FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
HASIL PEMBELAJARAN
SKENARIO 3
“GERIATRI, JANTUNG DAN KRONIS”
OLEH :
NAMA : DELLA LESTARI
STAMBUK : 15120200190
KELOMPOK :1
DOSEN : apt. A. Mumtihannah, S.Farm., M.Si
HIPERLIPIDEMIA
Secara umum hyperlipidemia diklasifikasikan menjadi dua yaitu
(Ghassan, 2014) :
a. Hiperlipidemia primer : biasa juga disebut dengan cacat atau kelainan
genetik baik monogenik maupun poligenik. Hiperlipidemia primer ini
biasanya dapat diselesaikan menjadi salah satu pola lipoprotein abnormal.
b. Hiperlipidemia sekunder : disebabkan oleh gangguan lain seperti diabetes,
sindrom nefritik, alkoholisme kronis, hipotiroidisme dan dengan
penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid, beta blocker dan
kontrasepsi oral. Hiperlipidemia sekunder bersama dengan
hipertrigliseridemia yang signifikan dapat menyebabkan pankreatitis
Klasifikasi fredrickson dari hyperlipidemia primer (Niharika V, 2017)
↑
Tipe Kerusakan Penyebab Kejadian lipoprotein
plasma
Lipoprotein
Hiperkilomikronemia
lipase
familial atau
Defisiensi Sangat
I hiperlipoproteinemia Kilomikron
atau jarang
primer
perubahan
ApoC2
Hiperkilomikronemia
familial Atau
Defisiensi Kurang
I IIa hiperkolesterolemia LDL
resptor LDL umum
poligenik
GAGAL JANTUNG
Berdasarkan klasifikasi New York Heart Association (NYHA) empat
kelas fungsional sebagai berikut (ESC Guidelines, 2020) :
a. Kelas I : Tidak ada batasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menyebabkan sesak napas, kelelahan, atau jantung berdebar.
b. kelas II : Sedikit pembatasan aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat, tetapi
aktivitas fisik biasa menyebabkan sesak napas, kelelahan, atau palpitasi
yang tidak semestinya.
c. kelas III : Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata. Nyaman saat istirahat,
tetapi aktivitas fisik yang kurang dari biasanya menyebabkan sesak napas,
kelelahan, atau palpitasi yang tidak semestinya.
d. kelas IV : Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apa pun tanpa
ketidaknyamanan. Gejala saat istirahat dapat muncul. Jika ada aktivitas
fisik yang dilakukan, ketidaknyamanan meningkat.
Berdasarkan Sistem pementasan American College of Cardiology/
American Heart Association (ACC / AHA) ditentukan oleh empat tahap sbb
(Inamdar, AA 2016):
a. stadium A : Risiko tinggi gagal jantung, tetapi tidak ada penyakit jantung
struktural atau gejala gagal jantung.
b. stadium B : Penyakit jantung struktural, tetapi tidak ada gejala gagal
jantung.
c. stadium C : Penyakit jantung struktural dan gejala gagal jantung
d. stadium D : Gagal jantung refraktori yang membutuhkan intervensi khusus
HIPERLIPIDEMIA
HIPERLIPIDEMIA
- Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi : Umur, jenis kelamin, genetic,
penyakit kronis.
- Faktor resiko yang dapat dimodifikasi : Penggunaan obat-obatan, nutrisi,
da kurang aktivitas fisik.
(Nouh, F dkk, 2019)
ANGINA
Faktor resiko Angina riwayat keluarga aterosklerosis, tingginya kadar
kolesterol LDL dalam darah, tekanan darah tinggi, merokok, laki-laki, diabetes,
obesitas, stress, kurangnya olahraga teratur (Bhowmik D, dkk 2011).
GAGAL JANTUNG
Faktor resiko dari gagal jantng : Hiperlipidemia, hipertensi, merokok,
riwayat keluarga (genetic), obesitas, stress, gaya hidup, jenis kelamin, dan
diabetes mellitus (Supardi, 2018).
