Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN TETAP

KIMIA ANALITIK INTSRUMEN

Disusun oleh : Kelompok A

1. Annisa Suci Parawansyah Harahap ( 061830400290 )


2. Agraisma Friska Nensi ( 061930400074 )
3. Muhammad Dai Mufarrid ( 061930400079 )
4. Ratih Al Tiba ( 061930400080 )
5. Riyan Sanjaya ( 061930400081 )
6. Suci Wulandari ( 061930400082 )
7. Setia Ningsih ( 061930400085 )
8. Andrea Glorys Chrisandra ( 061930400577 )
9. Annisa Amalia ( 061930400578 )
10.Arya Listiadi ( 061930400579 )

Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si

D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021
DAFTAR ISI

Kromatografi Lapis Tipis (A1)…………………………………………………………………....1


Spektrofotometri UV/VIS………………………………………………………………………..13
Analisis Air………………………………………………………………………………………29
Kromatografi Lapis Tipis (A2)…………………………………………………………………..46
Spektrofotometri Serapan Atom…………………………………………………………………60
Kromatografi Cair Kinerja TInggi……………………………………………………………….83
LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC)”

Disusun oleh :

Kelompok A1 :
1. Annisa Suci Parawansyah Harahap ( 06183040029 )
2. Agraisma Friska Nensi ( 061930400074)
3. Muhammad Dai Mufarrid ( 061930400079)
4. Ratih Al Tiba ( 061930400080)
5. Riyan Sanjaya ( 061930400081)

Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si

D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021

1
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
 Melakukan analisa sampel ( zat warna ) secara kromatografi lapis tipis

2. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan :
 Pelat TLC
 Chamber Kromatografi

Bahan yang digunakan :

 Toluen
 Benzen
 Etanol 96 %
 Zat Warna sintetis

3. DASAR TEORI
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang sederhana
yang biasanya digunakan untuk identifikasi senyawa-senyawa organik. Pemisahan
dengan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara menotolkan sampel pada
lempengan lapis tipis kemudian memasukkannya ke dalam chamber yang berisi eluen
dengan perbandingan pelarut tertentu. Prinsip dari kromatografi lapis tipis yaitu
pemisahan senyawa berdasarkan kepolaran fase diam dan senyawa yang diuji.

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada
tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan
atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan
yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat
dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Rohman, 2007).

Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan untuk mencari


fase gerak yang terbaik yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Fase diam yang

2
digunakan pada KLT adalah silika gel GF dan sebagai fase gerak
digunakan nheksana,kloroform, etil asetat dan n-butanol.Bejana kromatografi sebelum
digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya. Sedikit fraksi
positif flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan dengan pelarutnya(eluen yang akan
dipakai) kemudian ditotolkan pada plat kromatografi lapis tipis dengan menggunakan
pipa kapiler. Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana. Bila fase gerak telah
mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat,dan dikeringkan di udara terbuka. Sebagai
penampak noda digunakan asam sulfat. Noda yang terbentuk diamati dengan lampu UV
254 nm dan 366 nm kemudian dihitung Rf-nya (Asih, 2009).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa


menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Kromatografi juga merupakan
analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya. Kromatografi lapis tipis dapat di gunakan untuk pemisahan senyawa-
senyawa yang bersifat hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar
dijelaskan dengan kromatografi kertas (Kurniawan dan Santosa, 2004).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara cepat dan mudah untuk dapat melihat
kemurnian suatu sampel maupun karakterisasi sampel dengan menggunakan standar.
Cara ini praktis untuk analisis data skala kecil karena hanya memerlukan bahan yang
sangat sedikit dan waktu yang di butuhkan singkat. Kemurnian suatu senyawa bisa dilihat
dari jumlah bercak yang terjadi pada plat kromatografi lapis tipis atau pun jumlah puncak
kromatogram kromatografi lapis tipis. Uji kualitatif pada kromatografi lapis tipis dapat
dilakukan dengan membandingkan waktu retensi kromatogram sampel dengan
kromatogram senyawa standar (Handayani,et al., 2005).
Kromatografi lapis tipis dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai
selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif.
Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai
dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter et al, 1991).
Kromatografi lapis tipis juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi
senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih
untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan
lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi–
pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari kromatografi
lapis tipis adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk
3
senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan
jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih
kecil dari 1,0.
Menurut Gandjar dan Rohman( 2007), fase yang digunakan pada KLT yaitu:
1. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase
diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja
kromatografi lapis tipis dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering
digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama
pada kromatografi lapis tipis adalah adsorpsi dan partisi.

2. Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini
dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan
teknik yang sensitif.

b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak
antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.

c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase
gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf.
Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non
polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.

d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut
sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu.
Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan
solut-solut yang bersifat basa dan asam.

4
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika
menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana
dalam prosedur kromatografi lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan
menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara
otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 µl. Tepi bagian bawah lempeng lapis tipis yang telah ditotolkan
sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak harus
dibawah lempeng bertotol sampel.
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan murah
dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikiann juga peralatan yang digunakan.
Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan hampir
semua laboratorium melaksanakan metode ini.

4. PROSEDUR KERJA
 Menyediakan pelat yang telah selesai dilapisi
 Meneteskan cuplikan dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan pelat
 Memasukkan pelat kedalam chamber yang telah diisi dengan sikloheksan.
Tetesan yang berada pada pelat tidak boleh terendam pelarut. Bila perlu dapat
digunakan campuran toluene sikoheksan ( 10 :90 ) yang lebih bersifat polar.
 Membiarkan pelarut naik perlahan-lahan sepanjang pelat hingga hampir dicapai
ujung yang lain dari pelat. Menandai batas perjalanan pelarut.
 Membiarkan pelat kering dan membandingkan harga Rf dari noda-noda yang
terbentuk.

5. DATA PENGAMATAN

Pelarut etanol 96%


Ukuran gelombang 254 nm
Sampel Warnanoda Jarakkomponen Jarakpelarut NilaiRf

(Warna)

Merah Biru 6 cm 0,7059


magenta
Ungu 8,5 cm 8,5 cm 1
(sintesis)

5
Kuning Kuning 8,5 cm 8,5 cm 1

(sintesis)

Biru Birumuda 6,2 cm 8,5 cm 0,7294

(sintesis) Birutua 8,5 cm 1

Hitam Abu 3 cm 0,3529

(sintesis) Ungu 8,5 cm 8,5 cm 1

Coklat 8,5 cm 1

Hitam 8,5 cm 1

Ungumuda 6 cm 0,7059

Biru+merah Ungutua 8,5 cm 1


8,5 cm
(sintesis)

6. PERHITUNGAN

Perhitungan Rf :

1. Pelarut 96 % etanol
Panjanggelombang 254 nm
a. Sampel merah magenta ( sintesis )
- Biru
Dik : jarak komponen : 6 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,7059

- Ungu

6
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

b. Sampel Kuning ( sintesis )


- Kuning
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

c. Sampel Biru (sintesis)


- Birumuda
Dik : jarak komponen : 6,2 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0, 7294

- Birutua
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

d. Hitam ( sintesis )
- Abu
Dik : jarak komponen : 3 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
7
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,3529

- Ungu
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

- Hitam
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

- coklat
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

e. Biru + merah( sintesis )


- Ungumuda
Dik : jarak komponen : 6 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,7059

8
- Ungutua
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

Lampiran 1

Foto percobaan

9
7. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui cara pemisahan
dengan metode cara pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan
menentukan pigmen warna dalam pewarna sintesisdengan metode kromatografi lapis
tipis (KLT). Pewarna sintesis yang digunakan dalam percobaan ini adalah warnamerah
magenta, kuning, biru, hitam,danbiru+merah. Pada percobaan ini menggunakan chamber
yang mana pada chamber menggunakan fasa gerak (pelarut) etanol 96%. Fase diam yang
digunakan dalam percobaan ini adalah alumina yang merupakan penyusun dari plat tipis
(KLT). Plat tipis kemudian diberi batas garis sepanjang 1,5 cm kemudian dibagi 5
komponen yang masing masing berjarak 1,6 cm. Pelarut yang telah disiapkan tersebut
dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup rapat supaya pelarut yang digunakan tidak
menguap. Pelat yang akan diteteskan dengan cuplikan, sebelumnya diberi tanda agar
jarak antar cuplikannya merata. Setelah cuplikan diteteskan pada plat yang diberi tanda
tersebut, plat dimasukkan kedalam chamber, ketika pelarut mulai membasahi plat /
lempengan, pelarut pertama-tama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang
telah ditempatkan pada garis dasar. Kemudian stopwatch di hidupkan untuk mengetahui
waktu yang dibutuhkan cuplikan mencapai ujung plat. Senyawa-senyawa akan cenderung
bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Terlihat
mulai ada bercak terpisah-pisah, hal ini dikarenakan setelah sampel dilarutkan eluen
maka sampai akan ikut berinteraksi juga dengan silika yang ada dilempengan, senyawa
yang terperangkap dibagian paling bawah menunjukan bahwa senyawa tersebut paling
tinggi kepolarannya, senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat
pada silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita dapat mengatakan bahwa senyawa
ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya.
Jarak tempuh pelarut pada percobaan pertama adalah 8,5 cm dalam waktu 30.35
menit. Dari percobaan dapat dilihat bahwa jarak dari setiap sampel sangat bervariatif dari
yang paling pendek hingga panjang, hal ini disebabkan karna semakin besar jarak
kompenen sampel itu berarti sampel tersebut polar terhadap plat yang dibuktikan dengan
nilai Rf yang kian besar. Sebaliknya, bila suatu sampel mempunyai nilai Rf yang kecil
atau jarak komponen-nya kecil/pendek maka sampel tersebut dikatakan polar terhadap
plat.

10
8. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :

 Kromatografi lapis tipis adalah alat yang digunakan untuk menganalisa dan memisahkan
zat dalam jumlah yang sedikit.
 Pada percobaan ini yang merupakan fase geraknya adalahpelarut etanol 96%. Sedangkan
fase diamnya adalah pelat.
 Nilai Rf yang rendah menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan senyawa
polar.Sementara, nilai Rf yang tinngi menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan
senyawa non polar.

9. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet “Kimia Analitik Instrument”. Politeknik Negeri Sriwijaya.2020.Palembang.


https://dokumen.tips/documents/kromatografi-lapis-tipis-55a4d1937a7c.html
https://acedemia.edu.html

11
Gambar Alat

Pelat TLC

Chamber Kromatografi

12
LAPORAN PRAKTIKUM
“SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS”

Disusun oleh :
Kelompok A1 :
1) Annisa Suci Parawansyah Harahap ( 061830400290)
2) Agraisma Friska Nensi ( 061930400074)
3) Muhammad Dai Mufarrid ( 061930400079)
4) Ratih Al Tiba ( 061930400080)
5) Riyan Sanjaya ( 061930400081)

Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si

D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021

13
SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :


1. Menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak (VIS) dan Ultraviolet
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat yang digunakan


1. Spektrofotometer Agilent
2. Kuvet/set
3. Labu takar 250 ml
4. Labu takar 100 ml
5. Labu takar 50 ml
6. Gelas kimia 100ml
7. Pipet ukur 10 ml
8. Batang pengaduk dan spatula
9. Corong gelas
10. Pipet tetes
11. Bola hisap
12. Botol semprot

Bahan yang digunakan


1. Kristal CuSO4.5H2O
2. Larutan H2SO4
3. Larutan Amonia Pekat
4. Sampel

III. DASAR TEORI\


Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode analisis yang dasarnya
diambil dari tingkat penurunan intensitas penyerapan cahaya dalam suatu medium.
Intensitas penyerapan ini biasanya dipengaruhi oleh konsentrasi warna suatu spesies
beserta ukuran ketebalan media.
14
Spektroskopi UV–VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan
mengunakan instrumen. Spektrofotometri adalah penyerapan sinar tampak untuk
ultraviolet dengan suatu molekul yang daat menyebabkan eksitasi molekul dan
tingkat dasar ke tingkat energi yang paling tinggi (Sumar, 1994: 135).

Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk
menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 -7 cm).
Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan
spektrum UV adalah 100 – 400 nm (Day and Underwood, 2002: 788).
Panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya promo
elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang menyerap cahaya pada
daerah tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada senyawa yang menyerap pada
panjang gelombang UV yang lebih pendek (Day and Underwood, 2002: 180).
Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-VIS karena
mereka mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat
dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana
absorbsi itu terjadi bergantung pada beberapa elektron kuat itu terikat dalam molekul
itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat denagn kuat dan diperlukan
iodisasi yang lebih tinggi atau panjang gelombang pendek untuk sksitasinya (Day
and Underwood, 2002: 388).
Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang kadang menunjukkan
struktur harus di mana sumbangan vibrasi individu teramati. Namun dalam fase-fase
merapat tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga dekatnya,
sehingga sering sekali hanya tampak pita lebar (Day dan Underwood, 2002: 389).
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-
VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah
menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak
menyerap pada daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 2012: 252).

15
Spektrofotometer UV-VIS prinsipnya sama dengan spektrofotometer pada
umumnya yaitu alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Pengukuran menggunakan spektrofotometer ini disebut
dengan spektrofotometri (Saputra 2009). Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan
hukum Lambert Beer adalah bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantukan dan sebagian lagi dipancarkan
(Clark 2007). Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan
mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya
yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian di terima oleh detektor. Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke
digital dan dilihat hasilnya, perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah
terprogram untuk mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan
diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang


stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada
dua macam yaitu lampu tungsten (Wolfram) dan lampu deuterium. Lampu Tungsten
(Wolfram) digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu
ini mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-
2200 nm. Spektrum radiasinya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu
1000 jam pemakaian sedangkan lampu deuterium dipakai pada panjang gelombang
190-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur
sampel yang terletak pada daerah UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian. Lalu
monokromator, monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang
tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu prisma, prisma akan mendispersikan
radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari
radiasi polikromatis. Grating (kisi difraksi), kisi difraksi memberi keuntungan lebih
bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi
yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan
16
dalam seluruh jangkauan spektrum. Celah optis, celah ini digunakan untuk
mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila
celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma,
sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan. Filter berfungsi untuk
menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya
berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih. Kompartemen sampel
digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. Kuvet merupakan wadah yang
digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada
spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan
sebagai tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan untuk
menaruh blanko. Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu
kuvet. Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat diantaranya
adalah permukaannya harus sejajar secara optis, tidak berwarna sehingga semua
cahaya dapat di transmisikan, tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia, tidak
rapuh, bentuknya sederhana.

Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya


pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa
atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak
digunakan pada saat pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih
berdasarkan daerah panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar dapat
melewatkan daerah panjang gelombang yang digunakan.
• UV : fused silika, kuarsa
• Tampak (Visible) : gelas biasa, silika atau plastik
• IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion
Kegunaan dari spektrofotometer UV/VIS adalah untuk mengukur transmitansi,
reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak
yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan
absorbsi antara cuplikan dengan blanko atau pun pembanding.

Spektrofotometer UV-VIS dapat digunakan untuk :


a. Analisis Kualitatif
17
Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab spektrum
sinar tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang lebar
sehingga dapat disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan kurang menunjukan
puncak-punca serapan. Namun, walaupun puncak yang dihasilkan bebentuk lebar,
puncak tersebut masih dapat digunakan untuk memperoleh keterangan ada atau
tidaknya gugus fungsional tertentu dalam suatu molekul organic.

b. Analisis Kuantitatif

Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa


keuntungan, diantaranya ;
· Dapat digunakan secara luas
· Memiliki kepekaan tinggi
· Keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi
· Ketelitian tinggi
· Tidak rumit dan cepat

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;


• Pembentukan warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya kurang
kuat ),
• Penentuan panjang gelombang maksimum,
• Pembuatan kurva kalibrasi,
• Pengukuran konsentrasi sampel.

Kekurangan Spektrofotometer UV/VIS

 Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet
 Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm
 Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan
energy eksitasi rendah
 Sinar yang dipakai harus monokromatis

18
IV. PROSEDUR KERJA

A. Pembuatan larutan standar ( Larutan kalibrasi )


 Melarutkan 3,927 gr CuSO4.5H2O dalam labu takar 250 ml,
 Menambahkan 5ml H2SO4 pekat, mengencerkan sampai tanda batas dengan
menambahkan air aquadest 1ml = 2mg 𝐶𝑢2+
 Memindahkan larutan diatas sejumlah masing – masing : 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan
30 ml ke dalam masing – masing labu takar 100 ml, kemudian menambahkan
masing – masing dengan 5 ml NH3 pekat dan mengencerkan dengan air aquadest
sampai tanda batas
 Menghitung konsentrasi dari tiap – tiap larutan di atas.

B. Penentuan Panjang gelombang maksimum ( 𝝀 maks )


 Menghidupkan alat spektrofotometer UV-Vis
 Menekan F1 ( Tasks ) memilih Single WL (λ tunggal ) , menekan enter
 Memasukkan 𝜆minimum ( 450nm ), menekan F6
 Memasukkan kuvet1 ( larutan blanko ) pada tempat kuvet pada alat
spektrofotometer, menekan F8 ( blank )
 Mengganti kuvet1 dengan kuvet2 ( larutan standar, misal Cs = 100 ppm ),
menekan F7 ( sampel ). Mencatat absorbansi pada 450 nm tersebut.
 Menekan F2 ( setting ), memilih 1wavelength, menekan enter
 Memasukkan λ berikutnya ( misal 460 nm, dengan interval 10 nm ) menekan F6 (
done )
 Mengulangi langkah (d) hingga langkah (g) hingga λ = 750 nm.

C. Pembuatan Kurva Kalibrasi


 Menekan Task atau menekan F1
 Memilih Quantification, menekan enter
 Memasukkan Larutan Blanko pada kuvet, menekan enter
 Menjadikan larutan blanko sebagai standar Nol ( konsentrasi nol) dengan
menekan F7
 Mengganti kuvet yang berisikan larutan standar ( mulai dari larutan standar
dengan konsentrasi terkecil ) lalu menekan F7

19
 Mengulangi langkah (4) dan (5) sampai semua larutan standar selesai diukur
 Membawa Cursor keSTDI dan menekan enter
 Memasukkan nilai 0 ( pada concentration ) dan memberi nama analyte, menekan
next atau F7
 Untuk larutan standar 2, memasukkan nilai konsentrasinya
 Mengulangi langkah (9) sampai semua larutan standar dimasukkan nilai
konsentrasinya
 Menekan done
 Menekan File / print, pilih print Calibration
 Memilih Set Up, Menekan enter
 Memilih Serial/F7
 Memilih banrate 38400; bits 8, perify even
 Menekan F6/ Done 2X
 Menekan F6 / print.

D. Menganalisa Sampel
 Menekan F4 / Sampel
 Memasukkan kuvet 1 ( larutan blanko ), menekan F8 ( blank )
 Mengganti dengan kuvet 2 ( larutan sampel 1 ), menekan F7 (sampel)
 Mengulangi langkah (2) dan (3) untuk keseluruhan sampel
 Menekan F6 ( done )
 Menekan Graphic / F6
 Menekan Mark / F6, memilih Peaks, menekan enter
 Menekan Print / F6, memilih Set Up, menekan enter
 Menekan serial, memilih bandrate 38400, bits 8 dan parity even
 Menekan F6 / Done 2X
 Menekan F6

E. Cara Mematikan Alat


 Menekan System (F5)
 Menekan tombol m
 Memilih restart, Menekan Enter

20
 Memilih Yes
 Menunggu proses inisialisasi selesai
 Menekan tombol power ke off

V. DATA PENGAMATAN
a. Mencari panjang gelombang maksimum
No Panjang gelombang ( nm) Absorbansi

1 600 nm 0,49870

b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

No Konsentrasi larutan standar (ppm) Absorbansi

1 100 0, 08910

2 200 0,16710

3 300 0,25456

4 400 0,31479

5 500 0,41234

6 600 0,49970

7 700 0,52963

c. Mencari panjang gelombang maksimum

No Nama sampel Absorbansi


1 Limbah 1 0,25560
2 Limbah 2 0,25637

21
VI. PERHITUNGAN

1. Menghitung konsentrasi larutan induk


M=

= 2000 mg/L
= 2000 ppm

2. Menghitung konsentrasi larutan standar


a. Untuk V1 = 5 ml
V1 x M1 = V2 x M2
5 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2
M2 = 100 ppm
b. Untuk V1 = 10 ml
V1 x M1 = V2 x M2
10 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2
M2 = 200 ppm
c. Untuk V1 = 15 ml
V1 xM1 = V2 x M2
15 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2
M2 = 300 ppm
d. Untuk V1 = 20 ml
V1 x M1 = V2 x M2
20 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2
M2 = 400 ppm
e. Untuk V1 = 25 ml
V1 x M1 = V2 x M2
25 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2
M2 = 500 ppm

f. Untuk V1 = 30 ml
22
V1 x M1 = V2 x M2

30 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2

M2 = 600 ppm

g. Untuk V1 = 35 ml
V1 x M1 = V2 x M2
35 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2
M2 = 700 ppm

3. Perhitungan konsentrasi sampel berdasarkan MS. Excel dan secara manual


 Grafik larutan standar menggunakan MS. Excel

Kurva kalibrasi larutan standar


0,6
y = 0,0008x + 0,0175
0,5 R² = 0,9915

0,4
Absorbansi

0,3
Series1
0,2 Linear (Series1)
0,1

0
0 200 400 600 800
Konsentrasi (ppm)

 Grafik larutan standar secara manual

No konsentrasi(x) absorbansi (y) X^2 XY


1 100 0,089101 10000 8,9101
2 200 0,1671 40000 33,42
3 300 0,25456 90000 76,368
4 400 0,31479 160000 125,916

23
5 500 0,41234 250000 206,17
6 600 0,4997 360000 299,82
7 700 0,52963 490000 370,741
Total 2800 2 1400000 1121,3451

Slope =

= 0,0007

Intersep =

= 0,017

Y = SlopeX + Intersep

Y = 0,0007x +0,017

Mencari garis linearitas

 Y = 0,0007(100) + 0,017 = 0,087


 Y = 0,0007(200) + 0,017 = 0,157
 Y = 0,0007(300) + 0,017 = 0,227
 Y = 0,0007(400) + 0,017 = 0,297
 Y = 0,0007(500) + 0,017 = 0,367
 Y = 0,0007(600) + 0,017 = 0,437
24
 Y = 0,0007(700) + 0,017 = 0,507

Persamaan yang didapatkan pada MS. Excel dan secara manual sama, sehingga
perhitungan konsentrasi Cu dalam sampel adalah :

a. Limbah 1

y = 0,0007x + 0,017

0,25560 = 0,0008x + 0,017

0,0007x = 0,2386

x = 340,86 ppm

b. Limbah 2

y = 0,0007x + 0,017

0, 25637 = 0,0007x + 0,017

0,0007x = 0,23937

x = 341,96 ppm

4. Perhitungan persentasi kesalahan


a. Limbah 1

% Kesalahan = x 100 %

= x 100 %

= 6,5687 %

b. Limbah 2

% Kesalahan = x 100 %

= x 100 %

= 6,5914 %

25
VII. ANALISA PERCOBAAN
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah pengukuran dengan Spektrofotometer
UV/Vis. Dimana tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur konsentrasi suatu
unsure dalam suatu sampel. Pada praktikum ini sampel yang dianalisis adalah sampel
yang berwarna dan memanfaatkan daya absorbansi sinar.

