Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA ORGANIK 2

“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

Oleh:

Charold Septiano Paulus

19506009

Pendidikan Kimia / A

Semester IV

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

2020
Kata pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, Maret 2021

Penulis

2
Daftar isi

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar belakang masalah 4


B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis 5


B. Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis 5
C. Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis 6
D. Proses dan Prinsip Pemisahan 9

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia (analit)
berdasarkan perbedaan distribusi masing-masing komponen campuran yang terpisah pada
fase diam (stationary phase) dibawah pengaruh fase gerak (mobile phase). Kromatografi
digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-
komponennya, misalnya senyawa flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu,
tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia
violacea. Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber
pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas
dan elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan
atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan
yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat
dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kromatografi dan bagaimana prisip dari Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)
2. Bagaimana cara kerja Kromaografi Lapis Tipis (KLT)

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kromatografi serta mengetahui prisip apa
sajakah yang berlaku dalam KLT
2. Mengidentifikasi cara kerja yang berlaku dalam KLT

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya. KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode
untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki
system pelarut dan system penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau
kromatografi cair kinerja tinggi. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa
yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom,
analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi,
dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah
senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf
untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.

B. Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis

Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam
larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke
atas pada lempengan tergantung pada bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini
bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini tergantung pada
bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika. Kromatografi lapis tipis menggunakan
plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun

5
selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang digunakan dalam KLT
sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya
merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan
tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh
terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.

Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor resensi.
Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam dikelompokkan. Nilai Rf sangat
karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih
besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut
dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa
diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8.
Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya

C. Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes
pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Ketika bercak dari campuran itu
mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis
dimana posisi bercak berada. Menutup gelas kimia untuk meyakinkan bawah kondisi dalam
gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam
gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun
ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan
sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu
komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat
dihitung dengan rumus berikut:

6
Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di
bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar
dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.

Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai
Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang
sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan
merupakan senyawa yang berbeda.

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-


komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.Kromatografi
adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatanperambatan komponen
dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akanmelarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan
pada fasediam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak
akanbergerak lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerakmengalir melalui
fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalamcampuran. Komponen-
komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda Proseskromatografi juga digunakan
dalam metode pemisahan komponen gula dari komponennon gula dan abu dalam tetes menjadi
fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkanolehperbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen
gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan.

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
aluminayang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika(atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipisseringkali
juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinarultra violet.Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diamlainnya yang biasa digunakan

7
adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium padapermukaan juga memiliki gugus -OH.
Apa yang kita sebutkan tentang jel silikakemudian digunakan serupa untuk alumina.

Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses
elusibagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antaraadsorbent
dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan
komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh lajualir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatanteradsorpsinya

Pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal iniyang banyak
digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal
sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir
pelarut yang relatif tak polar dari ikatannyadengan alumina (jel silika).

Proses pengembangan sama seperti kromatografi kertas dengan kelebihan: aliran lebih
cepat, pemisahan lebih baik, dan banyak pilihan fasa diam. Oleh karena kesederhanaan dan
kecepatannya, KLT sering kali digunakan untuk monitoring reaksi kimia dan analisis kualitatif
produk reaksinya.

Untuk melakukan kromatografi lapisan tipis, prosedur berikut harus dilakukan:

Sejumlah kecil spot larutan yang mengandung sampel diaplikasikan pada pelat, sekitar
1,5 cm dari dasar pelat. Pelarut sampel diuapkan hingga habis, karena dapat mengganggu
pemisahan. Jika digunakan pelarut yang tidak volatil untuk melarutkan sampel, pelat harus
dikeringkan dalam bejana vakum. Sejumlah kecil pelarut yang sesuai (eluen) dituangkan ke
dalam gelas piala atau wadah transparan yang sesuai dengan kedalaman paling tinggi 1 cm.
Selembar kertas saring diletakkan ke dalam bejana sehingga dasarnya menyentuh pelarut dan
kertas bersandar pada dinding bejana hingga hampir mencapai puncak bejana. Bejana ditutup
dengan penutup kaca atau lainnya dan biarkan selama beberapa menit untuk menaiki kertas
saring dan menjenuhi ruang udara bejana. Kegagalan dalam penjenuhan bejana akan
menghasilkan pemisahan yang buruk dan hasil yang tidak reprodusibel.

