Anda di halaman 1dari 23

KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengobat tradisional di zaman sekarang menggunakan bahan-

bahan alam telah sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat

menarik minat masyarakat pada umumnya untuk kembali

menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat karena mempunyai

beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat sintesis. Oleh

sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa bermanfaat dari

tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di

dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap

suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya.

Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis

sebagai pencari kondisi eluen. Kromatografi telah didefinisikan

terutama sebagai suatu proses pemisahan yang digunakan untuk

pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler. Kromatografi

bergantung pada pembagian-ulang molekul-molekul campuran antara

dua fase atau lebih.

Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi

klasik yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Metode ini

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

banyak digunakan oleh peneliti-peneliti bahan alam pada umumnya dan

juga digunakan oleh percobaan-percobaan praktikan mahasiswa.

Adapun tujuan digunakannya metode ini adalah untuk

memisahkan senyawa –senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip kerja

dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecendrungan komponen kimia

untuk terdistribusi kedalam fase diam atau fase gerak dengan proses

elusi berdasarkan gaya gravitasi.

B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk

mengetahui dan memahami cara penggunaan serta prinsip

kerja kromatografi kolom kovensional menggunakan fraksinasi kasar

daun bandotan (Ageratum conyzoides L).

C. Tujuan Praktikum

Untuk memisahkan senyawa kimia fraksinasi kasar daun

bandotan (Ageratum conyzoides L) menggunakan kromatografi

kolom konvensional berdasarkan warna dan tingkat kepolaran.

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman

Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L) (www.itis.gov).

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Angiosperm

Class : Eudicots

Orde : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides

Binomial Name : Ageratum Conyzoides Linn

2. Nama Lain

Daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumpt

tahi ayam (Sumatera), babandotan, babadotan leutik, babadotan,

babadotan beureum, babadotan hejo, jukut bau, ki bau (Sunda) :

bandotan, berokan wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempunyak

(Jawa): dawet, lawet, rukut, manooe, rukut weru, sopi (Sulawesi)

(Utami, 2008).

3. Deskripsi Tanaman

Tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian

bawahnya berbaring, tinggi 30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat,


NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN
15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

berambut panjang, dan akan mengeluarkan akar saat menyentuh

tanah. Daun berbentuk daun bulat telur. Bunga majemUk berkumpul 3

atau lebih, berbentuk malai rata, keluar dari ujung tangkai, warna putih

dan ungu (Utami, 2008).

Bandotan adalah tanaman tahunan yang tumbuh sekitar 60

cm. dan menghasilka bunga-bunga pink kecil di bagian atas batang

berbulunya. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan

bersilang (composite) helaian daun bulat telur dengan pangkal

membulat dan ujung daun yang runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10

cm, lebar 0,5-6 cm. kedua permukaan daun berambut panjang dengan

kelenjar yang terletak di permukaan bawah daunnya, warnanya hijau.

Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan

mengeluarkan akar, bunganya kecil, berwarna putih keunguan, bunga

majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari

ujung tangkai, warnanya putih, panjang benggol bunga 6-8 mm dengan

tangkai yang berambut, buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil.

Untuk perkembang biakannya dapat dilakukan melalui penyebaran biji

(Tjirisoepomo, 2010).

4. Kandungan Kimia

Herba bandotan mengandung asam amino, organacid, minyak

atsiri, kumarin, ageratochromene, friedelin, ß-silosterol, tanin, sulfur dan

potasium klorida. Akar mengandung minyak atsiri, alkaloid dan kumarin

(Utami, 2008).

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Berdasarkan hasil analisis fitokimia ekstrak daun bandotan

menunjukkan adanya kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid dan

saponin. Secara khusus saponin dan flavonoid digunakan untuk

menurunkan aktivitas kolesterol serum seperti aksis resin, yaitu dengan

mengurangi sirkulasi enterohepatik asam empedu (Supriyadi, 2014).