Pada percobaan kali ini digunakan alat spektrofotometri ultra violet dengan
metode kurva kalibrasi dan kali ini digunakan CuSO4.5H2O sebagai larutan standar
nya maka dari itu sampel yang digunakan pun menggunakan sampel yang
mengandung CuSO4. Dengan menggunakan Kristal CuSO4.5H2O 3,927 gram pada
500 ml air dan menambahkan H2SO4. Kemudian larutan ini di pindahkan kemasing-
masing 0,5,10,15,20,25,30,35 ml dalam labu takar 50 ml, kemudian ditambahkan
masing-masing dengan 5 ml NH3 pekat dan di encerkan dengan aquadest sampai
tanda batas.

Selanjutnya adalah menentukan panjang gelombang maksimum dengan mengecek


absorbansi disetiap panjang gelombang mulai dari 400-800 nm. Didapatkan panjang
gelombangnya adalah 600 nm dengan absorbansi tertinggi yaitu 0,4987. Selanjutnya
mencari absorbansi dan konsentrasi larutan untuk pembuatan kurva kalibrasi dari
larutan yang mengandung 5, 10, 15, 20, 25,30, dan 35 ml CuSO4.5H2O, dan
didapatkan nilai absorbansinya masing-masing 0,0891 : 0, 1671: 0,25456: 0,31479:
0,41234: 0,4997: 0,52963

Berikutnya adalah melakukan pengukuran terhadap larutan sampel sebanyak dua


kali, dan didapatkan nilai konsentrasi serta absorbansinya yaitu 318,47 ppm dengan
nilai absorbansi 0,2556 dan 319,42 ppm dengan nilai absorbansi 0,25637. Jika
pengukuran dengan menggunakan alat telah selesai, selanjutnya adalah menentukan
nilai konsentrasi secara teoritis dari sampel dengan menggunakan persamaan kurva
kalibrasi yang didapat dengan menggunakan MS. Excel dan juga secara manual,
sehingga didapatkan persamaannya adalah y = 0,0007x + 0,017.

Berdasarkan perhitungan secara teoritis didapatkan nilai konsentrasi pada sampel


pertama yaitu 340,86 ppm dan sampel kedua 341,96 ppm. Sehingga didapatkan
persentasi kesalahannya masing – masing sebesar 6,5687 % dan 6,5914 %.

26
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Spektrofotometri UV/VIS adalah pengukuran energy cahaya oleh suatu sistem pada
panjang gelombang tertentu.
2. Prinsip kerja dari alat spektrofotometer yakni berdasarkan pada absorbansi, cahaya oleh
komponen yang akan dianalisa sebagian cahaya tersebut akan diserap oleh komponen
yang ada pada suatu sampel dan sisanya akan dipancarkan.
3. Panjang gelombang maksimum yang didapat yakni 600 nm dengan absorbansi 0,49870
4. Konsentrasi dari larutan standar yang digunakan adalah 2000 ppm
5. Absorbansi dari hasil pengenceran larutan standar sebanyak 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml,
dan 25 ml, 30 ml, dan 35 ml adalah 0,0891 : 0, 1671: 0,25456: 0,31479: 0,41234:
0,4997: 0,52963.
6. Persamaan kurva kalibrasi yang didapatkanadalah y = 0,0007x + 0,017.
7. Nilai konsentrasi sampel adalah 318,47 ppm dan 319,42 ppm dengan masing – masing
persentasi kesalahannya 6,5687 % dan 6,5914 %.

IX. Daftar Pustaka

 Kasie. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen .Politeknik Negeri


Sriwijaya : Palembang.
 Tukan, Andira. 2018. Makalah Analisis Instrumen (Spektrofotometri UV-VIS).
(https://www.academia.edu/38752568/Makalah_Analisis_Instrumen_Spektrofotomet
ri_UV-VIS_, diakses pada tanggal 3 Desember 2020.

27
Gambar Alat

Seperangkat alat spektrofotometer Kuvet


UV/VIS

Perangkat komputer

28
LAPORAN PRAKTIKUM
“ANALISA AIR”

Disusun oleh :

Kelompok A1 :
1) Annisa Suci Parawansyah Harahap ( 061830400290)
2) Agraisma Friska Nensi ( 061930400074)
3) Muhammad Dai Mufarrid ( 061930400079)
4) Ratih Al Tiba ( 061930400080)
5) Riyan Sanjaya ( 061930400081)

Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si

D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021

29
ANALISA AIR

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu dan mengerti menggunakan alat Waterproof Cyberscan
PCD 650 dengan baik dan benar untuk mengukur parameter fisik air seperti pH,
conductivity, TDS, resistivity, dan kadar oksigen.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan:
1. Gelas kimia : 4 buah
2. Wateproof cyberscan pcd 650 : 1 unit
3. Turbidimeter : 1 unit

Bahan yang digunakan:


Air Sumur
Air detergent
Air PAM
Air Selokan

III. DASAR TEORI


Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara
detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut.

Analisis kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan manusia terhadap air minum.

Jenis-Jenis Analisis Kualitas Air dan Parameter Kualitas Air

Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator)


karakteristik air. Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan
peran fungsionalnya (Wardoyo, 1992:)

30
Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik
(warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD).
Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat
tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap
badan air tersebut.

 Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:


a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan warna)
b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)
c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton,
fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.

 Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:


a. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala umum(pH,
alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
b. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau modus
operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
c. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter lain,
khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
d. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD, COD,
keragaman jenis).

 Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:


a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air (untuk
kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).
b.Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter kunci
bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu parameter
lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).

Resistivitas () adalah kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan arus


listrik yang bergantung terhadap besarnya medan istrik dan kerapatan arus. Semakin
besar resistivitas suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang
dibutuhkan untuk menimbulkan sebuah kerapatan arus. Satuan untuk resistivitas
adalahΩ.m.

31
1. Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a. Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna
bening, atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh
kehadiran bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa
organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti
plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan
mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah industri
kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air. Disamping itu
warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang
melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.

a. Bau dan Rasa


Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan
tidak berasa. Air yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak
menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada air, menunjukkan terdapatnya organisme
penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan pencemar yang dapat mengganggu
kesehatan.

b. Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal
yang mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di
lapangan. Suhu air yang normal berkisar ± 3 oC dari suhu udara. Peningkatan suhu
air bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan
gunung berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan
air. Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air.
Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu.

c. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)

32
Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter
>1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS
terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan
oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Materi yang
tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi
penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.

d. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran
tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian
salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000
gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah
Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan
lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang
disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas
adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk
perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar
antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.

e. Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan
arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat
terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada
kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.

Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion


dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam

33
air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan indikator,
dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan pada
konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat
dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm.
Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling
(aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar
20 – 1500 µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

b. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang umum ada
beberapa parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH = -
log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis dengan air (H2O) yang
membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah
pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+ tidak hanya
merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa
lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada sebanyak 10-7,
sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah, maka nilai pH
akan turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi ion
hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut bersifat basa.
pH yang ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat
rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat
toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan
konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air.

b. Oksigen terlarut (DO)


Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk
kelangsungan kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi.
Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah banyak tergantung

34
pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air
berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan
oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan
mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 0oC yaitu
sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen
dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang umum digunakan untuk analisa
oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi cara Winkler dan metode
elektrokimia dengan alat DO-meter.

c. BOD(Biochemical Oxygen Demand)


Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut
maupun yang tersuspensi di dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun industri dan
untuk mendesain sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.
Penguraian zat organik adalah proses alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari
oleh zat organik maka selama proses penguraiannya mikroorganisme dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan
kematian ikan-ikan dalam air. Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah
keadaan menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk.
Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen
dalam air, dan proses tersebut berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik.
Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan organik terurai, diperlukan waktu
kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari, pada temperatur inkubasi 20 oC, bahan
organik yang dapat diuraikan mencapai 75%, sehingga waktu ini sudah dianggap
cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan dengan mencari selisih
antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida modifikasi.

d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen
Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat
organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara biologis,
maupun yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD berbeda

35
dengan analisa BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD
dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 – 0,60.
Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.

e. CO2
Karbondioksida (CO2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.
Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,
namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu
secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan
Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida
memiliki kelarutan yang relatif banyak.

f. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
menurunkan pH larutan atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity
(ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Alkalinitas merupakan hasil reaksi terpisah dalam larutan dan merupakan analisa
makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas merupakan kemampuan air
untuk mengikat ion positif hingga mencapai pH 4,5.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),
bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO32-), fosfat (PO43-), silikat (SiO44-),
ammonia, asam organik, garam yang terbentuk dari asam organik yang resisten
terhadap oksidasi biologis. Dalam air alami, alkalinitas sebagian besar disebabkan
adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Pada keadaan tertentu, keberadaan
ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar CO2 dan HCO3-
sehingga kadar CO32- dan OH- naik dan pH larutan menjadi naik.

g. Kesadahan
Kesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion logam
bervalensi banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr).
Kation‑kation logam ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun

36
dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada
peralatan logam. Kation-kation utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain
Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+. Anion-anion utama penyebab kesadahan di dalam
air antara lain HCO3-, SO42-, Cl-, NO3-, dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang
dibutuhkan oleh sabun untuk membusakan dalam jumlah tertentu dan juga dapat
menimbulkan kerak pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan alat-alat lain yang
menyebabkan temperatur air naik.

Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana
manusia mampu menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan selama 40
jam atau 5 hari dalam seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai
ambang batas.
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta
penjelasannya:
1. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO
maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan. ppm
ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
2.BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh
makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin banyak
mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD maka akan
semakin rendah kualitas air.
3. COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah
tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk mengurai
dan sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.
4. TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam air.
semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air. banyak tds meter yang
mudah untuk didapatkan dan bisa digunakan hanya dengan mencelupkan ujung alat
tersebut kedalam air.
Berikut ialah batas ambang berbagai parameter kualitas air yang
ditetapkan oleh pemerintah. namun seperti yang kita tahu, peraturan hanyalah sebuah
peraturan tanpa adanya penegakan dan tindak lanjut dari ketetapan tersebut. semoga

37
saja setiap batas batas kualitas air, udara dan tanah diperhatikan dan dijaga agar tidak
membuat alam ini dan penghuninya menjadi rusak.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Petunjuk Penggunaan Alat


 Alat waterproof cyberscan PCD 650 dalam pengoperasiannya memakai 2 sumber
arus listrik yaitu dari batere dan sumber arus listrik PLN, jika pengoperasiannya
akan memakai sumber arus PLN pastikan batere yang terdapat didalam alat
dilepas terlebih dahulu untuk menghindari korseleting yang berakibat akan
merusak alat.
 Alat waterproof cyberscan PCD 650 merupakan alat yang memiliki tingkay
akurasi dan presisi yang tinggi jadi pastikan setalah memakai alat elektroda
dibilas dan dibersihkan.
 Tidak dibenarkan dan dianjurkan merubah setingan alat selain yang diberikan
oleh instruktur dan teknisi.

b. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan 4 jenis air kemasan dan air got, memasukkan sample kedalam gelas
kimia dan memberi label.
2. Menghubungkan kabel daya ke sumber arus PLN dan menekan tombol F4(ON)
selama 3 detik.
3. Memasukkan elektroda kedalam larutan atau sample yang akan diukur, minimal
1/3 bagian elektroda terendam, menggu beberapa saat sampai pembacaannya
stabil, mencatat pH yang terlihat dilayar.
4. Menekan tombol mode (F3) beberapa kali sampai dilayar terdapat tulisan
measurring cound di layar.
5. Menunggu beberapa saat sampai didapat pembacaan yang stabil, mencatat
hasilnya.
6. Menekan tombol mode (F3) beberapa kali sampai terdapat tulisan measurring
TDS di layar.
7. Menunggu beberapa saat sampai didapat pembacaan yang stabil, mencatat
hasilnya.

