Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

OLEH
NADYA MAULIDINA 062240422539
NURHIDAYAH 062240422541
NURSYLVIA SYAHNAZ 062240422542
PUTRI WULANDARI 062240422543
RAFIKA IMTIYAZI ALYA 062240422544
RENO SAPUTRA 062240422545
REYNALDI AGUSTINO PUTRA 062240422546
REZA AYA ZAHRA 062240422547
SALSABILLA JAME`ASR 062240422548
SAQILLA PUTRI AULIA 062240422549
STEVEN HENDRIKUS 062240422550
YENITA ULANDARI 062240422551
KELAS : 1 KID
Kelompok :B
Dosen pengampu : Anerasari M, B.Eng., M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Tetap Praktikum Kimia Analitik Instrumen
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari laporan dari praktikum ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Selain itu, laporan
ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Anerasari M, B.Eng., M.Si. selaku dosen mata kuliah Praktikum Kimia Analitik
Instrumen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan tetap yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan Tetap Praktikum Kimia Analisis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan juga bermanfaat bagi kami selaku penulis.
Palembang, 9 Mei 2023

Kelompok B

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….…. ii
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 1 ………………………….………………………..… 1
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 1: ZAT HIJAU DAUN ………………………….… 11

KROMATOGRAFI GAS …………………………………………………………….….. 18


PEMISAHAN ANALITIK: KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI 1……… 23
PEMISAHAN ANALITIK: KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI 1……… 28
SPEKTROMETRI: FOTOMETER NYALA ……………………………….….……… 36
LAMPIRAN 1: GAMBAR ALAT ……………….…….…….……………….….……… 40
LAMPIRAN 2: GAMBAR HASIL PERCOBAAN ….…….……………….….……… 41
DAFTAR PUSTAKA …………………………….…….…….……………….….……… 40

ii
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 1

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini,anda diharapkan dapat :
a) Mengetahui dan menentukan perbedaan pelarut yang digunakan untuk mengelusi
sampel zat warna.
b) Melakukan Analisa sampel (zat warna) buatan menggunakan metoda kromatografi
lapis tipis.
c) Menghitung faktor retensi dan menjelaskan hubungan antara faktor retensi dengan
pemisahan komponen zat warna dalam sampel.

II. DASAR TEORI


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya.
Pada kromatografi, komponen komponennya akan dipisahkan antara dua buah
fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang
mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah
larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Kromatografi pertamakali dikenalkan oleh Michael Tswest yaitu seorang botani
dari Rusia. Dia berhasil mencoba memisahkan klorofil dan pigmen – pigmen lain dalam
ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam
kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut.
Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada
permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya
berupa pita – pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan
komponen – komponen dalam ekstrak tumbuhan. Dari pita – pita berwarna tersebut
muncul istilah kromatografi, dari kata “choram” dan “graphein”. Menurut bahasa yunani
kedua kata itu berarti ‘warna” dan “menulis”.

1
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai untuk
menjajaki system pelarut dan system penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi
kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang
sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari
eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut
yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
dianalisis.
BAGIAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase
diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT
dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penyerap yang paling sering digunakan adalah silica
dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi
dan partisi. Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi
antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.
Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi
oleh laju alir eluent dan jumlah umpan.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau
campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan
adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal
sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar,
dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel
silika).
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
 Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan
teknik yang sensitif.
 Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.

2
 Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel, polaritas
fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan
nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam
pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan.
 Solut-solut ionik dan solute-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut
sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan
tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau ammonia masing-masing akan
meningkatkan solute-solute yang bersifat basa dan asam.
Penotolan atau Pembercakkan
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit
0,5 µl. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 µl, maka penotolan harus
dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan.
Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan
sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase gerak.
Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase
gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang
telah berisi totolan sampel. Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin
volume fase gerak sedikit mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai
ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Untuk melakukan
penjenuhan fase gerak, biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring . Jika fase gerak
telah mencapai ujung dari kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah
jenuh.
Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia
yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui
cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan
untuk menampakkan bercak adalah dengan dengan cara pencacahan radioaktif dan
fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang
dapat berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas.
Berikut adalah cara-cara kimiawi untuk mendeteksi bercak :
 Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi secara
kimia dengan solute yang mengandung gugus fungsional tertentu sehingga bercak
menjadi berwarna. Kadang-kadang dipanaskan terlebih dahulu untuk mempercepat
reaksi pembentukan warna dan intensitas warna bercak.
3
 Mengamati lempeng dibawah lampu ultraviolet yang dipasang panjang gelombang
emisi 254 atau 366 untuk menampakkan solute sebagai bercak yang gelap atau
bercak yang berfluorosensi terang pada dasar yang berfluorosensi seragam.
Lempeng yag diperdagangkan dapat dibeli dalam bentuk lempeng yang sudah
diberi dengan senyawa fliorosen yang tidak larut yang dimasukkan ke dalam fase
diam untuk memberikan dasar fluorosensi atau dapat pula dengan menyemprot
lempeng dengan reagen fluorosensi setelah dilakukan pengembangan.
 Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu
dipanaskan untuk mengoksidasi solute-solut organic yang akan Nampak sebagai
bercak hitam sampai kecoklat-coklatan.
 Memaparkan lempeng dengan uap iodium dalam chamber tertutup.
 Melakukan scanning pada permukaan lempeng dengan densitometer, suatu
instrument yang dapat mengukur intensitas radiasi yang direfleksikan dari
permukaan lempeng ketika disinari dengan lampu UV atau lampu sinar tampak.
Solut-solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai puncak (peak) dalam
pencatatan (recorder).

Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat
langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative
pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa berlaku rumus
sebagai berikut.
Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :
Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka menyatakan nilai Rf
yang baik yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-
0,8. Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu
Rf juga disebut factor referensi.

4
(Perbandingan jarak bercak dan jarak tempuh eluen.)

III. ALAT DAN BAHAN


a) Pelat TLC
b) Chamber kromatografi
c) Pipet tetes
d) Gelas kimia 50 ml
e) Etanol
f) Benzena
g) Heksana
h) Zat warna makanan dan zat warna tinta

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a) Mempersiapkan chamber KLT, bersihkan dan seka dengan tissue hingga kering. Isi
chamber dengan 10 ml larutan heksana,ukur ketinggian atau kedalaman larutan dalam
chamber untuk menentukan batas datum di plat KLT.
b) Menyediakan pelat KLT, memberi garis datum tipis dengan pensil sesuai tinggi larutan
dalam chamber. Bagi garis tersebut menjadi beberapa titik dengan rentang jarak yang
sama untuk tempat menotolkan sampel.
c) Menotolkan sampel dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan
pelat,kemudian letakkan pelat KLT tersebut kedalam chamber, tutup dengan baik.
Catat waktu mulai pelarut mencapai garis datum awal.
d) Membiarkan pelarut naik perlahan-lahan sepanjang pelat hingga hamper mencapai
ujung yang lain dari pelat untuk batas tempuh pelarut.
e) Memberi tanda batas pada pelat untuk batas tempuh pelarut.
f) Membiarkan pelat kering, gunakan sinar UV apabila perlu untuk melihat batas tempuh
warna.
g) Menentukan dan bandingkan harga Rf dari spot warna yang terbentuk.
h) Mengulangi prosedur yang sama dengan menggunakan pelarut yang bersifat polar atau
semi polar (benzena atau etanol).

V. DATA PENGAMATAN
 Non polar (waktu retensi 59 menit 18 detik)

SPOT WARNA JARAK JARAK JARAK Rf


TINTA KOMPONEN KOMPONEN ELUENT
5
1. Oren + 1. Orange muda 0,6 cm
Merah 2. Ungu muda 0,3 cm 8,1 cm 0,1728
3. Merah Pekat 0,5 cm
2. Merah + 1. Ungu pucat 2 cm
coklat 2. Merah muda 6,1 cm 8,1 cm 1,0625
3. Biru muda 0,4 cm
3. Coklat 1. Hijau 0,2 cm 7,9 cm 0,9873
kecoklatan 5,9 cm
2. Coklat muda 1,7 cm
3. Coklat kebiruan
4. Merah 1. Merah muda 1,2 cm 7,8 cm 0,2531
2. Oren pekat 0,2 cm
3. Oren muda 0,6 cm
5. Biru 1. Biru pekat 2 cm 7,8 cm 0,2564
6. Merah 2. Hitam 6,2 cm 7,9 cm 0,8101
3. Ungu muda 0,2 cm

 Pengamatan menggunakan lampu 254 nm

SPOT WARNA JARAK JARAK JARAK Rf


TINTA KOMPONEN KOMPONEN ELUENT
1. Oren + 1. Hitam 0,5 cm
Merah 2. Hijau tua 0,6 cm 8,1 cm 0,1358
2. Merah + 1. Biru tua 2 cm
coklat 2. Biru muda 6,1 cm 8,1 cm 0,8765
3. Coklat 1. Hijau muda 1,7 cm 7,9 cm 0,9873
2. Abu-abu tua 5,9 cm
3. Abu tua 0,2 cm
4. Merah 1. Merah 0,5 cm 7,9 cm 0,1772
5. Biru 1. Hitam 1,8 cm 7,8 cm 0,2564
6. Merah 4. Hitam 6,2 cm 7,9 cm 0,2658
5. Ungu muda 0,2 cm

