Disusun oleh :
Sabrina Aisyah Putri (26718419)
Kelas :
Farmasi 2FA01
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Metode
Analisis Kromatografi”
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat penting,terutama
dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya. Suatu analisis kimia seperti
pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang
dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran banyak
dilakukan. Banyak metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya,
akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi. Tanpa teknik
kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar, dan dalam
banyak kasus, hampir tidak mungkin. Pada umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi
dan dapat di ukur kadarnya, perlu di pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu, pemisahan
merupakan langkah penting dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi
meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur.
Analisis meliputi pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa
yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan jenis fasa diam dan fasa gerak yang dipartisi, kromatografi dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan yang ditabelkan pada Tabel 1.
Berdasarkan sifat instrumen yang digunakan, metode analisis Kromatografi terdiri dari
2 macam yaitu konvensional dan modern. Kromatografi modern adalah teknik pemisahan
komponen zat atau zat aktif dari suatu senyawa yang memiliki berat molekul tinggi dengan
menggunakan instrumen canggih. Alat yang digunakan diantaranya adalah HPLC (High
Performance Liquid Cromatography) dan GC-MS (Gas Cromatography – Mass Spektro).
Kromatografi konvensional merupakan teknik pemisahan yang dilakukan dengan cara
menggunakan instrumen yang sederhana, diantaranya kromatografi kertas, kromatografi
kolom, dan kromatografi lapis tipis.
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air
tersedia dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai salah satu
komponen dalam larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak sebagai fase
diam. Kromatografi kertas menggunakan sistem “cair-cair”. Kromatografi kertas
banyak digunakan untuk keperluan analitis, dan termasuk dalam kelompok
kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam
bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas (Sastrohamidjojo, 1991).
2) Kekentalan eluen
3) Pelarut, jangan menggunakan pelarut yang terlalu cepat menguap.
Pada kromatografi kertas, eluen bergerak berdasarkan gaya kapiler dari bawah
keatas (ascending) sama dengan KLT. Tetapi bisa juga dengan gaya gravitasi bila
elusinya dari atas ke bawah (descending). Eluen yang digunakan pada kromatografi
kertas umumnya adalah campuran berbagai pelarut terutama air. Kertas kromatografi
yang sering digunakan adalah kertas whatmann yang beredar bermacam-macam
seperti ukuran 20 x 20 cm, 5 x 100 cm dan 50 x 50 cm. Kromatografi kertas serat
fasa penyokongnya lebih pendek, bercaknya lebih kecil dari pada KLT (kromatografi
lapis tipis), waktunya lebih lama dari pada adsorben lain, tapi lebih singkat dari pada
KLTtidak bisa menggunakan pereaksi H2SO4 karena selulosa akan terdekomposisi.
Senyawa obat yang dapat dianalisis contohnya adalah : Amonia, Sulfadiazin,
sulfamerazin, dan sulfanilamide (Ganjar, 2007)
Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari
5
Nilai Rf biasanya lebih kecil dari 1, sedangkan jika dikalikan dengan 100
akan bernilai 1-100, sehingga parameter ini dapat digunakan untuk perhitungan
kualitatif dalam pengujian sampel pada kromatografi lapis tipis ( Sumarno, 2001).
Pada Rf kurang 0,2 belum terjadi kesetimbangan antara kompoen senyawa dengan
fase diam dan fase gerak sehingga bentuk noda biasanya kurang simetris. Pada
bilangan Rf diatas 0,8 noda analit akan diganggu oleh absorbansi pengotor
6
lempeng fase diam yang teramati pada visualisasi dengan lampu UV (Wulandari,
2011). Tetapi pada gugus-gugus yang besar dari senyawa-senyawa yang
susunannya mirip, sering kali harga Rf berdekatan satu sama lainnya
(Sastrohamidjojo, 2002).
3) Kromatografi Partisi
Partisi merupakan analog dengan ekstraksi pelarut.Fase diam diikatkan pada
padatan lapis tipis yang lembam (inert). Karena fase diam cair diikatkan pada
padatan pendukung maka masih diperdebatkan apakah proses adsorpsinya
merupakan partisi murni atau partisi yang dimodifikasi karena absorpsi juga
mungkin terjadi (Rohman,2007). Cara ini didasarkan pada partisi linarut antara
dua pelarut yang tak bercampur, salah satunya diam (fase diam) dan yang lainnya
bergerak (fase gerak). Pada tahap awal KC, fase diam dibuat dengan cara yang
sama seperti membuat penyangga kromatografi gas (Johnson, 1991).