8. Mahasiswa mampu mengetahui apa hubungan dari hipertensi,
hiperlipidemia, angina dan gagal jantung
Jawab :
Hubungan dari penyakit gagal jantung, hiperlipidemia, angina dan
hipertensi saling berhubungan karena hiperlipidemia yaitu suatu keadaan yang
ditandai dengan peningkatan lipid, kolestrol dan trigliserida didalam darah
sehingga kolestrol yang dibawah LDL kedalam epitel pembuluh darah. Didalam
tubuh kolestrol ini dianggap sebagai benda asing sehingga monosit masuk
kedalam epitel kemudian berubah menjadi makrofag dan menghasilkan senyawa
yang dapat mengoksidasi LDL. Di mana LDL ini akan teroksidasi sehingga
mengeluarkan kolestrol kemudian difagosit oleh makrogafag menjadi sel busa.
Pada kolestrol yang tinggi akan menyebabkan sel busa terkumpul pada sel
epitel pembuluh darah dan akan menganggu elastisitas pembuluh darah sehingga
menyebabkan kekakuan. Dimana kekauan ini akan menyebabkan pembuluh
darah pecah dan mengalami beku sehingga membentuk thrombus. Dalam
thrombus akan terbentuk pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan
ion kalsium dalam darah menumpuk dan membentuk atheoroma menyebabkan
penyempitan pembuluh darah akibatnya jantung harus memompa lebih kuat untuk
mendorong darah melewati pembuluh darah sehingga terjadi hipertensi. Ketika
terjadi hipertesi maka dinding pembuluh darah akan mengalami ateoklorosis dan
penyakit jantung coroner. Dimana Ketika terjadi ateoklorosis plak akan menumpuk
didalam arteri dan terjadi penyempitan pembuluh darah maka suplai oksigen tidak
dapat terpenuhi kebutuhan dari jantung maka menyebabkan terjadinya angina dan
Ketika angina terus berlanjut sehingga akan beresiko terjadinya gagal jantung
(Dipiro 2015, Pakpahan JE, dkk, 2018 & Ma’rufi R, 2014 & AHA, 2018).
DISKUSI PANEL
1. Menurut anda bagaimana cara mengatasi penggunaan atenolol dan
diltiazem secara bersamaan yang dapat menyebabkan peningkatan efek
samping ?
Jawab:
Dimana menurut medscape atenolol memiliki interaksi dengan diltiazem
yaitu meningkatkan resiko bradikardia. Berdasarkan skenario tersebut dokter
mengganti atenolol dengan bisoprolol 5mg/24jam, jurnal penelitian Effectiveness
and safety of beta blockes in the management of hypertension in oldee adults).
Kemudian penggunaan Atenolol dalam jangka panjang akan memberikan efek
bradikardia efek buruk pada gagal jantung, menurunkan curah jantung.
Diltiazem sendiri dari kelompok kami menyarankan menggantinya dengan
amlodipine 10 mg/24jam. Alasan diltiazem dihentikan penggunaannya tidak
disarankan untuk pasien lanjut usia sebab dapat menyebabkan retensi cairan;
bradikardia; vasokontriksi; dan jika digunakan dengan beta-blockers dapat
memperparah gagal jantung karena efek inotropik negatifnya. memilih golongan
yang sama yaitu ccb amlodipine. Obat diltiazem (ccb non dihidripiridin) dgn
amlodipin (ccb dihidripiridin) lebih aman sebagai antihipertensi, angina serta gagal
jantung (kode-kimbe 2013; AHA 2016; ESC 2016;Ikawati 2008) Menurut aplied
Therapeutics dan pedoman gagal jantung kombinasi dari CCB dan beta Bloker
memiliki efektivitas yang baik dlm menurunkan efek td, dan angina.
HIPERTENSI
Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari 140 mmHf disertai
peningkatan diatolik tetap 90 mmHg pada 2 kali pengukuran selang waktu 5 menit
dalam keadaan rileks. Tekanan darah yaitu cardiac output. Diastole adalah fase
ketika jantung beristrihat ketika darah masuh, diastole ketika jantung memompa
darah keseluruh tubuh. Sebelumnya mengalami hipertensi akan terjadi
prehipertensi terlebih dahulu.
