Anda di halaman 1dari 17

Kromatografi Lapis Tipis Preparative

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam analisis kimia suatu bahan, maka akan sering dihadapkan pada

pekerjaan-pekerjaan seperti menghilangkan konstituen pengganggu atau

mengisolasikannya maupun memekatkan konstituen yang dikehendaki

sebelum dilakukuan identifikasi maupun pengukuran jumlahnya. Untuk

melakukan analisis kimia tersebut maka kita harus menggunakan suatu

metode agar dapat menentukan hasil yang tepat, kromatografi salah satunya,

dan dapat pula digunakan sebagai analisa secara kuantitatif.

Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang

digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari

sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis

digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer Chromatography) atau

Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi.

Salah satu metode pemisahan yang memerlukan biaya paling murah dan

memakai peralatan sangat sederhana ialah kromatografi lapis tipis preparatif

(KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan dalam jumlah gram,sebagian

besar pemakaian hanya dalam jumlah miligram. KLT preparatif dilakukan

dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1 mm) sebagai pengganti

lapisan penyerap yang tipis.

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan metode isolasi yang sudah

lama popular karena metode ini telah digunakan secara universal oleh

mahasiswa dan peneliti-peeliti bahan alam. Selain itu metode ini tidak

memerlukan biaya pengerjaan yang mahal. Ini menjadi nilai tambah dari

metode kromatografi lapis tipis preparative.

Prinsip kerja dari metode kromatografi lapis tipis preparatif, adalah dimana

proses isolasi berdasarkan perbedaan daya serap dengan kecepatan yang

berbeda sehingga terjadi pemisahan.

B. Maksud

Adapun maksud percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami

cara pemisahan pada senyawa fraksi sampel daun mali-mali (Leea indica

(Burm. F.) Merr) dengan menggunakan KLTP.

C. Tujuan

Adapun tujuan percobaan ini yaitu untuk melakukan pemisahan

komponen kimia dengan metode KLTP pada fraksinasi daun mali-mali (Leea

indica (Burm. F.) Merr).

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi (Warintek, 2011)

Kingdom :Plantae

Devisio :Spermatophyta

Subdiviso :Angiospernae

Class :Dicotyledonae

Ordo :Rhumnales

Family :Leeaceae

Genus :Leea

Spesies :Leea indica(Burm. F.) Merr.

2. Nama Lain

Daun girang (Leea indeca L) memiliki nama lain seperti : ginggiyang

(Sunda), girang (Jawa tengah), jirang (Madura), kayu ajer perempuan

(Melayu), mali-mali (Makassar, uka (Maluku) (Depkes RI,2001).

3. Morfologi Tanaman

Tumbuhan daun girang (Leea indica L) merupakan tumbuhan

perdu, tahunan tingginya 1 1⁄2 - 3m. Batang tumbuhan ini berkayu,

bercabang, bentuk bulat, masih muda merambat dan hijau. Daun

tumbuhan majemuk, anak daun lanset, bertangkai pendek, tapi daun


LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA
15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
bergerigi, ujung daun runcing, pangkal membulat, panjangnya 6-25 cm,

lebarnya 3-8 cm, berambut dan berwarna hijau. Bunga tumbuhan

majemuk, bentuk malai, kelopak bulat telur, panjang 2-5 cm, kuning

keputih-putihan. Buahnya berbentuk bulat, diameter ±12mm, masih muda

hijau dan setelah tua ungu kehitaman dengan biji kecil, bentuk segitiga

dan berwarna putih kekuningan. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan

berakar tunggal dengan warna coklat muda (Depkes RI, 2001).

4. Kandungan Kimia

Kandungan kimia daun mali-mali atau daun girang (Leea indica

(Burm. F.) Merr) adalah flavonoid, steroid, saponin, dan polifenol

(Warintek, 2011).

5. Manfaat Tanaman

Manfaat daun mali-mali atau daun girang (Leea indica (Burm. F.)

Merr) adalah dapat digunakan untuk sariawan, sakit kepala dan dapat

menyembuhkan luka (Warintek, 2011).

B. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIVE

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-

analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase

gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk

molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung

padat atau dilapiskan pada dinding kolom.

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai

fase gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam

kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang di

gunakan selalu cair (Rohman,2009).

