Anda di halaman 1dari 16

Prarancangan Pabrik Diklorometana

dari Metil Klorida dan Klorin


Kapasitas 30.000 ton/tahun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Diklorometana merupakan salah satu senyawa klorometana selain

kloroform (CHCl3) dan karbon tetraklorida (CCl4). Senyawa klorometana

dapat diproduksi dengan klorinasi fase gas metil klorida (CH3Cl) dan klorin

(Cl2) pada suhu tinggi (Harvey & Pitsch, 2000). Indonesia adalah salah satu

negara penghasil klorin. Adanya salah satu bahan baku utama produksi

diklorometana yaitu klorin akan menurunkan biaya transportasi sehingga

biaya produksi senyawa klorometana seperti lebih ekonomis.

Senyawa klorometana digunakan luas di industri. Penggunaan

utama senyawa tersebut adalah untuk pelarut industri, membuat refrigerant

dan produksi silikon. Diklorometana yang dihasilkan beberapa pabrik di

dunia dimanfaatkan untuk : pelarut dan pembersih cat 30%, pembentukan

film pada kontak logam 20%, pembersihan logam 10%, dan lainnya untuk

aerosol, farmasi, proses kimia dan busa poliuretan.

Pabrik diklorometana dengan proses klorinasi juga layak dirancang

karena termasuk minim dalam pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan

dalam produksinya tidak ada bahan samping atau limbah yang secara

langsung dihasilkan dan dibuang. Selain diklorometana akan dihasilkan

juga bahan kimia lainnya seperti kloroform, karbon tetraklorida dan asam

klorida yang semuanya dapat dijual. Oleh karenanya dengan mencegah

Bab I Pendahuluan 1
2
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

kebocoran selama proses dan menjaga suhu klorinasi yang aman, maka efek

buruk terhadap lingkungan dan makhluk hidup sekitar dapat dicegah.

Indonesia sebagai negara berkembang, terlebih lagi memasuki era

perdagangan bebas, dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

lain dalam bidang industri dan sektor industri kimia memegang peranan

penting untuk memajukan perindustrian di Indonesia. Perkembangan

industri sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam

menghadapi pasar bebas. Inovasi proses produksi maupun pembangunan

pabrik baru yang menghasilkan produk bernilai ekonomis lebih tinggi

semisal diklorometana sangat diperlukan untuk menambah devisa negara.

Di samping itu pendirian pabrik diklorometana dapat mendorong

pertumbuhan dan perkembangan industri-industri kimia lain dan akan

menyerap sebagian tenaga kerja dalam negeri.

1.2 Penentuan Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimal

produk yang dapat dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Pabrik yang

didirikan harus mempunyai kapasitas produksi yang optimal yaitu jumlah

dan jenis produk yang dihasilkan harus dapat menghasilkan laba maksimal

dengan biaya yang minimal.

Bab I Pendahuluan
3
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

Kapasitas produksi dirancang dengan pertimbangan-pertimbangan :

1. Kebutuhan diklorometana di Indonesia

Untuk memenuhi kebutuhan diklorometana di dalam negeri,

Indonesia masih mengimpor dari negara lain.

Tabel 1.1. Data Impor Diklorometana dalam Negeri

Tahun Kapasitas (Ton / Tahun)


2010 10.558,761
2011 11.557,435
2012 10.547,176
2013 11.507,399
2014 11.735,396
2015 11.643,206
2016 12.334,454

Dari data impor diklorometana dalam negeri (www.bps.go.id),

dapat dilakukan prediksi untuk kebutuhan masa yang akan datang.

Gambar 1.1. Prediksi Kebutuhan Diklorometana di Indonesia

Bab I Pendahuluan
4
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

Pabrik diklorometana direncanakan beroperasi pada tahun 2021.

Dari hasil prediksi, impor diklorometana di Indonesia pada tahun tersebut

adalah 13.185,737 ton/tahun.

2. Ketersediaan bahan baku

Adanya industri yang mendukung pabrik diklorometana, terutama

dalam hal penyediaan bahan baku merupakan salah satu faktor yang cukup

penting. Bahan baku utama yaitu klorin (Cl2) tersedia di dalam negeri

yaitu dapat diperoleh dari PT. Asahimas, Cilegon. Sedangkan metil klorida

masih didatangkan dari luar negeri.