5. Kegunaan Tanaman

Herba bandotan berkhasiat sebagai stimulan, tonik, pereda

demam (antipiretik), antioksidan, menghilangkan pembengkakan,

mengobati demam, malaria, sakit tenggorokan, radang paru

(pneumonia), radang telinga tengah (otitis media), pendarahan seperti

pendarahan rahim, luka berdarag, mimisan. Akarnya berkhasiat untuk

mengatasi demam. Daunnya dapat digunakan sebagai antioksida

nabati (Utami, 2008).

Tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L.) merupakan

tanaman obat tradisional yang telah sering digunakan oleh masyarakat

sebagai stimulan, tonik, pereda demam (antipiretik), antitoksik,

menghilangkan pembengkakan, menghentikan perdarahan

(hemostatis), peluruh haid (emenagog), peluruh kencing (diuretik),dan

peluruh kentut (karminatif) (Solichati, 2010).

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

B. Teori Umum

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu

kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat

mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang

disebut kromatogram (Khopkar, 2008).

Untuk kromatografi kolom, Kolom yang diisi dengan bahan penjerap

/sorpsi yang disebut kolom pemisah. Penggunaan kolom tergantung dari

masalah pemisahan yaitu kolom berfilter dengan gelas bepori, yang pada

ujung bawah menyempit (tabung allihan) yang pada bagian bawah

menyempit dan dilengkapi dengan kran sedangkan tabung bola jarang

digunakan. Perbandingan panjang tabung terhadap diameter pada

umumnya ialah 40:1. Pengisian kolom dengan adsorben yang juga

disebut pengemasan kolom. Agar pemisahan rata, tabung diisi sambil

diketuk-ketuk menggunakan tangan atau benda lunak lainnya pada

dinding kolom (Hayani, 2007).

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di

dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu

senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya

dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari

kondisi eluen. Misalnya absorbsi yang cocok dengan pelarut yang baik

sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna

(Kasiman, 2006).

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi klasik

yang sampai saat ini banyak digunakan. Kolom kromatografi digunakan

untuk memisahkan senyawa–senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip dari

kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia untuk

terdistribusi kedalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi

berdasarkan gaya gravitasi (Raymond, 2006).

Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik

bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca

yang dilengkapi dengan kran Ukuran keseluruhan kolom beragam

beragam , tetapi biasanya penjang sekurang-kurang 10 kali garis tengah

dalammnya dan mungkin juga sampai 100 kalinya. Ukuran kolom

banyaknya penjerap ditentukan oleh bobot campuran linarut (ekstrak)

yang akan dipisahkan. Ukuran penjerap biasanya lebih besar daripada

untuk KLT. Kemasan kolom biasanya 63-250 meter untuk kolom yang

dijalannkan oleh gayagravitasi (Raymond, 2006).

Pengemasan Fase Diam /penjerap (Raymond, 2006) :

1. Cara kering

Selapisan kapas/pasir bersih diletakkan didasar kolom,

penjerap dituangkan kedalam kolom sedikit demi sedikit. Setiap

penambahan silika gel, permukaannya diratakan dan

dimanpatkan. Alat pemanpat ini dapat berupa sumbat

karet/bahan lunak yang dipasang pada ujung batang kaca atau

gagang stik.

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Setelah semua penjerap dimasukkan, pada bagian atas

dilapisi kertas saring sehingga jika ditambahkan eluen,

permukaan penjerap tetap rata. Eluen kemudian dimasukkan

menggunakan pipet tetes secara memutar sambil membuka kran

kolom pada bagian bawah. Eluen dibiarkan mengalir ke bawah

melalui dan membasahi penjerap sampai eluen tersebut tepat

sampai dikran kolom.

2. Cara basah

Selapisan kapas/pasir bersih dimasukkan kedalam kolom,

dan tabung diisi sepertiga dari volume kolom. Pelarut yang

dipakai dalam proses pengemasan sama dengan pelarut yang

akan digunakan pada kromotografi atau pelarut yang

kepolarannya lebih rendah. Penjerap dibuat lumpuran

menggunakan eluen tersebut lalu dituangkan kedalam kolom.

