FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OLEH :
KELAS : C1.2
Badan POM RI. 2020. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan BPOM Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
Lloyd J, Cheyne J.The origins of the vaccine cold chain and a glimpse of the future. Vaccin
[Internet].2017;35(17):2115–20.Available from:http://dx.doi.org/10.1016/j.vaccine. 2016.
11.097
Satibi. (2015). Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Sembiring, D. 2021. Evaluasi Pelaksanaan Pendistribusian Cold Chain Product (CCP) oleh
Pedagang Besar Farmasi (PBF) di Kota Bandung SembirinG. Majalah Farmasetika.
Majalah Farmasetika, 6(4), p. 300=309. Available at:
https://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/view /34822/16159 (Accessed: 28 Februari
2023).
World health organization. How to monitor temperatures in the vaccine supply chain. World Heal
Organ [Internet]. 2015;31. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/
10665/183583.
JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA : JKKI
VOLUME 10
No. 03 September • 2021 Halaman 112-119
Artikel Penelitian
Dandung Ruskar1,2,6*, Mochamat Helmi2,3, IDK Widana1, Tjahja Nurrobi2,4, Tugas Ratmono2,4,5
1
Fakultas Keamanan Negara, Prodi Managemen Bencana, UniversitasPertahanan
2
RS Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran
3
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
4
Markas Besar Tentara Nasional Indonesia
5
Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Yani
6
Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs.Mochamad Kamal
ABSTRAK
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini menyebabkan surge of capacity termasuk dalam jumlah tenaga kefarmasian.
Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran (RSDC WAK) mempunyai kapasitas menampung
pasien dengan jumlah yang cukup besar sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam ketersediaan tenaga farmasi.
Akibat dari keterbatasan jumlah tenaga farmasi di RSDC WAK membuat Task Shifting dalam pelayanan kefarmasian
menjadi penting untuk dapat dilakukan. Dalam hal ini pendistribusian obat kepada pasien COVID-19 yang seharusnya
dilakukan oleh tenaga farmasi dilimpahkan kepada tenaga perawat. Apabila sistem ini tidak disertai dengan pembekalan,
pengetahuan dan keterampilan khusus, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kesalahan dalam pendistribusian obat
yang akan berpotensi menurunkan mutu pelayanan kesehatan. Kajian ini memberikan gambaran tentang Task Shifting yang
terjadi di RSDC WAK, kemudian melalui analisa literatur untuk menjelaskan bagaimana implementasi yang sebaiknya terjadi.
Kata Kunci: Pendistribusian Obat; Keterbatasan tenaga farmasi; Pelayanan Kefarmasian; Task Shifting.
ABSTRACT
The recent COVID-19 pandemics cause a surge of capacity in the number of pharmaceutical personnel. The Emergency Hospital
Wisma Atlet Kemayoran can serve a large number of COVID-19 patients. Therefore, attention needs to be made to provide the number
of personnel. Due to the limited number of pharmacy personnel in this hospital making Task Shifting in pharmaceutical services is an
important factor to consider. In this regard, the distribution of drugs to COVID-19 patients that should be done by pharmacy personnel
is delegated to nurses. However, if Task Shifting is not equipped with special knowledge and skills, it may have the possibility of
errors in the distribution of drugs that may worsen the quality of health services. This study aimed as an overview of Task Shifting
that occurred in this hospital and performed literature analysis to discuss how the implementation of Task Shifting should work.
Keywords: Drug Distribution; Limited pharmacy personnel; Pharmaceutical Services; Task Shifting.
112 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021 • 113
Task Shifting dalam Pendistribusian Obat: Dandung Ruskar., dkk.
