Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si
D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021
DAFTAR ISI
Disusun oleh :
Kelompok A1 :
1. Annisa Suci Parawansyah Harahap ( 06183040029 )
2. Agraisma Friska Nensi ( 061930400074)
3. Muhammad Dai Mufarrid ( 061930400079)
4. Ratih Al Tiba ( 061930400080)
5. Riyan Sanjaya ( 061930400081)
Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si
D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021
1
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
Melakukan analisa sampel ( zat warna ) secara kromatografi lapis tipis
Toluen
Benzen
Etanol 96 %
Zat Warna sintetis
3. DASAR TEORI
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang sederhana
yang biasanya digunakan untuk identifikasi senyawa-senyawa organik. Pemisahan
dengan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara menotolkan sampel pada
lempengan lapis tipis kemudian memasukkannya ke dalam chamber yang berisi eluen
dengan perbandingan pelarut tertentu. Prinsip dari kromatografi lapis tipis yaitu
pemisahan senyawa berdasarkan kepolaran fase diam dan senyawa yang diuji.
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada
tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan
elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan
atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan
yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat
dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Rohman, 2007).
2
digunakan pada KLT adalah silika gel GF dan sebagai fase gerak
digunakan nheksana,kloroform, etil asetat dan n-butanol.Bejana kromatografi sebelum
digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase geraknya. Sedikit fraksi
positif flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan dengan pelarutnya(eluen yang akan
dipakai) kemudian ditotolkan pada plat kromatografi lapis tipis dengan menggunakan
pipa kapiler. Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana. Bila fase gerak telah
mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat,dan dikeringkan di udara terbuka. Sebagai
penampak noda digunakan asam sulfat. Noda yang terbentuk diamati dengan lampu UV
254 nm dan 366 nm kemudian dihitung Rf-nya (Asih, 2009).
2. Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini
dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan
teknik yang sensitif.
b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak
antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase
gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf.
Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non
polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.
d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut
sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu.
Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan
solut-solut yang bersifat basa dan asam.
4
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika
menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana
dalam prosedur kromatografi lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan
menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara
otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 µl. Tepi bagian bawah lempeng lapis tipis yang telah ditotolkan
sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak harus
dibawah lempeng bertotol sampel.
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan murah
dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikiann juga peralatan yang digunakan.
Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan hampir
semua laboratorium melaksanakan metode ini.
4. PROSEDUR KERJA
Menyediakan pelat yang telah selesai dilapisi
Meneteskan cuplikan dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan pelat
Memasukkan pelat kedalam chamber yang telah diisi dengan sikloheksan.
Tetesan yang berada pada pelat tidak boleh terendam pelarut. Bila perlu dapat
digunakan campuran toluene sikoheksan ( 10 :90 ) yang lebih bersifat polar.
Membiarkan pelarut naik perlahan-lahan sepanjang pelat hingga hampir dicapai
ujung yang lain dari pelat. Menandai batas perjalanan pelarut.
Membiarkan pelat kering dan membandingkan harga Rf dari noda-noda yang
terbentuk.
5. DATA PENGAMATAN
(Warna)
5
Kuning Kuning 8,5 cm 8,5 cm 1
(sintesis)
Coklat 8,5 cm 1
Hitam 8,5 cm 1
Ungumuda 6 cm 0,7059
6. PERHITUNGAN
Perhitungan Rf :
1. Pelarut 96 % etanol
Panjanggelombang 254 nm
a. Sampel merah magenta ( sintesis )
- Biru
Dik : jarak komponen : 6 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,7059
- Ungu
6
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = =1
Rf = = =1
Rf = = = 0, 7294
- Birutua
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = =1
d. Hitam ( sintesis )
- Abu
Dik : jarak komponen : 3 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
7
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,3529
- Ungu
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = =1
- Hitam
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = =1
- coklat
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = =1
Rf = = = 0,7059
8
- Ungutua
Dik : jarak komponen : 8,5 cm
Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = =1
Lampiran 1
Foto percobaan
9
7. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui cara pemisahan
dengan metode cara pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan
menentukan pigmen warna dalam pewarna sintesisdengan metode kromatografi lapis
tipis (KLT). Pewarna sintesis yang digunakan dalam percobaan ini adalah warnamerah
magenta, kuning, biru, hitam,danbiru+merah. Pada percobaan ini menggunakan chamber
yang mana pada chamber menggunakan fasa gerak (pelarut) etanol 96%. Fase diam yang
digunakan dalam percobaan ini adalah alumina yang merupakan penyusun dari plat tipis
(KLT). Plat tipis kemudian diberi batas garis sepanjang 1,5 cm kemudian dibagi 5
komponen yang masing masing berjarak 1,6 cm. Pelarut yang telah disiapkan tersebut
dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup rapat supaya pelarut yang digunakan tidak
menguap. Pelat yang akan diteteskan dengan cuplikan, sebelumnya diberi tanda agar
jarak antar cuplikannya merata. Setelah cuplikan diteteskan pada plat yang diberi tanda
tersebut, plat dimasukkan kedalam chamber, ketika pelarut mulai membasahi plat /
lempengan, pelarut pertama-tama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang
telah ditempatkan pada garis dasar. Kemudian stopwatch di hidupkan untuk mengetahui
waktu yang dibutuhkan cuplikan mencapai ujung plat. Senyawa-senyawa akan cenderung
bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Terlihat
mulai ada bercak terpisah-pisah, hal ini dikarenakan setelah sampel dilarutkan eluen
maka sampai akan ikut berinteraksi juga dengan silika yang ada dilempengan, senyawa
yang terperangkap dibagian paling bawah menunjukan bahwa senyawa tersebut paling
tinggi kepolarannya, senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat
pada silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita dapat mengatakan bahwa senyawa
ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya.
Jarak tempuh pelarut pada percobaan pertama adalah 8,5 cm dalam waktu 30.35
menit. Dari percobaan dapat dilihat bahwa jarak dari setiap sampel sangat bervariatif dari
yang paling pendek hingga panjang, hal ini disebabkan karna semakin besar jarak
kompenen sampel itu berarti sampel tersebut polar terhadap plat yang dibuktikan dengan
nilai Rf yang kian besar. Sebaliknya, bila suatu sampel mempunyai nilai Rf yang kecil
atau jarak komponen-nya kecil/pendek maka sampel tersebut dikatakan polar terhadap
plat.
