Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini adalah (Gandjar dan Rohman,2007).
a. Keuntungan
1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisi
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
flouresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar UV.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi dua dimensi.
4. Ketetapan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut
6. Yang dibutuhkan terjangkau
7. Jumlah perlengkapan sedikit
8. Preparasi sampel yang murah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan
metode kertas tidak bisa.
b. Kerugian
1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun.
Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman ini berbatang
semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman
terdiri atas beberapa tanaman ( anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun. Daun
tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu ibu
tulang daun daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55 cm, lebarnya 18 cm,dan tiap
helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur
(Anonim, 1979).
Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm, jumlah anakan perumpun antara 3-9
anak. Tanaman temulawak dapat berbunga terus menerus sepanjang tahun secara
bergantian yang keluar dari rimpangnya. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak
bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga 3 cm
dan rangkaian bunga ( inflorescentia ) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4
bunga (Anonim, 1979).
Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, sedangkan rimpang cabang
terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki
rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua
adalah kuning kotor.
Warna daging rimpang adalah kuning, dengan cita rasanya pahit , berbau tajam serta
keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam dalam tanah pada kedalaman 16 cm.
Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima
buah rimpang muda. Sistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut. Akar
akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya
tidak beraturan. (Rukmana, 1994).
Kegunaan temulawak Kegunaan temulawak cukup banyak dan beragam bagi pengobatan
berbagai penyakit, diantaranya adalah obat sakit gangguan hati, demam, sakit kuning,
pegal-pegal, sembelit, obat peluruh haid ( emmenagogum), obat kuat (tonikum), dan
perangsang air susu (laktagoga) (Kloppenburg, 1983). Pemakaian rimpang temulawak
sebagai obat ternyata secara farmakologis memberikan pengaruh positif terhadap
kandung empedu, hati, dan pankreas. Pengaruhnya terhadap kandung empedu yaitu
mencegah pembentukan batu empedu dan kolesistisis. Sementara pengaruh terhadap hati
diantaranya dapat merangsang sel hati membuat getah empedu, hepatitis, anti
hepatotoksis, menurunkan kadar SGOT dan SGPT,serta berpengaruh baik terhadap
pengobatan penyakit hati menahun.Pengaruh positif terhadap pankreas cukup banyak
diantaranya dapat merangsang sekresi berikut fungsi pankreas,menambah selera
makan,mempengaruhi kontraksi dan tonus usus halus,bersifat bakterisid dan
bakteriostatik,membantu kerja sistem hormonal metabolisme dan fisiologi organ tubuh.
Disamping itu kandungan zat dalam rimpang temulawak bersifat diuretik dan tidak
bersifat ulserogenik ( Rukmana, 1994).
Perkolasi Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut
ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada
bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut
baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka
pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan
banyak pelarut dan memakan banyak waktu.
Soxhlet Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa
(dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di
bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas
diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang
kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah
senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus berada pada titik didih.
Reflux dan Destilasi Uap Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke
dalam labu yang dihubungkan dengan kondensor, Pelarut dipanaskan hingga mencapai
titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki proses
yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran
berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah
sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung
dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat
termolabil dapat terdegradasi (Seidel V 2006).