Selain itu, terdapat penempatan trolly karena dikelola langsung oleh apoteker yang
emergency (TE) di sejumlah lantai masing- dibanrtu oleh tenaga teknis kefarmasian. Sistem
masing tower perawatan dan emergency kit (EK) distribusi obat di rawat inap awalnya menggunakan
yang berada di apotek rawat inap pusat. Trolly sistem distribusi unit dispensing dose untuk
emergency adalah sarana untuk menyimpan dan mencegah resiko kehilangan obat dan kesalahan
mengangkut peralatan vital dan obat-obatan yang dalam pemberian obat ke pasien. Akan tetapi
mungkin diperlukan dalam kode biru (emergency dengan pertimbangan kecepatan dan efisiensi
cardiac) ke lokasi darurat (9). Daftar isi logmed dalam memberikan pelayanan kesehatan akhirnya
yang ada di TE dan EK berdasarkan koordinasi disepakati menggunakan sistem individual
antara dokter, perawat dan apoteker. Pemenuhan prescribing untuk 3(tiga) hari ke depan dengan
logmed yang umumnya berupa live saving baik menggunakan bantuan tenaga perawat (Task
diajukan melalui surat permintaan permohonan Shifting) dalam pendistribusian langsung kepada
dan ditujukan kepada kepala IFRS. TE dan EK pasien. Pengawasan ketat dalam pengambilan
disiapkan dan dikendalikan oleh bagian gudang obat oleh perawat, pencatatan dan pelaporan
logistik medis yang ditempatkan di beberapa lantai riwayat pengobatan pasien oleh IFRS masih tetap
tiap tower. TE dan EK merupakan perpanjangan rutin berjalan. Dan saat ini sudah terbantu dengan
bentuk sistem distribusi floor stock di ruang rawat adanya sistem komputerisasi di apotek rawat inap
inap diluar amprahan. Akan tetapi pengelolaan untuk mempermudah proses pelaksanaannya.
TE dan EK secara ideal masih menjadi salah satu Task Shifting pendistribusian obat kepada tenaga
kendala yang dihadapi oleh IFRS dikarenakan perawat ini juga didasarkan atas adanya kebijakan
keterbatasan sarana yaitu berupa ketersediaan RSDC WAK yang berlaku yang memberikan
jumlah trolley dan ketersedian obat, alkes dan keterbatasan gerak kepada pasien COVID-19
BMHP untuk ditempatkan di masing-masing untuk tidak melakukan aktivitas lain diluar kamar
trolley. perawatan kecuali ada instruksi lebih lanjut
Sistem pendistribusian kepada pasien di sehingga pasien dilarang untuk mengambil obat
Apotek Rawat Inap dilakukan melalui sistem sendiri di apotek rawat inap.
resep perorangan (individual prescribing) yang
Task Shifting Distribusi Obat RSDC WAK
diresepkan untuk kebutuhan selama 3 (tiga)
hari ke depan secara sentralisasi. Alur distribusi Suatu hal yang berubah pada saat ini adalah
Apotek Rawat Inap RSDC WAK dapat dilihat pada pelayanan kefarmasian yang awalnya berorientasi
gambar 2. pada obat telah bergeser menjadi orientasi pada
pasien, yang mengacu kepada pharmaceutical
care, kegiatan pelayanan kefarmasian yang
awalnya terfokus pada pengelolaan obat berubah
menjadi pelayanan yang komprehensif atau
menyeluruh dengan tujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Sebagai akibat dari pergeseran
orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan
perilaku untuk dapat melakukan interaksi langsung
dengan pasien (10).
Jumlah tenaga farmasi yang aktif di RSDC
Gambar 2. Alur distribusi Apotek Rawat Inap RSDC WAK WAK berjumlah 114 personel yang terdiri dari 38
Melalui observasi di lapangan dapat diketahui apoteker dan 76 TTK. Dari 114 personel farmasi
bahwa apotek rawat inap RSDC WAK dapat tersebut, 100 personel diantaranya merupakan
melayani resep rata-rata sebanyak 1600-1700 tenaga farmasi yang melakukan pekerjaan
resep dalam sehari. Jumlah tenaga farmasi yang kefarmasian di apotek rawat inap dengan 30
berada di apotek rawat inap sebanyak 100 personel apoteker dan 70 TTK. Bila melihat PMK Nomor
terdiri dari 30 apoteker dan 70 TTK. Dalam sehari 72 tahun 2016 tentang ratio kebutuhan apoteker
bekerja dalam tim yang terbagi dalam 3 (tiga) shift di rawat inap dimana 1 apoteker untuk 30 pasien
pelayanan. Pemilihan sistem distribusi kombinasi rawat inap (7) tentunya angka tersebut sangat
antara floor stock dengan individul prescribing jauh dari ideal. Dengan jumlah pasien RSDC
sesuai dengan PMK Nomor 72 tahun 2016 (7). WAK sebesar 3889 pasien maka seharusnya
Penerapan sistem floor stock di gudang logmed membutuhkan apoteker sebesar 130 personel
ditujukan untuk mempermudah lalu lintas logmed untuk di rawat inap saja. Hal ini berarti 1 apoteker
dan sekaligus mempermudah pengawasan, di apotek rawat inap RSDC WAK bekerja 4-5x lipat
pengendalian dan administrasi atas ketersediaan dari idealnya.