 Pengamatan menggunakan lampu 366 nm


6
SPOT WARNA JARAK JARAK JARAK Rf
TINTA KOMPONEN KOMPONEN ELUENT
1. Oren + 1. Hitam 0,5 cm 0,1375
Merah 2. Merah 1,2 cm 8,1 cm
2. Merah + 1. Hitam 1,8 cm 8,1 cm 0,8765
coklat
3. Coklat 1. Coklat keabu- 1,8 cm
abuan
2. Abu-abu muda 5,6 cm 7,9 cm 0,9873
3. Coklat keabu- 0,2 cm
abuan
4. Merah 1. Merah 0,5 cm 7,9 cm 0,1772

5. Biru 1. Hitam 1,8 cm 7,8 cm 0,2564


6. Merah 1. Hitam 6,2 cm 7,9 cm 0,2658
2. Ungu muda 0,2 cm

 Polar ( waktu retensi 16 menit 52 detik)

SPOT WARNA JARAK JARAK JARAK Rf


TINTA KOMPONEN KOMPONEN ELUENT
1. Merah 1. Pink 6 cm
2. Violet 0,4 cm 9,5 cm 0,821
3. Ungu 1,5 cm
2. Biru 1. Biru pudar
2. Biru muda 9,5 cm 0,821
3. Biru tua
3. Coklat 1. Coklat muda 0,2 cm
2. Coklat kecoklatan 5,9 cm 9,5 cm 0,821
3. Coklat tua 1,7 cm
4. Merah 1. Oren 1,2 cm
2. Oren kemerahan 0,2 cm 9,5 cm 0,821
3. Tidak berwarna 0,6 cm
5. 1. Biru muda 1 cm

7
2. Tidak berwarna 4,4 cm
Merah + 3. Biru 0,1 cm 9,5 cm
coklat 4. Hitam kehijauan 1,4 cm 0,821
5. Oren 0,5 cm
6. 1. Pink salem 2,0 cm
2. Pink muda 3,0 cm
Merah + 3. Ungu lilac 1,5 cm 9,5 cm 0,821
biru 4. Ungu lavender 0,5 cm
5. Pink fanta 0,4 cm

 Pengamatan dengan menggunakan lampu 254 nm

SPOT WARNA JARAK JARAK JARAK Rf


TINTA KOMPONEN KOMPONEN ELUENT
1. Merah 1. Ungu muda 6,3 cm
2. Ungu tua 1,5 cm 9,5 cm 0,821

2. Biru 1. Biru pudar 6,3 cm


2. Biru tua 1,5 cm 9,5 cm 0,821
3. Coklat 1. Coklat muda 6,7 cm
2. Coklat kehijauan 0,4 cm 9,5 cm 0,821
3. Coklat tua 0,7 cm
4. 1. Tidak berwarna 5,6 cm
Merah 2. Coklat muda 0,6 cm 9,5 cm 0,821
3. Coklat tua 1,6 cm
5. 1. Biru pudar 5,4 cm
Merah + 2. Ungu 0,1 cm 9,5 cm 0,821
coklat 3. Hitam 0,4 cm
4. Coklat 1,9 cm
6. Merah + 1. Ungu muda 6,7 cm
biru 2. Ungu tua 1,1 cm 9,5 cm 0,821

 Pengamatan menggunakan lampu 366 nm

8
SPOT WARNA JARAK JARAK JARAK Rf
TINTA KOMPONEN KOMPONEN ELUENT
1. Merah 1. Ungu muda 5,9 cm
2. Ungu kepinkan 1,2 cm 9,5 cm 0,821
3. Ungu kehitaman 0,9 cm
2. Biru 1. Tidak berwarna 5 cm
2. Ungu tua 1,5 cm 9,5 cm 0,821
3. Biru keunguan 1,3 cm
3. Coklat 1. Pink 6,7 cm
2. Coklat kehijauan 0,8 cm 9,5 cm 0,821
Berpudar hijau
neon
3. Coklat tua 0,3 cm
4. 1. Tidak berwarna 5,5 cm
Merah 2. Pink keunguan 1,7 cm 9,5 cm 0,821
3. Merah tua 0,6 cm
5. Merah + 1. Tidak berwarna 5,7 cm
coklat 2. Hitam berpudar 1,1 cm 9,5 cm 0,821
3. Ungu tua 1 cm
6. Merah + 1. Pink 5,6 cm
biru 2. Ungu tua 0,7 cm 9,5 cm 0,821
berpudar 1,1 cm
3. Hitam
1 cm

Keterangan :
 Jarak komponen setiap spot setiap spot percobaan pada non polar = 1,8
cm
 Jarak pelarut/quen = 7,9 cm
Perhitungan Rf = jarak komponen = 1,8 cm = 0,2278
Jarak pelarut 7,9 cm

Percobaan polar =

9
 Jarak komponen polar = 7,8 cm
 Jarak eluen = 9,5 cm

Perhitungan Rf = jarak komponen = 7,8 cm = 0,821

Jarak pelarut 9,5 cm

VI. ANALISA PENGAMATAN


Pada praktikum kali ini yaitu analisis komponen zat warna dengan ktromatografi lapis
(KLT). Sampel yang digunakan terdiri dari 6 spot yaitu 2 spot pewarna sintesis, 2 spot
pewarna makanan dan 2 spot campuran warna keduanya dengan komposisi 1: 1.

Pada pengamatan grup A jarak yang ditempuh komponen pada setiap spot adalah sama
dan jarak yang ditempuh pelarut atau eluen pun sama pada spotnya yaitu 7,8 cm (jarak
komponen) dan 9,5 cm ( jarak eluen) sedangkan pada pengamatan kelompok kami yaitu grup
B, jarak komponen setiap spotnya berbeda dan jarak eluen pun berbeda,hal ini terjadi karena
adsodban atau fase gerak tersebartidak merata sehingga nilai Rfpada setiap spot berbeda-beda.

Pada Analisa waktu tempuh kedua pengamatan tersebut juga terdapat perbedaan.
Waktu tempuh pengamatan grup A adalah 16 menit 52 detik sedangkan waktu tempuh
pengamatan grup b adalah 59 menit 18 detik. Hal ini dikarenakan fase gerak atau pelarut yang
digunakan pada pengamatan grup A bersifat polar sehigga bergerak lebih cepat komponen nya
dibandingkan dengan pelarut yang memliki kesesuaian polar pada pengamatan grup B. pelarut
yang bersifat kurang polar terhadap komponen tersebut adalah asatonitri dan etanol sedangkan
pelarut yang memiliki kesesuaian polar terhadap komponen adalah N heksana.

VII. KESIMPULAN
 Kromatografi lapis tipis adalah pemisahan berdasarkan imigrasi sampel yang melewati
fasa dalam yaitu pelat dan didorong oleh fasa gerak yaitu pelarut atau eluen.
 Jarak komponen yang berbeda pada setiap spot dan jarak eluen yang berbeda pada
setiap spot mempengaruhi nilai Rf yang akan berbeda pula. Hal tersebut dapat
dibuktikan seperti pada pengamatan grup B.
 Pada pengamatan grup B didapatkan nilai Rf = 0,2278
 Pada pengamatan mempengaruhi waktu tempat komponen/waktu retensinya. Semakin
sesuai kepolaran antara pelarut dan komponen maka komponennya semakin lama
tertahan sehingga waktu retensinya lambat, begitupun sebaliknya apabila pelarut yang
digunakan non polar, maka komponen bergerak cepat sehingga waktu retensinya lebih
cepat.
10
VIII. GAMBAR HASIL PERCOBAAN (TERLAMPIR)

PEMISAHAN ANALITIK KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS 2


KLT ZAT HUJAU DAUN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, Anda diharapakan dapat :
 Mengetahui persiapan pemisahan warna zat hijau daun.
 Melakukan Analisa sampel zat warna hijau daun (klorofil) menggunakan
metoda kromatografi lapis tipis.
 Menghitung factor retensi dan menjelaskan hubungan antara factor retensi
dengan pemisahan komponen zat warna dalam sampel.

II. DASAR TEORI


Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff danSchraiber pada
tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar,selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau
dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang
seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat
aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan
sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang
digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yangdigunakan lebih sederhana dan
dapat dikatakan hampir semua laboratoriumdapat melaksanakan setiap saat secara cepat.
Beberapa keuntungan darikromatografi planar ini :
Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
 Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,fluorosensi
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
 Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending ), menurun (descending), atau dengan
cara elusi 2 dimensi.
 Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yangakanditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerakKromatografidigunakan sebagai untuk
memisahkan substansi campuran menjadikomponen-komponennya, misalnya senyawa
Flavonoida dan isoflavonoidayang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco
serta Scopariadulcis, Linderniaanagalis, dan Torenia violacea. Yang pada
senyawaisoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa
isoflavonyang potensial bagi kesehatan manusia,di antaranya adalah
sebagaiantioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi,dan
dapat mencegah osteoporosis.
KLT (kromatografi lapis tipis) / TLC (Thin Layer Chromatography) merupakan salah
satu metoda untuk memisahkan dan menganalisa zat dalam jumlah kecil. Pada KLT,
adsorben tersebar secara merata dalam permukaan gelas dan membentuk suatu lapisan

