Anda di halaman 1dari 17

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) merupakan metode


isolasi yang sudah lama popular karena digunakan secara universal oleh
mahasiswa dan peneliti khususnya bahan alam. Popularitas metode ini
berkurang setelah muncul metode high-pressure liquid chromatography
(HPLC) dan counter current chromatography (CCC).
KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan dalam
jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah
milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga
melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah
sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi.
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang
terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti
kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen
kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang
berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.
Dalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya
digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi
ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini
merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan murah untuk
mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam. Prinsip kerjanya
yaitu adsorpsi dan partisi, dengan menggunakan lempeng yang besar (20
X 20).

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

A. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu defenisi umum


dan prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis preparatif , serta hasil yang
diperoleh dari metode kromatografi lapis tipis preparative..
B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan


memahami cara pemisahan senyawa pada fraksi rimpang temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) dengan menggunakan KLTP.
C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melakukan pemisahan


komponen kimia fraksi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
menggunakan metode KLTP.
D. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat


mengetahui prinsip dan mekanisme kerja dari kromatografi lapis tipis
preparatif dan mendapatkan isolate dari rimpang temulawak (Curcuma
xanthorrhiza).

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi Tanaman (Rukmana, 2006 h. 14)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xantorhizza ROXB
2. Morfologi Tanaman
Temulawak merupakan tanaman tahunan yang tumbuh
merumpun tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat
mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas
beberapa tanaman (anakan) dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun
(Rukmana, 2006 h. 14).
Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar.
Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang
daun sekitar 50-55 cm, lebarnya ± 18 cm dan tiap helai daun melekat
pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur.
Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm, jumlah anakan
perumpun antara 3-9 anak. Tanaman temulawak dapat berbunga terus
menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari
rimpangnya. Warna bunganya umumnya kuning dengan kelopak
bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang
tangkai bunga ± 3 cm dan rangkaian bunga mencapai 1,5 cm. dalam
satu ketiak terdapat 3-4 bungan (Rukmana, 2006 h. 15).

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

Rimpang indung temulawak bentuknya bulat seperti telur,


sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang
bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang 3-4
buah (Rukmana, 2006 h. 15).
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah
kuning kotor. Warna rimpang adalah kuning, dengan cita rasa
pahitnya, berbau tajam serta keharumannya sedang (Rukmana, 2006
h. 15).
Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar serabut.
Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar
sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Rukmana, 2006 h. 15).
3. Nama Lain
Temulawak mempunyai beberapa nama daerah, diantaranya
adalah oneng gede (sunda), temu lobak (Madura) dan temu lawak
(Indonesia) (Rukmana, 2006 h. 15).
4. Kandungan Kimia
Rimpang temulawak mengandung beberapa macam unsur kimia
yang antara lain berupa kurkumin (zat warna kuning) 1,4%-4%; minyak
asiri yang terdiri atas phellandreen, kamfen dan lain-lain sebanyak 7,3-
29,5%; zat tepung 37-61%; lemak, tannin serta mailum. Minyak atsiri
serat kurkumin merupakan zat pemberi sifat khas temulawak
(Prasetiyo, 2003 h. 16).
5. Khasiat Tanaman
Khasiat temulawak (Herbie, 2015 h. 792-729)
Mengatasi gangguan pencernaan, meringankan osteoarthritis,
mengatasi kanker, asma, maag, bau haid, sakit liver, hepatitis, sakit limpa
dan alergi.

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

A. Teori Umum

Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode


yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan
paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah
gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP
bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai
dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan
alam (Hostettmann, 2006).
Ketebalan penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada
KLTP adalah sekitar 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20
x 20 cm atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran
pelat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan
dengan KLTP. Penjerap yang paling umum digunakan ialah silika gel
dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun
campuran senyawa hdrofil (Hostettmann, 2006).
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari
berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam
sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua
pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari
masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa
atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam
akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih
kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu
dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbs, partisi,
kelarutan atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-
perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara
sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap
fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa
sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang
berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan (Ibnu, 2005).