10
8. KESIMPULAN
Kromatografi lapis tipis adalah alat yang digunakan untuk menganalisa dan memisahkan
zat dalam jumlah yang sedikit.
Pada percobaan ini yang merupakan fase geraknya adalahpelarut etanol 96%. Sedangkan
fase diamnya adalah pelat.
Nilai Rf yang rendah menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan senyawa
polar.Sementara, nilai Rf yang tinngi menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan
senyawa non polar.
9. DAFTAR PUSTAKA
11
Gambar Alat
Pelat TLC
Chamber Kromatografi
12
LAPORAN PRAKTIKUM
“SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS”
Disusun oleh :
Kelompok A1 :
1) Annisa Suci Parawansyah Harahap ( 061830400290)
2) Agraisma Friska Nensi ( 061930400074)
3) Muhammad Dai Mufarrid ( 061930400079)
4) Ratih Al Tiba ( 061930400080)
5) Riyan Sanjaya ( 061930400081)
Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si
D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021
13
SPEKTROFOTOMETRI UV/VIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk
menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 -7 cm).
Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan
spektrum UV adalah 100 – 400 nm (Day and Underwood, 2002: 788).
Panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya promo
elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang menyerap cahaya pada
daerah tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada senyawa yang menyerap pada
panjang gelombang UV yang lebih pendek (Day and Underwood, 2002: 180).
Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-VIS karena
mereka mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat
dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana
absorbsi itu terjadi bergantung pada beberapa elektron kuat itu terikat dalam molekul
itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat denagn kuat dan diperlukan
iodisasi yang lebih tinggi atau panjang gelombang pendek untuk sksitasinya (Day
and Underwood, 2002: 388).
Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang kadang menunjukkan
struktur harus di mana sumbangan vibrasi individu teramati. Namun dalam fase-fase
merapat tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga dekatnya,
sehingga sering sekali hanya tampak pita lebar (Day dan Underwood, 2002: 389).
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-
VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah
menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak
menyerap pada daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 2012: 252).
15
Spektrofotometer UV-VIS prinsipnya sama dengan spektrofotometer pada
umumnya yaitu alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Pengukuran menggunakan spektrofotometer ini disebut
dengan spektrofotometri (Saputra 2009). Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan
hukum Lambert Beer adalah bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantukan dan sebagian lagi dipancarkan
(Clark 2007). Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan
mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya
yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian di terima oleh detektor. Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke
digital dan dilihat hasilnya, perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah
terprogram untuk mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan
diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.
b. Analisis Kuantitatif
Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet
Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm
Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan
energy eksitasi rendah
Sinar yang dipakai harus monokromatis
18
IV. PROSEDUR KERJA
19
Mengulangi langkah (4) dan (5) sampai semua larutan standar selesai diukur
Membawa Cursor keSTDI dan menekan enter
Memasukkan nilai 0 ( pada concentration ) dan memberi nama analyte, menekan
next atau F7
Untuk larutan standar 2, memasukkan nilai konsentrasinya
Mengulangi langkah (9) sampai semua larutan standar dimasukkan nilai
konsentrasinya
Menekan done
Menekan File / print, pilih print Calibration
Memilih Set Up, Menekan enter
Memilih Serial/F7
Memilih banrate 38400; bits 8, perify even
Menekan F6/ Done 2X
Menekan F6 / print.
D. Menganalisa Sampel
Menekan F4 / Sampel
Memasukkan kuvet 1 ( larutan blanko ), menekan F8 ( blank )
Mengganti dengan kuvet 2 ( larutan sampel 1 ), menekan F7 (sampel)
Mengulangi langkah (2) dan (3) untuk keseluruhan sampel
Menekan F6 ( done )
Menekan Graphic / F6
Menekan Mark / F6, memilih Peaks, menekan enter
Menekan Print / F6, memilih Set Up, menekan enter
Menekan serial, memilih bandrate 38400, bits 8 dan parity even
Menekan F6 / Done 2X
Menekan F6
20
Memilih Yes
Menunggu proses inisialisasi selesai
Menekan tombol power ke off
V. DATA PENGAMATAN
a. Mencari panjang gelombang maksimum
No Panjang gelombang ( nm) Absorbansi
1 600 nm 0,49870
1 100 0, 08910
2 200 0,16710
3 300 0,25456
4 400 0,31479
5 500 0,41234
6 600 0,49970
7 700 0,52963
21
VI. PERHITUNGAN
= 2000 mg/L
= 2000 ppm
f. Untuk V1 = 30 ml
22
V1 x M1 = V2 x M2
M2 = 600 ppm
g. Untuk V1 = 35 ml
V1 x M1 = V2 x M2
35 ml x 2000 ppm = 100 ml x M2
M2 = 700 ppm
0,4
Absorbansi
0,3
Series1
0,2 Linear (Series1)
0,1
0
0 200 400 600 800
Konsentrasi (ppm)
23
5 500 0,41234 250000 206,17
6 600 0,4997 360000 299,82
7 700 0,52963 490000 370,741
Total 2800 2 1400000 1121,3451
Slope =
= 0,0007
Intersep =
= 0,017
Y = SlopeX + Intersep
Y = 0,0007x +0,017
Persamaan yang didapatkan pada MS. Excel dan secara manual sama, sehingga
perhitungan konsentrasi Cu dalam sampel adalah :
a. Limbah 1
y = 0,0007x + 0,017
0,0007x = 0,2386
x = 340,86 ppm
b. Limbah 2
y = 0,0007x + 0,017
0,0007x = 0,23937
x = 341,96 ppm
% Kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 6,5687 %
b. Limbah 2
% Kesalahan = x 100 %
= x 100 %
= 6,5914 %
25
VII. ANALISA PERCOBAAN
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah pengukuran dengan Spektrofotometer
UV/Vis. Dimana tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur konsentrasi suatu
unsure dalam suatu sampel. Pada praktikum ini sampel yang dianalisis adalah sampel
yang berwarna dan memanfaatkan daya absorbansi sinar.
