Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “AUDIT
LINGKUNGAN DAN PRODUKSI BERSIH” Penulisan makalah ini disusun dan diajukan
guna memenuhi Tugas mandiri pada perkuliahan Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang sudah telah
dan ikhlas membantu.

Surakarta

1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
A. Latar Belakang ....................................................................................... 3
B. Batasan Masalah .................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
BAB II :PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit Lingkungan.................................................................6
B. Tujuan dan Fungsi audit lingkungan...................................................... 7
C. Manfaat Audit Lingkungan....................................................................7
D. Prinsip Dasar Audit Lingkungan............................................................8
E. Ruang Lingkup Audit Lingkungan........................................................10
F. Jenis Audit Lingkungan.........................................................................10
G. Tahapan Pelaksanaan Audit Lingkungan...............................................15
H. Aktivitas pra dan paska Audit Lingkungan............................................17
I. Pengertian Produksi Bersih.....................................................................20
J. Prinsip Pokok dan Strategi Produksi Bersih...........................................21
K. Minimisasi Limbah..................................................................................22

BAB III : PENUTUP ............................................................................................. 24


A. Kesimpulan .......................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia yang modern ini banyak akan permasalahan yang dihadapi setiap pribadi
atau organisasi, salah satu dari permasalahan tersebut adalah lingkungan hidup, Permasalahan
lingkungan hidup telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia, bahkan saat ini masalah
lingkungan telah menjadi isu global dan penting untuk dibicarakan karena menyangkut
kepentingan seluruh umat manusia. Empat puluh tahun terakhir ini telah terjadi perubahan
cara pandang dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun enam puluhan masalah
lingkungan hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara di perkotaan, masalah
limbah industri dan sebagainya.Pada tahun tujuh puluhan masalah lingkungan di pandang
sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon, pemanasan global dan
perubahan iklim.Pada tahun delapan puluhan timbul kesadaran bahwa masalah lingkungan
global dapat mengancam kelangsungan pembangunan ekonomi.
Pada tahun sembilan puluhan munculah kesadaran masyarakat akan perlunya suatu
alat analisis yang obyektif untuk menilai kinerja operasional perusahaan terhadap
lingkungan.Salah satu isu utama yangmendapat perhatian besar masyarakat dunia adalah.
pencemaran lingkungan hidup oleh perusahaan industri. Pengusaha industri dituntut untuk
merubah sistem manajemen lingkungan agar sesuai dengan konsep pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.Audit lingkungan merupakan alat untuk
memverifikasi secara obyektif upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari
langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja lingkungan, berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kemajuan yang sangat pesat
dalam bidang industri, teknologi, dan perdagangan bebas internasional, hal tersebut menuntut
adanya penggunaan secara intensif sumber daya manusia dan sumber daya alam. Permintaan
pemenuhan akan perluasan sumber daya alam dalam pembangunan nasional perlu
direncanakan dengan matang. Pemerintah Indonesia sejak era Orde Baru telah mengantisipasi
hal tersebut melalui kebijaksanaan pengolahan lingkungan hidup, yaitu menetapkan suatu
keputusan mengenai penerapan dan pelaksanaan audit lingkungan dengan dikeluarkannya
surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-42/MENLH/11/1994 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan. Audit lingkungan sendiri merupakan salah
satu upaya proaktif perusahaan untuk perlindungan lingkungan yang akan membantu

3
meningkatkan kinerja operasional perusahaan terhadap lingkungan, dan pada akhirnya dapat
meningkatkan citra positif perusahaan.
Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan yang melatar belakangi audit
lingkungan sebagai dasar evaluasi. Yaitu evaluasi kinerja perusahaan terhadap lingkungan
disekitarnya, dengan demikian perusahaan akan dinilai positif dari lembaga yang
bersangkutan.
Selain dari pada itu perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern
berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-
sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran
tanpa mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam
waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Untuk itu diperlukan suatu upaya
pengelolaan lingkungan untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari kegiatan industri.
Produksi Bersih merupakan model pengelolaan lingkungan dengan mengedepankan
bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang dilakukan
mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah dari sumbernya dapat dicegah dan
dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan
biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan
Produksi Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai pendekatan untuk mewujudkan
Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan).
Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu
langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan penerapan
meliputi :
1. perencanaan dan organisasi,
2. kajian produksi bersih,
3. penentuan prioritas dan analisis kelayakan,
4. implementasi, monitoring dan evaluasi,
5. perbaikan berkelanjutan.
Sehingga dengan adanya audit lingkungan dan penerapan produksi bersih diharapkan
dapat meminimalisir kerusakan lingkungan dan mengoptimalkan output produksi pengolahan
sumber daya alam menjadi lebih berkualitas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menulis rumusan masalah sebagai
berikut :

