FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
UJI PENDAHULUAN
OLEH
KELOMPOK II
GOLONGAN SELASA PAGI
MARIAM ULFAH
(N111 13 075)
YUNI SUKARSIH
(N111 13 074)
(N111 13 021)
NIRMA APRIANA
(N111 13 525)
REVI YUNITA R
(N111 13 345)
MASNI
(N111 13 051)
SYUKUR
(N111 12 263)
ROSDIANA
(N111 12 120)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Kromatografi lapis tipis ( Thin Layer Kromatography ) adalah
adalah salah satu kualitatif dari suatu sample yang akan di deteksi
dengan memisahkan komponen- komponen sample berdasarkan
kepolaran. Ide penggunaan kromatografi serapan dalam bentuk
lapisan tipis di lekatkan pada suatu penyongkong telah di
kelengahkan pada tahun 1938. Mula pertama dicoba memisahkan
terpen-terpen pada Cromatostrip yang di buat dengan melpisi
potongan gelas kecil dengan penyerap yang di campur dengan pati
atau pelekat yang berkelakuan sebagai pengikat. Kromatografi lapis
tipis perlu dibandingkan pertama-tama dengan kromatografi serapan
karena mempunyai sistem fisika yang bersamaan diantara keduanya
dan kedua dengan kromatografi partisi kertas, karna mempunyai
kesamaan dalam teknik eksperimennya, kromatografi kolom yang
merupakan proses yang lambat yang membutuhkan relatif dalam
jumlah yang besar demikian pula cuplikan yang di gunakan
sedangkan kromatografi lapis tipis hanya membutuhkan penyerap
dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-noda yang
terpisahkan yang diloalisir pada plat seperti pada lembaran kertas.
Densitometri
adalah
metode
analis
instrumental
yang
I.2.1
Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami prinsip kerja, cara perlakuan,
cara penentuan kualitatif pengolahan data hasil densitometri dan
penetapan kadar pada sampel meniran (Phyllanthus niruri) dan
temulawak (Curcuma xanthorrizha).
I.2.2
Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan memahami prinsip kerja densitometri pada
sampel meniran (Phyllanthus niruri) dan temulawak (Curcuma
xanthorrizha).
2. Mengetahui dan memahami cara perlakuan yang dapat diukur
secara densitometri pada sampel meniran (Phyllanthus niruri)
dan temulawak (Curcuma xanthorrizha).
3. Mengetahui dan memahami cara penentuan kualitatif suatu
senyawa
pada
sampel
meniran
(Phyllanthus
niruri)
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
kromatografi
planar,
selain
kromatografi
kertas
dan
atau
pelat
plastik.
Meskipun
demikian,
cepat
dan
system
penyangga
yang
akan
dipakai
dalam
Pelarut
yang
dipilih
untuk
pengembang disesuaikan
murni dapat
secara
gravitasi
menaik
pada
(ascending)
pengembangan
atau
secara
karena
menurun
pergerakan
yang
berbeda.
Kromatografi
kebanyakan
kualitatif
(pembandingan
terhadap
senyawa-senyawa
referensi. (1)
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan beberapa
sifat fisika umum dari molekul, yaitu sebagai berikut.
(5)
(1)
photomultiplier
tube
(tabung
vakum
photomultiplier),
sebagai
permukaan
fotosensitif,
dibawah
panjang
melalui
sebuah
prisma,
maka
cahaya
tersebut
(2.1)
(2.2)
3. Absorbansi
Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang datang cocok
dengan energy yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron
terluarnya dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (atau dari pita
valensi ke pita konduksi di dalam zat padat). Dengan
spektroskopi dari cahaya transmisi bisa diketahui tingkat/pita energi
dari suatu atom/molekul/zat padat.
Gambar 2.6 Proses terjadinya energi dengan bahan
Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel
kimia maka sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnet yang
ditransfer ke molekul sampel akan menaikan tingkat energi (tingkat
tereksitasi).
Molekul
akan
dieksitasi
sesuai
dengan
panjang
(1.3)
= bilangan gelombang
Gambar
2.7
Hubungan
antara
absorbance
dengan
penjang
gelombang
Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan
logaritma dari 1/T atau logaritma Io/It.