Pada percobaan kali ini digunakan alat spektrofotometri ultra violet dengan
metode kurva kalibrasi dan kali ini digunakan CuSO4.5H2O sebagai larutan standar
nya maka dari itu sampel yang digunakan pun menggunakan sampel yang
mengandung CuSO4. Dengan menggunakan Kristal CuSO4.5H2O 3,927 gram pada
500 ml air dan menambahkan H2SO4. Kemudian larutan ini di pindahkan kemasing-
masing 0,5,10,15,20,25,30,35 ml dalam labu takar 50 ml, kemudian ditambahkan
masing-masing dengan 5 ml NH3 pekat dan di encerkan dengan aquadest sampai
tanda batas.
26
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Spektrofotometri UV/VIS adalah pengukuran energy cahaya oleh suatu sistem pada
panjang gelombang tertentu.
2. Prinsip kerja dari alat spektrofotometer yakni berdasarkan pada absorbansi, cahaya oleh
komponen yang akan dianalisa sebagian cahaya tersebut akan diserap oleh komponen
yang ada pada suatu sampel dan sisanya akan dipancarkan.
3. Panjang gelombang maksimum yang didapat yakni 600 nm dengan absorbansi 0,49870
4. Konsentrasi dari larutan standar yang digunakan adalah 2000 ppm
5. Absorbansi dari hasil pengenceran larutan standar sebanyak 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml,
dan 25 ml, 30 ml, dan 35 ml adalah 0,0891 : 0, 1671: 0,25456: 0,31479: 0,41234:
0,4997: 0,52963.
6. Persamaan kurva kalibrasi yang didapatkanadalah y = 0,0007x + 0,017.
7. Nilai konsentrasi sampel adalah 318,47 ppm dan 319,42 ppm dengan masing – masing
persentasi kesalahannya 6,5687 % dan 6,5914 %.
27
Gambar Alat
Perangkat komputer
28
LAPORAN PRAKTIKUM
“ANALISA AIR”
Disusun oleh :
Kelompok A1 :
1) Annisa Suci Parawansyah Harahap ( 061830400290)
2) Agraisma Friska Nensi ( 061930400074)
3) Muhammad Dai Mufarrid ( 061930400079)
4) Ratih Al Tiba ( 061930400080)
5) Riyan Sanjaya ( 061930400081)
Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si
D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021
29
ANALISA AIR
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu dan mengerti menggunakan alat Waterproof Cyberscan
PCD 650 dengan baik dan benar untuk mengukur parameter fisik air seperti pH,
conductivity, TDS, resistivity, dan kadar oksigen.
Analisis kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan manusia terhadap air minum.
30
Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik
(warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD).
Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat
tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap
badan air tersebut.
31
1. Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a. Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna
bening, atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh
kehadiran bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa
organik ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti
plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan
mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah industri
kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air. Disamping itu
warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa organik, yang
melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro organisme air.
b. Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal
yang mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di
lapangan. Suhu air yang normal berkisar ± 3 oC dari suhu udara. Peningkatan suhu
air bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan
gunung berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan
air. Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air.
Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu.
32
Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter
>1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS
terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan
oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Materi yang
tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi
penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.
d. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran
tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian
salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000
gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah
Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan
lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang
disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas
adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk
perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar
antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
33
air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan indikator,
dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan pada
konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat
dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm.
Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling
(aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar
20 – 1500 µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
b. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang umum ada
beberapa parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH = -
log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis dengan air (H2O) yang
membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah
pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+ tidak hanya
merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa
lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada sebanyak 10-7,
sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah, maka nilai pH
akan turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi ion
hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut bersifat basa.
pH yang ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat
rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat
toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan
konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air.
34
pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air
berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan
oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan
mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 0oC yaitu
sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen
dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang umum digunakan untuk analisa
oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi cara Winkler dan metode
elektrokimia dengan alat DO-meter.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen
Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat
organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara biologis,
maupun yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD berbeda
35
dengan analisa BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD
dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 – 0,60.
Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
e. CO2
Karbondioksida (CO2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.
Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,
namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu
secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan
Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida
memiliki kelarutan yang relatif banyak.
f. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
menurunkan pH larutan atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity
(ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Alkalinitas merupakan hasil reaksi terpisah dalam larutan dan merupakan analisa
makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas merupakan kemampuan air
untuk mengikat ion positif hingga mencapai pH 4,5.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),
bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO32-), fosfat (PO43-), silikat (SiO44-),
ammonia, asam organik, garam yang terbentuk dari asam organik yang resisten
terhadap oksidasi biologis. Dalam air alami, alkalinitas sebagian besar disebabkan
adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Pada keadaan tertentu, keberadaan
ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar CO2 dan HCO3-
sehingga kadar CO32- dan OH- naik dan pH larutan menjadi naik.
g. Kesadahan
Kesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion logam
bervalensi banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr).
Kation‑kation logam ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun
36
dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada
peralatan logam. Kation-kation utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain
Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+. Anion-anion utama penyebab kesadahan di dalam
air antara lain HCO3-, SO42-, Cl-, NO3-, dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang
dibutuhkan oleh sabun untuk membusakan dalam jumlah tertentu dan juga dapat
menimbulkan kerak pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan alat-alat lain yang
menyebabkan temperatur air naik.
37
saja setiap batas batas kualitas air, udara dan tanah diperhatikan dan dijaga agar tidak
membuat alam ini dan penghuninya menjadi rusak.
b. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan 4 jenis air kemasan dan air got, memasukkan sample kedalam gelas
kimia dan memberi label.
2. Menghubungkan kabel daya ke sumber arus PLN dan menekan tombol F4(ON)
selama 3 detik.
3. Memasukkan elektroda kedalam larutan atau sample yang akan diukur, minimal
1/3 bagian elektroda terendam, menggu beberapa saat sampai pembacaannya
stabil, mencatat pH yang terlihat dilayar.
4. Menekan tombol mode (F3) beberapa kali sampai dilayar terdapat tulisan
measurring cound di layar.
5. Menunggu beberapa saat sampai didapat pembacaan yang stabil, mencatat
hasilnya.
6. Menekan tombol mode (F3) beberapa kali sampai terdapat tulisan measurring
TDS di layar.
7. Menunggu beberapa saat sampai didapat pembacaan yang stabil, mencatat
hasilnya.
38
8. Menekan tombol mode (F3) beberapa kali sampai terdapat tulisan measurring res
di layar.
9. Menunggu beberapa saat sampai didapat pembacaan yang stabil, mencatat
hasilnya.