38
8. Menekan tombol mode (F3) beberapa kali sampai terdapat tulisan measurring res
di layar.
9. Menunggu beberapa saat sampai didapat pembacaan yang stabil, mencatat
hasilnya.
10. Untuk pembacaan % Dissolved Oxygen dan Oxygent Concentrastion
menggunakan cara yang sama seperti langkah di atas.

V. DATA PENGAMATAN

1. Parameter Fisik
 Air Detergent : Bening dan berbusa, tak ada endapan, berbau.
 Air sumur : Keruh, tak ada endapan, tak berbau.
 Air PAM : Bening, tak ada endapan, tak berbau.
 Air selokan : Agak keruh, ada endapan, berbau.

2. Parameter Kimia

Sampel TDS Konduktivity Resistivity DO Turbidimeter Voltase


(ppm) (µS) (KΩ) (ppm) (NTU) (Mv)

Air 251,2
417,5 426,5 1,199 1,73 0,89
Detergent
Air 286,9
213,4 217,2 2,359 1,70 40,3
sumur

Air PAM 60,09 61,25 8,364 1,80 1,185 331

Air 296,1
220,1 224,6 2,267 1,78 14,4
Selokan

39
V. GRAFIK PENGAMATAN

Hubungan Sampel dan TDS


450
400
350
300
y = -74,551x + 414,15
TDS (ppm)

250 R² = 0,4316

200 TDS

150 Linear (TDS)

100
50
0
0 1 2 3 4 5
Sampel

40
Hubungan Sampel dan Resistivity
9

6 y = 0,9209x + 1,245
Resistivity (kΩ)

R² = 0,1335
5

4 Resistivity

3 Linear (Resistivity)

0
0 1 2 3 4 5
Sampel

Hubungan Sampel dan Konduktivity


450
400
350
Konduktivity (µS)

300
y = -76,165x + 422,8
250 R² = 0,4313
200 Konduktivity

150 Linear (Konduktivity)

100
50
0
0 1 2 3 4 5
Sampel

41
Hubungan Sampel dan DO
1,82

1,8

y = 0,025x + 1,69
1,78
R² = 0,498
DO (ppm)

1,76

1,74 DO
Linear (DO)
1,72

1,7

1,68
0 1 2 3 4 5
Sampel

Hubungan Sampel dan Voltase


350

300

250 y = 17,88x + 246,6


Voltase (mV)

R² = 0,4954
200

150 Voltase
Linear (Voltase)
100

50

0
0 1 2 3 4 5
Sampel

42
Hubungan Sampel dan Turbidimeter
45

40

35
Turbidimeter (NTU)

30
y = 0,1415x + 13,84
25 R² = 1E-04

20 Turbidimeter

15 Linear (Turbidimeter)

10

0
0 1 2 3 4 5
Sampel

VI. ANALISA PERCOBAAN


Pada praktikum ini yang dilakukan adalah kualitas air dengan menggunakan alat
waterproof cyberscan PCD 650. Analisis kualitas air adalah suatu kajian terhadap
ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya.
Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator)
karakteristik air. Parameter yang digunakan pada percobaan ini adalah parameter
fisik yakni bau, warna, endapan dan parameter kimia yakni nilai TDS, konduktivitas,
Resistivity,DO, voltase, dan turbidimeter.
Sampel yang digunakan adalah air detergent, air sumur, air PAM, dan air
selokan.TDS adalah singkatan dari (Total Dissolve Solid) yang dalam Bahasa
Indonesia berarti Jumlah Zat Padat Terlarut. TDS merupakan indikator dari jumlah
partikel atau zat tersebut, baik berupa senyawa organik maupun non-organik.
Berdasarkan hasil percobaan nilai TDS yang terendah pada sampel 3 yaitu sebesar
60,09 ppm. Sementara nilai TDS tertinggi pada sampel 1 sebesar 417,5 ppm. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa nilai TDS kurang dari 300 ppm baik untuk
kehidupan.TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam
air. semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air.
Pada pengukuran konduktivitas, didapatkan nilai terendah yaitu pada sampel 3
sebesar 61,25 . Nilai tertinggi yaitu pada sampel 1 sebesar 426,5 S. Pengukuran

43
daya hantar listrik (konduktivitas) bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik.
Kemudian pada pengukuran resistivity, nilai terendah pada sampel 1 sebesar
1,199 KΩ. Sementara, nilai tertinggi pada sampel 3 sebesar 8,364 KΩ. Resistivity
adalah kemampuan suatu bahan atau sampel untuk menghantarkan arus listrik yang
bergantung terhadap besarnya medan listrik dan kerapatan arus. Semakin besar
resistivity suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan untuk
menimbulkan sebuah kerapatan arus. Dari hasil percobaan didapatkan nilai terbesar
pada sampel 3.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
 Pengukuran kualitas air dapat diamati dengan parameter fisik, parameter kimia dan
biologi.
 Parameter fisik meliputi Warna, bau, dan kekeruhan.
 Parameter kimia meliputi TDS, Konduktivity, Resistensity, DO, Voltase, dan lain-lain.

IX. DAFTAR PUSTAKA

- Kasie Laboratorium Kimia Analitik Instrumen. 2020. Penuntun Praktikum Kimia


Analitik Instrumen. Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang.
- Anonim. 2016. MAKALAH ANALISIS KUALITAS AIR

http://hayyunataqia.blogspot.com/2016/05/makalah-analisis-
kualitas-air_18.html

- Fikrih, Rizallul. 2015. Makalah Manajemen Kualitas Air


http://fikrihrizallul.blogspot.com/2015/12/makalah-manajemen- kualitas-
air.html

- Anonim. 2012. Parameter Fisika-Kimia-Biologi Penentu Kualitas Air


https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika- kimia-biologi-
penentu-kualitas-air-2/

44
GAMBAR ALAT

Waterproof cyberscan Gelas Kimia

Turbidimeter

45
LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC)”

Disusun oleh :

Kelompok A2 :
1. Suci Wulandari ( 061930400082)
2. Setia Ningsih ( 061930400085)
3. Andrea Glorys Chrisandra ( 061930400577)
4. Annisa Amalia ( 061930400578)
5. Arya Listiadi ( 061930400579)

Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si

D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021

46
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
 Melakukan analisa sampel (zat warna) secara kromatografi lapis tipis

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan
 Pelat TLC
 Chamber kromatografi

Bahan yang digunakan


 Toluen
 Benzen
 Sikloheksan
 Zat warna

III. DASAR TEORI


Menurut Gritter,et al, (1991), kromatografi ditemui oleh Michael J. Sweet, seorang ahli
botani di Universitas Warsaw (polandia). Pada tahun 1906, kromatografi terbentuk apabila
terdapat satu fasa diam, dan satu fasa gerak (mobility). Fasa diam dalam kromatografi
biasanya adalah padatan atau cairan, dan fasa geraknya adalah cairan atau gas. Metode
kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan
analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk
semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni
dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik
langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah :
· Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan).
· Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi,
penjerapan).
· Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Kromatografi juga merupakan
analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
47
Kromatografi lapis tipis dapat di gunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dijelaskan dengan kromatografi
kertas (Kurniawan dan Santosa, 2004).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara cepat dan mudah untuk dapat melihat
kemurnian suatu sampel maupun karakterisasi sampel dengan menggunakan standar. Cara
ini praktis untuk analisis data skala kecil karena hanya memerlukan bahan yang sangat
sedikit dan waktu yang di butuhkan singkat. Kemurnian suatu senyawa bisa dilihat dari
jumlah bercak yang terjadi pada plat kromatografi lapis tipis atau pun jumlah puncak
kromatogram kromatografi lapis tipis. Uji kualitatif pada kromatografi lapis tipis dapat
dilakukan dengan membandingkan waktu retensi kromatogram sampel dengan
kromatogram senyawa standar (Handayani,et al., 2005).
Kromatografi lapis tipis dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya
sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua, dipakai
untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi
kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter et al, 1991).
Kromatografi lapis tipis juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut
yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis.
Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi–
pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari kromatografi lapis
tipis adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni
dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan
sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh
oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Menurut Gandjar dan Rohman( 2007), fase yang digunakan pada KLT yaitu:
1. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase
diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja
kromatografi lapis tipis dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering
digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama
pada kromatografi lapis tipis adalah adsorpsi dan partisi.
2. Fase Gerak

48
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini
dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena
KLT merupakan teknik yang sensitif.
b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak
antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas
fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan
nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam
pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan.
d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut
sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan
tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan
meningkatkan solut-solut yang bersifat basa dan asam.
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika
menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana
dalam prosedur kromatografi lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan
menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara
otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 µl. Tepi bagian bawah lempeng lapis tipis yang telah ditotolkan
sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak harus
dibawah lempeng bertotol sampel.

Beberapa kelebihan KLT yaitu:


1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi,
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau dengan
cara elusi 2 dimensi.

49
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7. Jumlah perlengkapan sedikit.
8. Preparasi sample yang mudah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan
metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).

Adapun kekurangan KLT yaitu:


1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun

Adapun manfaat dari Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu :


1. Pemeriksaan kualitatif dan kemurnian senyawa.
2. Pemeriksaan simplisia hewan dan tanaman.
3. Pemeriksaan komposisi dan komponen aktif.
4. Penentuan kualitatif masing-masing senyawa aktif campuran senyawa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan
6. Teknik percobaan, Arah dalam mana pelarut bergerak di atas plat.
7. Jumlah cupilkan yang digunakan, Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan.
8. Suhu, Pemisahan-pemisahan sebaiknya dilakukan pada suhu tetap,
9. Kesetimbangan, Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap
pelarut.