114 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
Meningkatnya kebutuhan akan nakes dalam farmasi dengan tenaga perawat terlihat saat alur
jumlah pasien yang terus meningkat akan dimana perawat ruangan memberikan obat secara
menurunkan mutu pelayanan kesehatan yang langsung kepada pasien.
diterima oleh pasien. Sehingga harus diupayakan Task Shifting dapat membantu mengatasi
jalan alternativ terbaik untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kesehatan saat ini namun
ini yaitu melalui Task Shifting (11). Menurut WHO, Task Shifting bukan jawaban untuk dapat
metode alih kerja (Task Shifting) dapat diartikan menyelesaikan krisis tenaga kerja kesehatan (12)
sebagai metode kerja sama tim antar tenaga s. Lebih lanjut, Task Shifting sebenarnya dapat
kesehatan (nakes) dalam memberikan pelayanan meningkatkan permintaan kebutuhan akan nakes.
kesehatan dimana terdapat pendelegasian tugas Hal ini terjadi karena nakes bersangkutan memiliki
dari profesi nakes yang satu kepada nakes lain tanggung jawab lebih yaitu menjadi pelatih dan
yang berbeda profesi (12). Dalam situasi krisis supervisor sebagai tugas tambahan disamping
SDMK yang terjadi, untuk tetap mempertahankan tugas pokoknya dalam memberikan pelayanan
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan maka kesehatan secara langsung kepada pasien (15).
Task Shifting bisa menjadi strategi alternatif yang Kekurangan SDMK farmasi dan mungkin juga
dapat disebut sebagai strategi kelangsungan kekurangan SDMK yang lain bukan merupakan
hidup (11). Menurut penelitian yang dilakukan oleh hal yang baru, ditambah juga dengan gugurnya
Fulton dkk (2011) memberikan kesimpulan bahwa nakes dalam upaya menangani pasien COVID-19.
Task Shifting adalah alternatif kebijakan yang Tentunya hal ini harus menjadi agenda tersendiri
menjanjikan untuk meningkatkan efisiensi dan bagi Pemerintah untuk mengatasi krisis ini.
produktifitas pelayanan kesehatan, meningkatkan Mengingat pandemi COVID-19 masih berlangsung
jumlah layanan yang diberikan dengan kualitas maka sebaiknya implementasi Task Shifting harus
dan biaya tertentu. Dan untuk meningkatkan mutu dilakukan sambil menunggu terpenuhinya SDMK
pelayanan, keterampilan perlu dievaluasi dengan yang baru yang mana juga membutuhkan proses
menggunakan desain penelitian yang ketat dan waktu yang panjang. Untuk itu penerapan
untuk dapat memperkirakan dampak pada hasil Task Shifting dalam jangka waktu yang panjang
kesehatan pasien, kualitas pelayanan, dan biaya harus membutuhkan strategi yang berkelanjutan.
(13). Terlepas dari standar kebutuhan nakes untuk
Administration Error di RSDC WAK
memberikan pelayanan kesehatan, kebutuhan
untuk melakukan alih kerja (Task Shifting) Pada hakekatnya pelayanan Kefarmasian
dari nakes kepada tenaga biasa tidak dapat harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
dipungkiri. Task Shifting kepada kader kesehatan, Kefarmasian dan Tenaga Teknis Kefarmasian
sukarelawan dan konselor terbukti mengurangi yang melakukan Pelayanan Kefarmasian harus
beban kerja staf klinik dan memberikan kontribusi di bawah supervisi Apoteker (7). Keterampilan
pelayanan kesehatan yang lebih merata seorang apoteker dalam pengelolaan sediaan
khususnya untuk daerah terpencil (14). farmasi akan menentukan keberhasilan suatu
Semenjak awal beroperasinya RSDC WAK, apotek dalam menyediakan sediaan farmasi
pendistribusian obat ke pasien sudah dilakukan yang cukup dan terjangkau bagi masyarakat.