10. Untuk pembacaan % Dissolved Oxygen dan Oxygent Concentrastion
menggunakan cara yang sama seperti langkah di atas.
V. DATA PENGAMATAN
1. Parameter Fisik
Air Detergent : Bening dan berbusa, tak ada endapan, berbau.
Air sumur : Keruh, tak ada endapan, tak berbau.
Air PAM : Bening, tak ada endapan, tak berbau.
Air selokan : Agak keruh, ada endapan, berbau.
2. Parameter Kimia
Air 251,2
417,5 426,5 1,199 1,73 0,89
Detergent
Air 286,9
213,4 217,2 2,359 1,70 40,3
sumur
Air 296,1
220,1 224,6 2,267 1,78 14,4
Selokan
39
V. GRAFIK PENGAMATAN
250 R² = 0,4316
200 TDS
100
50
0
0 1 2 3 4 5
Sampel
40
Hubungan Sampel dan Resistivity
9
6 y = 0,9209x + 1,245
Resistivity (kΩ)
R² = 0,1335
5
4 Resistivity
3 Linear (Resistivity)
0
0 1 2 3 4 5
Sampel
300
y = -76,165x + 422,8
250 R² = 0,4313
200 Konduktivity
100
50
0
0 1 2 3 4 5
Sampel
41
Hubungan Sampel dan DO
1,82
1,8
y = 0,025x + 1,69
1,78
R² = 0,498
DO (ppm)
1,76
1,74 DO
Linear (DO)
1,72
1,7
1,68
0 1 2 3 4 5
Sampel
300
R² = 0,4954
200
150 Voltase
Linear (Voltase)
100
50
0
0 1 2 3 4 5
Sampel
42
Hubungan Sampel dan Turbidimeter
45
40
35
Turbidimeter (NTU)
30
y = 0,1415x + 13,84
25 R² = 1E-04
20 Turbidimeter
15 Linear (Turbidimeter)
10
0
0 1 2 3 4 5
Sampel
43
daya hantar listrik (konduktivitas) bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik.
Kemudian pada pengukuran resistivity, nilai terendah pada sampel 1 sebesar
1,199 KΩ. Sementara, nilai tertinggi pada sampel 3 sebesar 8,364 KΩ. Resistivity
adalah kemampuan suatu bahan atau sampel untuk menghantarkan arus listrik yang
bergantung terhadap besarnya medan listrik dan kerapatan arus. Semakin besar
resistivity suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan untuk
menimbulkan sebuah kerapatan arus. Dari hasil percobaan didapatkan nilai terbesar
pada sampel 3.
VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Pengukuran kualitas air dapat diamati dengan parameter fisik, parameter kimia dan
biologi.
Parameter fisik meliputi Warna, bau, dan kekeruhan.
Parameter kimia meliputi TDS, Konduktivity, Resistensity, DO, Voltase, dan lain-lain.
http://hayyunataqia.blogspot.com/2016/05/makalah-analisis-
kualitas-air_18.html
44
GAMBAR ALAT
Turbidimeter
45
LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC)”
Disusun oleh :
Kelompok A2 :
1. Suci Wulandari ( 061930400082)
2. Setia Ningsih ( 061930400085)
3. Andrea Glorys Chrisandra ( 061930400577)
4. Annisa Amalia ( 061930400578)
5. Arya Listiadi ( 061930400579)
Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si
D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021
46
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
Melakukan analisa sampel (zat warna) secara kromatografi lapis tipis
48
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini
dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena
KLT merupakan teknik yang sensitif.
b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak
antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas
fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan
nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam
pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan.
d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut
sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan
tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan
meningkatkan solut-solut yang bersifat basa dan asam.
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika
menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana
dalam prosedur kromatografi lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan
menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara
otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 µl. Tepi bagian bawah lempeng lapis tipis yang telah ditotolkan
sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak harus
dibawah lempeng bertotol sampel.
49
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7. Jumlah perlengkapan sedikit.
8. Preparasi sample yang mudah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan
metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan
6. Teknik percobaan, Arah dalam mana pelarut bergerak di atas plat.
7. Jumlah cupilkan yang digunakan, Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan.
8. Suhu, Pemisahan-pemisahan sebaiknya dilakukan pada suhu tetap,
9. Kesetimbangan, Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap
pelarut.
50
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam KLT :
1. Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada proses elusi
lempeng silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan lempeng
dilakukan dalam oven pada suhu 110 C selama 30 menit.
2. Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase
penjerap yang akan menghalangi laju eluen.
3. Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab pemisahannya akan
sulit sehingga didapat noda berekor.
4. Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.
5. Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda lain
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Menyediakan pelat yang telah dilapisi
Meneteskan cuplikan dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan pelat
Memasukkan pelat ke dalam chamber yang telah diisi dengan sikloheksan. tetesan yang
berada pada pelat tidak boleh terendam pelarut. Bila perlu dapat digunakan campuran
toluen sikloheksan (10:90) yang lebih bersifat polar
Membiarkan pelarut naik perlahan-lahan sepanjang pelat hingga hampir mencapai ujung
lain dari pelat. Menandai batas perjalanan pelarut
Membiarkan pelat kering dan membandingkan harga Rf dari noda-noda yang terbentuk
V. DATA PENGAMATAN
Pelarut etanol + kloroform
Ukuran panjang gelombang 366 nm
Sampel Warna noda Jarak Jarak Nilai Rf
komponen pelarut
(pewarna
makanan)
51
Coklat Cokelat 7,3 cm 8,0 cm 0,9125
kekuningan
Biru 8,0 cm 1
Fluoresence 8,0 cm 1
VI. PERHITUNGAN
Perhitungan Rf :
Rf = = = 0,975
- Merah
52
Dik : jarak komponen : 6,9 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,8625
- Orange
Dik : jarak komponen : 6,7 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,8375
Rf = = = 0,9125
- Biru
Dik : jarak komponen : 7,75 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,96875
- Fluoresence
Dik : jarak komponen : 7,75 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
53
Jawab :
Rf = = = 0,9687
Rf = = =1
- Kuning
Dik : jarak komponen : 7,3 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,9125
- Fluoresence
Dik : jarak komponen : 8,0 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = =1
Rf = = = 0,975
54
- Merah tua
Dik : jarak komponen : 5,5 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,6875
- Orange
Dik : jarak komponen : 6,1 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,7625
Rf = = = 0,9875
- Merah tua
Dik : jarak komponen : 5,8 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
Jawab :
Rf = = = 0,725
Orange
Dik : jarak komponen : 6,1 cm
Jarak pelarut : 8,0 cm
Dit : Rf ?
