FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OLEH :
NAMA : DELLA LESTARI
STAMBUK : 15120200190
KELOMPOK :1
DOSEN : apt. SISKA NURYANTI, S.Si., M.Kes
Kesimpulan:
A. TUBERKULOSIS (TB)
Ada empat penggolongan dari penyakit tuberkulosis yaitu:
1. Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman
a. Tuberkulosis paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan
parenkim paru, tidak termasuk pleura (selaput paru).
b. Tuberkulosis ekstra-paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru-paru misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar limfa, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, dan alat kelamin.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak pada tuberkulosis paru
a. Tuberkulosis paru BTA positif yaitu dari 3 spesimen dahak setidaknya
ada 2 hasil BTA positif atau 1 spesimen dahak dengan BTA positif
dan foto toraks/rontgen dada positif
b. Tuberkulosis paru BTA negatif yaitu 3 spesimen dahak hasil BTA
negatif dan foto toraks/rontgen dada positif.
3. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. Tuberkulosis paru BTA negatif tetapi foto toraks/rontgen dada positif.
b. Tuberkulosis ekstra-paru :
- Tuberkulosis ekstra-paru ringan, misalnya tuberkulosis kelenjar
limfa, tuberkulosis tulang dan sendi.
- Tuberkulosis ekstra-paru berat, misalnya meningitis, tuberkulosis
tulang belakang, tuberkulosis alat kelamin.
4. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
1) Kasus baru yaitu kasus dimana pasien belum pernah diobati
2) Kasus yang sebelumnya diobati
Kambuh (relaps) yaitu pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh, namun kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif.
Setelah putus berobat (default) yaitu pasien yang sudah
berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali berobat, dimana pasien tersebut
kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Gagal (failure) yaitu pasien tuberkulosis yang masih tetap
positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu
bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih; atau pasien
dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif
pada akhir bulan ke 2 pengobatan.
3) Kasus Pindahan (Transfer In) yaitu pasien yang sedang menjalani
pengobatan di suatu tempat atau rumah sakit yang kemudian pindah
berobat ke rumah sakit yang lain, dimana penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah. Kronis yaitu pasien
tuberkulosis dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2.
4) Kasus Lain adalah semua yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
seperti :
i. Tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya
ii. Pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya
iii. Kembali diobati dengan BTA negative
B. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Klasifikasi Infeksi HIV dikategorikan berdasarkan jumlah CD4 terendah
dan kategori klinik.
Kesimpulan:
A. TUBERKULOSIS (TB)
Etiologi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis (Bakteri basil gram-positif tahan-asam) yang
menyerang pada organ tubuh terutama pada paru-paru selain itu dapat
juga menyerang organ lain seperti tulang (selain tulang belakang), dan
selaput otak.
Patofisiologi
Penderita TB ketika batuk, bersin, tertawa akan mengeluarkan
droplet nuclei (percikan liur kecil-kecil) yang didalamnya terdapat basil
Mycobacterium tuberculosis yang akan melayang-layang di udara.
Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular.
Biasanya melalui berbagai reaksi imunologis bakteri TB paru ini akan
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-
sel paru. Mekanisme pembentukan dinding membuat jaringan menjadi
jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi dormant, dengan
pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi pada kebanyakan orang
terkena TBC. Bakteri dalam tetesan yang memotong sistem mukosiliar
dan mencapai alveoli dengan cepat dikelilingi dan ditelan oleh makrofag
alveolar. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, maka
semakin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular atau potensi penularannya kepada orang lain semakin sedikit
B. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Etiologi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu penyakit yang
disebabkan oleh retrovirus (virus RNA), dimana virus tersebut langsung
menyerang sistem imun atau sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga
dapat menyebabkan infeksi opurtunistik.
Patofisiologi
Infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) terjadi melalui
tiga hal utama yaitu seksual terutama seks anal dan vagina reseptif,
parenteral dan perinatal. Virus HIV menginfeksi limfosit CD4 atau T helper
(Th) jumlahnya akan menurun begitu pula dengan fungsi limfosit CD4
akan semakin menurun sebelum jumlah CD4 mencapai 200/μL, bahkan
sebagian besar setelah CD4 mencapai 100/μL. Thelper mempunyai
peranan dalam mengatur system imunitas tubuh. Bila teraktiviasi oleh
antigen, T helper akan merangsang respon imun seluler maupun respon
imun humoral, sehingga seluruh system imun akan berpengaruh T helper
memiliki fungsi sebagai kemotaksian dari peringatan kerja makrofag
monosit dan sel Natullar Killer, kerusakannya menyebabkan HIV.