oleh tenaga perawat. Koordinasi antara bagian Kesalahan pengobatan (medication error) dapat
farmasi dengan bagian perawat mulai terbentuk terjadi pada 4 fase, yaitu kesalahan peresepan
dua bulan setelahnya. Dimana saat itu kepala (prescribing error), kesalahan penerjemahan
bagian keperawatan menyetujui untuk membantu resep (transcribing error), kesalahan menyiapkan
melakukan distribusi obat kepada pasien. Dalam dan meracik obat (dispensing error), dan
upaya untuk tetap selalu konsisten dalam menjaga kesalahan penyerahan obat kepada pasien
mutu pelayanan kesehatan yang terbaik, cepat (administration error) (16). The United States
dan efisien kepada pasien ditengah keterbatasan National Coordinating Council for Medication
SDMK dan lonjakan jumlah pasien tentunya Error Reporting and Prevention mendefinisikan
harus dipikirkan strategi alternativ terbaik. medication error sebagai setiap peristiwa yang
Sehingga akhirnya salah satu kegiatan pelayanan dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau
kefarmasian dalam pengelolaan logmed yaitu menyebabkan penggunaan obat yang berbahaya
pendistribusian obat kepada pasien di rawat inap kepada pasien saat obat berada dalam kendali
didelegasikan kepada profesi kesehatan yang profesional perawatan kesehatan, pasien, atau
lain yaitu tenaga perawat. Proses Task Shifting konsumen (17)with substantial and increasing
yang terjadi antara tenaga farmasi dengan tenaga medication use comes a growing risk of harm (1.
perawat dalam pendistribusian obat ke pasien Epidemiologi distribusi administration error
di rawat inap RSDC WAK dapat dilihat pada menunjukkan bahwa sebagian besar kesalahan
gambar 5. Kegiatan Task Shifting antara tenaga ini disebabkan oleh kelalaian dosis (42%) atau
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021 • 115
Task Shifting dalam Pendistribusian Obat: Dandung Ruskar., dkk.
kesalahan pada administrasi waktu (50%) Sistem distribusi obat memiliki peranan penting
(18). National Patient Safety Agency di Inggris terhadap capaian terapi pengobatan pasien rawat
mengungkapkan bahwa kesalahan administrasi inap di suatu rumah sakit. Bentuk kegiatannya
pengobatan terjadi pada 50% dari semua sederhana, akan tetapi berakibat fatal bila terjadi
administrasi obat-obatan di rumah sakit (19). Di kelengahan dan ketidakpedulian atas kegiatan
Amerika Serikat, administering errors terjadi pada tersebut. Administration error memiliki dampak
5 sampai 20% dari semua administrasi obat, signifikan pada pasien dalam hal morbiditas,
dengan biaya sistem kesehatan tambahan $ 380 mortalitas, kejadian obat terlarang, dan lama
juta dan diperkirakan membahayakan setidaknya tinggal di rumah sakit. Selain itu, ini meningkatkan
1,5 juta pasien per tahun, dengan adanya sekitar biaya untuk dokter dan sistem kesehatan (24)
400.000 efek samping yang dapat dicegah (20). untuk itu kontrol dan pengawasan ketat atas
Administration errors di Afrika Timur umum terjadi kegiatan pendistribusian obat harus dimonitor
dan tingkat kesalahannya berkisar antara 9,4 dan di evaluasi secara rutin dan berkelanjutan.
sampai 80% dari semua administrasi pengobatan Meskipun beberapa kejadian administration error
(21)Medline, Pubmed, the British Nursing Index yang terjadi di rawat inap RSDC WAK seperti
and the Cumulative Index to Nursing & Allied obat hilang, salah pasien, salah pemberian dan
Health Literature. The search strategy included all komunikasi buruk sudah dapat diatasi dengan
ages and languages. Inclusion criteria were that sistem komputerisasi diharapkan untuk tetap
the studies assessed or discussed the incidence melakukan monitoring dan evaluasi baik terhadap
of medication errors and contributory factors to sistem komputerisasi dan potensi kejadian lain.