55
Jawab :
Rf = = = 0,762
VIII. KESIMPULAN
Zat warna yang memiliki karakteristik yang sama dengan solvent akan bergerak lebih
cepat dan sebaliknya.
Kromatografi lapis tipis adalah alat yang digunakan untuk menganalisa dan memisahkan
zat dalam jumlah yang sedikit.
Pada percobaan ini yang merupakan fase geraknya yaitu kloroform dan etanol 96%
masing - masing 25 ml. Sedangkan fase diamnya adalah pelat yang dilapisi kapur.
Nilai Rf yang rendah menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan senyawa
polar.Sementara, nilai Rf yang tinngi menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan
senyawa non polar.
57
Lampiran 1
Foto Percobaan
Stopwatch
58
Lampiran 2
59
LAPORAN PRAKTIKUM
“SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM”
Disusun oleh :
Kelompok A2 :
1. Suci Wulandari ( 061930400082)
2. Setia Ningsih ( 061930400085)
3. Andrea Glorys Chrisandra ( 061930400577)
4. Annisa Amalia ( 061930400578)
5. Arya Listiadi ( 061930400579)
Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si
D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
Tahun Ajaran 2021/2022
60
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (AAS)
I. TUJUAN
setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menggunakan alat spektrofotometri serapan atom
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri serapan atom
61
absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat
khas karena mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom
bebas (Basset, 1994).
Spektrofotometri molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang di
pertimbangkan melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga menyerap
radiasi yang menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi
lebih sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena keadaan energi
elektronik tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi atom terdiri
dari garis-garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang diamati dalam
spektrokopi molekul (Underwood, 2001).
Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif
dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena
prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb),
dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa
sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk
analisa unsur, teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan
karena sebelum pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan
karena kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat
dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan
untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber
cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian
dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian
radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan
untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah
searah arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber
radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi
maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit
terluar naik ke tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel
akan menyerpa sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan
energi cahaya terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang
dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).
Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi
unsur yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis
unsur-unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi
62
dasar yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini biasanya
berasal dari nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau asetilen-N2O,
tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit menjadi uap atom bebas
pada tingkat energi dasar (ground state). Disini berlaku hubungan yang dikenal dengan
hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara SSA.
Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina, 2006).
I = Io . a.b.c
Atau,
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan
a. Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda
Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
63
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus.
b. Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di
dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom
c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api.
d. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator
dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang
diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator
difraksi grating.
e. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap
oleh permukaan yang peka. Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi
energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan
data. Detektor AAS tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya
sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah
barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor
64
photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa
yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron.
Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak
menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu
menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda
besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja alat
maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat
bantu lain seperti autosampler.
f. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau
gambar yang dapat dibaca oleh mata.
g. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar
pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada spektrofotometry
serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar asap yang
dihasilkan tidak berbahaya.
65
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standard (Astd) dan
absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrofotometri.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan
menyebabkan gangguan pada penetapan konsentrasi unsur.
66
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa
kimia, biasanya anion, yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa
yang tahan panas (refractory). Sebagai contoh fospat akan bereaksi dengan kalsium
dalam nyala menghasilkan pirofospat (Ca2P2O7). Hal ini menyebabkan absorpsi
ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat
diatasi dengan menambahkan stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam
larutan. Kedua logam ini mudah bereaksi dengan fospat dibanding dengan kalsium
sehingga reaksi antara kalsium dengan fospat dapat dicegah atau
diminimalkan. Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA
berlebih. EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan kalsium, sehingga
pembentukan senyawa refraktori dengan fospat dapat dihindarkan. Selanjutnya
kompleks Ca-EDTA akan terdisosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang
menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabila unsur-unsur seperti: Al,
Ti, Mo, V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam
oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan
menaikkan temperatur nyala, sehingga nyala yang umum digunakan dalam kasus
semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.
2. Gangguan ionisasi
Gangguan ionisasi ini biasa terjadi pada unsur-unsur alkali tanah dan beberapa
unsur yang lain. Karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam
analisis dengan SSA yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tak
terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala
akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi berkurang. Namun
demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas
dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan
menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.
67
nyala. Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat kalibrasi
atau standarisasi.
1. Spesifik
2. Batas (limit) deteksi rendah
3. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
4. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi
contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
5. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis
contoh.
6. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga
persen)
68
5) Meng-klik analisis (Menghubungkan dengan file, membiarkan seperti adanya)
6) Meng-klik result (Menampilkan layar untuk pengamatan hasil)
7)
c. Persiapan Sampel
- Menyiapkan sampel, mengencerkan bila perlu (koordinasi dengan instruktur)
d. Pengukuran Sampel
1) Menekan air acytelence diikuti IGNITION (penyalaan)
2) Meng-klik START pada aplikasi window, menunggu sampai terbaca instrument ready di
bagian bawah layar
3) Meng-klik ZERO pada window, menunggu hingga instrument ready muncul
4) Komputer akan meminta cal blank (aspirasikan larutan pengencer yaitu aquadest), meng-
klik OK, program akan mengukur blanko
5) Setelah blanko selesai, program akan meminta standar 1, mengaspirasikan standar 1,
meng-klik OK. Melakukan pengulangan untuk semua larutan standar
6) Setelah semua larutan standar, program akan meminta sampel, mengaspirasikan sampel
secara berurutan. Data akan tampil dilayar, hasil pengukuran sampel juga akan tampil
dalam bentuk konsentrasi langsung.