A = log (1/T) = log (Io/It) = - log (T)
dimana,
(1.4)
A = Absorbansi / serapan
4. Transmitansi
Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas Io
dilewatkan melalui suatu larutan dalam wadah transparan maka
sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas radiasi yang
diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io. Transmitansi dengan simbol T
dari larutan merupakan fraksi dari radiasi yang diteruskan atau
ditansmisikan oleh larutan, yaitu :
T = It/Io
Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen (%).
(2.5)
sampel
pada
plat
TLC
mengalami
pemisahan,
cahaya
secara
mendapatkan
otomatis
pada
detektor
pengukuran
sehingga
dan
memancarkan
intensitas
cahaya
rendah
daripada
diukur dari tempat yang kosong pada plat TLC dan pantulan cahaya
dari zat pada plat TLC yang sama.
Flourescence Mode
Prinsip kerja dengan cara fluorescence sama dengan cara
absorbance, yaitu pada saat melakukan scan pada suatu zat pada plat
TLC, background plat tidak ada sinyal karena adanya panjang
gelombang yang tidak diperlukan akan dihalangi oleh filter.
Jika daerah fluorescent (sampel pada plat) mengalami scanning
maka akan memancarkan cahaya yang akan masuk dan melewati filter
kemudian menghasilkan sinyal pada detektor. Pengukuran fluorescent
ini hanya untuk menganalisa zat yang tidak tampak.
Hasil sinyal output dari detektor dihubungkan dengan
perangkat elektronik seperti amplifier dan A/D Converter. Setelah sinyal
output dari detektor masuk ke A/D Converter, lalu sinyal output (analog)
ini akan diubah menjadi sinyal digital, yang mana akan dihubungkan
langsung ke PC melalui connection serial interface RS232. Dengan
didukungnya
software
WinCATS
maka
dapat
mengetahui
nilai
hdirokarbon,
vitamin, alkaloid
modifikasi Partisi termodifikasi Senyawa-senyawa non polar
dengan
hidrokarbon
Serbuk selulosa
Partisi
Asam
Alumina
Adsorpsi
akrbohidrat
Hidrokarbon,
amino,
nukleotida,
ion
logam,
Kieselgur
Partisi
Selulosa penukar Pertukaran ion
ion
Gel sephadex
-siklodekstrin
Eksklusi
Interaksi
logam
adsorpsiCampuran enansioner
stereospestik
2.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga
Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
solute
fase
yang
gerak akan
berarti
juga
menentukan
kecepatan
menentukan
nilai
Rf.
BAB III
METODE KERJA
III.1
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah botol vial, chamber, lampu UV 254
nm dan 366 nm, Lempeng silica gel GF 254 nm, penggaris, pensil, pipet
mikron, pinset, sendok tanduk, dan tabung effendorf, tip 5 mikron.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah asam formiat, ekstrak daun
legundi (ekstrak awal, larut etil asetat dan tidak etil asetat), ekstrak daun
tapak liman (ekstrak awal, larut heksan, dan BJA), etanol, etil asetat,
heksan, dan toluene
III.2
Cara Kerja
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1
Gambar Pengamatan
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Hasil Partisi
Hasil Partisi
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Sampel
Elusi
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ekstrak awal
Mentotol
Rf
Area
maks
0.05
202
0.05
200
0.06
203
Rf
Area
maks
1
3
4
5
Rf
Area
maks
1
3
4
5
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan uji densitometri yang bertujuan untuk
mengukur kerapatan suatu senyawa dengan melihat warna dan spot.
Densitometri juga dilakukan untuk melihat uji kulaitatif dan kuantitaif pada
suatu senyawa.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan
campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan
analisis
cepat
penyerap
maupun
cuplikannya
yag
dapat
digunakan
untuk
dengan
kromatogram
atau
perhitungan
Rf
atau
Enviromental
and
Clinical
Application,
Willey
Farmasi,
Fakultas
Farmasi,
Universitas
Gadja
Mada,