Anda di halaman 1dari 22

MATAKULIAH FARMASEUTIKA LANJUTAN

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH BATUK

OLEH :

NAMA : DELLA LESTARI


STB : 15020160130
KELAS : C6

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami telah menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa
kami limpah dan curahkan kepada junjunan Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya,
dan semoga kita termasuk umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini yang berjudul “BATUK“ . Makalah ini ditulis dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Farmaseutika Lanjutan.
Makalah ini tentu jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik
dan saran yang membangun agar makalah kami selanjutnya terus berkembang
menjadi lebih baik lagi.

Makassar, Juni 2019

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan
merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
tenggorokan karena adanya lendir atau mukus, makanan, debu, asap dan
sebagainya. Batuk juga merupakan salah satu gejala paling umum yang
menyertai penyakit pernafasan seperti asma, bronkitis, dan COPD (Chronic
Obstructive Pulmonary Disease). Ketiadaaan batuk dapat berbahaya dan fatal
untuk kesehatan, karena bisa jadi batuk merupakan gejala awal dari penyakit
pernafasan dan memudahkan dokter untuk mendiagnosis suatu penyakit .
Timbulnya respon batuk bisa dikarenakan beragam hal salah satunya
adalah keberadaan mukus pada saluran pernafasan. Normalnya, mukus
membantu melindungi paru-paru dengan menjebak partikel asing yang masuk.
Namun apabila jumlah mukus meningkat, maka mukus tidak lagi membantu
malahan mengganggu pernafasan . Oleh karena itu, tubuh memiliki respon
batuk untuk mengurangi mukus yang berlebihan tersebut.
Selain oleh mukus, batuk dapat disebabkan oleh faktor luar seperti debu
maupun zat asing yang dapat mengganggu pernafasan. Semakin banyak partikel
asing yang harus dikeluarkan, semakin banyak pula frekuensi batuk seseorang.
Frekuensi batuk yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisiologi batuk ?
2. Apa saja terapi untuk pengobatan batuk ?
3. Bagaimana flowchart dalam pemilihan terapi swamedikasi yang tepat ?
4. Contoh kasus
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi batuk ?
2. Untuk mengetahui apa saja terapi untuk pengobatan batuk ?
3. Untuk mengetahui bagaimana flowchart dalam pemilihan terapi swamedikasi
yang tepat ?
4. Contoh kasus
BAB II PEMBAHASAN