69
V. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan Standar
a. Pengenceran Larutan Na 1000 ppm ke 100 ppm dalam 50 ml
- 4 ppm dalam 50 ml
- 6 ppm dalam 50 ml
- 8 ppm dalam 50 ml
70
- 10 ppm dalam 50 ml
X Y
Sampel (konsentrasi) (ppm) (absorbansi) X^2 XY
1 2 0,0166 4 0,0332
2 4 0,0332 16 0,1328
3 6 0,0474 36 0,2844
4 8 0,0569 64 0,4552
5 10 0,0672 100 0,672
Total 30 0,2213 220 1,5776
m=
= 0,006245
Linearitas :
y = 0,006245x
71
1. y = 0,006245 (2) = 0,01249
2. y = 0,006245 (4) = 0,02498
3. y = 0,006245 (6) = 0,03747
4. y = 0,006245 (8) = 0,04996
5. y = 0,006245 (10) = 0,06245
X (konsentrasi) Y
Sampel (ppm) (absorbansi)
1 2 0,0166
2 4 0,0332
3 6 0,0474
4 8 0,0569
5 10 0,0672
Total 30 0,2213
0,05 y = 0,0072x
0,04 R² = 0,9588
0,03 Linear (Series1)
0,02
0,01
0
0 5 10 15
Konsentrasi
72
3. Perhitungan konsentrasi sampel
1.1 Berdasarkan persamaan excel.
Perhitungan konsentrasi sampel 1 (Air Buangan Depan TU)
Y = 0,0072x
0,0008 = 0,0072x
x =
x = 0,111 ppm
x = 0,097 ppm
x = 0,580 ppm
x = 1,208 ppm
73
x = 0,128 ppm
x = 0,112 ppm
x = 0,672 ppm
x = 1,393 ppm
x = 2,305 ppm
Standar 2 (4 ppm)
Y = 0,0072x
0,0332 = 0,0072x
x =
74
x = 4,6111 ppm
Standar 3 (6 ppm)
Y = 0,0072x
0,0474 = 0,0072x
x =
x = 6,583 ppm
Standar 4 (8 ppm)
Y = 0,0072x
0,0569 = 0,0072x
x =
x = 7,902 ppm
x = 9,333 ppm
x = 2,658 ppm
Standar 2 (4 ppm)
Y = 0,006245 x
0,0332 = 0,006245 x
x =
x = 5,316 ppm
75
Standar 3 (6 ppm)
Y = 0,006245 x
0,0474 = 0,006245 x
x =
x = 7,590 ppm
Standar 4 (8 ppm)
Y = 0,006245 x
0,0569 = 0,006245 x
x =
x = 9,111 ppm
x = 10,760 ppm
76
a) Sampel 1 (Air Buangan Depan TU)
% Kesalahan =
= 5,4 %
b) Sampel 2 (Air keran Mushola)
% Kesalahan =
= 2,06 %
c) Sampel 4 (Parit Masjid)
% Kesalahan =
= 0,000 %
d) Sampel 4 (Parit Graha)
% Kesalahan =
= 0,57 %
%Kesalahan =
= 8,5 %
% Kesalahan =
= 11,60 %
77
% Kesalahan =
= 13,69 %
d) Sampel 3 (Parit Graha)
% Kesalahan =
= 12,77 %
VI. ANALISA
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menggunakan alat Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS) dan melakukan pengukuran terhadap sampel untuk mencari konsentrasi
menggunakan prinsip kerja dari AAS , Lampu katoda yang digunakan ialah lampu katoda
Cu. Menggunakan lampu katoda Cu dikarenakan pada percobaan ini yang akan dianalisis
ialah kandungan (Cu) dalam berbagai sampel air. Pada percobaan ini sampel harus berupa
cairan, jika berupa padatan maka harus dibuat dalam bentuk cairan terlebih dahulu.
Analisis ini juga dibantu dengan bantuan dari udara dan asetilen (Air-Acetylene) untuk
membuat nyala apinya. Lalu melakukan pengenceran larutan standar Cu 1000 ppm ke 100
ppm dalam 50 ml kemudian dari pengenceran larutan standar Cu tadi diencerkan kembali
dengan konsentrasi 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, dan 10ppm dalam 50 ml aquadest.
Kemudian sampel disiapkan diantaranya sampel air buangan depan TU, air keran musholla,
parit masjid dan parit graha.
Setelah menyiapkan sampel kemudian diukur dengan alat SSA. Prinsip kerja SSA adalah
sampel cair yang memasuki alat pertama kali dikabutkan di nebulizer.Titik-titik air yang
halus dihasilkan dari nebulizer yang menghisap larutan cuplikan yang kemudian
disemburkan kebagian tengah pembakar(burner) yang telah menyala dan mengalami
deatomisasi ,nyala api dihasilkan dari gas Asetilen dan gas oksigen dari kompresor,atom
pada keadaan standar membutuhkan energy yang besar dan untuk mendapatkan energy
tersebut,atom akan menyerap energy dari sumber cahaya pada SSA,Lampu katode yang
digunakan adalah lampu Cu.
Hal pertama yang dilakukan menghidupkan komputer dan mengikuti prosedur serta
instruksi yang diberikan. Sebelum menganalisis sample, alat dilakukan kalibrasi terlebih
dahulu menggunakan larutan standar Cu yang telah diencerkan. Hal ini dilakukan untuk
melakukan pegecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara
78
membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Setelah selesai, dapat dilihat bahwa air parit
graha memiliki kandungan Cu paling tinggi dibandingkan dengan sampel lain.
Setelah melakukan pengukuran absorbansi larutan sampel,dan absorbansi dari larutan
standard,kemudian dibuat kurva kalibrasinya,Dari hasil percobaan diperoleh kurva kalibrasi
excel dengan persamaan garis : dengan R2 = 0,9588 .Nilai R ini menunjukkan
linieritas suatu hasil pengukuran. Bila nilai R semakin mendekati 1 maka hasil pengukuran
tersebut semakin linier. Dari percobaan didapatkan nilai R = 0,9791 hal ini disebabkan
karena kesalahan personal dalam memipet larutan standar. Persamaan regresi dari alat AAS
adalah
Concentration = 139,5113 x Absorbtion
VII. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja analisa menggunakan alat AAS yaitu suatu sampel dibuat dalam bentuk
