Anda di halaman 1dari 18

KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman


hayati kedua didunia setelah Brazil, sehingga Indonesia dianggap sebagai
sumber bahan kimia alami yang sangat potensial untuk dikembangkan
menjadi bahan baku obat dan bahan baku industri kimia.
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
bermacam-macam teknik pemisahan. lstilah kromatografi diciptakan oleh
Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak
kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, Day juga
menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum,
namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang
menjelaskan tentang proses kromatografi.
Salah satu contoh kromatografi adalah kromatografi kolom
konvensional yaitu metode kromatografi klasik yang sampai saat ini banyak
digunakan .Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa –
senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini
adalah kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi kedalam fase
diam atau fase gerak dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi.
Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk
mengelola dan memanfaatkan sebuah sumber daya alam yang ada
sehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang.
Pada percobaan kali ini yang dilakukan ialah melakukan
kromatografi kolom konvensional untuk memperoleh fraksi dari ekstrak
daun jambu bol putih (Syzygium malaccense L.) untuk megisolasi dan
melihat jumlah fraksi yang didapatkan berdasarkan warna.

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara


atau metode pemisahan senyawa pada ekstrak daun jambu bol putih
(Syzygium malaccense L) dengan metode kromatografi kolom konvesional.

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan


memahami cara pemisahan senyawa pada ekstrak daun jambu bol putih
(Syzygium malaccense L) dengan metode kromatografi kolom konvesional.

D. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari praktikum ini adalah mengetahui
metode pemisahan senyawa dengan kromatografi kolom konvesional
pada ekstrak daun jambu bol putih (Syzygium malaccense L).
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari praktikum ini adalah untuk mampu
menentukan ketepatan penggunaan metode kromatografi kolom
konvesional untuk pemisahan senyawa pada ekstrak daun jambu bol
putih (Syzygium malaccense L).
E. Manfaat Praktikum

1. Manfaat Teoritis
Manfaat praktikum ini yaitu bahwa mahasiswa dapat mengetahui
metode pemisahan senyawa yang tepat untuk digunakan pada ekstrak
daun jambu bol putih (Syzygium malaccense L).
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis praktikum ini yaitu mahasiswa dapat menberikan
informasi tentang metode pemisahan senyawa yang tepat untuk
digunakan pada ekstrak daun jambu bol putih (Syzygium malaccense L)

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. KlasifikasiSyzygium malaccense L. (Integrated Taxonomic


Information System)
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium malaccense (L.) Merr. & L.M. Perry
2. Morfologi Tanaman
Jambu bol (Syzygium malaccense L) termasuk dalam anggota
famili Myrtacea. Jambu bol merupakan tanaman tahunan dengan tinggi
berkisar 5-16 meter dan diameter batang 20-45 cm. Daun berbentuk oval
sampai oblong, agak tebal, dengan panjang 10-30 cm. Buah jambu bol
merupakan buah buni, berbentuk bulat, bulat telur sampai lonjong
sedangkan warna buahnya mulai dari merah jingga sampai merah tua
atau kehitaman, putih kehijauan sampai kekuningan dengan ukuran
buahnya 3-7 cm (Rosmaina, dkk, 2013).
3. Nama Lain
Nama lain jambu bol (Syzygium malaccense L) diantaranya jambu
jambak (Min), jambu bool (Sd), jambu bolu (Bug), nyambu bol (BL),
jambu bolo (Mak), jambu dersana, tersana (Jw,Md), Kuupa maimu
(Sulut), nutune, lutune, dan lain-lain (Santi & Tukiran, 2017).

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

4. Kandungan Kimia
Kandungan kimia .dari daun jambu bol ini adalah flavonoid, tannin,
terpenoid, dan minyak atsiri (Rosmaina, dkk, 2013).
5. Khasiat Tanaman
Syzygium malaccense terbukti memiliki aktivitas antikanker .Pada
kulit pohon jambu bol memiliki berbagai aktivitas biologis yaitu sebagai
antivirus, antibakteri dan antijamur. Tanaman ini digunakan pula dalam
pengobatan tradisional untuk pengobatan penyakit menular. Selain itu,
Syzygium malaccense terbukti memiliki aktivitas anthelmintik (Santi &
Tukiran, 2017).
Pada penelitian sebelumnya, Syzygium malaccense terbukti
memiliki aktivitas antikanker. Pada kulit pohon jambu bol memiliki
berbagai aktivitas biologis yaitu sebagai antivirus, antibakteri dan
antijamur. Tanaman ini digunakan pula dalam pengobatan tradisional
untuk pengobatan penyakit menular. Selain itu, Syzygium malaccense
terbukti memiliki aktivitas anthelmintik (Santi, 2017).