50
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam KLT :
1. Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada proses elusi
lempeng silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan lempeng
dilakukan dalam oven pada suhu 110 C selama 30 menit.
2. Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase
penjerap yang akan menghalangi laju eluen.
3. Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab pemisahannya akan
sulit sehingga didapat noda berekor.
4. Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.
5. Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda lain
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
 Menyediakan pelat yang telah dilapisi
 Meneteskan cuplikan dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan pelat
 Memasukkan pelat ke dalam chamber yang telah diisi dengan sikloheksan. tetesan yang
berada pada pelat tidak boleh terendam pelarut. Bila perlu dapat digunakan campuran
toluen sikloheksan (10:90) yang lebih bersifat polar
 Membiarkan pelarut naik perlahan-lahan sepanjang pelat hingga hampir mencapai ujung
lain dari pelat. Menandai batas perjalanan pelarut
 Membiarkan pelat kering dan membandingkan harga Rf dari noda-noda yang terbentuk

V. DATA PENGAMATAN
Pelarut etanol + kloroform
Ukuran panjang gelombang 366 nm
Sampel Warna noda Jarak Jarak Nilai Rf
komponen pelarut
(pewarna
makanan)

Merah cabe Merah muda 7,8 cm 0,975


+ orange
Merah 6,9 cm 8,0 cm 0,8625

orange 6,7 cm 0,8375

51
Coklat Cokelat 7,3 cm 8,0 cm 0,9125
kekuningan

Biru 7,75 cm 0,96875

Fluoresence 7,75 cm 0,96875

Hijau kuning 7,3 cm 8,0 cm 0,9125

Biru 8,0 cm 1

Fluoresence 8,0 cm 1

Orange Merah muda 7,8 cm 0,975

Merah tua 5,5 cm 8,0 cm 0,6875

orange 6,1 cm 0,8537

Merah cabe Merah muda 7,9 cm 8,0 cm 0,9875

Merah tua 5,8 cm 0,725

orange 6,1 cm 0,7625

VI. PERHITUNGAN

Perhitungan Rf :

2. Pelarut etanol + kloroform (1:1)


f. Sampel pewarna merah cabe + orange
- Merah muda
Dik : jarak komponen : 7,8 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,975

- Merah
52
Dik : jarak komponen : 6,9 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,8625

- Orange
Dik : jarak komponen : 6,7 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,8375

g. Sampel pewarna coklat


- Coklat kekuningan
Dik : jarak komponen : 7,3 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,9125

- Biru
Dik : jarak komponen : 7,75 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,96875

- Fluoresence
Dik : jarak komponen : 7,75 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
53
Jawab :

Rf = = = 0,9687

h. Sampel pewarna hijau


- Biru
Dik : jarak komponen : 8,0 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

- Kuning
Dik : jarak komponen : 7,3 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,9125

- Fluoresence
Dik : jarak komponen : 8,0 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = =1

i. Sampel pewarna orange


- Merah muda
Dik : jarak komponen : 7,8 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,975

54
- Merah tua
Dik : jarak komponen : 5,5 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,6875

- Orange
Dik : jarak komponen : 6,1 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,7625

j. Sampel pewarna merah cabe


- Merah muda
Dik : jarak komponen : 7,9 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,9875

- Merah tua
Dik : jarak komponen : 5,8 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :

Rf = = = 0,725

Orange
Dik : jarak komponen : 6,1 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
55
Jawab :

Rf = = = 0,762

VII. ANALISA PERCOBAAN


Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui cara pemisahan
dengan metode cara pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan
menentukan pigmen warna dalam pewarna alami dengan metode kromatografi lapis
tipis (KLT). Pewarna alami yang digunakan dalam percobaan ini adalah pewarna
makanan berwarna merah cabe, orange, hijau, coklat dan campuran merah cabe dan
orange. Pada percobaan ini menggunakan fasa gerak (pelarut) etanol + kloroform (
1:1) sebanyak 50 ml. Fase diam yang digunakan dalam percobaan ini adalah kapur
yang merupakan penyusun dari plat tipis (KLT). Plat tipis kemudian diberi batas garis
sepanjang 1,5 cm kemudian dibagi 5 komponen yang masing masing berjarak 1,6 cm.
Pelarut yang telah disiapkan tersebut dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup
rapat supaya pelarut yang digunakan tidak menguap. Pelat yang akan diteteskan
dengan cuplikan, sebelumnya diberi tanda agar jarak antar cuplikannya merata.
Setelah cuplikan diteteskan pada plat yang diberi tanda tersebut, plat dimasukkan
kedalam chamber. Saat memasukkan plat hal yang harus diperhatikan yaitu semua
lempengan harus masuk ke dalam pelarut secara serentak karena jika tidak serentak
maka pita warna nya tidak akan lurus. ketika pelarut mulai membasahi plat /
lempengan, pelarut pertama-tama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak
yang telah ditempatkan pada garis dasar. Kemudian stopwatch di hidupkan untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan cuplikan mencapai ujung plat. Senyawa-senyawa
akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya
pergerakan pelarut. Terlihat mulai ada bercak terpisah-pisah, hal ini dikarenakan
setelah sampel dilarutkan eluen maka sampai akan ikut berinteraksi juga dengan fase
diam yang ada dilempengan, senyawa yang terperangkap dibagian paling bawah
menunjukan bahwa senyawa tersebut paling tinggi kepolarannya, senyawa ini dapat
membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat pada silika lebih kuat dibanding
senyawa lainnya. Kita dapat mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari
senyawa yang lainnya.
Jarak tempuh pelarut pada percobaan ini adalah 8,0 cm dalam waktu 30.15 menit.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa jarak dari setiap sampel sangat bervariatif dari
yang paling pendek hingga panjang, hal ini disebabkan karna semakin besar jarak
56
kompenen sampel itu berarti sampel tersebut polar terhadap plat yang dibuktikan
dengan nilai Rf yang kian besar. Sebaliknya, bila suatu sampel mempunyai nilai Rf
yang kecil atau jarak komponen-nya kecil/pendek maka sampel tersebut dikatakan
polar terhadap plat.

VIII. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :

 Zat warna yang memiliki karakteristik yang sama dengan solvent akan bergerak lebih
cepat dan sebaliknya.
 Kromatografi lapis tipis adalah alat yang digunakan untuk menganalisa dan memisahkan
zat dalam jumlah yang sedikit.
 Pada percobaan ini yang merupakan fase geraknya yaitu kloroform dan etanol 96%
masing - masing 25 ml. Sedangkan fase diamnya adalah pelat yang dilapisi kapur.
 Nilai Rf yang rendah menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan senyawa
polar.Sementara, nilai Rf yang tinngi menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan
senyawa non polar.

57
Lampiran 1

Foto Percobaan

Stopwatch

Panjang gelombang 336 nm Panjang gelombang 254 nm

58
Lampiran 2

Gambar alat yang digunakan

Pelat TLC Chamber TLC

59
LAPORAN PRAKTIKUM
“SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM”

Disusun oleh :

Kelompok A2 :
1. Suci Wulandari ( 061930400082)
2. Setia Ningsih ( 061930400085)
3. Andrea Glorys Chrisandra ( 061930400577)
4. Annisa Amalia ( 061930400578)
5. Arya Listiadi ( 061930400579)

Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si

D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
Tahun Ajaran 2021/2022

60
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (AAS)

I. TUJUAN
setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menggunakan alat spektrofotometri serapan atom
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri serapan atom

II. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan
1. Peralatan GBC AAS 932 Plus
2. Lampu katoda rongga
3. Labu takar 1 liter
4. Labu takar 50 ml
5. Gelas piala
6. Gelas arloji
7. Corong gelas
8. Batang pengaduk
9. Pipet tetes
10. Pipet ukur 10 ml

Bahan yang digunakan


1. Larutan standar yang bersesuaian dengan lampu yang digunakan
2. Aquades
3. Sampel

III. DASAR TEORI


Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya
elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat
labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk
energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik.
Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan

61
absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat
khas karena mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom
bebas (Basset, 1994).
Spektrofotometri molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang di
pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga menyerap
radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi
lebih sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena keadaan energi
elektronik tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi atom terdiri
dari garis-garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam
spektrokopi molekul (Underwood, 2001).
Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif
dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena
prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb),
dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa
sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk
analisa unsur, teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan
karena sebelum pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan
karena kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat
dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan
untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber
cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian
dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian
radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan
untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah
searah arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber
radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi
maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit
terluar naik ke tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel
akan menyerpa sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan
energi cahaya terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang
dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).
Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi
unsur yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis
unsur-unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi

62
dasar yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini biasanya
berasal dari nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau asetilen-N2O,
tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit menjadi uap atom bebas
pada tingkat energi dasar (ground state). Disini berlaku hubungan yang dikenal dengan
hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara SSA.
Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina, 2006).

I = Io . a.b.c
Atau,
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan

Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa besarnya absorbansi berbanding


lurus dengan konsentrasi atom-atom pada tingkat tenaga dasar dalam medium nyala.
Banyaknya konsentrasi atom-atom dalam nyala tersebut sebanding dengan konsentrasi
unsur dalam larutan cuplikan. Dengan demikian, dari pemplotan serapan dan
konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh kurva kalibrasi. Dengan
menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akan diperoleh
konsentrasi dalam larutan cuplikan. Bagian-bagian AAS adalah sebgai berikut (Day,
1986).

a. Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda
Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi
dua macam, yaitu :

63
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus.

b. Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di
dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom

c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api.

d. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator
dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang
diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator
difraksi grating.

e. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap
oleh permukaan yang peka. Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi
energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan
data. Detektor AAS tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya
sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah
barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor
64
photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa
yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron.
Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak
menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu
menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda
besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja alat
maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat
bantu lain seperti autosampler.

f. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau
gambar yang dapat dibaca oleh mata.

g. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar
pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada spektrofotometry
serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar asap yang
dihasilkan tidak berbahaya.

Teknik-teknik analisis dalam Spektrofotometri Serapan Atom


Dalam analisa secara spektrometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain:

1. Metode kurva kalibrasi


Dalam metode kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan standard dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Selanjutnya
membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan
garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε. B atau slope = a.b, konsentrasi larutan
sampel diukur dan diintropolasi ke dalam kurva kalibrasi atau di masukkan ke dalam
persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi

2. Metode standar tunggal

65
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standard (Astd) dan
absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrofotometri.

Dari hukum Beer diperoleh:


Astd = ε. B. Cstd Asmp = ε. B. Csmp
ε. B = Astd/Cstd ε. B = Asmp/Csmp
Sehingga:
Astd/Cstd = Asmp/Csmp Csmp = (Asmp/Astd).Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standard, konsentrasi larutan
sampel dapat dihitung.

3. Metode adisi standard


Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standard. Dalam
metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam
labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu, kemudian diukur
absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standard, sedangkan larutan yang lain
sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu larutan
standard dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer
akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Cx; AT = k(Cs+Cx)
Keterangan,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua persamaan di atas digabung, akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}

Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan
menyebabkan gangguan pada penetapan konsentrasi unsur.

1. Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori

66
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa
kimia, biasanya anion, yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa
yang tahan panas (refractory). Sebagai contoh fospat akan bereaksi dengan kalsium
dalam nyala menghasilkan pirofospat (Ca2P2O7). Hal ini menyebabkan absorpsi
ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat
diatasi dengan menambahkan stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam
larutan. Kedua logam ini mudah bereaksi dengan fospat dibanding dengan kalsium
sehingga reaksi antara kalsium dengan fospat dapat dicegah atau
diminimalkan. Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA
berlebih. EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan kalsium, sehingga
pembentukan senyawa refraktori dengan fospat dapat dihindarkan. Selanjutnya
kompleks Ca-EDTA akan terdisosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang
menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabila unsur-unsur seperti: Al,
Ti, Mo, V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam
oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan
menaikkan temperatur nyala, sehingga nyala yang umum digunakan dalam kasus
semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.

2. Gangguan ionisasi
Gangguan ionisasi ini biasa terjadi pada unsur-unsur alkali tanah dan beberapa
unsur yang lain. Karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam
analisis dengan SSA yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tak
terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala
akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi berkurang. Namun
demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas
dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan
menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.

3. Gangguan fisik alat


Gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan
sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut
adalah kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur

67
nyala. Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat kalibrasi
atau standarisasi.