3. Kapasitas pabrik minimum dan maksimum di luar negeri

Adapun kapasitas pabrik diklorometana yang telah berdiri di

beberapa negara, sebagai berikut :

Tabel 1.2. Industri Diklorometana di Berbagai Negara

Kapasitas Produksi,
Nama pabrik
( ton/tahun )
LCP, Moundsville, West Virginia 23.600
Occidental, Belle, West Virginia 40.900
The Dow Chemical Company,
50.000
Freeport, Texas
The Dow Chemical Company,
54.500
Plaquemine, Lousiana
Vulcan, Geismar, Lousiana 36.400
Vulcan, Wichita, Kansas 59.100

Dari Tabel 1.2. (Kirk Othmer, Vol. 5, hal. 520) dapat diketahui

kapasitas produksi minimal di dunia sebesar 23.600 ton/tahun. Sedangkan

Bab I Pendahuluan
5
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

kebutuhan diklorometana di dalam negeri adalah sebesar 13.185,737

ton/tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa kapasitas pabrik diklorometana

sebesar 30.000 ton/tahun, sehingga diharapkan :

1. Dapat memenuhi kebutuhan diklorometana dalam negeri.

2. Pabrik dapat dijalankan karena kapasitas rancangan berada diatas

kapasitas terkecil pabrik yang ada di dunia.

3. Dapat merangsang berdirinya industri-industri lainnya yang

menggunakan bahan baku diklorometana.

1.3 Lokasi Pabrik

Lokasi geografis dari suatu pabrik akan berpengaruh pada kegiatan

pabrik baik proses produksi maupun distribusi produk yang semuanya itu

akan berpengaruh pada perkembangan dan kelangsungan hidup dari pabrik.

Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam

menentukan lokasi suatu pabrik. Lokasi pabrik pada umumnya ditetapkan

atas dasar orientasi bahan baku dan orientasi pasar, karena hal ini bersifat

ekonomis.

Lokasi pabrik ditetapkan di Kecamatan Cilegon, Kabupaten

Serang, Propinsi Banten dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Sumber bahan baku

Bahan baku klorin dapat diperoleh dari PT. Asahimas Chemical,

Cilegon. Orientasi pemilihan ditekankan pada jarak lokasi sumber

bahan baku dengan pabrik cukup dekat. Lokasi pabrik juga dekat

Bab I Pendahuluan
6
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

dengan pelabuhan sehingga memudahkan dalam distribusi metil klorida

yang didatangkan dari luar negeri yaitu China.

2. Pemasaran produk

Daerah tersebut berdekatan dengan Jakarta, Bogor, Tangerang

yang merupakan area industri yang potensial sebagai daerah pemasaran.

Selain itu juga dekat dengan Pelabuhan Ciwandan yang memudahkan

dalam pemasaran ke luar Jawa maupun luar negeri.

3. Sarana transportasi

Daerah tersebut dekat dengan pelabuhan dan jalan tol yang

memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk. Ini sangat

menguntungkan karena bahan baku CH3Cl didatangkan dari luar negeri.

4. Tersedianya sarana pendukung

Cilegon merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia,

sehingga penyediaan utilitas utamanya air untuk proses dan pendingin

tidak mengalami kesulitan, karena dekat dengan laut dan apabila tidak

mencukupi, di kawasan industri Cilegon terdapat pabrik penyedia air

yaitu PT. Krakatau Tirta Indonesia.

5. Tenaga kerja

Tenaga kerja untuk pabrik dapat direkrut dari daerah Cilegon

dan sekitarnya, di mana kepadatan penduduknya tinggi sehingga

merupakan sumber tenaga kerja yang potensial.

Bab I Pendahuluan
7
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

6. Kemasyarakatan

Keadaan sosial kemasyarakatan sudah terbiasa dengan

lingkugan industri sehingga pendirian pabrik baru dapat dengan mudah

diterima dan dapat beradaptasi dengan mudah dan cepat.