medication errors during the medication treatment Keterbatasan sarana dan prasarana, dimana letak
process in adults or in children. Results: Forty-five apotek rawat inap yang cukup jauh dari jangkauan
studies from 10 of the 15 Middle Eastern countries tenaga perawat yang berbeda tower juga harus
met the inclusion criteria. Nine (20 %. Prevalensi dipertimbangkan dan dicari solusi yang tepat.
administration errors di Jimma, Ethiopia di dalam Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya
unit perawatan intensif (ICU) dan bangsal anak- bahwa faktor penyebab terjadinya administration
anak masing-masing menunjukkan 51,8 dan error yaitu beban kerja yang tidak seimbang,
90,8% (22). gangguan dalam bekerja, edukasi yaitu tidak
Dalam perjalanan waktu memang dijumpai tepat, kondisi lingkungan yaitu jarak unit farmasi
beberapa kejadian yang tidak diharapkan tidak memudahkan tenaga kesehatan dalam
terhadap pelaksanaan Task Shifting tersebut. pemberian harus setidaknya bisa menjadi bahan
Sejauh ini, diantara kejadian tersebut tidak ada pertimbangan pihak RSDC WAK untuk melakukan
yang berpotensi menurunkan mutu pelayanan antisipasi dan pencegahan.
karena hanya cukup diatasi dengan penerbitan
Manajemen Resiko Task Shifting Distribusi
SOP dan kontrol pengawasan. Adanya masukan,
Obat di RSDC WAK
saran dan informasi dari semua bagian sangat
memberikan masukan tentang upaya untuk WHO menegaskan bahwa pelaksanaan Task
mengatasi kejadian serupa agar tidak terulang. Shifting harus dilaksanakan bersamaan dengan
Dibantu dengan sosialisasi dan pembekalan strategi lain yang dirancang untuk meningkatkan
ilmu praktis oleh bagian pendidikan dan latihan jumlah total tenaga kesehatan di semua bagian,
(diklat) sangat membantu untuk meningkatkan dalam hal ini adalah sistem Check and Balances
safety dari kegiatan Task Shifting ini. Intuisi, (25). Sistem check and balances adalah sistem
inisiatif, pengalaman dan loyalitas dari para nakes kontrol dan keseimbangan tanggung jawab
juga memberikan kontribusi yang sangat berarti sehingga tidak terjadi pemusatan tanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan dari salah satu unsur. Sistem kontrol dilaksanakan
di RSDC WAK sehingga probabilitas potensi dalam bentuk monitoring dan evaluasi dan sistem
kejadian atau peristiwa yang dapat membahayakan keseimbangan dilaksanakan dalam bentuk
pasien dan nakes sangatlah minim. Menurut Ramli pelatihan untuk meningkatkan keterampilan.
(2010), berdasarkan Tingkatan Resiko menurut Meskipun Task Shifting dapat berguna dalam
AS/NZS 4360:2004 maka kejadian yang tidak situasi tertentu dan terkadang dapat meningkatkan
diharapkan tersebut termasuk dalam kategori Low tingkat perawatan pasien, Task Shifting juga
Risk (23). Penilaian ini didasarkan atas frekuensi membawa risiko yang signifikan. Pertama dan
kejadian yang hanya 1 (satu) kali dan dengan yang terpenting adalah terjadinya kemungkinaan
segera diatasi dengan penerbitan SOP setempat terdapat resiko penurunan kualitas perawatan
dilanjutkan dengan sosialisasi dan koordinasi terhadap pasien, terutama jika terdapat Task
kepada kepala bagian terkait lalu monitoring serta Shifting dalam memberikan penilaian secara medis
evaluasi terhadap pelaksanaannya. dan mengambil keputusan diagnosa. Secara
116 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
nyata pasien dirawat oleh petugas kesehatan yang Shifting harus dikembangkan dan dikendalikan
kurang terlatih, sehingga terdapat kemungkinan dibawah koordinasi dan pengawasan profesi yang
