf
didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa titik awal dan
jarak tepi muka pelarut dari titik awal (Gandjar,2007).
Beberapa keuntungan KLT yaitu (Gandjar,2007):
1. KLT lebih mudah dan murah dalam pelaksanaannya.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2. Peralatan yang digunakan lebih sederhana, yang digunakan untuk


tujuan analisis.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik, menurun atau dengan cara
elusi dua dimensi.
4. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, flouresensi atau radiasi dengan menggunakan sinar UV.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang dignakan dalam percobaan ini adalah


aluminium foil, batang pengaduk, chamber dengan penutupnya,
lempeng silica gel 60 F254, pinset, pipa kapiler, dan sendok tanduk.
2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada perobaanini yaitu fraksi n-


heksan daun waru (Hibiscus tiliaceus L), dan pelarut n-heksan.
B. Prosedur Kerja (Anonim,2017)

1. Penjenuhan chamber
Disiapkan dua buah chamber yang bersih lengkap dengan
penutupnya. Pada chamber (1) dan chamber (2) diisi dengan eluen
dengan kepolaran yang berbeda (kloroform : metanol), pada chamber
(1) perbandingan 6:4 dan chamber (2) 8:2.Kemudian dimasukkan
potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi chamber dan
kemudian ditutup.Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas saring
hingga melewati penutup kaca (chamber dianggap telah jenuh).
2. Penotolan sampel pada lempeng
Disiapkan lempeng silica gel 60 F254. Sampel ekstrak n-heksan
daun gandarusa (Justicia gendarussa Burm.F.) dilarutkan dengan
pelarut n-heksan, dibuat menjadi encer agar ketika perlakuan ekstrak
dapat lebih mudah bereaksi dengan eluen. Ekstrak diambil dengan
menggunkan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati-hati pada lempeng
yang telah disiapkan (jika memungkinkan untuk tujuan kuantitatif
gunakan mikropipet sebanyak 5-20 L). Lempeng yang telah ditotol

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu


masukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan
Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel,
maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan. Diamati secara langsung
dan dengan menggunakan penampak bercak UV254, dan UV366.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1,


Universitas Muslim Indonesia Fakultas Farmasi, Makassar.

AgroMedia, 2008, 273 Ramuan Tradisional Untuk mengatasi Aneka


Penyakit, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Gandjar, 2007, Kimia Farmasi Analisis,Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Iskandar, Yusuf., 2007, Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam


Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum Cinerariaefolium)
Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida,FMIPA, Semarang.

Kokasih, 2013, Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah & Cara Racik,
PT Trubus Swadaya, Depok.

Lauredsen, 1986, Phitochemical Method Metode Fitokimia Terjemahan


oleh Padmawinata & Iwang Soediro, ITB, Bandung.
Lenny, S., 2006, Isolasi Dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama
Puding Merah Dengan Metode Uji Brine Shrimp, Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Lipsy, P., 2010, Thin Layer Chromatography Characterization of the


Active Ingredients in Excedrin and Anacin., Departement of
Chemistry and Chemical Biology, Stevens Institute of
Technology, USA.

Prajogo, B.E.W., 2007, Jurnal Farmasi Indonesia ( Aktivitas


Antifertilitas Flavonoid Daun Justicia gendarussa Burm.f. :
penelitian eksperimental pencegahan penetrasi Spermatozoa
Mencit dalam Proses Fertilisasi in Vitro, disertasi), Universitas
Airlangga, Surabaya.

Rudi,L., 2010, Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik,Universitas


Haluoleo,Kendari.

Soebagio, 2003, Kimia Analitik II, JICA, Malang.

Sudarmadji, S. Dkk., 2007, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian,


Penerbit Liberty, Yogyakarta.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik.KLT


sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah.KLT
digunakan untuk pemisahan secara analitik dan preparatif.KLT analitik
dipakai pada tahap permulaan pemisahan suatu sampel, sedangkan KLT
preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi tertentu dari suatu
campuran.Selain itu, KLT digunakan untuk mencari eluen terbaik pada
tahap preparatif.
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dilapisi serbuk
halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap dengan fase gerak
berupa eluen hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
golongan komponen kimia fraksi n-heksan dari sampel daun gandarusa
(Justicia gendarussa Burm.F.) menggunakan metode kromatografi lapis
tipis (KLT).
Suatumetode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip
partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),
komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena
daya serap adsoben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak
sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang tidak
sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang
berbada-beda berdasarkan tingkat kepolaran dan hal ini yang
menyebabkan terjadinya pemisahan.
Pada praktikum kali ini, pertama dilakukan penjenuhan
chamber. Alasan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk
menghilangkanuap air didalam chamber agar nantinya tidak