Keuntungan metoda AAS adalah:

1. Spesifik
2. Batas (limit) deteksi rendah
3. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
4. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi
contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
5. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis
contoh.
6. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga
persen)

IV. LANGKAH KERJA


SOP GBC AAS 932 plus
a. Setting Instrumen
1) Menghidupkan komputer.
2) Memilih icon GBC versi 3.1 , klik dua kali dan menunggu hingga selesai.
3) Mengklik metode, lalu mengatur dengan ketentuan berikut :
- Description (mengatur unsur yang akan diamati, memasukkan nama unsur atau
mengklik pada tabel sistem perioda)
- Instrumen (memasukkan arus lampu dan panjang gelombang maksimum, sesuai tabel
didalam kotak lampu)
- Measurement (pilihan integration, memasukkan waktu pembacaan dan jumlah
replika yang akan digunakan)
- Calibrasi (memilih linier least square)
- Standard (menambahkan atau mengurangi row sesuai jumlah standar yang
digunakan)
- Quality (membiarkan seperti apa adanya)
- Flame (memilih tipe nyala api pembakaran, memilih Air-Acetylen)
4) Meng-klik sampel
- Menambahkan atau mengurangi row untuk sampel yang digunakan

68
5) Meng-klik analisis (Menghubungkan dengan file, membiarkan seperti adanya)
6) Meng-klik result (Menampilkan layar untuk pengamatan hasil)
7)

b. Setting Gas Supply


1) Menge-set gas Acytelene pada range-14 psi.
2) Menge-set compress air (udara tekan) pada range 45-60 psi.
3) Menge-set gas N2O pada range 45-60 psi (N2O dipanaskan dengan menghubungkan
kabel di regulator ke sumber PLN).
4) Menyalakan exhause fan.

c. Persiapan Sampel
- Menyiapkan sampel, mengencerkan bila perlu (koordinasi dengan instruktur)

d. Pengukuran Sampel
1) Menekan air acytelence diikuti IGNITION (penyalaan)
2) Meng-klik START pada aplikasi window, menunggu sampai terbaca instrument ready di
bagian bawah layar
3) Meng-klik ZERO pada window, menunggu hingga instrument ready muncul
4) Komputer akan meminta cal blank (aspirasikan larutan pengencer yaitu aquadest), meng-
klik OK, program akan mengukur blanko
5) Setelah blanko selesai, program akan meminta standar 1, mengaspirasikan standar 1,
meng-klik OK. Melakukan pengulangan untuk semua larutan standar
6) Setelah semua larutan standar, program akan meminta sampel, mengaspirasikan sampel
secara berurutan. Data akan tampil dilayar, hasil pengukuran sampel juga akan tampil
dalam bentuk konsentrasi langsung.

69
V. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan Standar
a. Pengenceran Larutan Na 1000 ppm ke 100 ppm dalam 50 ml

b. Pengenceran Larutan Na 100 ppm


- 2 ppm dalam 50 ml

- 4 ppm dalam 50 ml

- 6 ppm dalam 50 ml

- 8 ppm dalam 50 ml

70
- 10 ppm dalam 50 ml

2. Perhitungan Secara Manual (Perhitungan Regresi)

X Y
Sampel (konsentrasi) (ppm) (absorbansi) X^2 XY
1 2 0,0166 4 0,0332
2 4 0,0332 16 0,1328
3 6 0,0474 36 0,2844
4 8 0,0569 64 0,4552
5 10 0,0672 100 0,672
Total 30 0,2213 220 1,5776

m=

= 0,006245

Persamaan regresi manual


Abs = slope Concentration
y = 0,006245 x

Linearitas :
y = 0,006245x
71
1. y = 0,006245 (2) = 0,01249
2. y = 0,006245 (4) = 0,02498
3. y = 0,006245 (6) = 0,03747
4. y = 0,006245 (8) = 0,04996
5. y = 0,006245 (10) = 0,06245

Grafik dengan menggunakan excel

X (konsentrasi) Y
Sampel (ppm) (absorbansi)
1 2 0,0166
2 4 0,0332
3 6 0,0474
4 8 0,0569
5 10 0,0672
Total 30 0,2213

Grafik Hubungan antara Absorbansi dan Konsentrasi


0,08
0,07
0,06
Absorbansi

0,05 y = 0,0072x
0,04 R² = 0,9588
0,03 Linear (Series1)
0,02
0,01
0
0 5 10 15
Konsentrasi

72
3. Perhitungan konsentrasi sampel
1.1 Berdasarkan persamaan excel.
 Perhitungan konsentrasi sampel 1 (Air Buangan Depan TU)
Y = 0,0072x
0,0008 = 0,0072x
x =

x = 0,111 ppm

 Perhitungan konsentrasi sampel 2 (Keran Masjid)


Y = 0,0072x
0,0007 = 0,0072x
x =

x = 0,097 ppm

 Perhitungan konsentrasi sampel 3 (Parit Masjid)


Y = 0,0072x
0,0042 = 0,0072x
x =

x = 0,580 ppm

 Perhitungan konsentrasi sampel 4 (Parit Graha)


Y = 0,0072x
0,0087 = 0,0072x
x =

x = 1,208 ppm

3.2 Berdasarkan perhitungan manual


 Perhitungan konsentrasi sampel 1 (Air Buangan Depan TU)
Y = 0,006245 x
0,0008 = 0,006245 x
x =

73
x = 0,128 ppm

 Perhitungan konsentrasi sampel 2 (Keran Masjid)


Y = 0,006245 x
0,0007= 0,006245 x
x =

x = 0,112 ppm

 Perhitungan konsentrasi sampel 3 (Parit Masjid)


Y = 0,006245 x
0,0042 = 0,006245 x
x =

x = 0,672 ppm

 Perhitungan konsentrasi sampel 4 (Parit Graha)


Y = 0,006245 x
0,0087 = 0,006245 x
x =

x = 1,393 ppm

4. Perhitungan Konsentrasi Larutan Standar


4.1 Berdasarkan persamaan excel
 Standar 1 (2 ppm)
Y = 0,0072x
0,0166 = 0,0072x
x =

x = 2,305 ppm

 Standar 2 (4 ppm)
Y = 0,0072x
0,0332 = 0,0072x
x =

74
x = 4,6111 ppm

 Standar 3 (6 ppm)
Y = 0,0072x
0,0474 = 0,0072x
x =

x = 6,583 ppm

 Standar 4 (8 ppm)
Y = 0,0072x
0,0569 = 0,0072x

x =

x = 7,902 ppm

 Standar 5 (10 ppm)


Y = 0,0072x
0,0672 = 0,0072x
x =

x = 9,333 ppm

4.2 Berdasarkan Persamaan Manual


 Standar 1 (2 ppm)
Y = 0,006245 x
0,0166 = 0,006245 x
x =

x = 2,658 ppm
 Standar 2 (4 ppm)
Y = 0,006245 x
0,0332 = 0,006245 x
x =

x = 5,316 ppm

75
 Standar 3 (6 ppm)
Y = 0,006245 x
0,0474 = 0,006245 x
x =

x = 7,590 ppm

 Standar 4 (8 ppm)
Y = 0,006245 x
0,0569 = 0,006245 x

x =

x = 9,111 ppm

 Standar 5 (10 ppm)


Y = 0,006245 x
0,0672 = 0,006245 x
x =

x = 10,760 ppm

5. Perhitungan persen kesalahan


Tabel perbandingan konsentrasi sampel yang ditunjukkan dari alat AAS, excel, dan
perhitungan manual
AAS
Excel ( Manual (
Sampel (prakikum)
ppm ) ppm )
( ppm )
Air Buangan
0,111 0,128 0,117
Depan TU
Air Keran
0,097 0,112 0,099
Musholla

Parit Masjid 0,05880 0,672 0,580

Parit Graha 1,208 1,393 0,186

5.1 Persen kesalahan (excel)

76
a) Sampel 1 (Air Buangan Depan TU)

% Kesalahan =

= 5,4 %
b) Sampel 2 (Air keran Mushola)

% Kesalahan =

= 2,06 %
c) Sampel 4 (Parit Masjid)

% Kesalahan =

= 0,000 %
d) Sampel 4 (Parit Graha)

% Kesalahan =

= 0,57 %

5.2 Persen kesalahan (manual)


a) Sampel 1 (Air Buangan Depan TU)

%Kesalahan =

= 8,5 %

b) Sampel 2 (Air keran mushola)

% Kesalahan =

= 11,60 %

c) Sampel 3 (Parit Masjid)

77
% Kesalahan =

= 13,69 %
d) Sampel 3 (Parit Graha)

% Kesalahan =

= 12,77 %
VI. ANALISA

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menggunakan alat Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS) dan melakukan pengukuran terhadap sampel untuk mencari konsentrasi
menggunakan prinsip kerja dari AAS , Lampu katoda yang digunakan ialah lampu katoda
Cu. Menggunakan lampu katoda Cu dikarenakan pada percobaan ini yang akan dianalisis
ialah kandungan (Cu) dalam berbagai sampel air. Pada percobaan ini sampel harus berupa
cairan, jika berupa padatan maka harus dibuat dalam bentuk cairan terlebih dahulu.

Analisis ini juga dibantu dengan bantuan dari udara dan asetilen (Air-Acetylene) untuk
membuat nyala apinya. Lalu melakukan pengenceran larutan standar Cu 1000 ppm ke 100
ppm dalam 50 ml kemudian dari pengenceran larutan standar Cu tadi diencerkan kembali
dengan konsentrasi 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, dan 10ppm dalam 50 ml aquadest.
Kemudian sampel disiapkan diantaranya sampel air buangan depan TU, air keran musholla,
parit masjid dan parit graha.
Setelah menyiapkan sampel kemudian diukur dengan alat SSA. Prinsip kerja SSA adalah
sampel cair yang memasuki alat pertama kali dikabutkan di nebulizer.Titik-titik air yang
halus dihasilkan dari nebulizer yang menghisap larutan cuplikan yang kemudian
disemburkan kebagian tengah pembakar(burner) yang telah menyala dan mengalami
deatomisasi ,nyala api dihasilkan dari gas Asetilen dan gas oksigen dari kompresor,atom
pada keadaan standar membutuhkan energy yang besar dan untuk mendapatkan energy
tersebut,atom akan menyerap energy dari sumber cahaya pada SSA,Lampu katode yang
digunakan adalah lampu Cu.
Hal pertama yang dilakukan menghidupkan komputer dan mengikuti prosedur serta
instruksi yang diberikan. Sebelum menganalisis sample, alat dilakukan kalibrasi terlebih
dahulu menggunakan larutan standar Cu yang telah diencerkan. Hal ini dilakukan untuk
melakukan pegecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara

78
membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Setelah selesai, dapat dilihat bahwa air parit
graha memiliki kandungan Cu paling tinggi dibandingkan dengan sampel lain.
Setelah melakukan pengukuran absorbansi larutan sampel,dan absorbansi dari larutan
standard,kemudian dibuat kurva kalibrasinya,Dari hasil percobaan diperoleh kurva kalibrasi
excel dengan persamaan garis : dengan R2 = 0,9588 .Nilai R ini menunjukkan
linieritas suatu hasil pengukuran. Bila nilai R semakin mendekati 1 maka hasil pengukuran
tersebut semakin linier. Dari percobaan didapatkan nilai R = 0,9791 hal ini disebabkan
karena kesalahan personal dalam memipet larutan standar. Persamaan regresi dari alat AAS
adalah
Concentration = 139,5113 x Absorbtion