permasalahan terkait mutu profesionalisme yang bersangkutan (15). Keterlibatan bagian farmasi
terlibat, termasuk berkurangnya kontak dengan dalam bagian diklat RSDC WAK juga masih
pasien, layanan kesehatan yang terbagi dan belum maksimal diberdayakan sepenuhnya. Oleh
tidak efisien, kurangnya respon dan tindak lanjut karena itu, pihak RSDC WAK untuk mempunyai
yang tepat, kesalahan diagnosis dan kesalahan sasaran dan program khusus dengan melakukan
pengobatan serta ketidakmampuan untuk kolaborasi antara bagian farmasi, bagian diklat,
menangani komplikasi dan keadaan darurat (15). bagian penelitian dan bagian keperawatan dengan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mafigri untuk bekerja sama melakukan pembekalan
et al (2012) yang berjudul “Task Shiftingfor pengetahuan dan pelatihan, pengawasan
tuberculosis control: a qualitative study of dan evaluasi berkelanjutan sehingga mutu
community-based directly observed therapy in pelayanan secara rutin dan konsisten dapat
urban Uganda” menyimpulkan bahwa strategi terus dipertahankan. Pelaksanaan Task Shifting
pelaksanaan Task Shifting kepada tenaga non dalam jangka panjang membutuhkan kebijakan
kesehatan yang sudah dibekali dengan pelatihan yang berkelanjutan, untuk itu harus diperhatikan
bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan dengan benar dan tepat melalui kajian hasil
yang profesional, memberikan hasil tingkat analisa, pelaporan hasil monitoring dan evaluasi
kesembuhan pasien yang tidak jauh berbeda terhadap pelaksanaan Task Shifting dalam jangka
(26). Hal serupa disampaikan oleh Okyere,E panjang.
(2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Is task-
shifting a solution to the health workers’ shortage KESIMPULAN
in Northern Ghana?” menyimpulkan bahwa selain
Task Shifting antara tenaga farmasi dengan
pelatihan, adanya pengawasan yang memadai
tenaga perawat dalam pendistribusian obat di
bagi tenaga kesehatan sangatlah penting dalam
rawat inap RSDC WAK sudah berjalan dengan
rangka meningkatkan keahliannya sebelum tugas
baik akan tetapi masih harus ditingkatkan upaya
tambahan tersebut ditugaskan kepada mereka
lebih lanjut untuk menindaklanjuti Task Shifting
agar mutu dan kualitas pelayanan kesehatan tidak
tersebut melalui monitoring dan evaluasi.
terganggu (27)Ghana. Methods Data was collected
Task Shifting juga bukan solusi atas keterbatasan
through field interviews. A total of sixty eight (68.
jumlah nakes dan tidak dijadikan sebagai alasan
Sebelum Task Shifting dilaksanakan, sebaiknya
untuk penghematan biaya. Ada atau tidak ada Task
dilakukan tinjauan ulang terlebih dahulu tentang
Shifting, pihak RSDC WAK tetap harus memenuhi
kemampuan RSDC WAK dan target sasaran
kekurangan SDMK yang ada. Meskipun kebutuhan
pelayanan yang akan dicapai. Setelah itu lakukan
SDMK Task Shifting tidak sebesar dengan tidak
analisa terhadap ketersediaan, keterampilan dan
melakukan Task Shifting.
pengalaman dari SDMK yang tersedia, lakukan
Dalam situasi kedaruratan pelayanan dengan
juga seleksi siapa saja yang dapat melaksanakan
krisis tenaga SDMK, pelaksanaan Task Shifting
Task Shifting. Selanjutnya lakukan studi atas
merupakan pilihan terbaik sebagai jawaban
resiko pelaksanaan dan upaya menurunkan resiko
atas permasalahan tersebut. Akan tetapi Task
Task Shifting terhadap kasus yang ada. Apabila
Shifting juga memberikan resiko tersendiri yang
memang diperlukan Task Shifting, agar pihak
pada akhirnya bisa menurunkan mutu pelayanan
RSDC WAK mengeluarkan kebijakan dan aturan
kesehatan apabila tidak ditangani dengan baik.