4
1. Apa yang dimaksud dengan audit lingkungan dan bagaimana aspek-aspeknya ?
2. Apa yang dimaksud dengan produksi bersih dan bagaimana aspek-aspeknya?
3. Seperti apa korelasi audit lingkungan dengan produksi bersih?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan audit lingkungan dan bagaimana aspek-aspeknya.
2. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan produksi bersih dan bagaimana aspek-
aspeknya.
3. Mengetahui korelasi audit lingkungan dengan produksi bersih

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit Lingkungan
Audit lingkungan merupakan instrumen berharga untuk memverifikasi dan membantu
penyempurnaan kinerja lingkungan. Awalnya, audit lingkungan bukan merupakan
pemerikasaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan, melainkan
suatu usaha proaktif yang dilaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan
lingkungan yang akan timbul sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya.
Sekarang, Audit lingkungan menjadi kewajiban, karena limbah berbahaya dan beracun tidak
hanya dari industri besar, tetapi juga bisa dari limbah industri kecil dan menengah.
Audit perlu dilakukan secara berkala, untuk menentukan apakah sistem yang
dilaksanakan sudah sesuai dengan pengaturan yang direncanakan dan telah dijalankan dan
dipelihara secara benar, yang pelaksanaannya tergantung dari pentingnya masalah lingkungan
bagi kegiatan perusahaan dan hasil auditsebelumnya.
Pengertian audit lingkungan sangat luas, dibawah ini adalah berbagai pengertian dari
audit lingkungan :

1. Berdasarkan Kep.Men.LHNo. 42 Tahun 1994, Audit Lingkungan adalah suatu alat


manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan
obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan
dengan tujuan menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya
pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau
kegiatan terhadap peraturan perundang undangan tentang pengelolaan lingkungan.
2. Berdasarkan UU No. 23 tahun 1997 Suatu proses evaluasi yang dilakukan
penanggungjawab usaha dan atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap
persyaratan hukum yang berlaku dan atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan
oleh penangungjawab usaha atau kegiatan yang bersangkutan.
3. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013
tentang Audit Lingkungan Hidup, Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Audit lingkungan adalah alat pemeriksaan komprehensif dalam sistem manajemen
lingkungan. Audit lingkungan merupakan satu alat untuk memverifikasi secara
objektif upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-langkah

6
perbaikan guna meningkatkan performasi lingkungan, berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.1
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulkan bahwa audit lingkungan
merupakan proses menentukan apakah seluruh atau tingkat yang terpilih dari suatu organisasi
menaati persyaratan peraturan dan kebanyakan serta prosedur intern.
B. Tujuan dan Fungsi Audit Lingkungan
Tujuan audit lingkungan sangatlah luas, tergantung sudut pandang yang kita lihat.
Dibawah ini adalah pendapat para ahli terhadap tujuan audit lingkungan:

1. Menurut Grant Ledgerwood, dalam Lilin bahwa audit lingkungan mempunyai 3


tujuan yang luas, yaitu :
a. Ketaatan terhadap peraturan.
b. Bantuan untuk akuisisi dan penjualan aktiva.
c. Pengembangan korporat terhadap misi penghijauan.
Tujuan akhir suatu audit lingkungan adalah peningkatan performen atau kinerja suatu usaha
atau kegiatan terutama akibat peningkatan pengelolaan lingkungan yang dilakukan. 2

Sedangkan fungsi dari audit lingkungan menurut Keputusan Mentri Lingkungan


Hidup No. 42 Tahun 1994 disebutkan diantaranya adalah :

1. Upaya peningkatan penataan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-
undangan lingkungan, misalnya : standar emisi udara, limbah cair, penanganan limbah
dan standar operasi lainnya.
2. Dokumentasi suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standar operasi, prosedur
pengelolahan dan pemantauan lingkungan termasuk rencana tanggap darurat,
pemantauan dan pelaporan serta rencana perubahan pada proses dan peraturan.
3. Jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan perusakan lingkungan.
4. Bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam
dokumen AMDAL, yang berguna dalam penyempurnaan proses amdal.
5. Upaya perbaikan penggunaan sumber daya melalui penghematan penggunaan bahan,
minimalisasi limbah dan identifikasi kemungkinan proses daur ulang.