A. PATOFISIOLOGI
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan
merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
tenggorokan karena adanya lendir atau mukus, makanan, debu, asap dan
sebagainya (Wijoyo, 2009).
Batuk adalah reaksi terhadap rangsangan dari selaput lendir. Rangsangan
ini dapat disebabkan oleh infeksi, misal pilek, flu, dan bronchitis yang paling
banyak terjadi dan mengakibatkan meradangnya selaput lendir. Selaput ini
mengembang dan membentuk ekstra lendir yang dikeluarkan dengan membatuk.
Pada batuk kering, rangsangan juga dapat disebabkan oleh pengotoran udara
yang tersering adalah debu dan asap rokok. Selaput lendir paru-paru juga ditutpi
bulu getar, yang ‘menyapu’ debu dengan lendir keluar (jurusan mulut). Merokok
merusak bulu getar ini, lendir tidak bergerak lagi dan teriritasi, dengan demikian
terbentuk batu perokok. Batuk juga bisa disebabkan oleh kepekaan berlebihan
terhadap suatu zat (alergi), misalnya pada asma (Tan, 2010).
Batuk sebenarnya merupakan bentuk reaksi normal tubuh untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk kedalam saluraan pernapasan. Benda
asing yang dimaksud bisa berupa debu, lendir, atau benda asing lainnya. Batuk
terjadi karena rangsangan tertentu kemudiaan reseptor akan menglorkan lewat
syaraf kemudian ke pusat batuk yang berada di otak. Disini akan memberi sinyal
kepada otot-otot tubuh kemudian mengeluarkan benda asing tadi, hingga
terjadilah batuk.
Disamping ini, terdapat beberapa penyakit yang bergejala batuk, yaitu tbc
dan kanker paru-paru (Tan, 2010).
B. TERAPI
1. Terapi Non Farmakologi
Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi
dengan cara sebagai berikut : (Ikawati, 2011).
- Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak,
mengurangi iritasi dan rasa gatal
- Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merngsang
tenggokan seperti makanan yang berminyak dan minuman dingin
- Menghindari paparan udara dingin
- Menghindari merokok dan asap rokok, karena dapat mengiritasi
tenggorokan sehingga dapat emeperparah batuk
- Menggunakan zat-zat emoliensia seperti kembang gula, madu atau permen
hisap Pereda tenggorokan. Ini berfungsi untuk melunakkan rangsangan
batuk dan mengurangi iritasi pada tenggorokan da selaput lendir.
2. Terapi Farmakologi
Pengobatan batuk harus diberikan berdasarkan jenis batuknya, apakah
termasuk jenis batuk berdahak atau batuk kering. Hal ini penting agar obat
yang digunakan tepat untuk sesuai dengan tujuan terapinya. Terapi
farmakologi (dengan obat) pada batuk dapat dilakukan dengan menggunakan
obat-obat sebagai berikut :
a. Antitusif
Antitusif digunakan untuk pengobatan batuk kering (batuk non
produktoif). Golongan obat ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat
dengan cara menekan rangsangan batuk dan menaikkan ambang
rangsang batuk. Obat golongan ini tidak sesuai bila digunakan untuk
batuk yang berdahak, karena akan menyebabkan dahak menjadi kental
dan susah dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah codein,
dekstrometorfan, noskapin, prometazin, difenhidramin.
b. Ekspektoran
Ekspektoran digunakan untuk batuk berdahak. Golongan obat
ini bekerja dengan cara meningkatkan sekresi cairan saluran pernafasan
sehingga kekentalan dahak menjadi berkurang akibatnya dahak akan
mudah dikeluarkan. Obat golongan ini tidak sesuai bila digunakan untuk
batuk kering karena akan menyebabkan frekuensi batuk menjadi
meningkat. Contoh obat golongan ini adalah guaifenesin (gliseril
guaikolat), Amonium klorida, OBH.
c. Mukolitik
Mukolitik digunakan untuk batuk dengan dahak yang kental
sekali, seperti batuk pada bronchitis dan emfisema. Golongan obat ini
bekerja dengan jalan memutus serat-serat mukopolisakarida atau
membuka jembatan disulfide diantara makromolekul yang terdapat pada
dahak sehingga kekentalan dahak akan menjadi berkurang, akibatnya
dahak akan mudah dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah N-
asetilsistein, karbosistein, ambroksol, bromheksin dan erdostein.
C. CONTOH KASUS
Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat kira-kira
26 juta kasus batuk akut rawat jalan pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan
bahwa masih banyak yang tidak mengetahui batuk akut merupakan self-limiting
symptom yang bisa ditangani tanpa berobat ke dokter. Batuk kronis merupakan
kondisi umum yang menyebabkan morbiditas fisik dan psikologi yang tinggi.
Batuk kronis yang terus-menerus mempunyai efek pada kualitas hidup dan
menyebabkan isolasi sosial serta depresi klinis. Obat batuk terdapat banyak
jenisnya yaitu antitusif sebagai obat menekan refleks batuk, ekspektoran untuk
merangsang dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan mukolitik untuk
mengencerkan dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita batuk yang tidak
berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik akan diberikan kepada penderita
batuk yang berdahak. Obat batuk banyak diiklankan dan bisa diperoleh tanpa
resep dokter atau dikenal sebagai obat bebas. Jenis obat batuk bebas yang sering
ada di pasaran adalah jenis ekspektoran dan antitusif. Amerika Serikat, biaya
pertahun untuk obat batuk bebas kira-kira berjumlah milyaran dolar. Pada tahun
1994, di Amerika Serikat penjualan obat bebas antitusif berharga US$19 milyar.
Statistika dari Departemen Kesehatan Farmasi di Hong Kong menunjukkan
pasien rawat jalannya telah menggunakan sebanyak 370.000 liter antitusif yang
berharga HK$2 juta pada tahun 2000. Hal ini jelas menunjukkan beban ekonomi
yang berat.

D. FLOWCHART (DIAGRAM ALIR) DALAM PEMILIHAN TERAPI


SWAMEDIKASI YANG TEPAT
DAFTAR PUSTAKA

Airey, Raje, 2005, 50 Rahasia Alami meringankan gejala batuk-pilek, Erlangga,


Jakarta.
Herlina Widyaningrum, 2013, Pijat refleksi dan 6 terapi alternative
lainnya, Medpress, Yogyakarta.
Ikawati Z, 2011, Penyakit Sistem Pernapasan dan Tatalaksana Terapinya,
Pustaka Bursa Ilmu, Yogyakarta.
Tan, T, Rahardja, K, 2010, Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-
hari, Gramedia, Jakarta.
E. REFEENSI

Anda mungkin juga menyukai