Lumpurkan dapat dimasukkan sekaligus atau

sedikit demi sedikit.

Selama proses pengemasan, tabung dapat diketuk-ketuk

pada semua sisi secara perlahan-lahan dengan sumbat karet

atau bahan yang lunak agar diperoleh lapisan yang seragam.

Kran dapat dibuka atau ditutup selama penambahan, namun

tetap memperhatikan permukaan pelarut agar tetap merendam

seluruh permukaan penjerap. Hal ini untuk mencegah masuknya

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

udara dalam ruang antar partikel silika gel yang dapat

menyebabkan gangguan pada proses isonasi.

Jika pelarut yang dipakai untuk membuat lumpuran berbeda

dengan pelarut yang dipakai pada kromotografi, pelarut

lumpuran harus didesak keluar dengan pelarut pengelusi

terlebih dahulu sebelum cuplikan ditambahkan.

3. Cara kemas basah

Cara ini dapat dibuat dengan mengisi tabung setengahnya

dengan pelarut, lalu penjerap dalam keadaan kering dimasukkan

kedalam kolom berupa aliran halus melalui corang .penjerap

dibiarkan mengendap sementara tabung diketuk-ketuk ( seperti

cara basah dan kering) agar terbentuk kemasan yang seragam

dan mampat. Jika penjerap dimasukkan seluruhnya sekaligus,

biasanya diperoleh kemasan fasediam dalam kolom yang sangat

baik. Pelarut berlebih dikeluarkan dari tabung agar diperoleh

kolom penjerap dan dapat pula ditambahkan selapisan pasir

yang telah dicuci untuk menutupi kertas saring.

Adapun Kelebihan kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk

analisis dan aplikasi preparative digunakan untuk menentukan jumlah

komponen campuran digunakan untuk memisahkan dan purifikasi

substansi. Dan Kekurangan kromatografi kolom yaitu untuk

mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual.

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming)

(Santoso, 2010).

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah batang

pengaduk panjang, botol UC 1000, cawan porselin, corong kaca,

gelas ukur, kertas saring, sendok tanduk besi, lempeng KLT, pipet

tetes, statif, kapas, timbangan analitik, vial.

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aluminium foil,

fraksi daun bandotan (Ageratum conyzoides L), etil-Asetat, kapas,

kertas saring, methanol, n-Hexan, silica gel kasar, tisu.

C. Prosedur Kerja

1. Pengemasan Alat Isolasi

Kolom dipasang tegak lurus pada statif, kemudian dibebas

lemakkan dengan cara dibilas menggunakan metanol. Selain itu

bagian dasar kolom dilapisi kapas dan siap untuk digunakan.

2. Pengemasan Fase Diam

Silika gel ditimbang berdasarkan perbandingan 1 gram

fraksi: 100 gram silika gel (tergantung ketersediaan fraksi dan

kapasitas kolom). Pengemasan fase diam menggunakan metode

kering dengan eluen n-heksan:etil asetat. Kemudian dimasukkan

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

ke dalam kolom lalu dimampatkan dan diketuk-ketuk sampai tidak

terbentuk gelembung udara.

3. Proses Pemisahan/Isolasi

Fraksi ditimbang berdasarkan perbandingan 1 gram

fraksi:100 gram silika gel dan dikemas menggunakan metode

kering yaitu dengan menggunakan eluen n-heksan:etil asetat

dengan perbandingan mulai 10:0 selapis di atas permukaan kertas

saring, selanjutnya dielusi sampai menghasilkan fraksi-fraksi dan

ditampung ke dalam vial. Eluen sebelumnya yang telah habis

diganti dengan eluen 9:1 kemudian secara berturut-turut

dilanjutkan dengan eluen perbandingan 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7,

2:8, 1:9 dan 0:10. Hasil kromatografi kolom berupa fraksi. Fraksi-

fraksi digabung dan dianggap satu fraksi berdasarkan warna.