Etiologi
Hipertensi Esensial atau primer
Hipertensi yang tidak diketauI penyebabnya, kemungkinan karena factor genetic
dan lingkungan
Hipertensi non esensial atau sekunder
Penyebabnya diketahui berasal dari penyakit tertentu seperti penyakit ginjal kronis,
gangguan fungsi hormon paratiroid dan tiroid atau obat-obatan tertentu misalnya
amfetamin, NSAID, kortokosteriid, kontrasepsi oral, imunosupresan. 5-10%
penyakit hipertensi
Faktor Resiko
- Perokok
- Obesitas
- Tidak bergerak secara aktif
- Usia laki-laki 55 tahun perempuan 65 tahun
- Diabetes melitus
- GFR <69 mL/min
- Urin protein >150 mg/24 jam
Patofisologi
1. Ketidakseimbangan RAAS (Renin Angiotensin Aldosteron Sistem)
Hati membuat dan melepaskan protein yang disebut angiotensinogen,
Angiotensinogen diubah oleh enzim renin yang dihasilkan oleh ginjal diubah
menjadi angiotensin I, angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh
Angiotensin converting enzyme yang terdapat pada paru-paru, pada angiotensin
II ini ada 2 reseptor yang saling berkompetisi untuk berikatan dengan
angiotensin 2, pada hipertensi regulasinya gagal sehingga yang seharusnya
reseptor AT2 yang berikatan dengan angiotensin 2 tetapi malah reseptor AT1
yang berikatan dengan angiotensin II, Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasokonstriktor melalui
dua jalur, yaitu:
a. Dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga
urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian instraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat sehingga
meningkatkan tekanan darah.
b. Jalur kedua yaitu menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron adalah hormon steroid yang berperan penting pada ginjal untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler. Aldosteron mengurangi ekskresi NaCl
dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada akhirnya meningkatkan volume dan tekanan darah.
2. Sympathetic nerveous system/system saraf simpatik
Sistem saraf simpatis ginjal adalah yang berperan utama diperkembangan dan
pemeliharaan hipertensi, yang akan mempengaruhi tekanan darah melalui dua
jalur yaitu jalur eferen dan aferen. Pada jalur eferen dimulai dengan membawa
sinyal dari SNS (sympathetic nerveus system) ke ginjal untuk meningkatkan
ekskresi renin sehingga mengaktifkan sistem RAAS dan meningkatkan natrium
dan retensi air, semuanya menghasilkan peningkatan volume sirkulasi dan
karena itu meningkatkan tekanan darah. Hal ini mnyebabkan aliran darah
keginjal menurun dan untuk meningkatkan perfusi maka ginjal memicu jalur
aferen yang mmbawa signal menuju ke SNS (sympathetic nerveus system) yang
akhirnya mmperberat aktivitas saraf simpatis lalu mempertahankan tekanan
darah tinggi
Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan darah Tekanan darah
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100
Manifestasi Klinik
Gejala
- Sakit kepala
- Pusing
- Sakit pada tengkuk leher
- Penglihatan kabur
- Palpitasi
- Lelah
Tanda
- Nilai TD diatas normal
Diagnosis
- Pengukuran TD secara berulanf : BP lebih 140/90 mmHG
- Pengukuran pertama : BO lebih dari 210/120 mmHg
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan darah
- Chesr X-ray dan ECG
- Identifikasi faktor resiko
Penatalaksanaan
Goal terapi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan ginjal
Terapi non farmakologi
Mengkurangi asupan natirum, mengurangi merokok, alcohol, kurangi berat badan
jika obesitas, konsumi rendah lemak, dan lebih banyak makan buah buahan dan
sayur.