Lokasi pabrik diklorometana ditunjukkan pada gambar 1.2. berikut :

Gambar 1.2. Gambar Pemilihan Lokasi Pabrik

1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Macam-Macam Proses

Dalam Mc. Ketta (1979), secara umum diklorometana dapat dibuat

dengan beberapa cara, antara lain :

1. Proses termalklorinasi

2. Proses fotoklorinasi

Bab I Pendahuluan
8
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

3. Proses klorinasi metana dengan katalis alumina

1. Proses termalklorinasi (Mc. Ketta, 1979)

Proses ini didasarkan poada reaksi klorinasi langsung terhadap

metana atau klorometana (metil klorida) pada suhu yang tinggi.

Temperatur reaksi antara 275 sampai 450 oC. Konversi dari proses ini

adalah 52,5% terhadap metil klorida dan 99%-100% terhadap klorin.

Reaksi yang terjadi :

CH3Cl(g) + Cl2(g)  CH2Cl2(g) + HCl(g)

CH2Cl2(g) + Cl2(g)  CHCl3(g) + HCl(g)

CHCl3(g) + Cl2(g)  CCl4(g) + HCl(g)

Keuntungan :

a. Dengan proses termal ini temperatur yang tinggi dapat membuat

molekul klorin (Cl2) menjadi radikal Cl* sehingga dapat terjadi

reaksi, dengan demikian tidak memerlukan katalis.

b. Impuritas sedikit

c. Biaya ekonomis

d. Yield tinggi yaitu 80-92%

2. Proses fotoklorinasi (Mc. Ketta, 1979)

Proses ini didasarkan pada reaksi klorinasi metana oleh aktivasi

dari reaksi massa dengan radiasi sinar. Adapun pemisahan molekul

klorin (Cl2) menjadi radikal Cl* adalah dengan meradiasikan reaksi

massa dengan sumber sinar yang mempunyai radiasi sebesar 3000-

Bab I Pendahuluan
9
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

o
5000 A. Bahan baku yang digunakan adalah metana dengan

kemurnian tinggi. Konversi dari proses ini adalah 90%. Adapun

reaktor yang digunakan adalah reaktor fotokimia. Keuntungan dari

proses ini adalah dapat mengurangi impuritas yang ada pada

klorometana yang dihasilkan.

Kekurangan :

a. Penggunaan reaktor fotokimia harus terbuat dari permukaan kaca

yang tahan terhadap pembebasan panas mengingat reaksi klorinasi

adalah reaksi eksotermis.

b. Penyimpanan dan peralatan sekitar reaktor baru terbuat dari kaca,

hal ini menyebabkan tingginya biaya pembuatan dan perawatan.

c. Lebih sensitif terhadap impuritas dari umpan, karena dapat terjadi

terminasi pada reaksi rantai.

d. Reaktor membutuhkan energi yang cukup besar untuk

menghasilkan radiasi sinar dengan kekuatan 3000-5000 oA.

e. Kapasitas per reaktor rendah.

f. Sering terjadi akumulasi pada daerah reaktor sehingga dapat

mengakibatkan ledakan.

3. Proses klorinasi metana dengan katalis alumina (Mc. Ketta, 1979)

Proses klorinasi ini didasarkan pada reaksi klorinasi metana

dengan bantuan katalis alumina. Bahan baku yang digunakan adalah

metana dengan kemurnian tinggi. Konversi dari proses ini adalah

95%. Adapun reaktor yang digunakan adalah fixed bed reactor.

Bab I Pendahuluan
10
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

Keuntungan dari proses ini adalah konversi yang dihasilkan cukup

tinggi.

Kekurangan :

a. Penggunaan fixed bed reactor harus mempunyai konstruksi

penyangga yang kuat untuk menyangga katalis. Reaktor harus

terbuat dari bahan yang tahan terhadap pembebasan panas

mengingat reaksi klorinasi adalah rekasi eksotermis, sehingga

reaktor lebih berat dan biayanya juga mahal.

b. Perlu adanya regenerasi katalis pada waktu-waktu tertentu.

c. Proses ini sensitif terhadap adanya impuritas.