11
tipis yang merata secara horizontal. Apabila terbentuk permukaan yang tidak rata secara
horizontal dan plat tidak diposisikan tegak vertikal maka akan sulit untuk memisahkan
komponen-komponen.
Pada KLT, sampel yang akan dipisahkan atau dianalisa ditotolkan pada pelat dengan
menggunakan pipa kapiler. Pemisahan dilakukan dengan memasukkan pelat kedalam
chamber (kamar) yang telah dijenuhkan dengan pelarut yang bersifat volatile. Pelarut akan
naik secara perlahan-lahan sepanjang pelat tersebut berdasarkan kapilaritas. Sampel akan
terdistribusi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (pelarut). Sebagai fase gerak
umumnya dipilih zat yang bersifat kurang polar dibandingkan dengan fase diam sehingga
komponen dalam sampel yang kurang polar akan bergerak lebih cepat dari komponen
sampel yang lebih polar. Bila larutan hamper mencapai ujung pelat maka pelat akan
dikeluarkan dari chamber dan dianginkan hingga pelarut yang menempel pada pelat
menguap. Noda-noda pada pelat akan terlihat yang menunjukkan jumlah komponen yang
ada dalam sampel. Perbandingan antara jarak tempuh komponen dengan jarak tempuh
pelartut disebut Rf . Rf dinyatakan dengan bilangan dan dapat digambarkan seperti
berikut ini :

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Jarak yang ditempuh oleh komponen
Rf = Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Sebagai contoh, jika komponen bewarna merah bergerak dari 1,7 cm dari garis awal,
sementara pelarut bergerak 5,0 cm, maka nilai Rf untuk komponen bewarna merah adalah :
1,7 cm
Rf = 5,0 cm
= 0,34
Bila kondisi pengerjaan sama, maka nilai Rf untuk komponen tertentu adalah sama.
Nilai Rf dapat digunakan untuk mengidentifikasi komponen.
Menurut Wulandari (2011), pemilihan eluen merupakan faktor yang paling
berpengaruh pada sistem KLT. Eluen dapat terdiri dari satu pelarut atau campuran dua sampai
enam pelarut. Campuran pelarut harus saling sampur dan tidak ada tanda-tanda kekeruhan.

12
Fungsi eluen dalam KLT :
1. Untuk melarutkan campuran zat.
2. Untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan melewati
sorben fase diam sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang dipersyaratkan.
3. Untuk memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa yang akan
dipisahkan. Eluen juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki kemurnian yang cukup.
2. Stabil.
3. Memiliki viskositas rendah.
4. Memiliki partisi isotermal yang linier.
5. Tekanan uap yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi.
6. Toksisitas serendah mungkin. Menurut Wulandari (2011).

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan :
 Pelat TLC
 Chamber kromatografi
 Mortar dan pestle
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Gelas ukur 25 ml atau 50 ml
 Erlenmeyer 50 ml
 Gelas kimia 100 ml
Baha yang digunakan :
 Daun kembang sepatu
 Daun bayam
 Daun belimbing
 Daun suji
 Daun pandan
 Aseton
 Etanol
 Petroleum Eter

IV. PROSEDUR KERJA


1. Merobek-robek 8 lembar daun kembang sepatu, bayam, belimbing, suji, dan daun
posisitaruh dalam mortar dan menambahkan 10 ml campuran 1:1 Petroleum eter
etanol. Menggerus hingga terbentuk larutan dengan pulp daun.
2. Sisihkan daun kebagian pinggir mortar sambal ditekan dengan pastle, membiarkan
larutan mengendap selama 10 menit, mengambil cairan dengan pipet dan tetes
memasukkan kedalam tabung reaksi yang diletakkan di rak tabung reaksi.

13
3. Menambahkan air destilasi sejumlah volume larutan dalam tabung reaksi, akan
terbentuk 2 lapisan larutan. Memutar tabung dengan Gerakan memutar (swirl) agar
etanol dalam larutan berpindah ke air. Proses apakah ini?.
4. Mengambil bagian bawah larutan dengan cara memasukkan pipet tetes kedalam
tabung reaksi lain, mengambil secara hati-hati, menambahkan air sejumlah volume
larutan ke tabung reaksi awal, memutar agar tercampur dengan baik. Mengulangi
sekali lagi. Larutan bawah setelah 3x akan cenderung tak bewarna.
5. Memindahkan bagian zat warna hijau daun ke Erlenmeyer 50 ml, menambahkan
anhydrous natrium sulfat sebanyak kurang lebih 1 spatula (tidak perlu akurat).
6. Akan membentuk gumpalan dibagian bawah Erlenmeyer, memindahkan ke kaca
arloji dan mentotolkan ke permukaan pelat KLT yang telah diberi tanda jarak.
Mengulangi pentotolan agar didapat titik yang cukup tebal/penuh.
7. Mengisi chamber KLT dengan campuran 3:1 antara Petroleum eter : aseton hingga
didapat ketinggian cairan dalam chamber kurang lebih 0,5 cm.
8. Memasukkan pelat KLT ke dalam chamber, menutup dengan baik dan mengamati
pemisahan yang terjadi. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai batas
terakhir.
9. 5 jenis daun dapat dipersiapkan untuk penotolan di satu pelat KLT.

V. DATA PENGAMATAN
Nama Volume Waktu Komponen Jarak Jarak
NO Sampel dan Warna Retensi Warna Hasil Kompo Retens
Daun Larutan Pemisahan nen i
2,2 ml
1. Daun Suji (Warna 9,21 Hijau 0,3 cm 4,1 cm
Hijau Pekat) menit Kecoklatan
Daun 5,3 ml Hijau 0,7 cm
2. Bayam (Warna Hijau 2,2 cm 5,5 cm
22,13
Hijau Pekat) Kekuningan
menit
Hijau 0,9 cm
Kebiruan
Daun 2,7 ml
3. Kembang (WarnaHija 9,55 Hijau 1,1 cm 4,2 cm
Sepatu u menit Kekuningan
Kekuningan
)
Daun 1,2 ml 9,25 Hijau Muda 1,6cm 4,3 cm
4. Pandan (Warna menit Hijau 0,6 cm
Hijau Pekat) Kebiruan
Daun 1 ml 25,33 Hijau Muda 1,4 cm 4,1 cm
5. Belimbing (Warna menit Hijau Tua 1,1 cm
Hijau)

VI. PERHITUNGAN
Perhitungan nilai Rf untuk setiap warna dengan rumus :

14
Jarak tempuh komponen
Rf = Jarak tempuh elven
1. Daun Suji = Warna Kecoklatan
Jarak tempuh komponen 0,3 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 4,1 cm = 0,0731

2. Daun Bayam
a. Warna Hijau
Jarak tempuh komponen 0,7cm
Rf = Jarak tempuh elven = 5,5 cm = 0,1272
b. Warna Hijau Kekuningan
Jarak tempuh komponen 1,1 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 4,2 cm = 0,2619

