LAPORAN
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
NIM : NH0518049
KELAS : FARMASI B
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
laboratorium fitokimia.
Koordinator Praktikum
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
SKEMA KERJA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan; seni meracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat sertaperkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien. (Syamsuni, 2006)
Fitokimia dalam arti luas adalah adalah cabang ilmu yang
mempelajari senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan,
yaitu mencakup struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolisme,
penyebaran secara alamiah, dan fungsi biologis. Fitokimia dalam arti sempit,
biasanya digunakan untuk merujuk pada seenyawa yang ditemukan pada
sayur-sayuran dan buah-buahan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan manusia.
(Astawan, 2008)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan
adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT
sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. (Fessenden,
2003)
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud praktikum adalah untuk mengetahui analisis
kromatografi lapis tipis (KLT) dan aktivitas antihiperurisemia ekstrak
rebung Schizostacyhyum brachyladum Kurz pada mencit putih jantan.
I.2.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum adalah untuk melakukan pemisahan
komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)
terhadap dan menentukan nilai Rf dari noda yang diperoleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
A. Pengertian Kromatografi KLT
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan
bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi
analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak
keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah.
KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi
kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen
untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang
sederhana yang banyak digunakan, metode ini menggunakan empeng
kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan
kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada kempeng kaca, pada
dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian
bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di dalam wadah yang
tertutup (Soebagio,2002).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang
memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan
cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk
mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti
silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat.( Fessenden, 2003 )
Pertimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (aluen)
umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom.
Dalam kromatografi adsorpsi, pengelusi eluen naik sejalan dengan pelarut
(misalnya dari heksana ke aseton, ke alkohol, ke air). Eluen pengembang
dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan
tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang
tiggi. Terdapatnya sejumlah air atau zat pengotor lainnya dapat
menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.
KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam
berupa padatan dan fase geraknya dapat berupa cairan dan gas. Zat
terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel padat..( Soebagio,2002)
B. Prinsip KLT
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah
penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau
kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam
pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada
lempengan tergantung pada (Soebagil,2002):
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung
pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan
pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika.
Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan
gel silika. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi
dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun
selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang
digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen
didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran
beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan
tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen
sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh
(Gandjar,2007).
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan
sebagai faktor resensi. Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan,
fase diam dikelompokkan (Gritter,1991). Nilai Rf sangat karakterisitik
untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan
untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran
yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam
bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa
diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus
berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan
adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar,2007).
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja kromatografi KLT antara lain (Anonim, 2015) :
1. Sejumlah larutan yang mengandung logam diasamkan dengan asam
asetat sehingga pH.5. Kemudian ditambahkan sejumlah volume sama
larutan dithizone dalam kloroform kemudian kocok di dalam corong
pisah. Pisahkan lapisan kloroformnya dan cuci dengan larutan asam
nitrat untuk menghilangkan kelebihan dithizonenya.
2. Totolkan sebanyak 10 mikro liter ekstrak kloroform di atas keeping
kromatografi lapis tipis yang telah diaktivir. Sejauh 2 cm dari ujung
bawah dan jarak antara titik totolan kira-kira 1,5 cm dari ujung bawah
dan jarak antara titik totolan kira-kira 1,5 cm satu sama lainnya.
3. Camber kromatografi telah dijenuhkan dengan pelarut selama 2 jam.
Penjenuhan dapat dipercepat dengan menggunakan kertas saring yang
dimasukkan ke dalam chamber.
4. Masukkan keping kromagtografi yang telah ditotoli zat, biarkan
selama beberapa menit sehingga larutan mencapai kira-kira 20 cm dari
bawah. Angkat dan keringkan
5. Hitung Rf tiap-tiap totolan dengan membagi jarak yang ditempuh
boleh zat dengan jarak yang ditempuh pelarut. Kemudian bandingkan
dengan Rf pembanding.
II.2 Uraian Bahan
A. Alkohol (Dirjen POM 1979 : 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H6O
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudh menguap,
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan warna biru yang tidk
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform P, dan
eter P
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari api.
Rumus struktur :
B. Asam Sulfat ( Dirjen POM 1995 : 52)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07
Pemeriaan : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna,
bau sangat tajam, dan korosif
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol,
dengan menimbulkan panas
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Rumus struktur :
A B C D
Gambar 2. Kadar asam urat serum setelah pemberian ekstrak rebung
Schizostachyum brachycladum Kurz
A.Penyiapan Ekstrak