larutan kemudian dikabutkan,lalu disemburkan kebagian burner dan mengalami
deatomisasi.Kemudian direaksikan dengan sumber energy(radiasi) maka atom pada
keadaan dasar membutuhkan energy yang besar dan untuk mendapatkannya atom
tersebut menyerap energy dari sumber cahaya (foton) yang ada pada alat SSA
2. Data Hasil Percobaan:
- Kurva hasil percobaan R2 = 0,9586
- Kurva hasil percobaan R = 0,9791
- Pembuatan Larutan Standar dari Larutan Baku Cu 100 ppm
79
- Konsentrasi Cu pada sampel dengan persamaan excel dan berdasarkan perhitungan
manual
a. Sampel 1, nilai x sebesar 0,111 ppm dan 0,128 ppm
b. Sampel 2, nilai x sebesar 0,097 ppm dan 0,112 ppm
c. Sampel 3, nilai x sebesar 0,580 ppm dan 0,672 ppm
d. Sampel 4, nilai x sebesar 1,208 ppm dan 1,393 ppm
3. Sampel yang paling tinggi kadar Cu nya ialah sampel parit graha.
80
GAMBAR ALAT
81
DAFTAR PUSTAKA
82
LAPORAN PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI”
Disusun oleh :
Kelompok A2:
1) Suci Wulandari ( 061930400082 )
2) Setia Ningsih ( 061930400085 )
3) Andrea Glorys Chrisandra ( 061930400577 )
4) Annisa Amalia ( 061930400578 )
5) Arya Listiadi ( 061930400579 )
Kelas : 3 KB
Instruktur : Dr. Ir Rusdianasari, M.Si
D3 Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2021
83
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ( HPLC )
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
Menjelaskan teori kromatografi cair kinerja tinggi
Mengoperasikan alat kromatografi cair dengan baik dan benar
Menganalisa suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi
Cafein 20 ppm
Methanol
84
KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa
tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan
fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses
sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-
sampel yang berasal dari lingkungan ; memurnikan senyawa-senyawa dalam suatu
campuran ; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam
suatu campuran; kontrol kualitas dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. Keterbatasan
metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan
dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat
kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh.
Tehnik pemisahan dalam kromatografi melibatkan dua fasa, yakni fasa diam yaitu
padat atau cairan yang terikat pada padatan pendukung, dan fasa gerak yang berupa gas
dan cair. Proses pemisahan dalam kromatografi di dasarkan pada perbedaan laju migrasi
masing- masing komponen dalam sistem kromatografi. Perbedaan laju migrasi dari
masing-masing komponen merupakan akibat dari perbedaan keseimbangan distribusi
masing-masing komponen diantara fasa gerak dan fasa diam. Metode kromatografi
dibedakan dalam beberapa macam, berdasar pada fasa gerak, fasa diam, mekanisme,
dan tehnik yang digunakan dan salah satu diantaranya adalah Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (HPLC).
Dalam kromatografi cair Kinerja tinggi ini fasa gerak yang digunakan berupa
cairan, sedangkan fasa diamnya berupa padatan (silica gel) yang ditempatkan pada
kolom tertutup (melekat secara kimia dalam kolom tersebut). Maksud dan tujuan
analisis dengan kromatografi yaitu didapatnya pemisahan yang baik demikian halnya
dalam HPLC diharapkan pemisahannya baik dan dalam waktu proses yang relative
singkat. Untuk mencapai Tujuan analisis ini, maka dipilih pelarut pengembang yang
sesuai dengan komponen yang dipisahkan, kolom yang digunakan juga harus
diperhatikan, dan detector yang memadai.
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair– cair yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak
analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar.
Kegunaan umum HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik,
maupun senyawa biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa-
senyawa mudah menguap (volatile); penentuan molekul- molekul netral, ionic, maupun
85
zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang
strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa- senyawa dengan jumlah sekelumit (trace
elements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam skala proses industry.
Adapun prinsip kerja dari KCKT adalah suatu tekhnik yang mana solut atau zat
terlarut terpisah perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu
kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase
gerak dan fase diam.
Kegunaan umum KCKT adalah untuk : pemisahan sejumlah senyawa organik,
anorganik, maupun senyawa biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities) ; analisis
senyawa-senyawa tidak menguap (non-volatil) ; penentuan molekul-molekul netral,
ionik, maupun zwitter ion ; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-
senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah
sekelumit (trace element), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri. KCKT
merupakan metode yang tidak dekstruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif.
Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari
berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan
diameter kolom, kecepataan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel.
Instrumen KCKT pada dasarnya tersiri atas delapaan komponen pokok yaitu :
1. Wadah fase gerak
2. Sistem penghantaran fase gerak
3. Alat untuk memasukkan sampel
4. Kolom
5. Detektor
6. Wadah penampung buangan fase gerak
7. Tabung penghubung
8. Suatu komputer atau integrator atau perekam
86
sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian
yang sangat tinggi xdan lebih terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan
untuk KCKT berderajat KCKT (HPLC grade).
2. Fase Gerak
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri dari campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi, yang
ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-
komponen sampel.
Deret eluotrofik yang disusun berdasarkan polaritas pelarut merupakan hal penting
dalam pemilihan fase gerak.
Adapun ciri-ciri yang harus dimiliki oleh fase gerak pada KCKT, yaitu :
1) Kemurnian tinggi (high purity), yaitu cairan eluen yang tidak terkontaminasi.
2) Kestabilan tinggi, yaitu eluen yang tidak bereaksi dengan sampel atau zat yang
berfungsi sebagai fase diam.
3) Kekentalan rendah, yaitu kerapatan eluen sekecil mungkin.
4) Dapat melarutkan sampel, tidak mengubah kolom dan sifat kolom serta cocok dengan
detektor.
3. Pompa
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu pompa kinerja konstan (constant
pressure) dan pompa pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa
reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating), oleh karena
itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis
dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan
aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Tujuannya adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung
secara tepat.Ada 2 jenis pompa KCKT yaitu : pompa dengan tekanan konstan dan
pompa aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan
tekanan konstan.
Syarat – syarat pompa yang ideal:
a. Mampu membangkitkan tekanan tinggi
87
b. Pulse free – out put
c. Control laju alir yang akurat
d. Tahan korosi
e. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap fasa gerak
f. Bebas pulsa
g. Perlu“de gasser”
h. Dapat menyalurkan fasa gerak pada rentang kecepatan dan tekanan lebar
i. Dapat digunakan untuk melakukan elusi gradien
j. Bekerja pada tekanan sampai 6000 psi (400 atm)
88
pada kolom. Dasar- dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder. Elusi Gradien
menawarkan beberapa keuntungan :
Column Oven pada HPLC berfungsi untuk menjaga suhu atau temperature pada
range tertentu, hal ini dilakukan karena pengukuran nilai pada mobile phase bisa
berubah pada suhu yang berbeda. Artinya, jika sample diberikan perlakuan yang sama
pada suhu yang sama akan meningkatkan ke-akuratan proses pengambilan data.