Algoritma
Terapi hipertensi JNC 8
Modifikasi gaya hidup dan farmakoterapi, jika hipertesi tidak diabetes melitus dan
CKD ketika >60 tahun BP goal <150/90 mmHg, <60 tahun BP goal <140/90 mmHg,
ras kulit putih golongan tiazid, ACEI, CCB, ras kulit hitam golongan tiazid atau CCB,
jika tidak jika hipertensi tidak CKD dan diabetes melitus BP <140/90 mmHg , jika
hipertensi baik CKD dengan atau diabetes melitus BP goal <140/90 , diberi CCB
atau tiazid. ACEI, ARB, CCB, TIAZID, jika tidak ada penyakit penyerta dgn , DM
ACEI dan ARB, CKD ACEI dan ARB, Mencegah ternajdi stroke, ACEI DAN TIAZID
Terapi Farmakologi
1. Diuretik
Menurunkan retensu air dan reabsobsi Na+. Na+ memasukin urin dalam jumlah
banyak untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.
- Tiazid
Nama obat golongan tiazid adalah Hidroklorotiazid, klorotiazid, klortalidon
dan indapamid. Indikasi klinis yaitu hipertensi pada lansia dengan ras kulit
hitam, gagal jantung pngestif dan hiperkareturia. Efek samping hipokalemia,
hipomagneaimes, hiperkalesemia, hiperglikemia, hiperurisemia (70%
penyakit) potensi gout. Kontraindikasi dengan hipertensi disertai diabetes
melitus atau hiperlipidemia.
- Loop Diuretik
Furosemid, bumetanid, asam etakrinat dan torsemid. Dosis masa kerja
pendek sehingga perlu dosis 2 kali sehari dengan efek samping hipokalemia,
hipomagneaimes, hiperkalesemia, hiperglikemia kontraindikasi dengan
penyakit fungsi ginjal tidak adekuat atau CR 50ml/min.
- Hemat Kalium
Spironolakton, amilonid dan triamferen. Disebut juga diuretik lemah sehingga
perlu kombinasi dengan diuretuik lain atau mengurangi hipokalemia dari
diuretik lain bisa juga dikatakan hiperaldosteroidisme primer. Kontraindikasi
dengan gagal ginjal kronis klirens serum lebih dari 25 mg/dl dengan efek
samping hiperkalemia jika dikombinasi dengan ACEI, ARB dan sumplemen
kalium, gynecomastia 10%, menstruasi tdak teratur dan berkuranganya
libido. Dimana spironolakton dengan dosis 100 mg/hari menyebabkan efek
tiazid 25 mg
- Osmotik
Manitol dan urea
- Inhibitor Anhidrat Karbonat
Asetazolamid. Efeksamping batuk kering disebabkan karenan meningkatnya
bradikinin kontraindukasi dengan wanita hamil trimester 2 dan 3 atau
fetotoksisk. Indikasi efektif pada pasien hipertensi pasien muda dengan ras
kulit putih, gagal jantung kronis, infark miokar dan hipertensi disertai diabetes
melitus dan obesitas.
- Penghambat beta-blocker
Dimana bekerja menurunkan aksi simpatik utamanya direseptor B1 dijantung
menghambta pelepasan renin sehingga menurunkan pembentukkan
angiotensin II dan sekresi aldosteron sehingga menurunkan ion NA + dan air.
a. Kardioselektif (atenolol, bisoprolol dan metoprololo)
b. Non selektif (propanolol dan nadolol)
c. Simpatomimetik instrinsik (asebutolol dan pindolol)
- CCB
Bekerja menghambat gerakan masukknya kalsium denga cara terikat pada
kanal kalsium tipe L dijantung dan otot polos koroner dan cvaskuler perifer
sehingga menyebabkan otot polos vaskuler beristirahat terjadi dilatasi
arteriola
a. Difenil alkil amin (verapamil)
b. Benzitiazepin (diltiazem)
c. Dihidropiridon (nifedipin,amlodipin, felodipin dan nikardipin)
- Antagonis Reseptor Angiotensin II
Bekerja menghambat pelepasan renin sehingga menurunkan pembentukkan
angiotensin II dan sekresi aldosteron sehingga menurunkan retensi ion Na+
dan air. Dengan indukasi hipeertensi disertai diabetes melitus, gagl jantung
dan gagal ginjal kronik. Efek samping obat lebih ringan daripda ACEI dan
kurang menyebabkan batuk dibandingkan ACEI. Kontraindikasi dengan
wanita hamil trimester 2 dan 3 menyebabkan fetotoksik
- Penghambat alfa blocker
Indikasi dengan kombinasi dengan diuretik untuk meminimalkan edema dan
oembesaran prostat. Efek samping refleks takikardia shingga perlu kombnasi
dengan beta bloker dan hipotensi postural. Bekerja menyekat kompetitif alfa
1 adrenoseptor sehingga menurunkan resistensi vaskular perifer dan
tekanan darah arterial dengan menyebabkan relaksasi otot polos areteri dan
vena.