B. Kromatografi kolom konvensional

 Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu


kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang sangat
mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang
disebut kromatogram (Khopkar, 2008).
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam, tergantung
pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya,
kromatografi dibedakan menjadi(Rohman, 2009) :
a. Kromatografi adsorbsi
b. Kromatografi partisi
c. Kromatografi pasangan ion
d. Kromatografi penukar ion
e. Kromatografi ekslusi ukuran
f. Kromatografi afinitas
DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm
15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Berdasarkan alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas:


a. Kromatografi kertas
b. Kromatografi lapis tipis
c. Kromatografi cair kinerja tinggi
d. Kromatografi gas
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom
sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.
Alat  tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah
kolom untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari
banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan
panjang dan diameter kolom sekitar 8:1 sedangkan daya penyerapnya
adlah 25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan. Teknik banyak
digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organic dan konstituen-
konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk pemisahan jenis logan-
logam atau senyawa anorganik jarang dipakai (Yazid, 2005).
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan
diletakkan berupa pita pada bagian atas penjerap yang berada dalam
kolomkaca, logam atau bahkan plastik. Eluen (fase gerak) dibiarkan
mengalir melalui fase diam dalam kolom dan hanya disebabkan oleh gaya
gravitasi (Raymond, 2006).
Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom terabsorpsi termasuk pada cara
pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa diam yang
sifafnya tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya adalah cairan atau
pelarut yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom.
Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang
antar muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta
kelarutan relatif komponen pada fasa bergeraknya. Antara molekul-molekul
komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan
adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk


kembali pada fasa bergerak (Yazid, 2005).
Pengemasan Fase Diam /penjerap ( Raymond et al. 2006)
1. Cara kering
Selapisan kapas/pasir bersih diletakkan didasar kolom, penjerap
dituangkan kedalam kolom sedikit demi sedikit.Setiap pernambahan
silika gel, permukaannya diratakan dan dimanpatkan.Alat pemanpat ini
dapat berupa sumbat karet/bahan lunak yang dipasang pada ujung
batang kaca atau gagang stik.
Setelah semua penjerap dimasukkan, pada bagian atas dilapisi
kertas saring sehingga jika ditambahkan eluen, permukaan penjerap
tetap rata.Eluen kemudian dimasukkan menggunakan pipet tetes
secara memutar sambil membuka kran kolom pada bagian
bawah.Eluen dibiarkan mengalir ke bawah melalui dan membasahi
penjerap sampai eluen tersebut tepat sampai dikran kolom.
2. Cara basah
Selapisan kapas/pasir bersih dimasukkan kedalam kolom, dan
tabung diisi sepertiga dari volume kolom. Pelarut yang dipakai dalam
proses pengemasan sama dengan pelarut yang akan digunakan pada
kromotografi atau pelarut yang kepolarannya lebih rendah. Penjerap
dibuat lumpuran menggunakan eluen tersebut lalu dituangkan kedalam
kolom. Lumpurkan dapat dimasukkan sekaligus atau sedikit demi
sedikit.
Selama proses pengemasan, tabung dapat diketuk-ketuk pada
semua sisi secara perlahan-lahan dengan sumbat karet atau bahan
yang lunak agar diperoleh lapisan yang seragam. Kran dapat dibuka
atau ditutup selama penambahan, namun tetap memperhatikan
permukaan pelarut agar tetap merendam seluruh permukaan penjerap.
Hal ini untuk mencegah masuknya udara dalam ruang antar partikel
silika gel yang dapat menyebabkan gangguan pada proses isolasi.

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

3. Cara kemas basah


Cara ini dapat dibuat dengan mengisi tabung setengahnya
dengan pelarut, lalu penjerap dalam keadaan kering dimasukkan
kedalam kolom berupa aliran halus melalui corang .penjerap dibiarkan
mengendap sementara tabung diketuk-ketuk ( seperti cara basah dan
kering) agar terbentuk kemasan yang seragam dan mampat. Jika
penjerap dimasukkan seluruhnya sekaligus, biasanya diperoleh
kemasan fasediam dalam kolom yang sangat baik. Pelarut berlebih
dikeluarkan dari tabung agar diperoleh kolom penjerap dan dapat pula
ditambahkan selapisan pasir yang telah dicuci untuk menutupi kertas
saring.
Fraksinasi yaitu suau senyawa hanya ada dalam satu fase, hal ini
dapat dicapai dengan ekstraksi fase awal berturut-turut dengan fase yang
berlawanan. Lebih baik menggunakan elusi berurytan dengan volume relatif
kecil dibandingkan dengan satu kali elusi keseluruh volume (Tobo, 2001).