c. Warna Hijau Kebiruan


Jarak tempuh komponen 0,9 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 5,5 cm = 0,1636
3. Daun Kembang Sepatu
Jarak tempuh komponen 1,1 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 4,2 cm = 0,2619
4. Daun Pandan
a. Warna Hijau Muda
Jarak tempuh komponen 1,6 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 4,3 cm = 0,3720
b. Warna Hijau Kebiruan
Jarak tempuh komponen 0,6 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 4,3 cm = 0,1399
5. Daun Belimbing
a. Warna Hijau Muda
Jarak tempuh komponen 1,4 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 4,1 cm = 0,3414
b. Warna Hijau Tua
Jarak tempuh komponen 1,1 cm
Rf = Jarak tempuh elven = 4,1 cm = 0,25
15
VII. ANALISA PENGAMATAN
Pada percobaan pengamatan kali ini yaitu analisa komponen zat hijau daun dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT), dilakukan pengamatan terhadap 5 sampel, yaitu daun
suji,daun bayam, daun kembang sepatu, daun pandan, dan daun belimbing.
Langkah awal yaitu merobek/memotong daun menjadi kecil-kecil dan menaruhnya
kedalam mortar lalu digerus sambal ditambahkan 10 ml camputran petroleum eter dan etanol
dengan komposisi 1 : 1 hingga terbentuk larutan, kemudian cairanya diambil dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, selanjutnya menambahkan air destilasi sejumlah volume cairan yang
didapat lalu memutar tabung hingga terpisah bagian air dibawah dan bagian zat warna diatas
(metode ini disebut sentrifugasi), penambahan air destilasi ini dilakukan beberapa kali dan
diulang hingga bagian air dibawah menjadi cenderung tidak bewarna. Zat warna hijau daun
dipindahkan ke kaca arloji lalu ditambahkan anhydrous natrium sulfat agar air yang sekiranya
masih terkandung dalam zat dapat diserap sehingga hanya tersisa zat warna hijau daun saja,
karena air dapat menganggu proses pemisahan komponen warna, penambahan anhydrous
natrium sulfat ini tidak perlu akurat, hanya kira-kira air pada zat dapat terserap.
Selanjutnya zat warna hijau daun ditotolkan pada pelat dengan menggunakan pipa kapiler,
penotolan diulang agar titik yang didapat cukup tebal, lalu pelat KLT dimasukkan kedalam
chamber yang telah diisi campuran petroleum eter dan aseton dengan perbandingan komposisi
3 : 1, chamber ditutup dan dilakukan pengamatan pemisahan komponen warna serta waktu
retensinya.
Pada pengamatan sampel daun suji didapatkan waktu retensi 9,21 menit dengan jenis
pigmen klorofil B yang memiliki warna hijau jingga dengan jarak komponen 0,3 cm serta
jarak elven 4,1 cm.
Pada pengamatan daun bayam didapatkan waktu retensi 23,13 menit dengan jenis pigmen
klorofil A dan B yang memiliki warna hijau, hijau kekuningan, hijau kebiruan masing-masing
jarak komponen 0,7cm ; 2,2 cm ; 0,9 cm serta jarak elven 5,5 cm.
Pada pengamatan daun kembang sepatu didapatkan waktu retensi 9,55 mennit dengan
jenis pigmen klorofil B yang memiliki warna hijau kekuningan dengan jarak komponen 1,1
cm serta jarak elven 4,2 cm.
Pada pengamatan daun pandan didapatkan waktu retensi 9,25 menit dengan jenis pigmen
klorofil A dan B yang memiliki warna hijau dan hijau kebiruan dengan masing-masing jarak
komponen 1,6 cm dan 0,6 cm serta jarak elven 4,3 cm.
Pada pengamatan daun belimbing didapatkan waktu retensi 25,33 menit dengan jenis
pigmen klorofil A yang memiliki warna hijau muda dan hijau tua dengan masing-masing jarak
komponen 1,4 cm dan 1,1 cm serta jarak elven 4,1 cm.
Perbedaan waktu retensi setiap sampel menunjukkan kesesuaian polar antara sampel
dengan fase gerak, semakin sesuai kepolaranya maka komponen semakin lama tertahan dan
waktu retensinya semakin besar, begitu pula sebaliknya,
Nilai Rf untuk setiap untuk setiap komponen warna berbeda tergantung jarak tempuh
komponen dan elven. Nilai rf untuk komponen warna hijau kecoklatan pada daun suji adalah
0,0731. Nilai Rf untuk komponen warna hijau pada daun bayam adalah 0,1272 ; warna hijau
kekuningan adalah 0,3181, dan warna hijau kebiruan adalah 0,1636. Nilai Rf untuk
pengamatan masing-masing sampel adalah warna hijau kekuningan pada daun kembang
16
sepatu adalah 0,2619. Nilai Rf untuk komponen warna hijau pada daun pandan adalah 0,3720
dan warna hijau kebiruan adalah 0,1395. Nilai Rf untuk komponen warna hijau muda pada
daun belimbing adalah 0,3414 dan warna hijau tua adalah 0,25.
Semakin tinggi nilai Rf yang diperoleh maka semakin rendah polaritas dari komponen
tersebut. Karena secara konsep semakin tinggi kesesuaian polar komponen dengan fase gerak
maka ikatan yang terbentuk semakin kuat sehingga jarak komponen akan semakin kecil dan
menyebabkan nilai Rf rendah.
VIII. KESIMPULAN
1. Volume larutan yang didapat masing-masing sampel adalah :
a. Daun Suji : 2,2 ml dengan warna hijau pekat
b. Daun Bayam : 5,3 ml dengan warna hijau pekat
c. Daun Kembang Sepatu : 2,7 ml dengan warna hijau kekuningan
d. Daun Pandan : 1,2 ml dengan warna hijau pekat
e. Daun Belimbing : 1 ml dengan warna hijau
2. Warna yang didapat dari hasil pemisahan, yaitu:
a. Hasil pemisahan komponen warna daun suji adalah hijau kecoklatan
b. Hasil pemisahan komponen warna daun bayam adalah warna hijau, hijau
kekuningan, dan hijau kecoklatan.
c. Hasil pemisahan komponen warna daun kembang sepatu adalah hijau kekuningan.
d. Hasil pemisahan komponen warna daun pandan adalah warna hijau muda dan
hijau kebiruan
e. Hasil pemisahan komponen warna daun belimbing adalah warna hijau muda dan
hijau tua.
3. Pigmen klorofil terbagi menjadi klorofil A yang memiliki warna hijau murni yang
terdapat pada daun bayam, daun pandan, dan daun belimbing. Serta klorofil B yang
memiliki warna hijau kebiruan atau hijau jingga yaitu terdapat pada daun suji, daun
bayam, daun kembang sepatu, dan daun pandan.
4. Perbedaan waktu retensi setiap sampel menunjukkan keesuaian polar antara sampel
sesuai dengan fase gerak, semakin sesuai kepolaranya maka komponen semakin lama
tertahan dan waktu retesinya semakin besar pun sebaliknya. Waktu retensi yang
didapat dari pengamatan masing-masing sampel adalah :
a. Daun Suji = 9,21 menit
b. Daun Bayam = 22,13 menit
c. Daun Kembang Sepatu = 9,55 menit
d. Daun Pandan = 9,25 menit
e. Daun Belimbing = 25,33 menit
5. Nilai Rf diperoleh dari :
a. Daun Suji (warna kecoklatan) = 0,0731
b. Daun Bayam (Warna Hijau) = 0,1272
Daun Bayam ( Warna Hijau Kekuningan ) = 0,3181
Daun Bayam (Warna Hijau Kebiruan) = 0,1636
c. Daun Kembang Sepatu (Warna Hijau Kekuningan = 0,2619
d. Daun Pandan (Warna Hijau Muda) = 0,3720
Daun Pandan ( Warna Hijau Kebiruan) = 0,1395
e. Daun Belimbing (Warna Hijau Muda) = 0,3414
Daun Belimbing (Warna Hijau Tua) = 0,25

17
Dapat diamati bahwa semakin tinggi nilai Rf yang diperoleh maka semakin
rendah polaritas dari komponen tersebut.

KROMATOGRAFI GAS
I. TUJUAN PERCOBAAN
• menjelaskan teori kromatografi gas
• mengoperasikan alat kromatografi gas dengan baik dan benar
• menganalisis suatu senyawa baik secara kualitatif maupun kuantitatif

II. DASAR TEORI


Kromatografi gas adalah metode kromatografi pertama yang di kembangkan pada
instrument dan elektronika yang telah merenovasikan keilmuan selama lebih dari 30
tahun. Sekarang GC dipakai secara rutin di sebagian besar laboratorium industri dan
perguruan tinggi. GC dipakai untuk setiap campuran yang komponennya atau akan
lebih baik lagi jika semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti pada
suhu yang dipakai untuk pemisahan.
Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah
sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan
fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya. Ada beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya
kita dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan
yang tinggi. gas dan uap mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga
kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif
cepat dan sensifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak
bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah teknik ini
terbatas untuk zat yang mudah menguap.
Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan
campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa
detik untuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang mengandung
500-1000 komponen. Komponen campuran dapat diidentifikasikan dengan
menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu
tambat ialah waktu yang menunjukkan beberapa lama suatu senyawa tertahan dalam
kolom.
Waktu tambat di ukur dari jejak pencatat pada kromatogram dan serupa dengan volume
tambat dalam KCKT dan RF dalam KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya
(kuantitas) kompen campuran dapat pula diukur secara teliti. Kekurangan utama KG
adalah bahwa ia tidak mudah dipakai untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar.
Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat tidak
mungkin dilakukan tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali
jika tidak ada metode lain.
Proses kromatografi dalam alat GC dimulai dengan menyuntikkan sampel ke dalam
kolom. Mula- mula komponen-komponen di dalam kolom diucapkan, kemudian dielusi
oleh gas pembawa untuk memulai kolom. Perbedaan laju migrasi masing-masing
18
komponen dalam fase stasioner. Pendeteksian saat keluar dari kolom dilakukan
berdasarkan perubahan sifat fisika aliran gas yang di sebabkan adanya komponen yang
dikandungnya. Sifat fisika tersebut, minsalnya daya hantar panas, absorpsi radiasi
elektromagnetik, indeks refraksi, derajat terinduksi ion, dsb. Untuk analisa kualitatif,
komponen- komponen yang terelusi di kenali dari nilai waktu retensi, TR. TR analit
dibandingkan dengan TR standar pada kondisi operasi alat yang sama. Sedangkan
untuk analisa kuantitatif, penentuan kadar atau jumlah

19
analit dilakukan membandingkan luas puncak analit dengan luas puncak standar. Efisiensi 16
x (TR/WB)2, dengan TR= waktu retensi dan WB= lebar dasar puncak

III. ALAT dan BAHAN


Alat yang digunakan sebagai berikut:
• Seperangkat Alat Kromatografi Gas
• Integry
• Alat Penyuntik
• Botol Sampel
Bahan yang digunakan
• Etanol
• Butanol
• Campuran Etanol dan Butanol
• Metanol
• Propanol
• Benzena
• Heksana
IV. LANGKAH KERJA
A. Persiapan
1. Menghubungkan kabel power ke sumber listrik
2. Menyiapkan kebutuhan analisis (larutan baku, sampel, alat-alat gelas, tisue,
microsyringe, dll)
3. Memerhatikan comsuable part (septum, glass insert, dll). Jika diperlukan ganti
dengan yang baru
4. Memasang kolom sesuai kondisi analisis. Pastikan kolom terpasang pada lubang
injektor dan detektor yang akan digunakan
5. Membuka aliran gas He
6. Membuka aliran gas N2
7. Membuka aliran gas H2
8. Menghidupkan kompressor udara
9. Menghidupkan GC-2010
10. Menghidupkan komputer dan printer
B. Instrumentasi (Start Up)
1. Mengklik GC solution, pada menu utama windows
2. Mengklik, pada menu utama GC solution
20
3. Mengisi kolom User ID dan Password, pada menu login. Klik ok
4. Mengklik file, New Method File, pada menu utama Real Time Analysis
5. Mengklik icon instrumen parameter
6. Mengisi parameter injector (suhu, laju alir, split ratio, dll)
7. Mengklik tab bar Column
8. Mengisi parameter kolom (suhu oven, jenis kolom, dll). Jika ingin mengatur
program suhu, mengisi pada table Column Oven Temperature Program
9. Mengklik tab bar FID 1
10. Menyimpan file metode dengan mengklik file, mengsave method file as, menulis
nama file
Catatan: Untuk memanggil file metode yang sudah ada, mengklik file, Open
Method File, pilih metode file yang diinginkan, mengklik open. Selanjutnya ikuti
langkah No. 11
11. Mengklik icon Download Parameters untuk mengirim parameter ke GC-2010
12. Mengklik icon System On untuk mengaktifkan GC-2010
13. Menunggu beberapa saat hingga semua parameter tercapai (muncul tampilan status
Ready pada layer monitor)
14. Memperhatikan baseline, tunggu hingga cukup lurus, mengklik Zero Adjust
menolkan baseline jika diperlukan
15. Melakukan uji baseline dengan mengklik Slope Test, tunggu beberapa saat hingga
muncul nilai slope test. Jika nilai Slope telah sesuai dengan kriteria, analisis bisa
segera dilanjutkan
C. Injeksi
1. Mengklik icon Single Run dan mengklik icon Sample Login pada menu Real Time
2. Mengisi parameter untuk sample yang akan diinjeksikan (terutama parameter Data
File). Untuk mencetak laporan secara otomatis. Beri tanda √ pada kolom Report
lalu pilih file format laporan yang diinginkan (misalnya, file laporan sampel)
3. Mengklik start hingga muncul tampilan status Ready (Stand By)
4. Menginjeksikan sejumlah larutan sampel dengan menggunakan microsyringe ke
injection part, lalu tekan tombol START pad GC-2010
5. Menganalisis akan segera berlangsung sesuai waktu analisis yang telah di set
6. Mencetak langsung laporan jika telah diset sebelumnya
7. Mengulangi langkah No.1, untuk mengukur sampel selanjutnya