1.4.2 Kegunaan Produk

Penggunaan diklorometana, antara lain:

a. Bahan aktif untuk kebanyakan produk penghilang cat organik termasuk

pembersih kerajinan rumah tangga, dan produk untuk perawatan

kerajinan.

b. Pelarut pada semen dan resin untuk kontak dengan logam atau bahan-

bahan tambahan dan merupakan komponen utama dalam konstruksi

busa uretan.

c. Komponen penting dalam formulasi aerosol karena daya larutnya

tinggi.

d. Bahan untuk pembersih logam, farmasi, proses kimia dan busa

poliuretan dan substitusi CFC-11.

Bab I Pendahuluan
11
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

1.4.3 Sifat Fisis dan Kimia

1. Bahan baku

 Metil klorida

 Sifat fisis (Perry, 1997) :

Rumus molekul : CH3Cl

Berat Molekul : 50,488

Bau : khas

Warna : tak berwarna

Densitas (0 °C,1 atm) : 2,3045 g/L

Kelarutan dalam air : 0,8 gr/100 mL

Titik didih (1atm) : -24,1 °C

 Sifat-sifat Kimia (Kirk and Othmer, 1979) :

a. Dalam larutan eter, CH3Cl bereaksi dengan natrium membentuk

etana (proses sintesa Wurtz).

2 CH3Cl(g) + 2 Na(s)  CH3CH3(g) + 2 NaCl(s)

b. Metil klorida digunakan pada reaksi Friedel Craft membentuk

toluena dengan mengggunakan katalisator AlCl3

CH3Cl(g) + C6H6(l)  C6H5CH3(l) + HCl(g)

c. Bila dipanaskan pada temperatur yang sangat tinggi, metil klorida

akan berpasangan membentuk etilena.

2 CH3Cl(g)  CH2 = CH2(g) + 2 HCl(g)

d. Klorinasi dengan CH3Cl menghasilkan diklorometana dan HCl

Bab I Pendahuluan
12
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

 Klorin

 Sifat-sifat fisis (Perry, 1997) :

Rumus molekul : Cl2

Berat molekul : 70,906 gram/mol

Bau : tajam

Warna : kuning

Densitas (0 °C, 1 atm) : 3,214 kg/m3

Kelarutan dalam air : 0,8 gr/100 mL

Titik didih (1 atm) : -34,04 °C

 Sifat-sifat kimia (Kirk and Othmer, 1979) :

a. Cl2 bereaksi dengan alkali dan alkali tanah membentuk bahan

pemutih.

Cl2(g) + 2 NaOCl(aq)  NaOCl(aq) + H2O(l)

b. Reaksi dengan ammonia membentuk hidrazin.

2 NH3(aq) + NaOCl(aq)  N2H4(aq) + NaCl(aq) + H2O(l)

c. Cl2 bereaksi dengan hidrokarbon jenuh menghasilkan

hidrokarbon terklorinasi dan HCl.

2. Produk

 Diklorometana

 Sifat-sifat fisis (Perry, 1997) :

Rumus molekul : CH2Cl2

Berat molekul : 84,933 gram/mol

Bab I Pendahuluan
13
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

Bau : khas

Warna : tak berwarna

Densitas (0 °C, 1 atm) : 2,93 kg/m3

Kelarutan dalam air : 1,3 gr/100 mL

Titik didih (1 atm) : 40,1 °C

 Sifat-sifat kimia (Kirk and Othmer, 1979) :

a. Bila kontak dengan air dalam waktu yang lama, diklorometana

akan terhidrolisa secara perlahan membentuk HCl sebagai

produk primer.

b. Bila diklorometana dipanaskan dengan air dalam waktu lama

dalam tangki tertutup pada suhu 140-170 0C, maka akan

terbentuk formaldehida dan HCl.

CH2Cl2(g) + H2O(l)  HCHO(aq) + 2 HCl(g)

c. Klorinasi terhadap diklorometana akan menghasilkan

kloroform dan HCl.