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kromatografi
kolom konvesional ini adalah batang pengaduk, botol wadah eluen, vial
10 mL, kapas, kertas saring, kolom kaca dan statis.
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
ekstrak kering daun jambu bol putih (Syzygium malaccense L), pasir
silika gel, Eluen n-heksan : etil asetat (dengan variasi perbandingan),
dan tissue.
B. Cara Kerja (Anonim, 2019)

Disiapkan alat dimana kolom dipasang tegak lurus pada statif,


kemudian dibebas lemakkan dengan cara dibilas menggunakan n-
Heksan. Setelah itu bagian dasar kolom dilapisi kapas dan kertas saring
diatasnya. Dalam praktikum ini pengemasan fase diam menggunakan
metode kering dimana silika gel langsung dimasukkan ke dalam kolom.
Kemudian dimampatkan dengan n-heksan kemudian ditaruh keertas
saring kemudian 1 gram ekstrak sampel. Selanjutnya dielusi sampai
menghasilkan fraksi-fraksi dan ditampung ke dalam vial. Dielusi dengan
eluen n-heksan : etil asetat 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9,
dan 0:10 secara berturut-turut. Ditampung dalam vial hingga mencapai
volume 5 mL dan dipisahkan berdasarkan intensitas warna.

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Tabel 1. Jumlah vial tiap perbandingan eluen


Eluen Perbandingan Eluen No.Vial
N-heksa : Etil asetat 10 : 0 1–10
N-heksa : Etil asetat 9:1 11–19
N-heksa : Etil asetat 8:2 20–29
N-heksa : Etil asetat 7:3 30–40
N-heksa : Etil asetat 6:4 41–58
N-heksa : Etil asetat 5:5 59–68
N-heksa : Etil asetat 4:6 69–77
N-heksa : Etil asetat 3:7 78–87
N-heksa : Etil asetat 2:8 88–98
N-heksa : Etil asetat 1:9 99–108
N-heksa : Etil asetat 0 : 10 109–118

Tabel 2. Pengelompokan berdasarkan warna


No. Vial Warna
1–10 Bening
11–16 Kuning bening
17–19 Kuning muda
20–23 Putih pucat
24–25 Kuning terang
26–30 Kuning sedikit pekat
31, 33, 34, 68–106 Kuning kehijauan
35–36 Hijau kekuningan
37–39 Hijau lumut
40-50 Hijau pekat
51–57 Hijau sangat pekat
58–61 Coklat pekat
62–66 Coklat kekuningan
67 Coklat pudar
107–118 Kuning

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom


sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.
Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi
klasik yang masih banyak digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dalam jumlah banyak. Prinsip kromatografi kolom konvensional adalah
adsorbsi partisi dengan bantuan gaya gravitasi. Dimana proses adsorbsi
melibatkan beberapa interaksi yaitu ikatan hydrogen, gaya van der walls,
gaya dipol-dipol, interaksi ionik atu permiasi antara senyawa-senyawa yang
ada dalam campuran dengan fase diam. Senyawa yang akan berinteraksi
dengan fase diam akan teretensi sedangkan senyawa yang tidak dapat
berinteraksi dengan fasa diam akan bergerak mengikuti fase gerak dan
dielusi terlebih dahulu. Hasil pemisahan dikumpulkan dalam berupa fraksi-
fraksi ketika keluar dari kolom
Kerugian dari kromatografi kolom konvensional adalah proses
pemisahnnya membutuhkan waktu yang sangat lama, selain itu tidak dapat
dipakai jika partikel terlalu kecil. Keuntungan dari kromatografi kolom
konvensional adalah dapat memisahkan kandungan-kandungan kimia
dalam jumlah banyak dengan pemisahan senyawa yang baik.
Dilakukan isolasi pada kromatografi kolom konvensional yaitu untuk
memisahkan fraksi yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan
eluen 10:0 sampai eluen 0:10 sehingga dihasilkan beberapa warna dan
tingkat kepolaran.
Pada percobaan kali ini pengemasan yang kami gunakan yaitu
cara kering dimana disiapkan kolom dan pasang pada statif. Kemudian
masukkan kapas kedalam kolom pada bagian dasar kolom dan kertas
saring. Setelah itu dimasukkan silika gel kedalam kolom setelah itu
masukan lagi kertas saring. Silika gel dan pelarut dicampur hingga
terbasahi sempurna. Kemudian masukkan fraksi daun jambu bol putih
(Syzygium malaccense L.) yang sebelumnya telah dicampurkan dengan
silika gel. Kemudian dimasukkan eluen yang telah dibuat dimulai dengan
perbandingan 10:0 sampai 0:10 (n-heksan : etil asetat) masing-masing 50