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

No Pelarut/eluen Perbandingan Vial ke Warna


(mL)
1 n-heksan : etil asetat 10 : 0 1-10 Bening
2 n-heksan : etil asetat 9:1 11-17 Bening
3 n-heksan : etil asetat 8:2 18-27 Bening
4 n-heksan : etil asetat 7:3 28-35 Kuning
5 n-heksan : etil asetat 6:4 36-44 Hijau lmut
6 n-heksan : etil asetat 5:5 45-53 Hijau tua
7 n-heksan : etil asetat 4:6 54-61 Hijau tua
8 n-heksan : etil asetat 3:7 62-70 Hijau muda
9 n-heksan : etil asetat 2:8 71-79 Hijau tua
10 n-heksan : etil asetat 1:9 80-87 Hijau
11 n-heksan : etil asetat 0 : 10 88-90 Bening

B. Pembahasan

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu

kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat

mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang

disebut kromatogram.

Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi

klasik yang sampai saat ini banyak digunakan. Kolom kromatografi

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

digunakan untuk memisahkan senyawa–senyawa dalam jumlah

banyak.

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan

komponen kimia untuk terdistribusi kedalam fase diam atau fase gerak

dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi Mekanisme dari

kolom konvensional dalam isolasi yaitu eluen akan berpenetrasi

masuk ke dalam fase diam (silica gel) kemudian terjadi proses isolasi

dan didapatkan isolate. Pada praktikum ini proses pengemasan silica

dibuat dalam cara basah karena cara basah lebih efektif dibandingkan

cara kering dalam pengemasan silica karena silica dilarutkan dengan

n-heksan terlebih dahulu hingga homogen sehingga proses untuk

ekstrak melewati fase diam cepat dan pemisahannya lebih baik.

Adapun tujuan praktikum ini untuk memisahkan senyawa kimia

fraksinasi kasar daun bandotan (Ageratum conyzoides L)

menggunakan kromatografi kolom konvensional berdasarkan warna

dan tingkat kepolaran.

Proses pengemasan silica dilakukan dengan cara basah.

Dimana 4 gram silica kasar dimasukkan ke dalam gelas kimia.

Kemudian ditambahkan pelarut n-heksan. Diaduk dengan batang

pengaduk hingga tercampur rata sambil dimampatkan dan n-heksan

sudah menutupi pori terbuka pada silica kasar. Setelah mampat silica

kemudian dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi selapis kapas

tipis pada bagian dasar kolom, dan pelarutnya dikeluarkan.

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L) ditimbang

sebanyak 1 gram lalu dimasukkan pada cawan porselin dan dilarutkan

dengan n-heksan.

Untuk proses isolasi. Kolom yang telah dirangkai pada statif

dan telah dimasukkan silica kemudian dimasukkan kertas saring

dalam kolom pada permukaan silica. Kemudian ekstrak daun

bandotan (Ageratum conyzoides L) dimasukkan ke dalam kolom. Lalu

pelarut n-heksan : etil asetat dimasukkan ke dalam kolom mulai dari

kepolaran rendah hingga kepolaran tinggi (10 : 0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4,

5:5, 4:6, 7:3, 8:2, 1:9, dan 0:10). Kemudian hasil isolasi ditampung

pada masing-masing vial yang telah dikalibrasi sebanyak 5 mL.

Diamati warna yang dihasilkan dan dipisahkan sesuai perbandingan

eluen yang digunakan.

Alasan penggunaan eluen dengan tingkat kepolaran yang

rendah terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kolom yaitu karena jika

yang dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar maka ditakutkan

senyawa non polar pada sampel akan tertarik juga sementara kita

akan melakukan proses pemisahan antara senyawa polar dan polar.

Dan pada akhir dari proses isolasi tidak ada lagi senyawa non polar

yang akan ditarik jika pelarut non polar digunakan lebih akhir.