- Vasodilator
Vasidilatior langsung dengan cara menurunkan resistensi perifer yaitu
hidralazin dan minoksidil yang menyebabkan refleks takikardia sehingga
digunakan bersama dengan betabloker dan diuretik untuk menurunkan
retensi antrium.
- Obat adrenergik yang bekerja sentral
Klonidin dan alfa metildopa bekerja mengurangi aliran adrenalin dari ssp
yang menyebabkan penurunan resistensi perifer. Obat ini digunakan pada
pasien hipertensi dengan insufisiensi ginjal. Dengan penghentian mendadak
dapat menyebabkan rebound hipertensi.
- Kedaruratan hipertensi
Sangat membahayakan dimana tekanan darah diatas 210/150 mmHg.
Namun jarang terjadi. Tujuan pengobatan ini untuk menurunkan tekanan
darah secepatnya. Obat yang dapat digunakan yaitu natrium nitropusid dan
diazoksid sebagai vasodilator langsung dengan refleks tikakardia sehingga
diberikan bersama dengan penyekat beta. Kemudian obat labetalol dimana
penyekat alfa dan beta non selektif tifak memiliki refleks takikardia.
- Hipertensi pada kehamilan
Obat yang diberikan alfa-metildopa, labetalol, atenolol, nifedipin dan
hidralazin. Dimana tekanan darah naik 140/90 mmHg proteuremia terjadi
pembengkakakn padan tangan kaki, wajah terjadi pada minggu ke 20
kehamilan.
HIPERLIPIDEMIA
Definisi
Kelainan pada metabolisme lemak yang dimana ditandai dengan peningkatan fraksi
lipid dalam darah. Adapun kelainan fraksi lipid yaitu kenaikan kolestrol total,
kenaikan LDL, keinakan TG dan penurunan HDL.
Etiologi
Hiperlipidemia primer penyebabnya yaitu faktor keturunan. Sedangkan
hiperlipidemia sekunder yaitu disebabkan oleh penyakit misalnya diabetes melitus,
sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif. Namun biasa disebabkan oleh
penggunaan obat yang dimana obat antipsikotik tipikal, diuretik, estrogen, progestin,
kortokosteroid, beta-bloker, siklosporin, takrolimus.
Patofisiologi
1. Hiperlipidemia primer
Dimana melibatkan hiperkilomikronemia idiopatik yang akan mengakibatkan
gangguan metabolisme lemak dimana aktivitas lipoprotein lipase terganggu
sehingga trigliserida dan kilomikron dalam pembuluh darah tidak dihidrolisis
oleh menjadi asam lemak bebas, akibatnya terjadilah peningkatan kadar
trigliseria dan kilomikron di dalam darah.Hiperkolesterolemia familial akan
terjadi peningkatan kolesterol akibat ketidakmampuan LDL untuk berikatan
dengan reseptor LDL, karena adanya gangguan pada kompleks reseptor LDL,
sehingga terjadi penurunan degradasi LDL oleh sel dan biosintesis kolesterol
menjadi tidak terkontrol.