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan


dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan
besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan
sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita
ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu
tanwarna, dan penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari
pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut
polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga
diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk
menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang
lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan untuk
memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi kromatografi
lapis tipis kuantitatif (Nasution, 2010).
Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh
karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama,
maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga
hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Munson, 2010).
Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca
yang dapat menampung beberapa plat. Koefisien pemisahan dapat
ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan
bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka
semakin besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).
KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam
jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah
milligram (Kristanti, 2008).
Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga melibatkan
fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat
dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-100 mg,
dapat dipisahkan dengan mengunakan KLT Preparatif dengan

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

adsorben silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20x20 cm


dan tebal 1 mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka banyaknya sampel
yang dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa,
adsorben yang paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah
silika gel (Kristanti, 2008).
Sebelum ditotolkan pada plat KLT Preparatif, sampel dilarutkan
terlebih dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut
yang mudah menguap, misalnya n-heksana, diklorometana atu etil
asetat. Karena jika pelarut yang digunakan tidak mudah menguap,
maka akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi sampel juga sebaiknya
hanya 5-10%. Sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita yang
sesempit mungkin karena baik tidaknya pemisahan juga bergantung
pada lebarnya pita (Kristanti, 2008).
Kelebihan dari penggunaan KLT Preparatif adalah biaya yang
digunakan murah dan memakai peralatan paling dasar. Sementara
kekurangannya antara lain : adanya kemungkinan senyawa yang
diambil dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang diperlukan
dalam proses pemisahan cukup panjang ,adanya pencemar setelah
proses ekstraksi senyawa dari adsorben dan biasanya rendemen yang
diperoleh berkurang dari 40%-50% dari bahan awal (Kristanti, 2008).

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu chamber


KLTP, gelas ukur, lampu sinar UV 366 dan 254 nm, mistar, pensi, pipet
volume, sendok besi, vial.
B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu


aluminium foil, etil asetat, n-heksan, kloroform, DPPH, fraksi temulawak
(Curcuma xhanthorrhiza) KKK dan KCV, Label, lempeng KLTP dan tissue.
C. Cara Kerja (Malik,Abdul dan Ahmad Najib, 2018)

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Diambil fraksi


aktif dari hasil KKK dan fraksi aktif dari hasil KCV. Ditotolkan berbentuk
pita pada garis yang telah dibuat sebelumnya. Lempeng yang digunakan
berukuran 20 x 20 cm. Setelah sampel ditotolkan, kemudian dielusi
dengan eluen n-heksan : etil asetat 5 : 5 di dalam chamber KLTP. Diamati
di bawah sinar UV 366 dan 254 nm. Setelah pengelusian, lempeng
disemprot dengan senyawa DPPH dan di amati di bawah lampu UV 366.
Kemudian pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda. Kemudian dikeruk
yang selanjutnya di masukan kedalam tabung sentrifug kemudiandi
sentrifug selama 15 menit. Kemudian di ambil supernatanya dan di buang
endapannya. Supernata tersebut disebut sebagai isolate kemudian
ditampung dalam vial.

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum Kromatografi Lapis Tipis Preparatif didapatkan hasil


sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pemisahan berdasarkan eluen

No. Fraksi Jumlah pita Warna


1 Kromatografi Kolom 2 Kuning dengan latar
Konvensional (KKK) belakang ungu
2 Kromatografi Cair Vakum 1 Kuning dengan latar
(KCV) belakang ungu

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi


yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak
mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap
komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan
kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan
pemisahan.
KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan
dalam jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam
jumlah milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif
juga melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya
adalah sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi
campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi
memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-
padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang


terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda
bergerak pada laju yang berbeda.
Adsorpsi dan partisi berdasarkan pada jumlah dan cara
penotolan cuplikan yang berkesinambungan yang memberikan hasil
elusi berupa pita.
Pemisahan suatu senyawa dari senyawa lain dalam suatu
ekstrak, dimana senyawa-senyawa itu akan terpartisi sesuai tingkat
kepolarannya, Diana fase diam yang digunakan adalah bubuk silika
kasar yang dimampatkan pada kolom yang terlebih dahulu di
masukkan kapas untuk mencegah silikanya turun, dan digunakan
kertas saring agar proses partisi dapat berjalan baik dan lebih selektif
Karen lewat pori-pori penggunaan perbandingan eluen tertentu
berguna untuk mempartisi ekstrak dan digunakan dari yang paling non
polar lalu paling polar agar proses pemisahan lebih baik dan di bantu
dengan bantuan gaya gravitasi.
Cara kerja dari praktikum ini yaitu, siapkan alat dan bahan
yang akan di gunakan kemudian dimasukkan lempeng yang telah di
totol dalam chamber yang berisi eluen. Diamati eluen yang naik
sampai batas tanda, kemudian diamati pada lampu 366 nm kemudian
disemprot dengan DPPH.
Pelarut yang baik adalah pelarut yang mudah menguap,
misalnya n-heksana, diklorometana atu etil asetat. Karena jika pelarut
yang digunakan tidak mudah menguap, maka akan terjadi pelebaran
pita. Konsentrasi sampel juga sebaiknya hanya 5-10%. Sampel yang
ditotolkan harus berbentuk pita yang sesempit mungkin karena baik
tidaknya pemisahan juga bergantung pada lebarnya pita dan adapun
alasan penggunaan DPPH pada KLTP yaitu untuk memberi tanda
dengan perubahan warna agar dapat diketahui apakah sampel
tersebut mengandung antioksidan atau tidak dengan terjadinya
perubahan warna kuning setelah penyemprotan DPPH.