PATOFISIOLOGI HIV- Koinfeksi TB
Penyakit HIV merupakan faktor resiko yang paling tinggi untuk terserang
penyakit tuberkulosis karena penyakit HIV menyerang sistem imun, dimana
sistem imun memiliki respon sel T-limfosit yang berguna untuk mengendalikan
infeksi Mycobacterium tuberculosis dengan mengaktifkan makrofag (CD4+). Sel
T-limfosit ini terdiri atas dua yaitu sel T-helper 1 (TH1) dan sel T-helper 2 (TH2),
dimana Mycobacterium tuberculosis menyerang sel T-helper 1 yang
mengaktifkan CD4+. CD4+ normalnya berfungsi sebagai tanggapan terhadap
infeksi mikobakteri, tetapi karena menderita penyakit HIV yang sistem imunnya
sudah buruk maka virus penyebab HIV akan berkembang biak sehingga CD4+
yang melawan tuberkulosis sudah habis akibat virus HIV akan berikatan
dengan CD4+ untuk menghasilkan virus-virus baru, yang kemudian
menyebabkan penderita HIV sudah tidak mampu memasang pertahanan yang
cukup terhadap tuberkulosis (TB).
3. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala dan manisfestasi klinik dari HIV dan
TB?
Jawab :
a) Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2005,
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis, Binfar Dinkes RI,
Jakarta.
b) Menurut Tjay, T & Rahardja, K 2015, Obat-Obat Penting Khasiat
penggunaan dan efek-efek sampingnya.
c) Menurut Mulyadi, dan Yenni F, ‘Hubungan tuberculosis dengan HIV/AIDS’,
Jurnal PSIK- Unsyiah, vol. 2, no. 2.
d) Menurut Ajmala, IE & Wulandari, L 2015, Terapi ARV pada Penderita
Koinfeksi TB-HIV, Jurnal Respirasi, Vol. 1 No. 1.
Kesimpulan:
Kesimpulan:
A. Pemeriksaan CD4+
Bertujuan untuk memonitor hasil dan jumlah limfosit total dan
persentase sel CD4 untuk mengukur perjalanan penyakit dan terapi HIV.
B. Pemeriksaan Sputum (BTA)
Pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk menentukan adanya
Mycobacterium tuberculosis yang terdapat dalam sputum(dahak).
C. Pemeriksaan Radiografi Dada
Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk memantau gambaran
khas TB berupa lesi.
Kesimpulan:
A. Pemeriksaan CD4+
Bertujuan untuk memonitor hasil dan jumlah limfosit total dan
persentase sel CD4 untuk mengukur perjalanan penyakit dan terapi HIV.
Nilai rujukan CD4+ yaitu berkisar 500-1300 sel/mm 3. Limfosit CD4
menurun pada AIDS dan jumlah sel CD4 bermanfaat sebagai parameter
imunologi pasien. Jika limfosit T CD4 menurun risiko infeksi oportunitis
meningkat. Pasien dengan jumlah CD4 kurang dari 200 berisiko tinggi
terkena infeksi.
B. Pemeriksaan Sputum (BTA)
Pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk menentukan adanya
Mycobacterium tuberculosis yang terdapat dalam sputum(dahak).
Ada 3 metode yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan sputum
atau dahak yaitu:
a. Metode SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) artinya sputum diambil 2 hari
sebanyak 3 kali, hari pertama (sputum sewaktu) diambil pada saat
pasien pertama kali datang ke layanan kesehatan, hari kedua (sputum
pagi) diambil pada pagi hari saat setelah bangun tidur dan hari kedua
(sputum sewaktu) diambil pada saat pasien kembali ke layanan
kesehatan untuk membawa sputum paginya.