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

ml. Kran dibuka perlahan-lahan dan ditampung hasil isolat dalam vial
sebagai fraksi. Hasil kromatografi kolom berupa fraksi. Fraksi-fraksi
berdasarkan tingkat kepolarannya.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan fraksi dari ekstrak
kering daun jambu bol putih (Syzygium malaccense L) yang diperoleh dari
metode pengemasan diam cara kering berdasarkan perbandingan eluen
mulai dari 10:0 sampai 0;10 didapatkan fraksi sebanyak 118 vial dan
berdasarkan warna fraksi dapat dikelompokkan menjadi 15 vial.
Berdasarkan warna di peroleh 15 warna yang berbeda-beda diantaranya
yaitu vial (1-10) bening, tidak berwarna, (11-16) kuning bening, (17-19)
kuning muda, (20-23) putih pucat, (24-25) kuning terang, (26-30) kuning
sedikit pekat, (31, 33, 34, 68-106) kuning kehijauan, (35-36) hijau
kekuningan, (37-39) hijau lumut, (40-45) hijau pekat, (51-57) hijau sangat
pekat, (58-61) coklat pekat, (62-66) coklat kekuningan, (67) coklat pudar,
dan (107-118) kuning.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat


disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh fraksi berdasarkan perbandingan
eluen yaitu 118 vial dan berdasarkan warna di peroleh 15 warna yang
berbeda-beda diantaranya yaitu vial (1-10) bening, tidak berwarna, (11-16)
kuning bening, (17-19) kuning muda, (20-23) putih pucat, (24-25) kuning
terang, (26-30) kuning sedikit pekat, (31, 33, 34, 68-106) kuning kehijauan,
(35-36) hijau kekuningan, (37-39) hijau lumut, (40-45) hijau pekat, (51-57)
hijau sangat pekat, (58-61) coklat pekat, (62-66) coklat kekuningan, (67)
coklat pudar, dan (107-118) kuning.
B. Saran

Sebaiknya alat praktikum yang telah rusak diperbaiki atau

diganti agar tidak menghambat dalam proses praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia II. Universitas
Muslim Indonesia : Makassar.

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Integrated Taxonomic Information System, 2018, Syzygium malaccense L.,


https://itis.gov/servletSingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=505421#null, 29 Maret 2019.

Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Raymond G. Reid and Satyajit D. Sarker, 2006.Isolation of natural Product


by Low-Pressure Collum Chromatografi in Sharker SD., Latif,Z and
Gray , Al (ED). Natural Product Isolation Humana Press.Inc.Totowa
New jersey.

Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu :


Jakarta.

Rosmaina, dkk, 2013, Kekerabatan Genetik Tanaman Jambu Bol


(Syzygium malaccense ( L ) Berdasarkan Penanda RAPD
(Random Amplified Polymorphic DNA), UIN SUSKA J Agrotek
Trop, Vol.2, No.1: Riau.

Santi, AM., & Tukiran, 2017, Uji Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Batang
Tumbuhan Jambu Bol (Syzygium malaccense), UNESA Journal
of Chemistry, Vol.6, No.2: Surabaya.

Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas


Hasanuddin : Makassar.

Yazid, E 2005. Kimia Fisika Paramedis. Andi : Yogyakarta

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja Praktikum

Ditimbang 30 gram
silika gel halus kering
1. Masukkan dalam
kolom yang telah dilapisi dengan kapas dan kertas
saring pada bagian dasar
2. Tutupi bagian atas kolom dengan kertas saring,
silica dimampatkan dengan n-heksan
3. Ditimbang 1 gram ekstrak daun jambu bol putih
(Syzygium malaccense L) dan masukkan kedalam
kolom
4. Ekstrak dielusi dengan ditambahkan eluen n-
heksan : etil asetat mulai dari perbandingan 10:0
hingga perbandingan 0:10 selapis diatas
permukaan kertas saring secara berkesinambungan
5. Fraksi-fraksi yang didapatkan ditampung ke dalam
vial

Fraksi
Lampiran 2. Gambar Tanaman

Daun Jambu Bol Putih (Syzygium malaccense L)

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Lampiran 3. Gambar Hasil Praktikum

a. Berdasarkan Perbandingan Eluen

Perbandingan 10 : 0 Perbandingan 9 : 2

Perbandingan 8 : 2 Perbandingan 7 : 3

Perbandingan 6 : 4 Perbandingan 5 : 5

Perbandingan 4 : 6 Perbandingan 3 : 7

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Perbandingan 2 : 8 Perbandingan 1 : 9

Perbandingan 0 : 10

b. Berdasarkan Perbedaan Warna

Kuning kehijauan – kuning Kuning terang

Bening Kuning muda

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Putih pucat Kuning sedikit pekat

Coklat Pudar Hijau Kekuningan

Hijau lumut Coklat Kekuningan

Coklat pekat Hijau sangat pekat

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Hijau pekat

DELLA LESTARI ALIFYANI PRAMESTI SYAMSUL, S.Farm


15020160130

Anda mungkin juga menyukai