V. DATA PENGAMATAN
 Pemisahan 1A
Titik didih Temperatur
21
Metanol : 64,7oC Injektor : 80oC
Etanol : 78,37oC Oven : 75oC
Propanol : 97oC Detector : 150oC

 Pemisahan 1B
Titik didih Temperatur
Metanol : 64,7oC Injektor : 100oC
Etanol : 78,37oC Oven : 90oC
Propanol : 97oC Detector : 150oC

 Pemisahan 2
Titik didih Temperatur
Metanol : 64,7oC o
Injektor : 80 C
Etanol : 78,37oC Oven : 75oC
Detector : 150oC

22
VI. ANALISA PENGAMATAN
Temperatur injeksi sangat mempengaruhi pemisahan sehingga terjadi perbedaan waktu
retensi:

 Pemisahan 1A
Metanol dan etanol yang memiliki titik didih 64,7 oC dan 78,37oC sehingga
proses perubahan ke fase gas pada kedua senyawa itu terjadi lebih cepat, yang
diawali dengan metanol. Kemudian tidak berselang lama etanol juga ikut berubah
fase pada suhu 80oC. Sedangkan untuk propanol memerlukan waktu sedikit lebih
lama dikarenakan titik didih propanol yang sangat tinggi dibandingkan 2 senyawa
sebelumnya, dengan titik didih 97oC tersebut melebihi temperatur injeksi 80oC

 Pemisahan 1B
Pada percobaan ini metanol dan etanol mengalami perubahan fase secara
spontan ke fase gas hal tersebut dikarenakan terlalu tingginya suhu injektor sebesar
100oC mengakibatkan waktu retensinya sangat singkat sedangkan propanol pada
percobaan ini dapat berupa fase dengan sangat baik pada suhu injektor 100 oC,
karena titik didih propanol berdekatan dengan suhu injektor

 Pemisahan 2
Kesesuaian polar antara benzena dengan kolom mengakibatkan Heksana
terdeteksi lebih dahulu. Sedangkan benzena membutuhkan waktu lebih lama
karena tertahan di dalam kolom. Namun jika kolom yang dipakai bersifat non polar
maka heksana akan tertahan dan benzena dapat keluar terlebih dahulu

VII. Kesimpulan
 Kromatografi gas merupakan suatu proses pemisahan dan pengidentifikasian
senyawa yang digunakan mudah menguap dalam suatu campuran dengan
menggunakan gas sebagai fasa gerak yang melewati suatu kolom yang menjadi
fase diam
 Pada percobaan 1A metanol dan etanol akan lebih dahulu berubah ke fase gas
karena memiliki titik didih 64,7oC dan 78,37oC dengan suhu injektor 80oC.
Sedangkan propanol memerlukan waktu yang lebih lama dikarenakan propanol
memiliki titik didih 97oC yang mana melebihi suhu injektor. Sedangkan pada
percobaan 1B metanol dan etanol akan berubah fasenya secara spontan
 Pada percobaan 2 kesesuaian polar antara benzena dengan kolom mengakibatkan
Heksana mudah terdeteksi, lain halnya dengan benzena yang membutuhkan waktu
sedikit lebih lama di dalam kolom sebelum berubah fase dan kebalikannya apabila
kolom yang dipakai bersifat non polar maka heksana akan tertahan dan benzena
daoat keluar terlebih dahulu
 Sehingga, dapat disimpulkan temperatur injeksi sangat memengaruhi proses
pemisahan sehingga, terjadi perbedaan waktu retensi pada setiap senyawa dan pada
saat pemilihan kolom perlu diperhatikan penggunaan kolom polar dan non polar.
Karena kesesuaian polar dapat mengakibatkan senyawa tersebut tertahan lebih
lama di dalam kolom

23
PEMISAHAN ANALITIK
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI 1

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Menjelaskan teori kromatografi cair kinerja tinggi.
 Mengoperasikan alat kromatografi cair dengan baik dan benar.
 Menganalisa suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan
menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi.
II. DASAR TEORI
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid Cromatography
(HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisiokimia. Ke KCKT termasuk metode
analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fase gerak cairan dan fase diam cairan
atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya yaitu
mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, mudah melaksanakannya,
kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya dekomposisi/
kerusakan bahan yang dianalisis, resolusi yang baik, dapat digunakan bermacam-macam
detektor, kolom dapat digunakan kembali, dan mudah melakukan “sampel recovery”.
Komponen komponen alat dalam HPLC diantaranya ialah:
 Reservoir (wadah pelarut atau cairan)
 Pompa
 Sistem injeksi sampel
 Kolom, terdiri dari
1. Kolom analitik (kolom utama)
2. Kolom guard
3. Thermostat
 Detektor
 Komputer (pengolah data)

Reservoir merupakan wadah yang menampung cairan-cairan yang akan digunakan


dalam pemisahan cairan cairan tersebut berupa pelarut masing-masing reservoir dihubungkan
kepada katup berpotongan di mana katup ini berfungsi untuk mengatur cairan-cairan yang
masuk/dipompa ke dalam kolom.

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan
 Perangkat HPLC + injector + pencetak kromatogram
24
 Kolom licospher C-18
 Syiringe
 Penyaring milipone
Bahan yang digunakan
 Kafein 15 ppm
 Metanol

IV. PROSEDUR KERJA


1. Terlebih dahulu menyiapkan fase gerak yang akan digunakan untuk analisa dan
memasukkan ke botol fase gerak yang tersedia.
2. Memeriksa ketersediaan cairan seal wash pada pompa ( habis sudah lama harap
ditambahkan).
3. Memasang kolom sesuai kebutuhan analisa (posisi panah kolom ke arah bawah).
4. Menyalakan instrument, pompa, (tombol power ada di belakang instrumen)
5. Menjalankan CPU komputer dan monitor.
6. Mengaktifkan server monitor pada pojok kanan bawah layar monitor.
7. Membuka software choromeon 6.8.
8. Membuka panel instrumen (bila ada warning tekan ok).
9. Melakukan koneksi software pada instrumen dengan memberi tanda ceklis pada pump
dan detector.
10. Melakukan purging pada channel fase gerak yang akan digunakan.
11. Mengalirkan kolam dengan fase gerak yang diinginkan pada flow 1 ml/menit.
12. Menyalakan lampu UV/Vis pada detektor sesuai kebutuhan analisa.
13. Membiarkan kolam berlari fase gerak selama 30 - 60 menit.
14. Memindahkan Windows software ke posisi browser.
15. Membuat sequent, instrumen method (program) dan processing data.
16. Bila sequent, program dan proses metode telah dibuat, klik batch start.
17. Mengklik ready check untuk memastikan sequent telah siap running, lalu start.
18. Melakukan injeksi standar dan sampel.
19. Catatan: bila ingin meng-injek sampel posisi injeksi pada posisi LOAD (atas), bila
sudah ada warning waitig for injection, lalu memutar injektor ke posisi inject.
20. Melakukan processing data (ada pada logam bagian prose kuantitasi).
21. Bila analisa telah selesai, mencuci terlebih dahulu kolom yang digunakan dengan
kandungan air: ME OH selama 30 - 60 menit.

25
22. Mengakhiri pencucian kolom dengan dialiri metanol 100% s selama 30 menit.
23. Mematikan flow pompa dan lampu yang digunakan.
24. Menutup software chromelon beserta monitornya.
25. Mematikan instrumen HPLC dan software-nya.