Pada HPLC juga anda akan berhubungan dengan phase, orang sering juga menyebutnya
fase, fase dalam HPLC ada dua jenis, yakni normal dan terbalik. Pada fase normal yang
menjadi fase diam adalah kolom yang bersifat polar, sedangkan fase geraknya non
polar. Sedangkan pada fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar dan fase geraknya
polar. Polar pada umumnya memiliki sifat larut dalam air atau rantai karbon
5. Detektor
Detektor digunakan untuk mendeteksi suatu zat atau sample. Sifat-sifat detektor yang
diperlukan adalah mempunyai spesifitas tinggi, bersifat linear untuk jangka konsentrasi
tertentu dan dapat mendetek dieluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatogram.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) atau High Pressure Liquid Chromatography
(HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. HPLC termasuk metode
analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam
cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode
lainnya. Kelebihan itu antara lain:
89
i. Dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa-senyawa anorganik.
j. Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau titik
didihnya sangat tinggi seperti polimer
k. Dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap ataupun tak tahan panas
l. Banyak pilihan fasa geraknya Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam.
Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang
tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai
m. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana
interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi
dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
n. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak
pada HPLC memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang
diinginkan.
o. Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam HPLC
dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam-
macam zat.
p. Detektor- detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai
picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa,
Indeks Refraksi, Radiometri, dll, dapat juga digunakan dalam HPLC
q. Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi
klasik, kolom HPLC dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang
bisa dilakukan dengan kolom yang sama sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi,
kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan
r. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bisa dianalisis
dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisis
psesies ionik. HPLC dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk
mengalissis zat – zat tersebut.
s. Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam HPLC tidak
menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh
karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah
melewati detector.
t. Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi
penukar ion memerlukan prosedur khusus.
Sedangkan kekurangannya adalah:
90
a. Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu
b. Hanya bisa digunakan untuk asam organic
c. Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient
elusi
d. Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas
91
8. Membuka panel instrument : (bila ada warning tekan ok)
9. Melakukan koneksi software dengan instrument, caranya dengan memberi
cheklist pada pump dan detektor.
10. Melakukan purging pada chanel fase gerak yang akan digunakan:
a) Membuka knop purging
b) Mengatur prosentasi pompa
c) Meng-klik purge pada software
Bila selesai jangan lupa menutup kembali knob purging.
92
Cara membuat program
V. DATA PENGAMATAN
VI. PERHITUNGAN
Konsentrasi Larutan Standar Caffein
= 100 ppm
Ppm setelah memipet 1 ml larutan dalam 50 ml pelarut
M1 = 100 ppm
V1 = 1 ml
V2 = 50 ml
M2 = ?
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x 1 ml = M2 x 50 ml
M2 =
M2 = 2 ppm
Panadol
obat
Panadol
obat
95
VII. ANALISA PERCOBAAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar caffeine dalam sampel obat
dengan menggunakan instrumen HPLC. Kromatografi cair berperforma tinggi (high
performance liquid chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik
kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi.
HPLC digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya
terhadap zat padat tertentu. Sampel obat yang digunakan adalah jenis obat sakit
kepala yaitu panadol dan bodrex.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat pelarut yang merupakan
campuran antara metanol 51% dan aquabidest 49% dalam 500 ml. Selanjutnya
membuat larutan standar caffeine dengan menimbangnya sebesar 0,05 gr standar dan
dilarutkan dengan 500 ml pelarut. Kemudian memipet 1 ml larutan dalam 50 ml
pelarut. Setelah itu, semua sampel obat ditimbang per tablet lalu didapatkan berat
rata-rata nya. Kemudian sampel digerus dan diambil setara 50 mg dari komposisi
caffeine dari masing – masing obat dikali dengan berat rata-rata. Sampel lalu
dilarutkan dengan menggunakan pelarut dalam labu takar 50 ml. Selanjutnya, larutan
standar dan larutan sampel dihomogenkan dengan ultrasonic vibrator. Kemudian,
masing-masing larutan tersebut disaring dengan menggunakan saringan membran
agar diperoleh larutan sampel murni tanpa ada partikel-partikel pengganggu /
pengotor yang dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
Alat HPLC dan software pada komputer telah diset sesuai dengan kebutuhan
pengukuran. Larutan standar maupun larutan sampel yang diinjeksikan ke septum
menggunakan syringe sebanyak 20µl. Sebelum diinjeksikan, syringe dibilas terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan yang akan diinjeksikan. Larutan standar
diinjeksikan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan menginjeksikan larutan
sampel. Larutan yang masuk kemudian dialirkan oleh fase gerak menuju kolom
dengan bantuan pompa. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen yang
didasarkan pada tingkat kepolaritasan dari setiap komponen-komponen yang ada di
dalam campuran. Setelah keluar dari kolom akan terdeteksi oleh detektor yang
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram yang menghasilkan puncak.
Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat waktu retensinya. Hasil yang didapat
waktu retensi untuk larutan standar yaitu 2,96 menit, sampel bodrex 3,09 menit dan
96
sampel panadol 2,93 menit. Kemudian didapatkan juga data berupa tinggi dan area
dari masing-masing cuplikan.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid chromatography,
HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya
disertai dengan tekanan tinggi.
2. Pelarut yang digunakan yaitu campuran metanol 41% dan aquabidest 59%.
3. Waktu retensi untuk larutan standar yaitu 2,96 menit, sampel bodrex 3,09 menit
dan sampel panadol 2,93 menit.
4. Tinggi dan area yang dihasilkan:
Tinggi yang dihasilkan dari std. caffeine 95,912 mAU dan area 1,921
mAu*min.
Tinggi yang dihasilkan untuk sampel panadol 51,395 mAU dan area 1.254
mAU*min.
Tinggi yang dihasilkan untuk sampel bodrex 43,657 mAU dan area 1,168
mAU*min.
97
GAMBAR ALAT
Syringe
98
DAFTAR PUSTAKA
Kasie Laboratorium Kimia Analitik Instrumen. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analitik
Instrumen. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
99