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam, tergantung pada

pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya,

kromatografi dibedakan menjadi (Rohman, 2009):

a. Kromatografi adsorbsi

b. Kromatografi partisi

c. Kromatografi pasangan ion

d. Kromatografi penukar ion

e. Kromatografi ekslusi ukuran

f. Kromatografi afinitas

Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan

perbedaan-perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan

yang dapat dimanfaatkan meliputi kelarutan dalam berbagai pelarut serta

sifat polar. Fase gerak membawa komponen suatu campuran melalui fase

diam, dan fase diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan

afinitas yang berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan bergantung

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
pada perbedaan jenis fase, namun semua jenis kromatografi tersebut

berdasar pada asas yang sama (Bresnick, 2012).

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara

cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang

dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat

dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan dapat

didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari

jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis

pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat

digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada

kromatografi lapis tipis tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang diperoleh

pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada lempeng yang sama di

samping kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat

pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda (Dirjen POM,

1979).

Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang

digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari

sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis

digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer Chromatography) atau

Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (Munson, 2010).

Perbandingan jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan

fase bergerak di hitung dari titik penotolan larutan zat, dinyatakan dengan Rf

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
(Retondary factor) zat tersebut. Perbandingan perambatan suatu zat dengan

jarak perambatan zat pembanding dinyatakan dengan Rr (Anonim, 2017).

Jarak perambatan noda


Rf = ------------------------------------
Jarak perambatan eluen

Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode yang

memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar.

Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian

besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP bersama-sama

dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian besar

publikasi mengenai isolasi bahan alam (Hostettmann, 2006).

Ketebalan penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada KLTP

adalah sekitar 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x 20 cm atau

20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat sudah tentu

mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Penjerap

yang paling umum digunakan ialah silika gel dan dipakai untuk pemisahan

campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hdrofil (Hostettmann,

2006).

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk panjang, botol UC

Bekas, cawan porselin, chamber KLTP, corong kaca, gelas kimia, gelas ukur,

kertas saring, lempeng 20 x 20 cm, lampu UV 254 dan 366 nm, lempeng

KLTP, pipa kapiler, pipet tetes, statif, timbangan analitik, vial.mistar, dan

sendok tanduk besi.

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah aluminium foil, fraksi daun mali-mali

(Leea indica (Burm. F.) Merr) , etil-Asetat, kapas, kertas saring, methanol, n-

Hexan, silica gel kasar dan halus, tisu.

B. Prosedur Kerja (Anonim, 2017)

Disiapkan alat dan bahan. Dipilih hasil fraksi yang terelusi dengan baik

pada kromatografi kolom konvensional dan kromatografi kolom cair vakum.

Kemudian masing-masing fraksi yang telah dipilih dilarutkan dengan eluen

dan ditotolkan pada lempeng KLTP menggunakan pipa kapiler.

Selanjutnya dielusi dalam chamber yang berisi eluen n-heksan:etil (7:3)

yang telah jenuh. Kemudian dibiarkan terelusi, selanjutnya diamati

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
penampakan bercak noda pada lampu UV 254 dan 366 nm. Dan dilakukan uji

antioksidan dengan pereaksi DPPH

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang

digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari

sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis

digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer Chromatography) atau

Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi.

Adapun prinsip dari kromatografi lapis tipis adalah adsorbsi yaitu

penyerapan pada lapisan permukaan lempeng.

Keuntungan dari kromatografi lapis tipis prepararif yaitu biaya yang

digunakan murah dan memakai peralatan paling dasar, jumlah isolat yang

didapatkan banyak jika menggunakan kltp sigel 60 F254, jumlah sampel yang

digunakan sedikit, sampel dalam jumlah besar dipisahkan berdasarkan

fraksinya.

Kerugian dari kromatografi lapis tipis preparative yaitu fase geraknya

harus memiliki kemurnian yang tinggi, adanya kemungkinan senyawa yang

diambil dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang diperlukan dalam

proses pemisahan cukup panjang, adanya pencemar setelah proses

ekstraksi senyawa dari adsorben dan biasanya rendemen yang diperoleh

berkurang dari 40%-50% dari bahan awal.

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh beberapa hasil

penotolan pada lempeng silika :

1. tabel hasil pengamatan pertama pada penotolan

kkk kcv

Penotolan I 13 7:3

eluen 8:2

Penotolan II 13 7:3

eluen 7:3

Dari hasil diatas pada penotolan kedua mengalami kegagalan pada

noda yang dihasilkan karena memakai perbandingan fraksi kcv yang sama

tetapi pada hasil penotolan pertama berhasil Karena memakai

perbandingan fraksi kcv yang berbeda.