V. DATA PENGAMATAN
 Sampel Panadol

No Paracetamol (Mg) Caffeine (Mg) Berat tiap tablet


1 500 mg 65 mg 0, 6923
2 500 mg 65 mg 0, 6953
3 500 mg 65 mg 0, 6949
4 500 mg 65 mg 0, 6905
5 500 mg 65 mg 0, 7053
6 500 mg 65 mg 0, 6924
7 500 mg 65 mg 0, 6899
8 500 mg 65 mg 0, 6846
9 500 mg 65 mg 0, 6859
10 500 mg 65 mg 0, 6920
Rata-rata 0, 69231

Sampel Bodrex

No Paracetamol (Mg) Caffeine (Mg) Berat tiap tablet


1 600 mg 50 mg 0, 8232
2 600 mg 50 mg 0, 8363
3 600 mg 50 mg 0, 8224
4 600 mg 50 mg 0, 8372
5 600 mg 50 mg 0, 8205
6 600 mg 50 mg 0, 8336
7 600 mg 50 mg 0, 8196
8 600 mg 50 mg 0, 8163
9 600 mg 50 mg 0, 8414
10 600 mg 50 mg 0, 8249
Rata-rata 0,82799
26
VI. PERHITUNGAN
 Preparasi Standar
50 mg
1. = ... ppm
50 ml

50 mg
= 1000 ppm
0 , 05 ml

1 ml
2. = ... ppm
50 ml
1mg
= 20 ppm
0 , 05 L

 Preparasi sampel
1. Bobot sampel bodrex
kafein
Bobot sampel= × bobot rata-rata
bobot kafein 1 tablet

50 mg
= × 0,82799 gr
50 mg
= 0,82799 gr

2. Bobot sampel panadol


kafein
Bobot sampel= × bobot rata-rata
bobot kafein 1 tablet

50 mg
= × 0,82799 gr
50 mg
= 0,82799 gr

 Fasa gerak

500 ml volume total (A dan B) dengan perbandingan A : B adalah 49%:51%, maka:

50 mg
a. × 500 = 245 ml
50 mg

51
b. × 500 = 255 ml
100

27
VII. DATA PENGAMATAN

Pada praktikum kali ini yaitu HPLC 1 untuk mengetahui analisa kafein dengan
metode HPLC mulai dari preparasi larutan fase gerak. Larutan yang digunakan yaitu
aquabides dan metanol sebanyak 500 ml volume campuran total dengan perbandingan
aquabides dan metanol adalah 49% : 51%. Setelah dihitung aquabidas diperlukan
adalah 245 ML dan metanol yang diperlukan adalah 255 ML. Larutan fase gerak ini
digunakan untuk analisa dengan memasukkannya ke botol fase gerak di channel a dan
b dari 4 channel yang tersedia. Nama channel dapat dilihat dari tubingnya.

Selanjutnya preparasi standar kafein anhydrus ditimbang seberat 50 mg dan


diencerkan pada labu takar 50 ml, kemudian sonifikasi selama 7 menit, lalu
diencerkan kembali 1 ml larutan tersebut pada labu takar 50 ml, sehingga didapat
konsentrasi 20 ppm.

Selanjutnya persiapan instrumen HPLC dan softwarenya berdasarkan langkah


kerja. Pada analisa caffein pada tablet aat ini, panjang gelombang yang digunakan
adalah 27 nm.

VIII. KESIMPULAN

Pada prinsipnya HPLC adalah pemisahan analit berdasarkan kepolarannya


dengan kolom sebagai fase diam dan larutan tertentu sebagai fase gerak. Yang
membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya yaitu pada HPLC digunakan
tekanan tinggi untuk mendorong fase gerak.

Konsentrasi larutan standar adalah 20 ppm, begitu pula konsentrasi sampel


dengan bobot sampel yang ditimbang setara dengan 50 mg kafein yaitu 0,82799 gram
untuk Bodrex dan 0,53254 gram untuk panadol. Larutan untuk fase gerak dimasukkan
ke dalam penampung fase gerak yaitu channel A dan B dengan volume tota 500 ml
dengan komposisi perbandingan 49% : 51% yaitu 245 ml untuk aquabidest dan 255 ml
untuk metanol.

28
PEMISAHAN ANALITIK
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI 2

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Menjelaskan teori kromatografi cair kinerja tinggi.
 Mengoperasikan alat kromatografi cair dengan baik dan benar.
 Menganalisa suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan
menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi.
II. DASAR TEORI
Kromatografi Cair Tenaga Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut denganHigh
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang tidakdestruktif
dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Yang paling
membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada KCKTdigunakan tekanan
tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan
kepolarannya, dan kecepatannya untuk sampai ke detektor (wakturetensinya) akan
berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak- puncaknya terpisah.Prinsip
dasar dari KCKT, dan semua metode kromatografi adalahmemisahkan setiap komponen
dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi(kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi
dari masing-masing komponen tersebut(kuantitatif). Sebetulnya hanya ada dua hal utama
yang menjadi krusial point dalammetode KCKT. Yang pertama adalah proses
separasi/pemisahan dan yang keduaadalah proses identifikasi. Dua hal ini mejadi faktor
yang sangat penting dalamkeberhasilan proses analisa.Kromatografi merupakan
pemisahan fisiko kimiawi. Pemisahan ini dapatterjadi kalau interaksinya berulang. Kita
dapat mengetahuinya dengan kuantitasulangan yang dinyatakan dengan teori plate (terjadi
pada setiap lempeng, banyaknyalempeng dinyatakan dengan N).

Dasar yang digunakan dalam pemisahan adalah :


1. Pemisahan secara fisiko - kimiawi yang melibatkan interaksi antar fase gerak,
fasediam, dan sampel
2. Fase diam dan fase gerak yang digunakan.Sedangkan Interaksi yang terjadi pada
kromatografi, yaitu :
1. Adsorbsi, dengan melihat perbedaan stereochemistry
2. Partisi, dengan melihat kelarutan
3. Afinitas, dengan melihat BM
4. Ion Exchange, berdasarkan perbedaan muatan

29
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan kepolarannya,
setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk
kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak
menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.

Komponen komponen alat dalam HPLC diantaranya ialah:


 Reservoir (wadah pelarut atau cairan)
Reservoir merupakan wadah yang menampung cairan-cairan yang akan
digunakan dalam pemisahan cairan cairan tersebut berupa pelarut masing-masing
reservoir dihubungkan kepada katup berpotongan di mana katup ini berfungsi untuk
mengatur cairan-cairan yang masuk/dipompa ke dalam kolom.
 Pompa
 Sistem injeksi sampel
 Kolom, terdiri dari
1. Kolom analitik (kolom utama)
2. Kolom guard
3. Thermostat
 Detektor
 Komputer (pengolah data)

III. ALAT dan BAHAN

Alat yang digunakan


 Kaca Arloji
 Pipet Tetes

30
 Erlenmeyer 500ml
 Labu Ukur 50ml
 Sonificate
 Perangkat HPLC + injector + pencetak kromatogram
 Kolom licospher C-18
 Syiringe
 Penyaring milipone
Bahan yang digunakan
 Kafein 15 ppm
 Metanol
 Aquabidest
 Sampel obat yang mrngandung caffeine (Bodrex, Panadol, Oskadon)

IV. PROSEDUR KERJA


1. Terlebih dahulu menyiapkan fase gerak yang akan digunakan untuk analisa dan
memasukkan ke botol fase gerak yang tersedia.
2. Memeriksa ketersediaan cairan seal wash pada pompa ( habis sudah lama harap
ditambahkan).
3. Memasang kolom sesuai kebutuhan analisa (posisi panah kolom ke arah bawah).
4. Menyalakan instrument, pompa, (tombol power ada di belakang instrumen)
5. Menjalankan CPU komputer dan monitor.
6. Mengaktifkan server monitor pada pojok kanan bawah layar monitor.
7. Membuka software choromeon 6.8.
8. Membuka panel instrumen (bila ada warning tekan ok).
9. Melakukan koneksi software pada instrumen dengan memberi tanda ceklis pada
pump dan detector.
10. Melakukan purging pada channel fase gerak yang akan digunakan.
11. Mengalirkan kolam dengan fase gerak yang diinginkan pada flow 1 ml/menit.
12. Menyalakan lampu UV/Vis pada detektor sesuai kebutuhan analisa.
13. Membiarkan kolam berlari fase gerak selama 30 - 60 menit.
14. Memindahkan Windows software ke posisi browser.
15. Membuat sequent, instrumen method (program) dan processing data.
16. Bila sequent, program dan proses metode telah dibuat, klik batch start.
17. Mengklik ready check untuk memastikan sequent telah siap running, lalu start.