 Klorofom

 Sifat-sifat fisis (Perry, 1997) :

Rumus molekul : CHCl3

Berat molekul : 119,378 gram/mol

Bau : khas

Warna : tak berwarna

Densitas (0 °C, 1 atm) : 4,36 kg/m3

Bab I Pendahuluan
14
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

Kelarutan dalam air : 0,796 gr/100 mL

Titik didih (1 atm) : 61,3 °C

 Sifat-sifat kimia (Kirk and Othmer, 1979) :

a. Klorinasi terhadap kloroform membentuk karbon tetraklorida

dan HCl.

b. Bila kontak dengan besi dan air akan membentuk hidrogen

peroksida.

CHCl3(g) + O2(g)  ( Cl3COOH )(s)  Cl3OH(s) + H2O2(aq)

c. Dengan basa akan mengalami hidrolisa

CHCl3(g) + 3 NaOH(aq)  CO(g) + 3 NaCl(aq) +2 H2O(l)

d. Kloroform bila kontak dengan kalium amalgam akan

membentuk asetilen.

2 CHCl3(g) + 6 (KHg)(aq)  HC = CH(g) + 6 KCl(Hg)(aq)

 Karbon tetraklorida

 Sifat-sifat fisis (Perry, 1997) :

Rumus molekul : CCl4

Berat molekul : 153,823 gram/mol

Bau : khas

Warna : tak berwarna

Densitas (0 °C, 1 atm) : 5,32 kg/m3

Kelarutan dalam air : 0,116 gr/100 mL

Titik didih (1 atm) : 76,72 °C

Bab I Pendahuluan
15
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

 Sifat-sifat kimia (Kirk and Othmer, 1979) :

a. CCl4 kering tidak bereaksi dengan logam seperti besi dan nikel

tetapi bereaksi secara perlahan dengan tembaga dan timah.

b. Dengan katalis platinum atau Zn dan asam, CCl4 akan

terbentuk kembali menjadi kloroform.

c. Dengan kalium amalgam dan air, CCl4 akan terbentuk kembali

menjadi metana.

 Asam klorida

 Sifat-sifat fisis (Perry, 1997) :

Rumus molekul : HCl

Berat molekul : 36,461 gram/mol

Bau : khas

Warna : tak berwarna

Densitas (0 °C, 1 atm) : 1,045 g/cm3

Kelarutan dalam air : 53,9 gr/100 mL

Titik didih (1 atm) : 50,5 °C

 Sifat-sifat kimia (Kirk and Othmer, 1979) :

a. Reaksi dengan oksidator membentuk Cl2.

4 HCl(g) + O2(g)  2 Cl2(g) + 2 H2O(l)

b. Reaksi HCl dan asetilen akan menghasilkan kloropena.

Bab I Pendahuluan
16
Prarancangan Pabrik Diklorometana
dari Metil Klorida dan Klorin
Kapasitas 30.000 ton/tahun

1.4.4 Tinjauan Proses Secara Umum

Klorinasi didefinisikan sebagai suatu proses di mana satu atau lebih

atom klorin dibentuk menjadi suatu senyawa kimia. Secara umum, reaksi

menyebabkan densitas, viskositas, dan reaktivitas kimia dari senyawa

organik menjadi naik. Proses klorinasi termal ini didasarkan pada reaksi

klorinasi langsung terhadap metana atau klorometana (metil klorida) pada

suhu yang tinggi. Temperatur reaksi antara 275 sampai 450 °C.

Metil klorida dan klorin dalam fase gas dengan perbandingan mol

4 : 3 dipanaskan sampai suhu 300 °C. Pada suhu tersebut klorin akan

mengalami disosiasi dan akan mulai terjadi reaksi klorinasi terhadap metil

klorida, sedangkan tekanan dipertahankan 3 atm. Di dalam Reaktor Alir

Pipa (RAP) multitube suhu dipertahankan jangan sampai melebihi 450 °C.

Bila reaksi berlangsung di atas suhu tersebut maka dapat terjadi reaksi

pirolisis terhadap CH3Cl membentuk karbon bebas, sedangkan klorin dan

hidrogen membentuk asam klorida. Produk reaksi kemudian masuk kolom

absorber untuk mengambil asam klorida, lalu ke kolom destilasi untuk

memurnikan produk dan mengambil kembali sisa reaktan untuk

dikembalikan ke reaktor (Mc. Ketta, 1979).

Bab I Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai