PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelayanan obat bagi pasien rawat inap di rumah sakit dilaksanakan oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Tugas IFRS meliputi proses perencanaan, pengadaan,
penyampaian sediaan obat yang diminta dokter dari IFRS untuk diberikan kepada
penderita. IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman di rumah sakit.
Tanggung jawab ini meliputi seleksi, pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk
tanggung jawab penyampaian dan distribusi obat dari IFRS ke daerah perawatan
pasien maka dibuat sistem distribusi obat. Kegiatan distribusi ini merupakan salah
satu tahap dalam siklus manajemen pengelolaan obat (Siregar dan Amalia, 2003). Ada
empat jenis sistem distribusi obat di rumah sakit menurut Hassan (1986), yaitu sistem
distribusi obat resep individu, sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan
(floor stock), sistem distribusi kombinasi antara resep individu dan floor stock dan
sistem distribusi obat dosis unit/unit dose dispensing (UDD). Rumah sakit
menerapkan sistem distribusi obat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pihak
Sistem floor stock ini diterapkan dengan harapan bahwa penggunaan obat
untuk pasien rawat inap dapat terkendali, sehingga tujuan penyelenggaraan pelayanan
pasien yang mengacu pada prinsip menyeluruh sesuai dengan standar pelayanan
medik yang cost effective dan rasional bisa tercapai (IFRS, 2013).
Penelitian Sujarwoto (1997) menyatakan bahwa peningkatan pelayanan yang
berorientasi pada pasien dapat dilakukan melalui distribusi obat sehingga pasien
merasa dilayani dengan baik dan biaya serendah mungkin. Sejalan dengan Sujarwoto
(1997), Naswir (2000) juga menyebutkan bahwa penghematan di sektor obat mutlak
harus dilakukan dengan menerapkan sistem distribusi obat yang dapat mencegah
terjadinya kebocoran obat dan kehilangan obat, perbaikan kontrol obat secara
keseluruhan dan penurunan biaya obat yang harus ditanggung oleh pasien. Sehingga
dengan diterapkannya sistem distribusi floor stock ini maka diharapkan dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna untuk menambah
wawasan kepada para pembaca, terutama tentang sistem distribusi obat floor stock .
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang sistem distribusi obat floor stock secara
BAB II
ISI
A. Tunjuan Pustaka
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada
unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
yaitu penyerahan obat sejak setelah sediaan disiapkan oleh IFRS sampai diantar
Sistem
distribusi obat di rumah sakit untuk pasien rawat inap adalah tatanan jaringan
sarana, personel, prosedur dan jaminan mutu yang serasi, terpadu, dan berorientasi
penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada
pasien. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan di rumah sakit
sangat bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada serta
Sistem distribusi obat yang efisien dan efektif sangat tergantung pada desai
obat yang didesain dan dikelola dengan baik harus dapat mencapai berbagai hal
sebagai berikut :
b. Mutu dan kondisi sediaan obat tetap stabil dalam seluruh proses distribusi.
g. IFRS mempunyai akses dalam semua tahap produksi untuk pengendalian, pema
i. Harga terkendali.
perbekalan farmasi untuk unit pelayanan/ruang rawat baik untuk kebutuhan individu
pasien maupun kebutuhan dasar ruang rawat disuplai langsung dari pelayanan farmasi
pusat.
2) Desentralisasi
tidak langsung dilayani oleh pelayanan farmasi pusat tetapi disuplai dari depo/satelit
a) Sistem persediaan lengkap di ruang rawat (Ward Total Floor Stock). Seluruh
menjadi tanggung jawab perawat. Kebutuhan obat pasien langsung dilayani oleh
perawat di ruang rawat, sehingga farmasis tidak terlibat sama sekali dalam proses
b) Sistem resep individual (pesanan obat secara individual). Sistem ini memberikan
pelayanan kepada pasien secara individual dan cara ini memudahkan penarikan
c) Kombinasi sistem resep individual dengan Total Floor Stock. Pada sistem ini
dengan total floor stock untuk perbekalan farmasi tertentu dan dalam jumlah terbatas.
Sistem ini umumnya digunakan pada rumah sakit yang menarik biaya pengobatan
secara individual.
seluruhnya tetapi disiapkan hanya untuk kebutuhan 24 jam, dan obat dikemas dalam
bentuk satuan dosis unit/ wadah plastik kecil untuk satu waktu pemberian (satu
kemasan untuk satu waktu pemberian, yaitu pagi, siang, sore, dan malam).