31
18. Melakukan injeksi standar dan sampel.
19. Catatan: bila ingin meng-injek sampel posisi injeksi pada posisi LOAD (atas), bila
sudah ada warning waitig for injection, lalu memutar injektor ke posisi inject.
20. Melakukan processing data (ada pada logam bagian prose kuantitasi).
21. Bila analisa telah selesai, mencuci terlebih dahulu kolom yang digunakan dengan
kandungan air: ME OH selama 30 - 60 menit.
22. Mengakhiri pencucian kolom dengan dialiri metanol 100% s selama 30 menit.
23. Mematikan flow pompa dan lampu yang digunakan.
24. Menutup software chromelon beserta monitornya.
25. Mematikan instrumen HPLC dan software-nya.
Cara Preparasi Standar
1. Menimbang 50 mg Caffeine Anhydrus, memasukkan ke dalam labu takar 50ml.
mengencerkan dengan pelarut sampai tanda batas
2. Melakukan sonifikasi selama 10 menit
3. Memipet 1 ml larutan diatas, mengencerkan dengan 50 ml pelarut
Cara Preparasi Sampel
4. Menimbang sampel setara 50 mg Caffeine Anhydrus, memasukkan ke dalam labu
takar 50ml. mengencerkan dengan pelarut sampai tanda batas
5. Melakukan sonifikasi selama 10 menit
6. Memipet 1 ml larutan diatas, mengencerkan dengan 50 ml pelarut

V. DATA PENGAMATAN
Sampel Panadol

No Paracetamol (Mg) Caffeine (Mg) Berat tiap tablet


1 500 mg 65 mg 0, 6901
2 500 mg 65 mg 0, 6982
3 500 mg 65 mg 0, 6978
4 500 mg 65 mg 0, 6961
5 500 mg 65 mg 0, 7023
6 500 mg 65 mg 0, 6909
7 500 mg 65 mg 0, 6898
8 500 mg 65 mg 0, 6853
9 500 mg 65 mg 0, 6835
10 500 mg 65 mg 0, 6818

32
Rata-rata 0, 69258
Sampel Bodrex

No Paracetamol (Mg) Caffeine (Mg) Berat tiap tablet


1 600 mg 50 mg 0, 8471
2 600 mg 50 mg 0, 8410
3 600 mg 50 mg 0, 8290
4 600 mg 50 mg 0, 8297
5 600 mg 50 mg 0, 8404
6 600 mg 50 mg 0, 8232
7 600 mg 50 mg 0, 8448
8 600 mg 50 mg 0, 8316
9 600 mg 50 mg 0, 8206
10 600 mg 50 mg 0, 8272
Rata-rata 0,83348

Sampel Oskadon

No Paracetamol (Mg) Caffeine (Mg) Berat tiap tablet


1 600 mg 50 mg 0, 7118
2 600 mg 50 mg 0, 7020
3 600 mg 50 mg 0, 7035
4 600 mg 50 mg 0, 7048
5 600 mg 50 mg 0, 6976
6 600 mg 50 mg 0, 7046
7 600 mg 50 mg 0, 7078
8 600 mg 50 mg 0, 6908
9 600 mg 50 mg 0, 7010
10 600 mg 50 mg 0, 7098
Rata-rata 0,70337

VI. PERHITUNGAN
 Pelarut dan Fase Gerak

33
500 ml volume total pelarut yang digunakan dengan komposisi 49%
aquabidest dan 51% metanol, maka volume masing masing yang dibutuhkan
adalah

49
100
× 500 = 245 ml

51
100
× 500 = 255 ml

 Preparasi Standar
50 mg
3. = ... ppm
50 ml

50 mg
= 1000 ppm
0 , 05 ml

1 ml
4. = ... ppm
50 ml
1mg
= 20 ppm
0 , 05 L

 Preparasi sampel
1. Bobot sampel bodrex
Setara sampel (kafein)
Bobot sampel= × bobot rata-rata
bobot kafein 1tablet
50 mg
= × 0,83348 gr
50 mg
= 0,83348 gr

2. Bobot sampel panadol


Setara sampel (kafein)
Bobot sampel= × bobot rata-rata
bobot kafein 1tablet
50 mg
= × 0,69258 gr
65 mg
= 0,53275 gr
3. Bobot sampel Oskadon
Setara sampel (kafein)
Bobot sampel= × bobot rata-rata
bobot kafein 1tablet
50 mg
= × 0,70337 gr
50 mg

34
= 0,70337 gr

VII. DATA HASIL PERHITUNGAN


Pelarut dan Fase Gerak
No Pelarut Volume
1 Aquabidest 245 ml
2 Metanol 255 ml
Volume Total 500 ml

Preparasi Standar
No Sampel Konsentrasi
1 50 mg/ 50 ml 1000 ppm
2 1 ml/ 50 ml 20 ppm

Preparasi Sampel
No Sampel Bobot Caffeine dalam 1 Tablet Bobot Rata Bobot sampel
Rata yang dibutuhkan
1 Bodrex 50 mg 0,83348 gr 0,83348 gr
2 Panadol 65 mg 0,69258 gr 0,53275 gr
3 Oskadon 50 mg 0,70337 gr 0,70337 gr

VIII. ANALISA PENGAMATAN


Pada praktikum kali ini yaitu HPLC 2 kami hanya melakukan persiapan pelarut
dan sampel untuk mengetahui analisa kafein dengan metode HPLC. Larutan yang
digunakan yaitu aquabides dan metanol sebanyak 500 ml volume campuran total
dengan perbandingan aquabides dan metanol adalah 49% : 51%. Setelah dihitung
aquabidas diperlukan adalah 245 ML dan metanol yang diperlukan adalah 255 ML.
Larutan fase gerak ini digunakan untuk analisa dengan memasukkannya ke botol fase
gerak di channel a dan b dari 4 channel yang tersedia. Nama channel dapat dilihat dari
tubingnya. Pelarut ini juga digunakan untuk melarutkan caffeine anhidrus standar dan
sampel.
Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu sampel yang mengandug
caffeine yaitu bodrex, Panadol, dan oskadon. Yang mengandung kadar caffeine masing
masing adalah 50 mg, 65 mg, dan 50 mg. masing masing sampel diambil sebanyak 10
tablet dan ditimbang setiap beratnya lalu dirata-ratakan. Bobot rata-rata ini dihitung
untuk mengetahui bobot sampe yang dibutuhkan, bobot sampel bodrex yang
dibutuhkan adalah 0.83348 gr ; Panadol sebanyak 0,53275 gr; dan oskadon sebanyak
0,70337 gr. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan diencerkan
35
dengan pelarut hingga tanda batas, kemusian memipet 1 ml larutan tersebut dan
mengencerkan Kembali pada labu ukur 50 ml.
Pada preparasi standar kafein anhydrus ditimbang seberat 50 mg dan
diencerkan pada labu takar 50 ml, kemudian sonifikasi selama 7 menit, lalu
diencerkan kembali 1 ml larutan tersebut pada labu takar 50 ml, sehingga didapat
konsentrasi 20 ppm. Selanjutnya persiapan instrumen HPLC dan softwarenya
berdasarkan langkah kerja. Pada analisa caffein panjang gelombang yang digunakan
adalah 27 nm.

IX. KESIMPULAN
Pada prinsipnya HPLC adalah pemisahan analit berdasarkan kepolarannya
dengan kolom sebagai fase diam dan larutan tertentu sebagai fase gerak. Yang
membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya yaitu pada HPLC digunakan
tekanan tinggi untuk mendorong fase gerak.
Konsentrasi larutan standar adalah 20 ppm, begitu pula konsentrasi sampel
dengan bobot sampel yang ditimbang setara dengan 50 mg kafein yaitu 0,83348 gram
untuk Bodrex; 0,53275 gram untuk Panadol; dan 0,70337 untuk Oskadon. Larutan
untuk fase gerak dimasukkan ke dalam penampung fase gerak yaitu channel A dan B
dengan volume tota 500 ml dengan komposisi perbandingan 49% : 51% yaitu 245 ml
untuk aquabidest dan 255 ml untuk metanol.
X.

36
SPEKTROFOTMETRI
FOTOMETER NYALA
I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :


1. Menggunakan alat spektrofotometer nyala;
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometer nyala.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat yang digunakan :


1. Alat Fotometer Nyala untuk Na dan K
2. Tabung LPG
3. Gelas Kimia 100 Ml
4. Gelas Kimia 250 mL
5. Labu Takar 100 mL
6. Pipet Volum 1 mL dan 5 mL
7. Botol semprot

Bahan yang digunakan :


1. Larutan standar Na dan K
2. Sampel yang mengandung Na dan K
3. Aquadest

III. DASAR TEORI

Sebuah fotometer nyala adalah alat yang digunakan dalam analisis kimia anorganik
untuk menentukan konsentrasi ion logam tertentu, di antaranya natrium, kalium, lithium, dan
kalsium. Fotometri nyala adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran
besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada panjang gelombang tertentu yang di
pancarkan oleh suatu logam alkali atau alkali tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala
dimana besaran ini merupakan fungsi dari konsentrasi dari komponen logam tersebut.

Misalkan logam natrium menghasilkan pijaran warna kuning, kalium memancarkan


warna ungu seadngkan litium memancarkan sinar merah bila dibakar dalam nyala. Hal inila
telah dimanfaatkan untuk maksud identifikasi unsur alkali tersebut. Besaran intensitas sinar
pancaran ini ternyata sebanding dengan tingkat kandungan unsur dalam larutan, sehingga
metoda flame fotometer digunakan untuk tujuan kuantitatif dengan mengukur intensitasnya
secara relatif. Metoda ini menggunakan foto sel sebagai detektornya dan pada kondisi yang
sama digunakan gas propana atau elpiji sebagai pembakarnya untuk membebaskan air
sehingga yang tersisa hanyalah kandungan logam.

Fotometri nyala didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar unsur akan
tereksitasi dalam suatu nyala pada suhu tertentu serta memancarkan emisi radiasi untuk
panjang gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila lektron dari atom netral keluar dari
orbitalnya ke orbital yang klebih tinggi. Dan bila terjadi eksitasi atom,ion molekul akan
kembali ke orbital semula dan akan memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Prinsip dari fotometri nyala ini adalah pancaran cahaya elektron yang tereksitasi yng
kemudian kembali kekeadaan dasar.
Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau warna yang khas oleh tiap-tiap
unsur adalah disebabkan oleh karena energi kalor dari suatu nyala-nyala elektron dikulit
paling luar dari unsur-unsur tersebut tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi,
37
yang dibolehkan.Pada waktu elektron-elektron tereksitasi kembali ke tingkat dasar, akan
diemisikan foton yang energinya. Oleh karena tingkat-tingkat energi eksitasi tersebut adalah
khas atau spesifik untuk suatu unsur logam tertentu,maka sinar yang dipancarkan oleh suatu
atom unsur logam tersebut adalah khas pula. Dasar ini digunakan untuk analisa kualitatif
unsur-unsur logam secara reaksi nyala.