b. Kultur sputum
c. BTA (Basil Tahan Asam) berguna untuk menentukan adanya
Mycobacterium tuberculosis yang terdapat dalam sputum
C. Pemeriksaan Radiografi Dada
Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk memantau gambaran
foto toraks TB berupa lesi. Tidak ada gambaran khas TB pada paru,
secara radiologis TB dapat memberi gambaran bermacam-macam dapat
berupa :
a) Bayangan lesi dilapangan atas paru atau segmen apical lobus
bawah
b) Bayangan berawan atau berbercak.
c) Adanya kavitas tunggal dan ganda
d) Bayangan bercak milier
e) Bayangan efusi pleura umumnya unilateral
f) Destroyed lobe sampai destroyed lung
g) Kalsifikasi
h) schwarte
Berdasarkan skenario interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium
pada pasien yaitu:
No Pemeriksaan Rujukan Hasil
1 CD4+ 500-1300 sel/mm3 400 sel/mm3
2 BTA Sewaktu hari -1 Negatif 1+
3 BTA Pagi Negatif 2+
4 BTA Sewaktu hari -2 Negatif -
Kesimpulan :
A. TUBERKULOSIS (TB)
Pengobatan TB ada 2 tahap yaitu : tahap awal dan tahap lanjutan
Tahap Awal : Pengobatan diberikan setiap hari. Pengobatan pada
tahap ini secara efektif menurunkan jumlah bakteri yang ada dalam
tubuh dan meminimalisir resistensi obat. Pengobatan tahap awal pada
semua pasien baru harus diberikan selama 2 bulan. Pengobatan
selama secara teratur selama 2 minggu sudah sangat menurunkan
penularan. Tahap awal/ intensif adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2
bulan diminum setiap hari
Tahap Lanjutan Pengobatan tahap lanjutan untuk membunuh sisa
bakteri yang masih ada didalam tubuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4
bulan masing-masing diberikan 3 kali seminggu. Kenapa dipilih obat
kategori 1 karena pasien TB baru dan kategori 1 obat yang dapat
diberikan untuk TB Paru BTA positif dan Rontgen Positif Anjuran
Pemilihan Obat ARV Lini Pertama Paduan yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk lini pertama adalah: ( Kemenkes, 2011) 2 NRTI + 1
NNRTIMulailah terapi antiretroviral dengan salah satu dari paduan di
bawah ini:
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah :
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/: (HRZE)/5(HR)3E3
3) Kategori anak : 2 (HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR
B. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Golongan obat antiretroviral Terdapat empat golongan utama obat
antiretroviral, yaitu:
1. Penghambat masuknya virus ke dalam sel (Fusion inhibitor)
Contoh obat penghambat fusi ini adalah enfuvirtid (T-20) dan
maraviroc (MVC).
2. Reverse Transcriptase Inhibitor (RTI)
a. Analog nukleosida (NRTI)
Contohnya:
• analog thymin:zidovudin (ZDV/AZT) dan stavudin (d4T)
• analog cytosin: lamivudin (3TC) dan zalcitabin (ddC)
• analog adenin: didanosine (ddI)
• analog guanin: abacavir (ABC)
b. Analog nukleotida (NtRTI)
Contohnya: analog adenosin monofosfat: tenofovir.
c. Non nukleosida (NNRTI)
Contohnya nevirapin (NVP) dan efavirenz (EFV).
3. Protease inhibitor (PI)
PI adalah ARV yang paling potensial. Contohnya: saquinavir
(SQV), indinavir (IDV) dan nelfinavir (NFV).
4. Integrase inhibitor
Contohnya raltegra (RGV) dan elvitegravir (EGV)
Pemilihan Obat ARV Lini Pertama Paduan yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk lini pertama adalah: 2 NRTI + 1 NNRTI. Mulailah terapi
antiretroviral dengan salah satu dari paduan di bawah ini:
A. ANTITUBERKULOSIS (OAT)
Obat antituberkulosis (OAT) Lini pertama terdiri dari Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin (HRZES).
a. Isoniazid bekerja menghambat sintesis asam mikolat yang merupakan
komponen utama dinding sel Mycobacterium.
b. Rifampisin merupakan bakterisid yang bekerja menghambat sintesis
asam nukleat yaitu sinstesis RNA transkripsi dengan mengikat subunit β-
RNA polymerase.
c. Pirazinamid merupakan analog struktur nikotinamid yang membunuh
basis turbekel semidorman dalam keadaan asam. Dalam keadaan asam,
basil trbekel menghasilkan pirazinamidase, suatu enzim yang mengubah
pirazinamid menjadi asam pirazinoat, yang berfungsi sebagai antibakteri.
d. Etambutol menganggu metabolisme karbohidrat
e. Streptomisin bekerja dengan membunuh bakteri dengan cara
mengganggu sintesis protein, translasi, dengan berikatan pada rRNA.