1
Bratasida. 1996. Prospek Pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan di Indonesia. BAPEDAL. Jakarta.
Hal. 22
2
Lilin Indriani. 2012. Audit Lingkungan : Fenomena Lama Atau Baru Pada Kegiatan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Ketenaganukliran. Yogyakarta: Direktorat Inspeksi dan Bahan Nuklir (DIIBN), BAPETEN. Hal
22

7
6. Upaya untuk meningatkan tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu
dilaksanakan oleh suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kepentingan
lingkungan, misalnya pembangunan yang berkelanjutan, proses daur ulang dan
efisiensi penggunaan sumber daya.
C. Manfaat Audit Lingkungan
Secara umum, manfaat audit lingkungan dapat digolongkan menjadi manfaat yang
dapat terukur (tangible), dan manfaat yang tidak dapat terukur (intagible).Manfaat yang dapat
diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan adalah (BAPEDAL, 1994) :
1. Mengidentifikasi resiko lingkungan
2. Menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya
penyempurnaan rencana yang ada.
3. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan /pemberhentian suatu usaha atau
kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang merugikan akibat
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik
4. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau terhadap
pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam proses peradilan
6. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu badan usaha
atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung
jawab lingkungan.
7. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konserfasi energi,
dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang limbah.
8. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan yang
bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan, pemerintah dan
media masa.
9. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha atau kegiatan asuransi,
lembaga keuangan, dan pemegang saham.3
D. Prinsip Dasar Audit Lingkungan
Sebenarnya prinsip dalam audit lingkungan tergantung pelaksana atau auditor masing
masing, akan tetapi disini terdapat prinsip yang mendasar yaitu adalah :
1. Karakteristik
Audit Lingkungan mempunyai ciri khas sebagai berikut:

3
Ibid. Hal 26

8
a. Metodotogi yang komprehensif
Audit lingkungan memerlukan tata laksana dan metodologi yang rinci.Audit
lingkungan harus dilaksanakan dengan metodologi yang komprehensif dan prosedur yang
telah ditentukan, untuk menjamin pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta
dokumentasi dan pengujian informasi tersebut. Metodologi tersebut harus fleksibel sehingga
tim auditor dapat menerapkan teknik-teknik yang tepat. Audit lingkungan harus berpedoman
kepada penggunaan rencana yang sistematik dan sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit
lapangan dan penyusunan laporan.
b. Konsep pembuktian dan pengujian
Konsep pembuktian dan pengujian terhadap penyimpangan pengelolaan lingkungan
adalah hal yang pokok dalam audit lingkungan. Tim audit harus mengkonfirmasikan semua
data dan informasi yang diperolehnya melalui pemeriksaan lapangan secara langsung.
c. Pengukuran dan standar yang sesuai
Penetapan standar dan pengukuran terhadap kinerja lingkungan harus sesuai dengan
usaha atau kegiatan dan proses produksi yang diaudit. Audit lingkungan tidak akan berarti
kecuali hasil kinerja usaha atau kegiatan dapat dibandingkandengan standar yang digunakan
d. Laporan tertulis
Laporan harus mernuat hasil pengamatan dan fakta-fakta penunjang serta
dokumentasi terhadap proses produksi. Seluruh data dan hasil temuan harus disajikan dengan
letas dan akurat, serta dilandasi dengan bukti yang sahib dan terdokumentasi.4
2. Kunci keberhasilan
Berikut merupakan kunci keberhasilan audit lingkungan :
a. Dukungan pihak pimpinan
Pelaksanaan audit lingkungan harus diawali dengan adanya itikad pimpinan usaha
atau kegiatan. Usaha atau kegiatan dan proses audit dapat menjadi sangat kompleks dan
pelaksanaan audit lingkungan menjadi tidak efektif bila tidak ada dukungan yang kuat dari
pimpinan usaha atau kegiatan. Selain itu tim auditor harus pula diberi keleluasan untuk
mengkaji hal-hal yang sensitif dan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.
b. Keikutsertaan semua pihak
Keberhasilan audit lingkungan ditentukan pula oleh keikutsertaan dan kerjasama yang
baik dari semua pihak dalam usaha atau kegiatan yang bersangkutan, mengingat kajian
terhadap kinerja lingkungan akan meliputi semua aspek dan pelaksanaan tugassecara luas.