Prinsip Kerja Filter Fotometer Nyala


Prinsip kerja filter fotometer nyala adalah eksitasi atom. Oleh karenasetiap atom memiliki
konfigurasi elektron yang berbeda, maka energi yang dibutuhkan setiap atom untuk tereksitasi
juga berbeda.Besarnya energi yang digarap oleh atom-atom kemudian yangdibebasakan
kembali dalam bentuk pancaran (emisi), inilah yang disebut dengan prinsip kerja dari alat ini.
Semua atom dapat menyerap energi (kalor), namunkalor ini disesuaikan dengan tingkat energi
eksitasi agar tidak terjadi ionisasi.Contoh : atom Na menyerap energi dari nyala sebesar 2,2
elektron volt. Energi inisesuai dengan energi eksitasi atom Na. Atom-atom yang lain tidak
akan bisamenyerap energi yang sama dengan atom Na

IV. PROSEDUR KERJA

1. Menyambungkan selang gas LPG ke tabung LPG


2. Memastikan tidak ada kebocoran gas LPG
3. Menyalakan alat dengan menekan tombol MAIN ke atas
4. Menyalakan air compressor dengan menekan tombol COMP ke atas
5. Menekan tombol IGN dan menahannya, sambil memutar tombol IGNITION pelan-pelan
kearah kiri.
6. Melihat nyala api pada pada prosedur 5, jika nyala api sudah ada, memutar tombol GAS
VALUE ke kiri kurang lebih 6x putaran.
7. Memutar tombol IGNITION pelan-pelan sampai api besar menyala.
8. Memutar tombol IGNITION ke kanan sampai batas minimal tidak bisa diputar lagi,
setelah api besar menyala.
9. Mengatur nyala api dengan mengatur/memutar-mutar GAS VALUE. Nyala yang bagus
adalah nyala biru tanpa ada warna kuning atau merah.
10. Memasukkan Blanko, memilih range 1, 2 atau 3, mengatur jarum penunjuk keposisi 0
dengan memutar tombol 0.
11. Memasukkan standar ppm, mengatur jarum penunjuk supaya menunjukkan angka 100%
dengan memutar tombol 100 %
12. Menganalisis sampel dan mencatat skala pembacaan, membandingkan dengan skala
pembacaan standar 10ppm, misalnya terbaca 13% artinya konsentrasi sampel adalah 1,3 ppm
13. Mengusahakan melakukan analisis blanko 1x setiap melakukan analisis 2 sampel.
14. Mengulangi langkah no.11 setelah melakukan analisis sampel sebanyak 10 atau 15.
15. Melakukan analisis blanko selama 5 menit untuk membersihkan sisa-sisa sampel dalam
alat setelah selesai melakukan analisis sampel.
16. Mematikan nyala api dengan memutar tombol GAS VALUE ke kanan sampai full.
17. Mematikan air compressor dengan menekan tombol COMP, kemudian mematikan alat
dengan menekan MAIN setelah api mati.
18. Melepaskan sambungan KPG.

Catatan:
1. Larutan yang akan dianalisis harus tidak mengandung endapan, jika ada endapan
lakukan penyaringan terlebih dahulu
2. Jika pembacaan sampel melebihi skala % (melebihi 100%) lakukan pengenceran sampel
sampai pembacaan di bawah 100%

38
V. DATA PENGAMATAN

No Sampel Pembacaan Standar

1 Larutan kalium standar 10 ppm 100 %

2 Aquadest 0%

No Sampel Pembacaan sampel (%) Konsentrasi sampel


(ppm)
1 Hydro coco 90% 9 ppm

2 Mizone 80% 8 ppm

3 Air Kelapa 30% 3 ppm

VI. PERHITUNGAN

1. Pembuatan larutan standar

100 ppm K dari larutan 1000 ppm K


M1 .V1 = M2 . V2
(100 mg/l).(100 ml) = (1000 mg/l). V2
V2 = 10 ml

2. Pembuatan larutan standar

10 ppm K dari larutan 100 ppm K

M1 .V1 = M2 . V2
(10 mg/l).(100 ml) = (100 mg/l). V2
V2 = 10 ml

3. Konsentrasi sampel

a. Hydro Coco = 90%

M = 0,9 x 10 ppm = 9 ppm

b. Mizone (Isotonik) = 80%

M =0,8 x 10 = 8 ppm

c. Air Kelapa = 30%

39
M = 0,3 x 10 = 3 ppm

VII. ANALISA DATA


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa :
Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari prinsip kerja fotometer nyala dan menentukan
konsentrasi larutan sampel dengan menggunakan fotometer nyala yang mengandung kalium.
Pada percobaan kali ini menggunakan sampel larutan Hydro coco, Mizone(Isotonik), dan Air
Kelapa. Metode ini digunakan untuk menentukan kadar suatu logam dalam suatu sampel yang
didasarkan pada emisi (pancaran) sinar monokromatis pada panjang gelombang tertentu
dalam keadaaan berpijar atau nyala. Larutan standar yang digunakan pada percobaan ini
adalah larutan kalium.

Mula-mula kami melakukan pengenceran larutan kalium dari 1000 ppm menjadi 100
ppm dan selanjutnya di encerkan lagi menjadi 10 ppm. Larutan Kalium ini digunakan sebagai
pembacaan standar. Selanjutnya melakukan pembacaan pada sampel-sampel tersebut untuk
menentukan kosentrasinya. Dapat diamati bahwa pada saat pembacaan sampel yang diukur
nyalanya bewarna ungu yang mengindikasikan terdapat kalium didalamnya.

Pada fotometer nyala ini dapat diketahui bahwa sebagian besar unsur akan tereksitasi
dalam suatu nyala pada suhu tertentu serta memancarkan emisi radiasi untuk panjang
gelombang tertentu. Eksitasi terjadi bila elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya ke
orbitas yang lebih tinggi. Dan bila terjadi eksitasi atom, in molekul akan kembali ke orbital
semula dan akan memancarka cahaya pada panjang gelombang tertentu. Dari hasil percobaan
dapat diketahui bahwa semakin besar kosentrasi unsur kalium maka semakin besar emisi sinar
yang dihasilkan.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Fotometeri nyala adalah suatu metoda analisa untuk menentukan kadar suatu logam dalam
suatu sampel yang didasarkan kepada emisi
(pancaran)sinar monokromatis pada panjang gelombang tertentu dalam keadaan berpijar atau
nyala.
2. Prinsip dari fotometri nyala ini adalah pancaran cahaya elektron yangtereksitasi yang
kemudian kembali ke keadaan dasar.
3. Besaran intensitas emisi sinar sebanding dengan tingkat konsentrasi
unsur yang dianalisa dalam larutan. Semakin besar konsentrasi unsur yangdianalisa dalam
larutan, maka semakin besar emisi sinar yang dihasilkan,sebaliknya semakin kecil konsentrasi
unsur yang dianalisa dalam larutan,maka semakin kecil pula emisi sinar yang dihasilkan
4. Kosentrasi sampel yang dihasilkan :
- Hydro Coco = 9 ppm
- Mizone (Isotonik) = 8 ppm
- Air Kelapa = 3 ppm

40
LAMPIRAN 1

GAMBAR ALAT

Pelat TLC Chamber kromatografi Pipet tetes

Gelas Kimia 50 ml Erkenmeyer Mortar Gelas Ukur

Tabung Reaksi Alat Kromatografi Gas Alat HPLC

41
LAMPIRAN 2
GAMBAR HASIL PERCOBAAN
 LAMPIRAN GRUP A

Gambar 1. Pengamatan Komponen Warna Langsung

Gambar 2. Pengamatan Komponen Warna dengan Sinar UV Lampu 254 nm

Gambar 3. Pengamatan Komponen Warna dengan Sinar UV Lampu 366 nm

42
 LAMPIRAN GRUP B

Gambar 4. Pengamatan Komponen Warna Langsung

Gambar 2. Pengamatan Komponen Warna dengan Sinar UV Lampu 254 nm

Gambar 3. Pengamatan Komponen Warna dengan Sinar UV Lampu 366 nm

43
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2023. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrument: Kromatografi Lapis Tipis
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Sinaga, April dkk. Laporan Pratikum Kromatografi Lapis Tipis Kelompok 3. Pdfcoffe.com.
diakses pada 4 April 2023.
Rosita, Linda. 2020. Pemisahan Zat Hijau Daun Dengan Kromatografi Lapis Tipis.
Universitas Negeri Medan
Jobsheet. 2023. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrument: Kromatografi Gas.
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Gunawan, Chandra. 2020. Kromatografi Gas. www.academia.edu: Diakses pada 10 april
2023.
Jobsheet. 2023. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrument: Kromatografi cair kinerja
tinggi. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Lutfi Achmad. 2009. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

Zainal, Tuti Handayani, Dkk. 2019., Penetapan Kurva Standar Senyawa Tetra Hidroxy Ethyl
Disulphate (Thes) Dalam Plasma Marmut (Cavia Porcellus) Menggunakan KCKT.
Universitas Hassanuddin. Makasar.

Hazin, Ilmi. 2019. Makalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Universitas Padjajaran.

Jobsheet. 2023. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrument: Spektrofotometri Fotometer


Nyala. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

44

Anda mungkin juga menyukai