2. Hiperlipidemia sekunder
Dimana penyerapan kilomikron ini pada saluran cerna terjadi 30-60 menit
setelah makanan masuk ke dalam tubuh. Makanan yang mengandung lemak
ini akan meningkatkan kadar serum trigliserida. Pasien diabetes mellitus
memiliki aktivitas LPL yang rendah sehingga meningkatkan sintesis kolesterol
VLDL di hati sehingga memicu hiperlipidemia. Pasien hipertiroid terjadi
penurunan aktivitas LDL dan lipolitik yang mengakibatkan adanya penurunan
degradasi kolesterol menjadi asam empedu di hati
3. Metabolisme lipid endogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri dari trigliserida dan kolesterol.
Kedua lemak tersebut disebut sebagai lemak eksogen. Trigliserida dan
kolesterol yang berasal dari makanan diserap oleh usus dan dikemas sebagai
kilomikron, lalu kilomikron tersebut masuk ke saluran limfe melalui duktus
torasikus kemudian masuk ke aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari sel
endotel menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas akan menembus
endotel dan masuk kedalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi
trigliserida kembali (cadangan) atau dioksidasi (energi). Trigliserida dan
kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk
VLDL yang kaya akan trigliserida. VLDL ini akan mengalami hidrolisis dalam
sirkulasi oleh enzim lipoprotein lipase dan akan menghidrolisis kilomikron
menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL
Faktor Resiko
- Usia (pria lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun atau pada saat
menopause)
- Merokok
- Rendahnya HDL kolestrol (<40 mg/dl)
- Tekanan darah (>140/90 mmHg)
Manifestasi klinik
Gejala
- Tidak ada gejala hingga nyeri dada parah
- Palpitasi
- Berkeringat
- Gelisah
- Nafas pendek
- Hilang kesadaran
- Nyeri abdominal
Tanda
- Tidak ada hingga nyeri abdomen yang parah
- Pankreatitis
- Xanthomaeruptif
- Tekanan darah tinggi
Kadarkolesterol
Nilai (mg/dL) Klasifikasi
Kolesterol total
<200 mg/dL Diinginkan
200-239 mg/dL Batas tinggi
≥240 mg/dL Tinggi
Kolesterol LDL
<100 mg/dL Optimal
100-129 mg/dL Dekat atau diatas optimal
130-159 mg/dL Batas tinggi
160-189 mg/dL Tinggi
≥190 mg/dL Sangat tinggi
Kolesterol HDL
<40 mg/dL Rendah
≥60 mg/dL Tinggi
Trigliserida
<150 mg/Dl Normal
150-199 mg/dL Batas tinggi
200-499 mg/Dl Tinggi
≥500 mg/Dl Sangat tinggi
Klasifikasi
Tipe Keterangan
Terjadi peningkatan kilomikron dan trigliserida
I
dalam plasma.
Terjadi peningkatan kadar LDL (kolesterol) dalam
IIa
plasma.
Terjadi peningkatan kadar LDL (kolesterol) dan
IIb
VLDL (trigliserida) dalam plasma.
Terjadi peningkatan IDL dan kilomikron remnant,
III
trigliserdia dan kolesterol.
IV Terjadi peningkatan VLDL (trigliserida).
V Terjadi peningkatan kadar VLDL dan LDL.
Terapi farmakologi
a. Nitrat
Mendorong pelepasan nitrat oksida dari endotel yang menyebabkan
vasodilayaso sehingga menurunkan preload dan volume akhir diastolic ventrikel
kiri sehingga kebutuhan oksigen miokard berkurang. Obatnya gliseril trinitrat,
isosorbid dinitrat
b. CCB
Dimana CCB dapat menyebabkan vasodilatasi dan coroner. Contoh obatnya
amlodipine, diltiazem, nicardipinde, nifedipine
c. Beta Bloker
Antagonis reseptor beta1 menyebabkan turunnya konsumsi oksigen
miokardium. Dapat direkomendiskan untuk pasien UAP terutama terdapat
hipertensi. Obatnya acebutolol, atenolol, metoprolol, propranolol
d. Antiplatelet
Dimana antiplatelet dapat melancarkan aliran darah namun kontraindikasikanya
dengan aspirin dapat diberikan klopidogrel
GAGAL JANTUNG
Definisi
Gagal jantung merupakan kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah
yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh disebabkan oleh gangguan kemampuan
otot jantung berkontraksi atau meningkatnya beban kerja dari jantung.