8
Pelat KLT kemudian diletakkan di dalam bejana sedemikian rupa sehingga spot sampel
tidak mengenai permukaan eluen di dalam bejana, kemudian bejana ditutup. Pelarut akan
mendaki pelat berdasarkan gaya kapilaritas, bertemu dengan campuran sampel dan membawanya
naik mendaki pelat (mengelusi sampel). Pelat harus dikeluarkan dari dalam bejana sebelum
pelarut menyentuh bagian atas dari fasa diam (meneruskan elusi hingga atas akan menghasilkan
hasil yang menyesatkan), kemudian dikeringkan.

D. Proses dan Prinsip Pemisahan

Senyawa yang berbeda dalam campuran sampel bergerak dengan laju yang berbeda
karena perbedaan gaya tariknya pada fasa diam serta perbedaan kelarutannya dalam eluen.
Dengan mengganti pelarut, atau mungkin menggunakan suatu campuran, pemisahan komponen
(diukur berdasarkan nilai Rf) dapat diatur. Selain itu, pemisahan yang diperoleh dengan pelat
KLT dapat digunakan untuk memperkirakan pemisahan kromatografi kolom cepat (flash
chromatography). Pemisahan senyawa terjadi berdasarkan kompetisi pengikatan solut dan solven
pada fasa diam. Misalnya, jika digunakan silika gel fasa normal sebagai fasa diam, maka fasa
diam bersifat polar. Jika dua senyawa yang berbeda kepolarannya melintas, maka senyawa yang
lebih polar akan memiliki interaksi dengan silika gel lebih kuat daripada yang lainnya. Oleh
karena itu, lebih mudah menghilangkan fasa gerak dari tempat terikatnya. Sebagai konsekuensi,
senyawa yang kurang polar akan bergerak lebih tinggi pada pelat (menghasilkan nilai Rf yang
lebih besar). Jika fasa gerak diganti dengan pelarut atau campuran pelarut yang lebih polar,
maka lebih mudah untuk melepaskan solut dari ikatan silikanya, dan semua senyawa pada pelat
KLT akan bergerak lebih tinggi pada pelat. Umum dikatakan bahwa pelarut (eluen) "kuat"
mendorong analit lebih tinggi daripada eluan "lemah. Urutan kekuatan eluan bergantung pada
lapisan tipis (fasa diam) pada pelat KLT.

Untuk pelat KLT dengan lapisan silika gel, kekuatan eluen meningkat sesuai urutan
berikut: perfluoroalkana (paling lemah), heksana, pentana, karbon tetraklorida, benzena/toluena,
diklorometana, dietil eter, etil asetat, asetonitril, aseton, 2-propanol/n-butanol, air, metanol,
trietilamina, asam asetat, asam format (paling kuat). Pelat lapisan tipis C18 adalah fasa terbalik.
Artinya bahwa jika campuran etil asetat dan heksana digunakan sebagai fasa gerak, penambahan

9
etil asetat menghasilkan nilai Rf yang lebih tinggi untuk semua senyawa pada pelat KLT.
Mengubah polaritas fasa gerak tidak akan menghasilkan urutan kebalikan Rf senyawa pada pelat
KLT. Seri eluotropik dapat digunakan sebagai pandauan pemilihan fasa gerak. Jika dilakukan
sistem fasa terbalik pada senyawa yang diinginkan, harus digunakan fasa diam apolar seperti
silika bergugus fungsi C18.

10
PENUTUP

Kesimpulan
Kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampelberdasarkan perbedaan
kepolaran
Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah terjadinya hubungan kesetimbangan
antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara permukaan fase diam dengan
gugus fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan
fasa geraknya. Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluent maka senyawa
akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut, sesuai dengan prinsip “like dissolve like”.
Pada prosedur pengerjaannya Pelarut (fase gerak) perlahan-lahan bergerak naik,
komponen-komponen yang berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda
dan campuran dipisahkan memiliki warna yang berbeda.Pada kromatografi, komponen-
komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase
gerak.Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet, Dapat untuk memisahkan
senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan metode kertas tidak bisa, dan
masih banyak lagi keuntungan lainnya.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat diterapkan dalam menganalisis adanya
senyawa paracetamol dan kafein dalam sediaan obat paten seperti poldanmig.

11
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org
https://dokumen.tips/documents/makalah-kromatografi-lapis-tipis-55a751d5d7a18.html
https://rgmaisyah.files.wordpress.com/2009/10/tugas-fito.pdf
http://uphypratiwi.blogspot.com/2015/05/kromatografi-lapis-tipis.html
https://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html

12

Anda mungkin juga menyukai