FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OLEH :
KELAS : C1.2
Dalam penerapannya metode FEFO digunakan untuk produk-produk yang memiliki tanggal
kadaluwarsa atau expired date sedangkan metode FIFO akan digunakan untuk produk-produk
yang tidak memiliki tanggal kadaluwarsa. Hal ini berlaku pada saat penyiapan barang-barang
sebelum akhirnya disalurkan. Dalam penerapan pengangkutan ke dalam kendaraan, metode
yang digunakan yaitu LIFO (Last In First Out). Metode Last In First Out digunakan dalam
penyusunan barang di kendaraan agar barang yang dapat mudah dikeluarkan pada saat
penyaluran ke outlet-outlet farmasi sehingga barang di dalam kendaraan sehingga driver tidak
harus mengeluarkan seluruh isi dalam kendaraan.
Dalam pengiriman produk CCP, diperlukan tempat penyaluran atau kontainer khusus yang
digunakan dimana dapat menggunakan sterofoam maupun cooler box yang diberi termostat di
luar dengan sensor di dalam kontainer. Cooler box juga harus disimpan dan termostatnya dapat
terlihat oleh driver agar apabila terjadi penyimpangan suhu seperti penaikan suhu yang
umumnya terjadi maka driver dapat segera membeli es untuk mendinginkan kembali kontainer.
Dalam penanganan produk CCP, driver tidak boleh panik dan harus segera menangani produk
apabila terdapat penyimpangan suhu sesuai dengan pelatihan khusus yang telah dilakukannya.
Setelah sampai di outlet farmasi maka driver harus menyampaikan kepada outlet terkait
penanganan dari produk rantai dingin tersebut.
Selain personil dan kendaraan, terdapat fasilitas yang harus diperhatikan diantaranya termostat
dimana termostat harus dikalibrasi minimal 1 tahun sekali. Dalam mendukung keberhasilan
dalam penyaluran produk rantai dingin yang aman, bermutu, dan berkhasiat maka proses
penyaluran harus dilakukan validasi untuk memastikan bahwa proses pengiriman yang
dilakukan telah sesuai dengan persyaratan dan ketentuan CDOB. Kegiatan validasi dilakukan 1
tahun sekali dari pengemasan produk, ukuran cooler box yang digunakan, dan jumlah serta ice
pack yang digunakan. Setelah dilakukan pengemasan pada produk rantai dingin maka produk
akan dikirim ke tempat terjauh dari ekspedisi yang dilakukan. Hal ini akan dilakukan dalam 3
kali pengulangan dan hasil dari suhu terus dimonitoring dari keberangkatan hingga ekspedisi
kembali. Apabila terdapat hasil di luar dari persyaratan maka harus segera dilaporkan dan
validasi harus diulang kembali. Dalam penanganan CCP, semua kegiatan harus
didokumentasikan walaupun proses pengirimannnya seperti proses pengiriman produk-produk
reguler. Namun dalam produk rantai dingin terdapat tambahan yaitu berita acara pengiriman
yang digunakan sebagai dokumentasi monitoring suhu dari produk sebelum dikirimkan hingga
produk sampai di tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. 2020. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan BPOM Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
Lloyd J, Cheyne J.The origins of the vaccine cold chain and a glimpse of the future. Vaccin
[Internet].2017;35(17):2115–20.Available from:http://dx.doi.org/10.1016/j.vaccine. 2016.
11.097
Satibi. (2015). Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Sembiring, D. 2021. Evaluasi Pelaksanaan Pendistribusian Cold Chain Product (CCP) oleh
Pedagang Besar Farmasi (PBF) di Kota Bandung SembirinG. Majalah Farmasetika.
Majalah Farmasetika, 6(4), p. 300=309. Available at:
https://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/view /34822/16159 (Accessed: 28 Februari
2023).
World health organization. How to monitor temperatures in the vaccine supply chain. World Heal
Organ [Internet]. 2015;31. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/
10665/183583.