Dari proses penampungan hasil isolasi pada vial diperoleh hasil

bahwa pelarut n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 10:0 pada

vial 1-10 isolat berwarna bening, untuk perbandingan 9:1 pada vial 11-

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

17 berwarna bening dan perbandingan 8:2 vial 18-27 masih berwarna

bening, untuk perbandingan 7:3 vial 28-35 berwarna kuning, berwarna

hijau lumut pada vial 36-44 perbandingan 6:4 dan vial 45-53 dengan

perbandingan 5:5 berwarna hijau tua. Untuk perbandingan 4:6

diperoleh isolate berwarna hijau tua pada vial 54-61, vial 62-70

dengan perbandi4ngan 3:7 berwarna hijau muda, pada vial 71-79

dengan perbandingan 2:8 berwarna hijau tua dan dengan vial 80-87

dengan perbandingan 1:9 berwarna hija. Sedangkan untuk

perbandingan 0:10 untuk vial 88-96 warna isolate bening. Untuk

penentuan eluen yang baik dilihat dengan warna yang pekat dimana

menunjukkan banyaknya senyawa yang ditarik.

Pada praktikum ini tidak terjadi kesalahan karena

pengerjaannya sesaui dengan prosedur dan ditinjau langsung dari

asisten kelompok.

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan dari kromatografi kolom yaitu 11 fraksi berdasarkan tingkat

kepolaran dan berdasarkan perbedaan warna dimana warnanya yaitu

bening, kuning, hijau lumut, hijau tua, hiau muda, hijau tua, hijau dan

menjadi bening lagi.

B. Saran

Sebaiknya praktikan memperhatikan baik jalannya praktikum .

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Penuntun dan Buku Kerja Fitokimia II. Universitas Muslim
Indonesia. Makassar.
Hayani, E., 2007. Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara
Kromatografi Kolom. Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.

Khopkar, S., M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Kasiman, Peranginangin, 2006, Metode ekstraksi tumbuhan. Yogyakarta:


Penerbit, Garana.

Raymond, G., 2006, Isolation of natural Product by Low-Pressure Collum


Chromatografi in Sharker SD.,Latif,Z and Gray , Al (ED). Natural
Product Isolation Humana Press, Inc, Totowa New jersey.

Santoso, U. 2010. Effect of early feed restriction on growth, body


composition and lipid accumulation in mixed-sex broiler.Research
Report.Bengkulu University, Bengkulu.

Soluchati, L,E., 2010, Aktivitas Antivirus Ekstrak Etanol Daun BANDOTAN


(Ageratum conyzoides L.) terhadap Virus Newcastle Disease
Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipis, Jurnal Pharmacy, Vol.07
No. 01 April 2010.

Tjitrosoepomo, G., 2010, Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan, UGM


Press, Yogyakarta.
Utami, P., 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, Agromedia Pustaka, Jakarta.
www.itis.gov (Integrated Taxonomic Information System) (diakses pada
tanggal 31 Maret 2017).

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

LAMPIRAN

A. SKEMA KERJA
Kapas bersih

Dimasukkan kedasar kolom, yang telah terpasang pada statif

Dimasukkan kertas saring sesuai bentuk kolom

Dimasukkan silika gel kasar sebanyak 4 gram yang sebelumnya telah

disuspensikan dengan n-heksan

Dimasukkan kertas saring

Dimasukkan fraksi sebanyak 1 gram yang sebelumnya telah di

suspensikan dengan n-heksan

Dimasukkan perbandingan eluen

Ditampung dalam vial yang masing-masing 5 ml

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

B. Gambar

Gambar 1. Untuk vial 1-10 (10:0)

Gambar 2. Untuk vial 11-17 (9:1)

Gambar 3. Untuk vial 18-27 (8:2)

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Gambar 4. Untuk vial 28-35 (7:3)

Gambar 5. Untuk vial 36-44 (6:4)

Gambar 6. Untuk vial 45-53 (5:5)

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Gambar 7. Untuk vial 54-62 (4:6)

Gambar 8. Untuk vial 63-70 (3:7)

Gambar 9. Untuk vial 71-79 (2:8)

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Gambar 10. Untuk vial 80-87 (1:9)

Gambar 11. Untuk vial 97-106 (0:10)

NUR LUTFIAH DAMIS DWI DARMAWAN


15020140098

Anda mungkin juga menyukai