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

mempengaruhi perambatan noda pada lempeng. Cara kerjanya yaitu


disiapkan dua buah chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.
Chamber diisi dengan eluen kloroform : metanol 6 : 4. Kemudian
dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi
chamber dan kemudian ditutup. Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas
saring hingga melewati penutup kaca (chamber dianggap telah jenuh).
Pemilihan eluen harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada
perambatan noda. Jika eluen yang digunakan terlalu polar maka sampel
akan semakin terbawa oleh eluen yang bergerak sehingga noda yang
dihasilkan kurang begitu baik.Jika eluen yang digunakan kurang polar
maka sampel akan kurang terbawa oleh eluen sehingga noda yang timbul
seolah-olah bertumpuk-tumpuk sedikit di atas totolan sampel.Hal ini
dikarenakan kurangnya kepolaran eluen.
Selanjutnya penotolan sampel pada lempeng. Teknik penotolan
sampel juga harus diperhatikan karena apabila penotolan yang berlebihan
dapat menyebabkan noda berekor. Cara kerjanya yaitu disiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan. Fraksi n-heksan dilarutkan dengan n-heksan.
Fraksi diambil dengan menggunkan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati-
hati pada lempeng. Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan lalu
masukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan. Bila eluen telah
mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut
dapat dikeluarkan. Diamati secara langsung dan dengan menggunakan
penampak bercak UV254 dan UV366. Pada UV254 nm, lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
Sedangkan pada UV366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap.
Pada praktikum kali ini, teknik kromatografi lapis tipis yang
digunakan adalah suatu plat tipis (aluminium) yang berfungsi untuk tempat
berjalannya adsorben sehingga proses migrasi analit oleh solventnya bisa
berjalan.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Hasil yang diperoleh pada pengujian KLT ini adalah pada fraksi
n-heksan dengan eluen kloroform : metanol 6 : 4 diperoleh UV254 pada
bercak 1 nilai Rf 0,7 cm dengan warna hijau, bercak 2 nilai Rf 0,9 cm
dengan warna hujau. UV366pada bercak 1 nilai Rf 0,6 cm dengan warna
jingga, bercak 2 nilai Rf 0,8 dengan warna jingga. Kemudian pada eluen
kloroform : metanol 8 : 2 diperoleh UV254 pada bercak 1 nilai Rf 0,7 cm
dengan warna hijau, bercak 2 nilai Rf 0,9 cm dengan warna hujau.
UV366pada bercak 1 nilai Rf 0,6 cm dengan warna jingga, bercak 2 nilai Rf
0,8 dengan warna jingga.
Kemudian dilakukan penyemprotan sampel pada lima lempeng
yang telah dilakukan pengujian KLT sebelumnya dengan eluen kloroform :
metanol 6 : 4 dengan menggunakan lima pereaksi untuk mengidentifikasi
adanya flavonoid, alkaloid, fenolik, saponin/minyak atsiri dan antioksidan.
Pada lempeng pertama disemprotkan pereaksi sitoborat kemudian
dilakukan pemanasan pada stirer, kemudian diamati pada sinar UV 366.
Hasil yang didapatkan positif mengandung flavonoid karena berflouresensi
intensif. Selanjutnya dilakukan penyemprotan pada lempeng kedua
dengan pereaksi dragendorf dan hasilnya negatif karena tidak
menunjukkan perubahan warna menjadi biru-biru kehijauan. Dilakukan
penyemprotan pada lempeng ketiga dengan pereaksi FeCl3untuk
mengidentifikasi kandungan fenolik yang kemudian diamati pada sinar
UV366dan hasil yang didapatkan adalah negatif karena noda pada
lempeng tidak berwarna biru. Setalah itu dilakukan penyemprotan pada
lempeng keempat dengan pereaksi vanilin asam sulfat untuk
mengidentifikasi adanya saponin/minyak atsiri, setelah itu dipanaskan dan
hasilnya positif karena terdapat bercak pada lempeng dengan warna
merah, biru dan coklat. Yang terakhir dilakukan penyemprotan pada
lempeng kelima dengan pereaksi DPPH untuk mengidentifikasi senyawa
antioksidan dan hasil pengamatan yang diperoleh adalah negatif karena
bercak tidak berwarna hijau kekuningan yang dilihat pada sinar tampak.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

1.1 Hasil percobaan identifikasi golongan komponen kimia pada sampel


daun waru (Hibiscus tiliaceus L)dengan metode KLT

Fraksi Bercak UV 254 UV366


no : Rf Warna Rf warna
N-heksan 1 0,7 Hijau 0,6 Jingga
cm cm
(kloroform:metanol
2 0,9 Hijau 0,8 Jingga
6:4) cm cm
N-heksan 1 0,7 Hijau 0,6 Jingga
cm cm
(kloroform :
2 0,9 Hijau 0,8 Jingga
metanol 8:2) cm cm