VII. KESIMPULAN

Setelah dilakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Prinsip kerja analisa menggunakan alat AAS yaitu suatu sampel dibuat dalam bentuk
larutan kemudian dikabutkan,lalu disemburkan kebagian burner dan mengalami
deatomisasi.Kemudian direaksikan dengan sumber energy(radiasi) maka atom pada
keadaan dasar membutuhkan energy yang besar dan untuk mendapatkannya atom
tersebut menyerap energy dari sumber cahaya (foton) yang ada pada alat SSA
2. Data Hasil Percobaan:
- Kurva hasil percobaan R2 = 0,9586
- Kurva hasil percobaan R = 0,9791
- Pembuatan Larutan Standar dari Larutan Baku Cu 100 ppm

a. 2 ppm Cu sebanyak 50 ml sebesar 1 ml


b. 4 ppm Cu sebanyak 50 ml sebesar 2 ml
c. 6 ppm Cu sebanyak 50 ml sebesar 3 ml
d. 8 ppm Cu sebanyak 50 ml sebesar 4 ml
e. 10 ppm Cu sebanyak 50 ml sebesar 5 ml
- Konsentrasi Cu pada sampel secara praktik
a. Sampel 1, nilai x sebesar 0,117 ppm
b. Sampel 2, nilai x sebesar 0,099 ppm
c. Sampel 3, nilai x sebesar 0,580 ppm
d. Sampel 4, nilai x sebesar 1,215 ppm

79
- Konsentrasi Cu pada sampel dengan persamaan excel dan berdasarkan perhitungan
manual
a. Sampel 1, nilai x sebesar 0,111 ppm dan 0,128 ppm
b. Sampel 2, nilai x sebesar 0,097 ppm dan 0,112 ppm
c. Sampel 3, nilai x sebesar 0,580 ppm dan 0,672 ppm
d. Sampel 4, nilai x sebesar 1,208 ppm dan 1,393 ppm
3. Sampel yang paling tinggi kadar Cu nya ialah sampel parit graha.

80
GAMBAR ALAT

GBC AAS 932 plus Gelas Kimia

Erlenmeyer Pipet Ukur

Labu Ukur Bola Karet

Pipet tetes Pengaduk

81
DAFTAR PUSTAKA

Kasie Laboratorium Kimia Analitik Instrument. 2020. Penuntun Praktikum Kimia


Analitik Instrument. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
Unknown. 2013. Laporan Praktikum Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).Diakses dari
https://kc12engineer.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-spektrofotometri.html pada 19 Januari
2021.
Wulandary,Suci. 2015. Laporan Spektrofotometri Serapan Atom . Diakses dari
https://www.academia.edu/14880379/Laporan_Spektrofotometri_Serapan_atom_AAS_ diakses pada
19 Januari 2021.
2013. Makalah Atomic Absorption Spectroscopy AAS. Diakses dari
https://tonimpa.wordpress.com/2013/04/25/makalah-atomic-absorption-spectroscopy-aas/ pada 19
Januari 2021.

82
LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI”

Disusun oleh :

Kelompok A2:
1) Suci Wulandari ( 061930400082 )
2) Setia Ningsih ( 061930400085 )
3) Andrea Glorys Chrisandra ( 061930400577 )
4) Annisa Amalia ( 061930400578 )
5) Arya Listiadi ( 061930400579 )

Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si

D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021

83
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ( HPLC )

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
 Menjelaskan teori kromatografi cair kinerja tinggi
 Mengoperasikan alat kromatografi cair dengan baik dan benar
 Menganalisa suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang Digunakan:
 Perangkat HPLC + Injektor + pencetak kromatogram
 Kolom licosphere C-18
 Syiringe
 Penyaring milipone

Bahan yang digunakan :

 Cafein 20 ppm
 Methanol

III. DASAR TEORI


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (Hight Performance Liquid Chromatograhy ) dikembangkan pada akhir tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini KCKT merupakan tekhnik pemisahan yang
diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel
dalam sebidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer dan industri-
industri makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antra lain :
miniaturisasi`sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat,
analisis protein, analisis karbohidrat dan analisisi senyawa-senyawa kiral.
Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC, High Performance Liquid
Chromatography) merupakan suatu tekhnis analisis obat yang paling cepat berkembang.
Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan dan cairan biologi, karena
sederhana dan kepekaannya tinggi.

84
KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa
tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan
fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses
sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-
sampel yang berasal dari lingkungan ; memurnikan senyawa-senyawa dalam suatu
campuran ; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam
suatu campuran; kontrol kualitas dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. Keterbatasan
metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan
dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat
kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh.
Tehnik pemisahan dalam kromatografi melibatkan dua fasa, yakni fasa diam yaitu
padat atau cairan yang terikat pada padatan pendukung, dan fasa gerak yang berupa gas
dan cair. Proses pemisahan dalam kromatografi di dasarkan pada perbedaan laju migrasi
masing- masing komponen dalam sistem kromatografi. Perbedaan laju migrasi dari
masing-masing komponen merupakan akibat dari perbedaan keseimbangan distribusi
masing-masing komponen diantara fasa gerak dan fasa diam. Metode kromatografi
dibedakan dalam beberapa macam, berdasar pada fasa gerak, fasa diam, mekanisme,
dan tehnik yang digunakan dan salah satu diantaranya adalah Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (HPLC).
Dalam kromatografi cair Kinerja tinggi ini fasa gerak yang digunakan berupa
cairan, sedangkan fasa diamnya berupa padatan (silica gel) yang ditempatkan pada
kolom tertutup (melekat secara kimia dalam kolom tersebut). Maksud dan tujuan
analisis dengan kromatografi yaitu didapatnya pemisahan yang baik demikian halnya
dalam HPLC diharapkan pemisahannya baik dan dalam waktu proses yang relative
singkat. Untuk mencapai Tujuan analisis ini, maka dipilih pelarut pengembang yang
sesuai dengan komponen yang dipisahkan, kolom yang digunakan juga harus
diperhatikan, dan detector yang memadai.
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair– cair yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak
analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar.
Kegunaan umum HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik,
maupun senyawa biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa-
senyawa mudah menguap (volatile); penentuan molekul- molekul netral, ionic, maupun

85
zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang
strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa- senyawa dengan jumlah sekelumit (trace
elements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam skala proses industry.
Adapun prinsip kerja dari KCKT adalah suatu tekhnik yang mana solut atau zat
terlarut terpisah perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu
kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase
gerak dan fase diam.
Kegunaan umum KCKT adalah untuk : pemisahan sejumlah senyawa organik,
anorganik, maupun senyawa biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities) ; analisis
senyawa-senyawa tidak menguap (non-volatil) ; penentuan molekul-molekul netral,
ionik, maupun zwitter ion ; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-
senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah
sekelumit (trace element), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri. KCKT
merupakan metode yang tidak dekstruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif.
Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari
berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan
diameter kolom, kecepataan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel.
Instrumen KCKT pada dasarnya tersiri atas delapaan komponen pokok yaitu :
1. Wadah fase gerak
2. Sistem penghantaran fase gerak
3. Alat untuk memasukkan sampel
4. Kolom
5. Detektor
6. Wadah penampung buangan fase gerak
7. Tabung penghubung
8. Suatu komputer atau integrator atau perekam

1. Wadah fase gerak pada KCKT


Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah ini biasanya dapat
menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Sebelum menggunakan fase
gerak harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab
adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor
sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat pelarut pada fase gerak maka

86
sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian
yang sangat tinggi xdan lebih terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan
untuk KCKT berderajat KCKT (HPLC grade).

2. Fase Gerak
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri dari campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi, yang
ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-
komponen sampel.
Deret eluotrofik yang disusun berdasarkan polaritas pelarut merupakan hal penting
dalam pemilihan fase gerak.
Adapun ciri-ciri yang harus dimiliki oleh fase gerak pada KCKT, yaitu :
1) Kemurnian tinggi (high purity), yaitu cairan eluen yang tidak terkontaminasi.
2) Kestabilan tinggi, yaitu eluen yang tidak bereaksi dengan sampel atau zat yang
berfungsi sebagai fase diam.
3) Kekentalan rendah, yaitu kerapatan eluen sekecil mungkin.
4) Dapat melarutkan sampel, tidak mengubah kolom dan sifat kolom serta cocok dengan
detektor.

3. Pompa
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu pompa kinerja konstan (constant
pressure) dan pompa pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa
reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating), oleh karena
itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis
dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan
aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Tujuannya adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung
secara tepat.Ada 2 jenis pompa KCKT yaitu : pompa dengan tekanan konstan dan
pompa aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan
tekanan konstan.
Syarat – syarat pompa yang ideal:
a. Mampu membangkitkan tekanan tinggi

87
b. Pulse free – out put
c. Control laju alir yang akurat
d. Tahan korosi
e. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap fasa gerak
f. Bebas pulsa
g. Perlu“de gasser”
h. Dapat menyalurkan fasa gerak pada rentang kecepatan dan tekanan lebar
i. Dapat digunakan untuk melakukan elusi gradien
j. Bekerja pada tekanan sampai 6000 psi (400 atm)

4. Injektor (penyuntikan sampel)


Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung kedalam fase gerak
yang mengalir dibawah tekanan meuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat
dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample
loop) internal atau eksternal. Injeksi sample seluruhnya otomatis dan anda tidak akan
mengharapkan bagaimana mengetahui apa yang terjadi pada tingkat dasar. Karena
proses ini meliputi tekanan, tidak sama halnya dengan kromatografi gas (jika anda telah
mempelajarinya).
Pada saat pengisian, sampel digelontor melewati keluk sampel dan kelebihannya
dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan katup diputar sehingga fase gerak
mengalir melewati keluk sampel dan menggelontor sampel ke kolom. Presisi
penyuntikkan dengan keluk sampel ini dapat mencapai nilai RSD 0,1 %. Penyuntikkan
ini mudah digunakan untuk otomatisasi dan sering digunakan untuk autosampler pada
KCKT.
Injektor merupakan tempat untuk memasukkkan sempel ke kolom. Waktu yang
dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut
sebagaiwaktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel
diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari
senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda.
Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran
partikel) komposisi yang tepat dari pelarut temperatur pada kolom. Efek dari Elusi
Gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat

88
pada kolom. Dasar- dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder. Elusi Gradien
menawarkan beberapa keuntungan :
Column Oven pada HPLC berfungsi untuk menjaga suhu atau temperature pada
range tertentu, hal ini dilakukan karena pengukuran nilai pada mobile phase bisa
berubah pada suhu yang berbeda. Artinya, jika sample diberikan perlakuan yang sama
pada suhu yang sama akan meningkatkan ke-akuratan proses pengambilan data.
Pada HPLC juga anda akan berhubungan dengan phase, orang sering juga menyebutnya
fase, fase dalam HPLC ada dua jenis, yakni normal dan terbalik. Pada fase normal yang
menjadi fase diam adalah kolom yang bersifat polar, sedangkan fase geraknya non
polar. Sedangkan pada fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar dan fase geraknya
polar. Polar pada umumnya memiliki sifat larut dalam air atau rantai karbon

5. Detektor

Detektor digunakan untuk mendeteksi suatu zat atau sample. Sifat-sifat detektor yang
diperlukan adalah mempunyai spesifitas tinggi, bersifat linear untuk jangka konsentrasi
tertentu dan dapat mendetek dieluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatogram.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) atau High Pressure Liquid Chromatography
(HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. HPLC termasuk metode
analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam
cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode
lainnya. Kelebihan itu antara lain:

a. Mampu memisahkan molekul- molekul dari suatu campuran


b. Mudah melaksanakannya
c. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
d. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
Resolusi yang baik
e. Dapat digunakan bermacam- macam detektor
f. Kolom dapat digunakan kembali
g. Mudah melakukan "sample recovery". Mudah untuk mendapatkan kembali
cuplikan, karena detector pada HPLC tidak merusak komponen zat yang
dianalisis.
h. Dapat menganalisis senyawa organik yang terurai (labil) pada suhu tinggi karena
HPLC dilakukan pada suhu kamar.