Etiologi
- Disfungsi sistolik (penurunan kontrasilitas) akibat penurunan massa otot
- Dilatasi kardiomiopati
- Hipertropi ventricular
- Disfungsi diastolic (pembatasan pengisian ventrikel) akibat peningkatan
kekakuan ventricular
- Hipertropi ventricular
- Penyakit pericardial
Patofisiologi
Adanya gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan
kardiak output. Sehingga menyebabkan terjadinya neuroh omonal yang meliputi
aktivasi sistem saraf simpatis, aktivasi system renin-angiotensin dan perubahan
neurohormonal pada ginjal dan vaskuler perifer. Pada Aktivasi sistem simpatis
terjadi penurunan inhibisi refleks baroreseptor arterial sehingga menyebabkan
peningkatan tonus simpatis dan penurunan tonus parasimpatis. Karena tonus
simpatis meningkat, maka akan terjadi peningkatan kadar norepinefrin sehingga
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta vasokontriksi
perifer. Apabila hal ini terjadi selama terus menerus maka dapat menyebabkan
gangguan fungsi jantung
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan Klasifikasi berdasarkan
kelainan structural jantung kapasitas fungsional (NYHA)
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk Tidak terdapat batasan dalam
berkembang menjadi gagal melakukan aktifitas fisik. Aktifitas
jantung. Tidak terdapat fisik sehari-hari tidak
gangguan structural atau menimbulkan kelelahan,
fungsional jantung, tidak palpitasi, atau sesak nafas
terdapat tanda atau gejala
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit Terdapat batasan aktifitas
struktur jantung yang ringan. Tidak terdapat keluhan
berhubungan dengan saat istirahat, namun aktifitas
perkembangan gagal jantung, fisik sehari-hari menimbulkan
tidak terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak
nafas
Stadium C Kelas III
Gagal jantung yang simtomatik Terdapat batasan aktifitas
berhubungan dengan penyakit bermakna. Tidak terdapat
structural jantung yang keluhan saat istirahat, tetapi
mendasari aktifitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan,
palpitasi atau sesak nafas
Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung structural Tidak dapat melakukan aktifitas
lanjut serta gejala gagal jantung fisik tanpa keluhan. Terdapat
yang sangat bermakna saat gejala saat istirahat. Keluhan
istirahat walaupun sudah meningkat saat melakukan
mendapat terapi medis aktifitas.
maksimal (refrakter)
Terapi farmakologi
- ACE inhibitor : captopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, quinapril, ramipril
- Angiotensin reseptor blocker : candesartan, valsartan, losartan, telmisartan
- Beta blocker : atenolol, carvedilol, metoprolol
- Diuretik : bumetanid, furosemid, hidroklorotiazid, metalazone
- Vasodilator langsung : hidralazin, isosorbid dinitrat, natrium nitroprussid
- Inotropic agents : digitoxin, digoxin, dobutamin
- Antagonis aldosteron : spironolactond
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro., at., al. 2015. Pharmacoterapy handbook ninth edition. Mc Grow Hill : NewYork
Edy Jun Pakpahan. 2018. Hubungan dyslipidemia dan hipertensi terhadap kejadian
penyakit jantung coroner.
ESC Guidelines., 2012. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure. European Heart Journal (2012) 33, 1787–1847
Ford joseph., et al. 2020. Angina : contemporary diagnosis anf management : Australia
Ghassan F. 2014. A review article on hyperlipidemia : types, treatment and new drug
targets vol 7(2), 399-409(2014 : University for health science : Saudi arabiah
Inamdar, AA. 2016. Heart failure: diagnosis, management and ultilization. Journal of
clinical medicine
Ma’rufi. 2014. Hubungan dyslipidemia dan kejadian penyakit jantung koroner
Medscape.
Pol tymon. 2018. Dislipidemia and risk of cardiovaskuler events in patients with atrial
fubilation treated with oral anticoagulation therpy. American Heart Association
Sawicka Katarzyna. 2011. Hypertemsion – The silent Killer . Departement of cardiology.
Medical university : Poland
Setyadi prayitno adji. 2018. Penyakit kardiovaskular. Graha Ilmu: Yogyakarta
Siswanto., et. al. 2015. pedoman tata laksana gagal jantung. Perhimpunan dokter
spesialis kardiovaskuler Indonesia: Jakarta
Sylvestris A. 2014. Hypertension and retinopathy hypertension vol. 10 No.1.
Fak.kedokteran:UMM