terkait pelaksanaan Task Shifting di lingkungan
Task Shifting bisa memicu kejadian
RSDC WAK. Setelah itu rencanakan pelatihan
administration error yang berdampak signifikan
yang tepat dalam waktu singkat dan sosialisasikan
terhadap morbiditas dan mortalitas. Analisa studi
kegiatan Task Shifting kepada pasien jika
resiko terhadap pelaksanaan Task Shifting harus
memang diperlukan. Kemudian lakukan studi
menjadi pokok pikiran utama. Untuk itu diperlukan
untuk mengetahui keuntungan, manfaat, kendala
keterlibatan semua bagian pelayanan kesehatan
dan kerugian dalam pelaksanaan Task Shifting
agar bisa memberikan masukan dan saran serta
sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah
kerja sama untuk penyelenggaran di lapangan di
pelaksanaannya dapat dipertahankan atau harus
RSDC WAK
dihentikan.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
SARAN
pelaksanaan Task Shifting distribusi obat sudah
berjalan dengan baik melalui pembekalan, Saran yang dapat disampaikan dari penulisan
pendidikan, pelatihan dan pengawasan. ini kepada pihak pengelola RSDC WAK dalm
Berdasarkan rekomendasi dari WMA, Task pelaksanaan Task Shifting distribusi obat adalah :
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021 • 117
Task Shifting dalam Pendistribusian Obat: Dandung Ruskar., dkk.
1) Pihak RSDC WAK memberikan legalitas dalam 8. Admin. Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit.
bentuk keputusan atas pelaksanaan Task Shifting Kumpulanartikelfarmasi.com [Internet]. 2018
distribusi obat bila memang Task Shifting menjadi Jun 26 [cited 2021 Jan 16];1–1. Available from:
solusi alternativ; 2) Lebih memberdayakan bagian http://kumpulanartikelfarmasi.com/2018/06/
diklat RSDC WAK untuk memberikan edukasi sistem-distribusi-obat-di-rumah-sakit/
dan pelatihan singkat terhadap pelaksanaan Task 9. Rendra Y. Trolly Emergency. slideshare.net
Shifting distribusi obat; 3) Keterlibatan Instalasi [Internet]. 2017 Oct 28 [cited 2021 Jan 16];1–
Farmasi RSDC WAK sebagai supervisi dan 26. Available from: https://www.slideshare.
pendamping bagian diklat dalam memberikan net/yusrendra/trolly-emergency
edukasi dan pelatihan terkait Task Shifting 10. RI M. PMK Nomor 73 Tahun 2016 tentang
distribusi obat; 4) Meningkatkan peran apoteker Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
dalam kegiatan farmasi klinis sebagai kontrol dan Standar Pelayanan Kefarmasian DI Apot. 2016;
monitoring terhadap pelaksanaan Task Shifting 11. Aithal A, Aithal PS. Task Shifting - An alternative
distribusi obat dan kajian resikonya; 5) Untuk survival strategy for health care organizations.
penentuan kegiatan dalam Task Shifting yang lain J Sci Res Mod Educ. 2017;2(2):34–48.
yang beresiko tinggi seharusnya tidak didelegasikan 12. WHO. Task Shifting. Global Recomendations
kepada profesi tenaga kesehatan lain dan harus and Guidelines. World Heal Organ. 2008;
melalui koordinasi dari profesi terkait. 13. Fulton BD, Scheffler RM, Sparkes SP, Auh EY,
Vujicic M, Soucat A. Health workforce skill mix
DAFTAR PUSTAKA and task shifting in low income countries: A
review of recent evidence. Human Resources
1. Gugus Tugas Percepatan Penanganan
for Health. 2011.
COVID-19. Data Sebaran Covid-19. Data
14. Bemelmans M, Van Den Akker T, Ford N,
Sebaran. 2020.
Philips M, Zachariah R, Harries A, et al.
2. Ilpaj SM, Nurwati N. Analisis Pengaruh
Providing universal access to antiretroviral
Tingkat Kematian Akibat Covid-19. J Pekerj
therapy in Thyolo, Malawi through task shifting
Sos. 2020;
and decentralization of HIV/AIDS care. Trop
3. Rini RAP. Kematian Tenaga Medis di Indonesia
Med Int Heal. 2010 Dec;15(12).
Peringkat 5 Besar di Dunia, 504 Nakes
15. World Medical Association. WMA Resolution
Meninggal Akibat Covid-19. TribunNews.com
on Task Shifting from the Medical Profession.
[Internet]. 2021 Jan 3 [cited 2021 Jan 15];1–3.