89
i. Dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa-senyawa anorganik.
j. Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau titik
didihnya sangat tinggi seperti polimer
k. Dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap ataupun tak tahan panas
l. Banyak pilihan fasa geraknya Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam.
Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang
tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai
m. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana
interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi
dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
n. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak
pada HPLC memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang
diinginkan.
o. Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam HPLC
dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam-
macam zat.
p. Detektor- detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai
picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa,
Indeks Refraksi, Radiometri, dll, dapat juga digunakan dalam HPLC
q. Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi
klasik, kolom HPLC dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang
bisa dilakukan dengan kolom yang sama sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi,
kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan
r. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bisa dianalisis
dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisis
psesies ionik. HPLC dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk
mengalissis zat – zat tersebut.
s. Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam HPLC tidak
menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh
karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah
melewati detector.
t. Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi
penukar ion memerlukan prosedur khusus.
Sedangkan kekurangannya adalah:

90
a. Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu
b. Hanya bisa digunakan untuk asam organic
c. Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient
elusi
d. Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas

IV. LANGKAH KERJA


A. Pembuatan larutan standar caffein
1. Menimbang 50 mg caffein murni
2. Membuat pelarut organik sebanyak 500 ml ( 49% aquabidest + 51% methanol)
3. Melarutkan caffein menggunakan pelarut yang telah dibuat dan memasukkan ke
dalam labu takar 500 ml lalu ditanda bataskan.
4. Memipet 1 ml larutan caffein dalam 50 ml pelarut
5. Menyaring larutan dengan membran dan menghitung konsentrasinya.

B. Pembuatan larutan sampel


1. Menimbang 10 tablet dan menentukan berat rata-rata tablet
2. Menggerus tablet menggunakan mortar
3. Menimbang 50 mg dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml
4. Menambahkan pelarut dan mengencerkan, lalu ditanda bataskan
5. Mengambil 1 ml larutam ke dalam 50 ml pelarut lalu ditanda bataskan
6. Menyaring larutan menggunakan membran whatman PFTE

C. Prosedure operational instrument HPLC thermo-dionex:


1. Terlebih dahulu menyiapkan fase gerak yang akan digunakan untuk analisa dan
masukkan ke botol fase gerak yang tersedia.
2. Memeriksa ketersediaan cairan seal wash pada pompa, bila habis / sudah lama
harap di tambah / ganti dengan aquadest baru.
3. Memasang kolom sesuai kebutuhan analisa.
4. Menyalakan instrument : pompa, detektor ( tombol power ada dibelakang
instrument)
5. Menyalakan CPU komputer dan monitor.
6. Mengaktifkan server monitor pada bagian pojok kanan bawah layar monitor.
7. Membuka software chromelon 6,8

91
8. Membuka panel instrument : (bila ada warning tekan ok)
9. Melakukan koneksi software dengan instrument, caranya dengan memberi
cheklist pada pump dan detektor.
10. Melakukan purging pada chanel fase gerak yang akan digunakan:
a) Membuka knop purging
b) Mengatur prosentasi pompa
c) Meng-klik purge pada software
Bila selesai jangan lupa menutup kembali knob purging.

11. Mengalirkan fase gerak ke kolom dengan flow 1ml/mnt.


12. Menyalakan lampu Uv-vis pada detektor sesuai kebutuhan analisa.
13. Membiarkan kolom teraliri fase gerak selama 30-60 menit
14. Memindahkan window software ke posisi browser.
15. Membuat sequence, instrument methode program dan processing data (rincian
ada pada bagian selanjutnya)
16. Bila sequence, program dan instrument methode telah dibuat, kik batch start
17. Meng-klik ready check untuk memastikan sequence telah siap running, lalu start
18. Melakukan injeksi standar dan sampel.
Note : Bila ingin menginjeksi sampel, posisi injektor ada pada posisi load (atas).
Bila sudah ada warning waiting for injection, lalu putar injektor ke posisi
INJECT

19. Melakukan processing data ( ada pada bagian proses kuantitasi )


20. Bila analisa telah selesai, mencuci terlebih dahulu kolom yang digunakan dengan
kandungan air : MeOH selama 30-60 menit
21. Mengakhiri pencucian kolom dengan dialiri metanol 100% selama 30 menit.
22. Mematikan flow pompa dan lampu yang digunakan
23. Menutup software chromelleon beserta server monitornya
24. Mematikan instrument HPLC dan komputernya.

Cara membuat sequence

1. Meng-klik new ---> sequence --> ok


2. Meng-klik next tanpa mengubah ketentuan informasi yang ada
3. Lalu meng-klik finish

92
Cara membuat program

1. Meng-klik new ---> program file ---> ok


2. Meng-klik my computer ---> HPLC ---> next
3. Memasukkan konsentrasi fase gerak yang diinginkan, dan flow rate yang
digunakan ---> next
4. Memasukkan waktu run time setiap injektor ---> next
5. Memasukkan panjang gelombang yang diinginkan ---> next
6. Lalu simpan, file ---> memberi nama ----> save

Cara membuat methode file HPLC

1. Meng-klik file ---> new


2. Meng-klik methode file ---> OK
3. Mengklik file ---> save as
4. Mencari folder yang diinginkan ---> memberi nama method-nya ---> save

Cara Kuantitasi data HPLC

1. Pada window browser, double klik salah satu standar


2. Akan muncul hasil data Uv-vis lalu meng-klik QNT
3. Meng-klik general, memasukkan dimension of amounts, mis : ppm
4. Meng-lik detection ---> melakukan pengaturan integrasi, mis : minimum area : 0,1
5. Meng-klik peak table ----> mengarahkan panah ke tengah peak ---> mengisi nama
zat ---> meng-klik add peak to peak ---> close, lalu menghapus baris peak 1 yang
tak bernama.
6. Meng-klik amount title ---> memasukkan amount of consentrate standart, mis :
60 ppm
7. Meng-klik save
8. Meng-klik printer layout
9. Tampil hasil proses data baik standar maupun sampel ----> print
10. Meng-klik next sample untuk melihat data injeksi selanjutnya ----> print
Memprint semua data yang dibutuhkan.

V. DATA PENGAMATAN

No Sampel Luas Area


1 Standar caffein 1,921
93
2 Bodrex 1,168
3 Panadol 1,254

VI. PERHITUNGAN
 Konsentrasi Larutan Standar Caffein

Massa kafein murni = 50 mg


Volume larutan = 500 ml = 0,5 L
Ppm awal =

= 100 ppm
 Ppm setelah memipet 1 ml larutan dalam 50 ml pelarut
M1 = 100 ppm
V1 = 1 ml
V2 = 50 ml
M2 = ?
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x 1 ml = M2 x 50 ml

M2 =

M2 = 2 ppm

 Kadar kafein dalam sampel


Bodrex

Ppm sampel = x ppm standar caffein

Ppm sampel = x 2 ppm

Ppm sampel = 1,2160 ppm

Panadol

Ppm sampel = x ppm standar caffein

Ppm sampel = x 2 ppm


94
Ppm sampel = 1,3055 ppm

 Berat caffein dalam vial


Bodrex

Berat caffein dalam 10 tablet = x massa rata-rata

obat

Berat caffein dalam 10 tablet = x 0,8366 gr

Berat caffein dalam 10 tablet = 0,8366 gr

Panadol

Berat caffein dalam 10 tablet = x massa rata-rata

obat

Berat caffein dalam 10 tablet = x 0,68347 gr

Berat caffein dalam 10 tablet = 0,5257 gr

95
VII. ANALISA PERCOBAAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar caffeine dalam sampel obat
dengan menggunakan instrumen HPLC. Kromatografi cair berperforma tinggi (high
performance liquid chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik
kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi.
HPLC digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya
terhadap zat padat tertentu. Sampel obat yang digunakan adalah jenis obat sakit
kepala yaitu panadol dan bodrex.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat pelarut yang merupakan
campuran antara metanol 51% dan aquabidest 49% dalam 500 ml. Selanjutnya
membuat larutan standar caffeine dengan menimbangnya sebesar 0,05 gr standar dan
dilarutkan dengan 500 ml pelarut. Kemudian memipet 1 ml larutan dalam 50 ml
pelarut. Setelah itu, semua sampel obat ditimbang per tablet lalu didapatkan berat
rata-rata nya. Kemudian sampel digerus dan diambil setara 50 mg dari komposisi
caffeine dari masing – masing obat dikali dengan berat rata-rata. Sampel lalu
dilarutkan dengan menggunakan pelarut dalam labu takar 50 ml. Selanjutnya, larutan
standar dan larutan sampel dihomogenkan dengan ultrasonic vibrator. Kemudian,
masing-masing larutan tersebut disaring dengan menggunakan saringan membran
agar diperoleh larutan sampel murni tanpa ada partikel-partikel pengganggu /
pengotor yang dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
Alat HPLC dan software pada komputer telah diset sesuai dengan kebutuhan
pengukuran. Larutan standar maupun larutan sampel yang diinjeksikan ke septum
menggunakan syringe sebanyak 20µl. Sebelum diinjeksikan, syringe dibilas terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan yang akan diinjeksikan. Larutan standar
diinjeksikan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan menginjeksikan larutan
sampel. Larutan yang masuk kemudian dialirkan oleh fase gerak menuju kolom
dengan bantuan pompa. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen yang
didasarkan pada tingkat kepolaritasan dari setiap komponen-komponen yang ada di
dalam campuran. Setelah keluar dari kolom akan terdeteksi oleh detektor yang
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram yang menghasilkan puncak.

Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat waktu retensinya. Hasil yang didapat
waktu retensi untuk larutan standar yaitu 2,96 menit, sampel bodrex 3,09 menit dan

96
sampel panadol 2,93 menit. Kemudian didapatkan juga data berupa tinggi dan area
dari masing-masing cuplikan.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid chromatography,
HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya
disertai dengan tekanan tinggi.
2. Pelarut yang digunakan yaitu campuran metanol 41% dan aquabidest 59%.
3. Waktu retensi untuk larutan standar yaitu 2,96 menit, sampel bodrex 3,09 menit
dan sampel panadol 2,93 menit.
4. Tinggi dan area yang dihasilkan:
 Tinggi yang dihasilkan dari std. caffeine 95,912 mAU dan area 1,921
mAu*min.
 Tinggi yang dihasilkan untuk sampel panadol 51,395 mAU dan area 1.254
mAU*min.
 Tinggi yang dihasilkan untuk sampel bodrex 43,657 mAU dan area 1,168
mAU*min.

97
GAMBAR ALAT

Seperangkat alat HPLC

Syringe

98
DAFTAR PUSTAKA

Kasie Laboratorium Kimia Analitik Instrumen. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analitik
Instrumen. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.

Andiran, Eka. 2013. HPLC. Diakses dari https://ekaandrians.blogspot.com/2013/04/hplc.html


pada tanggal 1 Desember 2020.

Deda, Putri. 2018. Laporan Praktikum HPLC. Diakses dari


https://pfanesha.blogspot.com/2018/11/laporan-praktikum-hplc.html pada tanggal 1
Desember 2020.

99

Anda mungkin juga menyukai