4) Kromatografi Eksklusi
Eksklusi berbeda dari mekanisme sorpsi yang lain, yakni dalam eksklusi tidak
ada interaksi spesifik antara solute dengan fase diam. Teknik ini unik karena
dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat pengepak (fase
diam). Pengepak adalah suatu gel dengan permukaan berlubang-lubang sangat
kecil (porous) yang inert.Sebagai fase gerak digunakan cairan. Kromatografi jenis
ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk struktur dan ukuran molekul
(Rohman,2007).
5) Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir
tahun 1960an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein- 5 protein dalam cairan fisiologis;menentukan kadarsenyawa-
senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis Contoh senyawa obat
yang dapat dianalisis yaitu adalah : Obat golongan analgesic. (Gritter, 1991)
2. Berdasarkan fase yang digunakan Kromatografi berdasarkan fase yang digunakan
dapat dibedakan menjadi :
1) Kromatografi Padat cair
Bila fase geraknya berupa air sedangkan fase diamnya berupa padatan yang amorf
yang dapat menyerap.
2) Kromatografi gas-padat
Bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa padatan yang dapat
menyerap/mengadsorp.
3) Kromatografi Cair-cair (k.partisi)
7
Bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase diamnya dilapisi pada
permukaan padatan pendukung yang inert.
4) Kromatografi Gas cair.
Bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa cairan yang
dilapiskanpada padatan pendukung yang inert.
3. Berdasarkan alat yang digunakan
Kromatografi Berdasarkan alat yang digunakan dapat dibedakan menjadi :
1) Kromatografi Kolom
Apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak
melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen terpisahkan berupa zona-zona
pita. Pada kromatografi analitik setiap komponen yang keluar dari kolom akan
dicatat oleh rekorder dan disajikan dalam bentuk puncak (peak) yang
menunjukkan konsentrasi eluen sebagai fungsi waktu. Untuk suatu senyawa yang
mengandung komponen tunggal akan ditandai dengan waktu elusi yang tampak
pada konsentrasi eluen maksimum. Tinggi atau luasan puncak sebanding dengan
konsentrasi komponen sampel. Pada kromatografi preparatif, akan diperoleh
sejumlah fraksi isolate dari komponen sampel dalam fase gerak. Contoh Senyawa
obat adalah Terpenoid ekstraks N-Heksana Rimpang Lengkuas Merah. (Laksono,
2014)
dalam kolom dan dibuat merata.Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk
lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan (Sarker et al.,
2006).
2) Cara Kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara memasukkan
fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase diam tersebut
selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan (Sarker et al., 2006).
Reparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki berbagai metode
seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara basah dan cara kering
(Canell, 1998). Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan
sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV.
Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam.
Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama.
Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan
sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk.
Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam
dan ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Canell, 1998; Sarker et al.,
2006).
Teknik KCV dilakukan dengan suatu sistem yang bekerja pada kondisi vakum
secara terus-menerus sehingga diperoleh kerapatan kemasan yang maksimum atau
menggunakan tekanan rendah untuk meningkatkan laju alir fasa gerak. Urutan eluen
yang digunakan dalam kromatografi cair diawali dari eluen yang mempunyai tingkat
kepolaran rendah kemudian kepolarannya ditingkatkan secara perlahan-lahan. Urutan
eluen yang digunakan dalam kromatografi diawali dari eluen yang mempunyai
tingkat kepolaran rendah kemudian kepolarannya ditingkatkan secara perlahan-lahan
(Hosstetmann et al., 1995). Berikut ini merupakan urutan eluen pada kromatografi
berdasarkan kenaikan tingkat kepolarannya :
fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi
laboratorium. Dari penelitian dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan
menurunnya kadar analit yang dianalisis. Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat
seiring dengan menurunnya konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau lebih, standar
deviasi relatif antara laboratorium adalah sekitar 2,5% ada pada satu per seribu adalah
5%. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16%, dan pada kadar part per
bilion (ppb) adalah 32%. Pada metode yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa
RSD harus lebih dari 2%.
3. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur
zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang
mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai
derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang
mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis,
senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak
mengandung bahan lain yang ditambahkan.
Cara penentuan: Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis
sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya
atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan
tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Jika
cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka
selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung
cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan dengan
metode lain untuk pengujian kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase,
dan Differential Scanning Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut
merupakan ukuran selektivitas. Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi,
selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya resolusinya (Rs).
4. Linearitas dan Rentang
Linearitas dan Rentang Definisi: Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang
memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik
yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode
adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.
Cara penentuan: Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis
regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil
uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam
pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat
terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasus, untuk
memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit,
data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis
12
regresinya. Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya
antara 50 – 150% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan
rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang dianalisis
sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko.
5. Batas Deteksi dan Batas Kuantisasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi
merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis
renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Cara penentuan: Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada
metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak
menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam
sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat
dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku
respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan
Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang
kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi.
Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur
HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak
(1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 - 3° C).
Perubahan lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan laboratorium. Identifikasi
sekurang-kurangnya 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi hasil bila diganti atau
diubah. Faktor orisinal ini dapat diidentifikasi sebagai A, B, dan C. Perubahan nilai
faktor-faktor ini dapat diidentifikasi dengan a, b, dan c. Lakukan analisis pada kondisi
yang telah disebutkan pada pemeriksaan ketangguhan (Harmita, 2004).
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kromatografi merupakan pemisahan suatu senyawa yang didasarkan atas perbedaan laju
perpindahan dari komponen-komponen dalam campuran. Pemisahan dengan metode
kromatografi dilakukan dengan cara memanfaatkan sifat-sifat fisik dari sampel, seperti
kelarutan, adsorbsi, keatsirian dan kepolaran.
2. Berdasarkan sifat instrumen yang digunakan, metode analisis Kromatografi terdiri dari
2 macam yaitu konvensional dan modern. Kromatografi modern adalah teknik
pemisahan komponen zat atau zat aktif dari suatu senyawa yang memiliki berat molekul
tinggi dengan menggunakan instrumen canggih. Alat yang digunakan diantaranya
adalah HPLC (High Performance Liquid Cromatography) dan GC-MS (Gas
Cromatography – Mass Spektro). Kromatografi konvensional merupakan teknik
pemisahan yang dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sederhana,
diantaranya kromatografi kertas, kromatografi kolom, dan kromatografi lapis tipis
3. Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Parameter yang digunakan dalam proses
validasi dengan spektrometri meliputi : Kecermatan (accuracy), Keseksamaan
(Precision), Selektivitas ( Spesifitas), Linearitas dan rentang, Batas Deteksi dan Batas
Kuantitasi, Ketangguhan metode ( ruggedness), Kekuatan (Robustness)
15
DAFTAR PUSTAKA
Cannell, R.J. 1998. How to approach the isolation of a natural product. Natural products
isolation, 1-51.
Gritter , R.J, Bobbic, J.N., dan Schwarting, A.E.. 1991. Pengantar Kromatografi , diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, Bandung; ITB Press Bandung.
Ghisalberti, E.L. 2008. Detection and Isolation of Bioactive Natural Products in Bioactive
Natural Products: Detection, Isolation, and Structural Determination. USA; Taylor &
Francis Group Inc.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. I, No. 3, Desember.
Laksono, F., B., Fachriyah, E., dan Kusrini, D., 2014. Isolasi dan Uji Bakteri Senyawa Terpenoid
Ekstrak N-Heksana Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata). Jurnal Kimia Sains
dan Aplikasi. Vol 17(2). 37-42
Lestari, R., 2016. Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik Untuk
Penetapan Kadar Asam Askorbat Dalam Sediaan Larutan Injeksi Obat Pemutih Kulit
Merek “X”. Skripsi. Yogyakarta; Universitas Sanata Dharma.
Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta; Graha Ilmu.
Rohman, A., 2014. Validasi Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia. Yogyakarta: UGM Press.
Sarker S.D., Zahid L., dan Alexander I.G., 2006. Natural Products Isolation. New Jersey;
Humana Press.
Wulansari, Y., D., 2011. Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)- Densitometri Pada
Penetapan Kadar Kurkumin Dalam Sediaan Cair Obat Herbal Terstandar (OHT) Kiranti.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.