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang
rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
a) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas
ruangan.
b) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada
B. Pembahasan
1. Pengertian Sistem Distribusi Floor Stock
Ward Floor Stock adalah tatanan kegiatan distribusi sediaan obat oleh IFRS di
obat dan alat kesehatan dengan jenis spesifik dan jumlah tertentu sesuai kebutuhan
Perbekalan farmasi yang tersedia di ruangan antara lain emergency kit dan alkes.
Sistem distribusi Ward Floor Stock dengan sistem pinjam pakai digunakan di ruang
resusitasi karena pasien dalam kondisi tidak stabil sehingga semua kebutuhan obat
dan alat kesehatan harus disediakan dengan cepat. Pasien yang memerlukan obat-
obatan secara cepat dapat diambilkan dari persediaan obat WFS. Pengelolaan
jumlah yang cukup di ruangan sehingga dapat digunakan dengan segera ketika pasien
emergency kit. Sistem distribusi ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan akan obat-
obat emergency kit yang sifatnya kondisional dan mendesak, sehingga proses
penggunaan obat untuk pasien menjadi lebih singkat. Evaluasi jumlah obat emergency
Dalam system distribusi obat persediaan lengkap di ruang, semua obat yang
kecuali obat yang jarang digunakan atau obat yang sangat mahal. Persediaan obat
diruang di pasok oleh IFRS. Biasanya, sekali seminggu personel IFRS memeriksa
persediaan obat diruang , lalu menambah obat yang persediaanya sudah sampai tanda
batas pengisian kembali. Obat yang di dispensing di bawah system ini terdiri atas obat
menyeluruh dan order obat yang harus dibayar sebagai biaya obat. Obat penggunaan
umum ini terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah ditetapkan oleh PFT
dan IFRS yang tersedia di unit perawat, misalnya kapas pembersih luka, larutan
antiseptic,dan obat tidur. Biasanya obat ini dibayar sebagai bagian dari biaya
pelayanan perawatan.obat yang harus dibayar tersedia pada tiap unit perawatan dan
kegiatan penghantaran sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada order obat,
yang disiapkan dari persediaan diruang oleh perawat dan dengan mengambil dosis
obat dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada penderita diruang itu.
a. Dalam bagian emergensi dan ruang operasi, dimana obat biasanya harus selalu cepat
c. Obat-obatan dengan harga rendah dan biasa dipakai(high volume drug) dapat dikelola
dengan cara ini dengan catatan kemungkinan terjadi medication error yang kecil.
Sistem ini sekarang tidak digunakan lagi karena tanggung jawab besar dibeb
ankan pada perawat yaitu menginterpretasikan resep dan menyiapkan obat yang
1) Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita (selalu ada persediaan obat-
obatan yang siap pakai untuk pasien, terutama untuk obat-obat yang sifatnya live
saving.
2) Dapat meniadakan/menghindari kemungkinan adanya pengembalian obat-obatan
6) Dipilih karena kecepatan pelayanan saat kondisi emergency terutama obat live
saving.
9) Bukanlah total floor stock semua obat ada diruang perawatan (jumlah terbatas).
1) Kesalahan pemberian obat meningkat karena order obat tidak dikaji/diperiksa ulang
oleh apoteker. Penyiapan obat dan konsumsi dilakukan oleh perawat sendiri, sehingga
error, misalnya obat yang tertukar terutama pada saat penyerahan obat karena
kurang diperhatikan oleh perawat akibatnya terjadi penumpukan stok obat di pos
perawatan, penyimpanan tidak teratur, mutu obat cepat turun, dan tanggal kadaluarsa
kurang diperhatikan sehingga sering terjadi sediaan obat yang tidak dipakai karena
telah kadaluarsa.
menyediakan fasilitas tempat penyimpanan yang memadai atas obat-obatan yang ada
6) Mengakibatkan diperlukannya tambahan waktu dan beban kerja bagi perawat karena
sangat banyak. Oleh karena itu sistem ini hendaknya tidak digunakan lagi. Dalam
sistem ini, tanggung jawab besar dibebankan pada perawat, yaitu menginterpretasi
order dan menyiapkan obat, yang sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker.
apoteker. Jikaa sistem desentralisasi ini dilakukan, banyak kekurangan dari sistem
a. Tempat penyimpanan obat yang satu dengan yang lain diberi pembatas yang jelas dan
tulisan nama obat yang jelas dan mudah dibaca sehingga kemungkinan terjadinya
b. Melakukan perencanaan pengadaan yang lebih teliti lagi dan meningkatkan frekuensi
apoteker.
a. Administrasi yang tertib dan teratur setiap barang masuk dan keluar dicatat dalam
c. Kartu stock.
e. Sistem Komputerisasi
g. Dilakukan checking teratur (sering di-check) oleh tenaga IFRS untuk menyesuaikan
a. Ruang rawatan/bangsal.