B. ANTIRETROVIRAL (ARV)
Antiretroviral adalah obat yang menghambat replikasi HIV. Tujuan terapi
dengan ARV adalah menekan replikasi HIV secara maksimum, meningkatkan
limfosit CD4 dan memperbaiki kualitas hidup penderita yang pada gilirannya
akan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Golongan obat antiretroviral Terdapat empat golongan utama obat
antiretroviral, yaitu:
1. Penghambat masuknya virus ke dalam sel (Fusion inhibitor)
Obat ini mengganggu pengikatan fusi masuknya HIV-1 ke sel inang
dengan menghalangi salah satu dari beberapa target. Bekerja dengan cara
berikatan dengan subunit GP41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi
virus ke target sel dihambat. Contoh obat penghambat fusi ini adalah
enfuvirtid (T-20) dan maraviroc (MVC).
2. Reverse Transcriptase Inhibitor (RTI)
a. Analog nukleosida (NRTI)
NRTI diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3
gugus fosfat dan selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida
menghambat RT sehingga perubahan RNA menjadi DNA terhambat.
Selain itu NRTI juga menghentikan pemanjangan DNA. Contohnya:
1. analog thymin:zidovudin (ZDV/AZT) dan stavudin (d4T)
2. analog cytosin: lamivudin (3TC) dan zalcitabin (ddC)
3. analog adenin: didanosine (ddI)
4. analog guanin: abacavir (ABC)
b. Analog nukleotida (NtRTI)
Mekanisme kerja NtRTI pada penghambatan replikasi HIV sama
dengan NRTI tetapi hanya memerlukan 2 tahapan proses fosforilasi.
Contohnya: analog adenosin monofosfat: tenofovir.
c. Non nukleosida (NNRTI)
Bekerjanya tidak melalui tahapan fosforilasi intraseluler tetapi
berikatan langsung dengan reseptor pada RT dan tidak berkompetisi
dengan nukleotida natural. Aktivitas antiviral terhadap HIV-2 tidak kuat.
Contohnya nevirapin (NVP) dan efavirenz (EFV).
3. Protease inhibitor (PI)
Protease inhibitor berikatan secara reversibel dengan enzim
protease yang mengkatalisa pembentukan protein yang dibutuhkan untuk
proses akhir pematangan virus. Akibatnya virus yang terbentuk tidak
masuk dan tidak mampu menginfeksi sel lain. PI adalah ARV yang paling
potensial. Contohnya: saquinavir (SQV), indinavir (IDV) dan nelfinavir
(NFV).
4. Integrase inhibitor
Mekanisme kerjanya menghambat enzim integrase, yang
bertanggung jawab untuk integrase DNA virus ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Contohnya raltegra (RGV) dan elvitegravir (EGV)
8. Mahasiswa mampu menjelaskan monitoring dan edukasi terhadap pasien?
Jawab :
a) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2019,
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV, Menkes RI.
b) Menurut Mulyadi, dan Yenni F, ‘Hubungan tuberculosis dengan HIV/AIDS’,
Jurnal PSIK- Unsyiah, vol. 2, no. 2.
c) Menurut Ajmala, IE & Wulandari, L 2015, Terapi ARV pada Penderita
Koinfeksi TB-HIV
d) Menurut Cahyawati, F 2018. Tatalaksana TB pda Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA)
Kesimpulan:
Ajmala, IE & Wulandari, L 2015, Terapi ARV pada Penderita Koinfeksi TB-HIV,
Jurnal Respirasi, Vol. 1. No.1.
Cahyawati, F 2018. Tatalaksana TB pda Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal
CDK. Vol.45 No. 9
Dipiro J, Robert L.T, Gary C.Y, Gary R.M, Barbara G.W, and Michael P, 2008,
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th ed, Mc. Graw Hill, United
States of Amarica.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Tuberculosis, Binfar Dinkes RI, Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik,
Binfar Dinkes RI, Jakarta.