2. hasil penotolan skrining sampel

kkk Kcv

6 13 28 60 83 1:9 2:8 7:3 6:4 5:5

 

pada tabel diatas dijelaskan bahwa ada 10 perbandingan fraksi yang

ditotolkan pada lempeng, hasil yang diperoleh dilihat dari lampu uv

perbanding 13 pada kkk dan perbanding 7:3 pada kcv yang menghasilkan

noda.

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
3. penotolan lempeng kaca kltp

kkk kcv

13 7:3

Eluen 7 : 3

pada tabel diatas menjelaskan, pada penotolan lempeng kaca kltp

diperoleh hasil yang muncul pada lempeng yaitu kkk dengan perbandingan

13 sedangkan kcv dengan perbanding 7 : 3.

Pada percobaan ini dilakukan identifikasi sampel ektrak daun mali-mali

(Leea indica (Burm. F.) Merr) menggunakan metode kromatografi lapis tipis

preparatif. Pada pengerjaan pertama, alat dan bahan yang akan digunakan

siapkan agar dapat meminimalisir dan memperlancar proses pengerjaan.

selanjutnya penyiapan pelarut dari n-heksan: etil (8:2). Hal ini dilakukan agar

dapat mengetahui apakah sampel dapat membentuk fraksi yang baik atau

terelusi dengan baik.

Pada metode Kromatogrfi kolom konvensional dipilih fraksi pada vial

nomor 13 sebagai fraksi yang akan ditotolkan di Lempeng KLTP. Dan pada

metode kromatografi cair vakum dipilih fraksi pada perbandingan 7:3 sebagai

fraksi yang akan ditotolkan di Lempeng KLTP.

Selanjutnya disiapkan serangkaian alat kromatografi kromatografi lapis

tipis preparative. Dimana terdapat chamber berukuran besar untuk

menampung eluen dengan panjang 20x20 cm untuk membentuk pita noda,

yang akan diambil atau dikeruk sebagai isolate. Penyemprotan DPPH

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
dilakukan untuk melihat noda yang terdapat didalam eluen pada lempeng

KLTP dimana noda tersebut menandakan adanya antioksidan yang terbentuk

dari radikal bebas.

Hasil pengerukan kemudian disimpan kedalam vial dan hasil

pengamatan pada percobaan KLTP akan dilanjutkan pada percobaan

selanjutnya dengan cara sentrifuge untuk mengetahui dengan pasti senyawa

yang terbentuk pada lempeng.

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan pada hasil akhir dari

penotolan lempeng kaca kltp diperoleh hasil yang muncul pada lempeng yaitu

kkk dengan perbandingan 13 sedangkan kcv dengan perbanding 7 : 3.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat di laboratorium harus ditambah agar dapat

meminimalkan dan mengefisienkan waktu praktikum. Terutama alat yang

berhubungan dengan praktikum ini sehingga dalam praktikum praktikan tidak

ada saling meminjam alat.

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2012, ”Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 2”, Fakultas

Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Anonim., 2015, ”Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 2”, Fakultas

Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Bresnick, Stephen., 2002. Intisari Fisika.Hipokrates.Jakarta

Ditjen POM., 1979 ” Farmakope Indonesia edisi III Depkes Ri : Jakarta

Munson, James,W., 2010. Analisis Farmasi. Airlangga University Press:

Surabaya

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative
Integrated Taxonomic Information System,

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt, 2016

Sudjadi, Drs., 1986, “Metode Pemisahan”, UGM Press, Yogyakarta.

Hostettmann. M, Hostettmann. K, Marston. A., cara kromatografi preparatif,

1995. ITB Bandung

Rohman, Abdul., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. : Jakarta

Skalicka-Woźniak, 200, Isolation of the new minor constituents

dihydropyranochromone and furanocoumarin from fruits of Peucedanum

alsaticum L. by high-speed counter-current chromatography, Journal of

Chromatography A 1216 (30) : 5669- 5675

LAMPIRAN

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222
Kromatografi Lapis Tipis Preparative

Gambar 1. Metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

LAKSMITA DEWI SAPUTRI RESKI FATIMA


15020140222

Anda mungkin juga menyukai