1.2 Hasil percobaan penyemprotan sampel pada lempeng KLT dengan


pereaksi
Lempeng Nama senyawa Pereaksi Warna yang
dihasilkan (+)
1 Flavonoid Sitoborat (+) Berflouresensi
(UV366) intesif
2 Alkaloid Dragendorf (-) kuning
(dipanaskan)
3 Fenolik FeCl3(UV366) (-) Tidak berwarna
biru
4 Saponin/minyak Vanilin asam (+) merah, biru, dan
atsiri sulfat coklat
(dipanaskan)
5 Antioksidan DPPH (sinar (-) tidak berwarna
tampak) hijau kekuningan
Dari hasil percobaan diatas dapat dilihat untuk nilai Rf kloroform
: metanol 6 : 4 dan 8 : 2 pada UV254 diperoleh nilai rata-ratanya 0,8 cm.
Sedangkan pada UV366 diperoleh nilai rata-rata dari kedua perbandingan
eluen tersebut sebanyak 0,7 cm. Dan pada percobaan identifikasi
golongan senyawa kimia yang diperoleh sudah sesuai dengan literatur

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

kandungan senyawa kimia daun waru (Hibiscus tiliaceus L) yaitu


flavonoid, dan saponin.

BAB V

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari percobaan identifikasi golongan senyawa kimia pada daun


waru (Hibiscus tiliaceus L) dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan literatur bahwa mengandung senyawa
flavonoid dan saponin. Dan pada pengujian KLT nilai rata-rata yang
diperoleh pada eluen kloroform : metanol 7 : 3 dan 8 : 2 pada UV 254adalah
0,8 cm dan pada UV366 adalah 0,7 cm.
B. Saran
Saran saya kepada asisten pendamping agar sekiranya datang
tepat waktu sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar dan tidak
terdapat kesalahan yang terjadi pada praktikan.

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Praktikum

a. Penentuan eluen pada fraksi n-heksan

Fraksi n-heksan daun waru


(Hibiscus tiliaceus L.)
Dilarutkan fraksi n-heksan dengan
pelarut n-heksan
Diambil menggunakan pipa kapiler
Ditotolkan pada lempeng
Dimasukkan ke dalam chamber
yang berisi eluen kloroform :
metanol 6 : 4 dan 8 : 2 yang telah
dijenuhkan
Diamati pergerakan zat terlarut
pada lempeng
Diamati pada sinar UV254 dan
UV366

Fraksi n-heksan
berfloresensi pada eluen
kloroform : metanol 8 : 2

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

b. Identifikasi senyawa kimia dengan penyemprotan sampel dengan


pereaksi spesifik

Fraksi n-heksan yang


telah diencerkan dengan
pelarut n-heksan
Diambil menggunakan pipa
kapiler
Ditotolkan pada kelima lempeng
Disemprotkan dengan pereaksi

Uji flavanoid dengan


pereaksi sitoborat

Uji alkaloid dengan


pereaksi dragendorf

Uji fenolik dengan


pereaksi FeCl3

Uji saponin dengan


pereaksi vanilin
asam sulfat

Uji antioksidan
dengan pereaksi
DPPH

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Lampiran 2. Gambar Hasil Praktikum

Tanaman Gandarusa Identifikasi alkaloid


(Justicia gendarussa dengan pereaksi
Burm.f) Dragendorf

Identifikasi Flavonoid Identifikasi fenolik


dengan pereaksi dengan pereaksi
Dragendorf FeCl3

Identifikasi saponin Identifikasi


dengan pereaksi antioksidan dengan
vanilin asam sulfat pereaksi DPPH

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233
IDENTIFIKASI GOLONGAN KOMPONEN KIMIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Lampiran 3. Perhitungan

a. Nilai Rf untuk n-heksan padakloroform : metanol 7 : 3

(UV254dan UV366)

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 4 cm


1. Rf= = 5,5 cm = 0,7cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 3,5 cm


Rf= = = 0,6cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut 5,5 cm

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 5 cm


2. Rf= = 5,5 cm = 0,9cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 4,5 cm


Rf= = = 0,8 cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut 5,5 cm

b. Nilai Rf untuk n-heksan pada kloroform : metanol 8 : 2

(UV254dan UV366)

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 4 cm


1. Rf= = 5,5 cm = 0,7cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 3,5 cm


Rf= = = 0,6cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut 5,5 cm

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 5 cm


2. Rf= = 5,5 cm = 0,9 cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut

jarak yang ditempuh senyawa terlarut 4,5 cm


Rf= = = 0,8 cm
jarak yang ditempuh oleh pelarut 5,5 cm

M0H. FASALIM RIADI MUH. DAIM


15020150233

Anda mungkin juga menyukai