J Interprof Care [Internet]. 2009 Apr [cited
Available from: https://www.tribunnews.com/
2021 Jan 16];25(October):26–32. Available
nasional/2021/01/03/kematian-tenaga-medis-
from: https://www.wma.net/policies-post/
di-indonesia-peringkat-5-besar-di-dunia-504-
wma-resolution-on-task-shifting-from-the-
nakes-meninggal-akibat-COVID-19
medical-profession/
4. Mashabi S. Riset FKUI: 83 Persen Tenaga
16. Adrini T M, Harijanto T, Woro U E. Faktor-faktor
Kesehatan Alami “Burnout.” Kompas.com.
yang Mempengaruhi Rendahnya Pelaporan
2020;
Insiden di Instalasi Farmasi RSUD Ngudi
5. Makdori Y. HEADLINE: Wisma Atlet
Waluyo Wlingi. J Kedokt Brawijaya. 2015;
Kemayoran Jadi RS Darurat Penanganan
17. WHO. Medication errors [Internet]. Medication
Corona Covid-19, Bagaimana dengan
Error :TechnicalSeriesonSaferPrimaryCare.2016.
Daerah? Liputan6.com [Internet]. 2020 Mar 25
1–24 p. Available from: https://apps.who.int/iris/
[cited 2021 Jan 15];1–4. Available from: https://
bitstream/handle/10665/252274/9789241511643-
www.liputan6.com/news/read/4209977/
eng.pdf;sequence=1
headline-wisma-atlet-kemayoran-jadi-rs-
18. Fontan JE, Maneglier V, Nguyen VX, Loirat
darurat-penanganan-corona-covid-19-
C, Brion F. Medication errors in hospitals:
bagaimana-dengan-daerah
Computerized unit dose drug dispensing
6. Ihsanuddin. Rumah Sakit Penuh, RSD Wisma
system versus ward stock distribution system.
Wisma Atlet Pun Harus Antre untuk Rujuk
Pharm World Sci. 2003;
Pasien Covid-19 Gejala Berat. Kompas.com
19. Cousins D, Dewsbury C, Matthew L, Nesbitt
[Internet]. 2021 Jan 4 [cited 2021 Jan 15];1–1.
I. NPSA safety in doses: medication safety
Available from: https://megapolitan.kompas.
incidents in the NHS: the fourth report of
com/read/2021/01/04/15562311/rumah-sakit-
the patient safety observatory. … , 2007,
penuh-rsd-wisma-atlet-pun-harus-antre-
Rep No PSO [Internet]. 2007 Aug [cited
untuk-rujuk-pasien
2021 Jan 19];4:1–72. Available from: http://
7. RI M. PMK Nomor 72 tahun 2016 tentang
data.parliament.uk/DepositedPapers/Files/
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
DEP2008-1788/DEP2008-1788.pdf
Sakit. 2016.
118 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
20. Aspden Philip, Wolcott Julie A., Bootman 24. Popescu A, Currey J, Botti M. Multifactorial
J. Lyle CLR. Preventing medication errors: Influences on and Deviations from Medication
Committee on Identifying and Preventing Administration Safety and Quality in the
Medication Errors. Metas de Enfermería. Acute Medical/Surgical Context. Worldviews
2007. Evidence-Based Nurs. 2011 Mar;8(1):15–24.
21. Alsulami Z, Conroy S, Choonara I. Medication 25. WHO. Task shifting to tackle health worker
errors in the Middle East countries: A shortages. Geneva WHO. 2007;
systematic review of the literature. Vol. 69, 26. Mafigiri DK, McGrath JW, Whalen CC. Task
European Journal of Clinical Pharmacology. shifting for tuberculosis control: A qualitative
2013. p. 995–1008. study of community-based directly observed
22. Agalu A, Ayele Y, Bedada W, Woldie M. therapy in urban Uganda. Glob Public Health.
Medication administration errors in an 2012;
intensive care unit in Ethiopia. Int Arch Med. 27. Okyere E, Mwanri L, Ward P. Is task-shifting
2012; a solution to the health workers’ shortage in
23. Ramli S. Pedoman Praktis Manajemen Northern Ghana? PLoS One. 2017;
Resiko. dian rakyat. 2010. 156 p.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 10, No. 03 September 2021 • 119