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

Pada praktikum kromatografi lapis tipis preparatif ( KLTP )


pada perbandingan eluen n-heksan : etil asetat maka di dapatkan
hasil pada kromatografi kolom konvensional ( KKK ) memiliki 2 pita
yang berwarna kuning dengan latar bekalang ungu sedangkan pada
kromatografi cair vakum (KCV) memiliki 1 pita yang berwarna kuning
dan latar belakang ungu.
Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang stabil berwarna
ungu. Ketika direduksi oleh radikal akan berwarna kuning (diphenyl
picrylhydrazin. Metode DPPH berfungsi untuk mengukur elektron tunggal
seperti aktivitas transfer H+ sekalian juga untuk mengukur aktifitas
penghambatan radikal bebas. Hasil perubahan warna dari ungu menjadi
kuning stokiometrik dengan jumlah elektron yang ditangkap. Metode ini
sering digunakan untuk mendeteksi kemampuan antiradikal suatu
senyawa sebab hasil terbukti akurat, reliabel dan praktis, selain itu
sederhana, cepat, peka dan memerlukan sedikit sampel.

Reaksi DPPH

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada praktikum yang telah kita lakukan dapat disimpulkan


bahwa hasil yang didapatkan pada kromatografi lapis tipis preparatif pada
rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang diperoleh dari fraksi
KKK dan KCV masing-masing tidak mengandung senyawa antioksidan.
B. Saran

Sebaiknya diantara praktikan dan asisten lebih kerja sama lagi


agar tidak terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan hasil yang di
dapatkan tidak sesuai yang diinginkan.

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

DAFTAR PUSTAKA

Herbie, T., 2015, Kitab Tanaman Obat Berkhasiat Obat, Octopus


Publishing House, Yogyakarta.
Hostettmann, M & Marston. A, 2006, cara kromatografi preparatif, ITB,
Bandung.

Ibnu, dkk 2005, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.

Kristanti, A N 2008, Buku Ajar Fitokimia, Airlangga University Press,


Surabaya.

Munson, 2010, Plant Resources of South East Asia, Edible Fruits and
Nuts, Prosea Foundation, Bogor.

Nasution, 2010, Pharmacochemical Investigation on Raw Materialsof


Passiflora Edulis Forma Flavicarpa, Planta Med.

Prasetiyo, Y, T., 2003, Instan : Jahe, Kunyit, Kencur dan Temulawak,


Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, R., 2006, Temulawak Tanaman Rempah dan Obat, Kanisius
Yogyakarta.

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

LAMPIRAN 1

Skema Kerja Praktikum

Fraksi hasil dari metode


KKK dan KCV

o Ditotolkan berupa garis lurus pada sisi


lempeng kaca ukuran 20 x 20 cm (10 cm
untuk KKK dan 10 cm untuk KCV)
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
5:5 dalam 50 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
o Ditutup sebagian lempeng dengan
alumunium foil
o Disemprot dengan DPPH
o Diamati pada sinar UV 254 dan 366 nm

Terbentuk pita/noda

o Dikerok lempeng yang berfluoresensi


o Dimasukan kedalam tabung sentrifug
o Dilarutkan menggunakan kloroform dan
metanol dengan perbandingan 1 : 1
o Disentrifug dengan kecepatan 500 -1000
rpm selama 10 menit
o Diambil supernatanya
o Disimpan didalam vial

isolat

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

LAMPIRAN 3. Perhitungan Rf
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf KKK 1 =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

6,4 𝑐𝑚
=8,5 𝑐𝑚 = 0,088 cm

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎


Rf KKK 2 =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

7,3 𝑐𝑚
= = 0,858 cm
8,5 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎


Rf KCV =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

6,5
=8,5 𝑐𝑚 = 0,764 cm

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

LAMPIRAN 4. Gambar Hasil Pengamatan

Pita yg
terbentuk
pada KCV

Pita yg
terbentuk
pada KKK

(a) Lempeng sebelum disemprot DPPH

(b)Lempeng setelah disemprot DPPH

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

(c) Hasil fraksi setelah disentrifug

RAHMAT NUR FITRYANTO RIANTI ANISA


15020150040

Anda mungkin juga menyukai