4
Chafid Fandeli, Dkk. 2017. Audit Lingkungan, Yogyakarta: UGMPress. Hal 52

9
c. Kemandirian dan obyektifitas auditor
Tim audit lingkungan harus mandiri dan tidak ada keterikatan dengan usaha atau
kegiatan yang diaudit. Apabila tidak,maka obyektifitas dan kredibilitas akan diragukan. Pada
umumnya, kemandirian auditor diartikan bahwa tim auditor harus dilaksanakan oleh orang di
luar usaha atau kegiatan yang diaudit.
d. Kesepakatan tentang tata laksana dan lingkup audit
Harus ada kesepakatan awal antara pimpinan usaha atau kegiatan dengan tim auditor
tentang lingkup audit lingkungan yang akan dilaksanakan.
E. Ruang Lingkup Audit Lingkungan
Ruang lingkup audit lingkungan sangat luas tergantung pada kebutuhan usaha atau
kegiatan yang bersangkutan. Menurut Dadang Purnomo dalam Razif audit. Lingkungan perlu
disusun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi-informasi mengenai :
1. Sejarah atau rangkaian suatu usaha atau kegiatan dan kerusakan lingkungan ditempat
usaha atau kegiatan tersebut, pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan, serta usaha
lingkungan yang terkait.
2. Perubahan lingkungan sejak usaha atau kegiatan tersebut didirikan sampai waktu
terakhir pelaksanaan audit..
2. Penggunaan input dan sumber daya alam, proses bahan dasar, bahan jadi, dan limbah
termasuk limbah B3.
3. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta potensi kerusakan
yang mungkin yang mungkin terjadi.
4. Kajian resiko lingkungan.
5. Sistem control manajemen, rute pengangkutan bahan dan pembuangan limbah,
termasuk fasilitas untuk meminimumkan dampak buangan dan kecelakaan.
6. Efektifitas alat pengendalian pencemaran.
7. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan penaatan terhadap peraturan
perundang-undangan termasuk stándar dan baku mutu lingkungan.
8. Penaatan terhadap hasil rekomendasi AMDAL (Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan).
9. Perencanaan dan prosedur standar operasi keadaan darurat.
10. Rencana minimisasi limbah dan pengendalian pencemaran lingkungan.
11. Penggunaan energi,air dan sumber daya lainnya.
12. Program daur ulang ( peningkatan product life cycle)

10
13. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kepedulian lingkungan.5
F. Jenis Audit Lingkungan
Dalam Implementasinya, terdapat beragam jenis audit lingkungan tergantung jenis
organisasi yang diaudit, tingkat kedalaman dan lingkup audit. Oleh karena itu kerap audit
lingkungan diberi penamaan mengikuti tujuan dan lingkup audit yang dilaksanakan.
Environmental ComplianceAudit atau audit penaatan lingkungan merupakan salah satu jenis
audit lingkungan yang kerap dilakukan dengan tujuan untuk memastikan tingkat penaatan
terhadap peraturan perundangan lingkungan. Environmental Management System(EMS) Audit
adalah jenis audit lingkungan yang bertujuan untuk menilai kesesuaian dan efektifitas
penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) organisasi terhadap standar SML.
Selain itu, terdapat beberapa jenis audit lingkungan yang lain yang mempunyai tujuan
dan lingkup yang khusus tergantung kepentingan dan penggunaannya. Jenis-jenis audit itu
antara lain:
1. Audit Penataan Lingkungan (Environmental Compliance Audit)
Audit ini dimaksudkan untuk meneliti sejauh mana suatu usaha atau kegiatan (atau
organisasi) mentaati Undang-undang lingkungan, peraturan, perijinan, komitmen perusahaan
terhadap lingkungan, terhadap persetujuan dan dokumentasi lainnya.Audit penataan
memilikisifat :
a. Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.
b. Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan.
c. Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.
d. Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan pelaporan
sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.
e. Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.
f. Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.
2. Audit Manajemen Lingkungan (environmental management audit)
Audit ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi sejauh mana manajemen
lingkungan telah dikakukan, sehingga dapat digunakan oleh suatu usaha atau kegiatan itu
sendiri untuk menilai dan memperbaiki kinerja lingkungannya.Audit jenis ini mempunyai
sifat :
a. Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan resiko
yang berkaitan dengan manajemen bahan.

5
M. Razif, 2012. Pengantar Audit Lingkungan. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya. Hal 16

11
b. Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat penyimpangan.
c. Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.
d. Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi.
e. Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan
penanganan limbah.
f. Menilai tempat pembuangan secara rinci.
g. Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan
masyarakat.
3. Audit Fasilitas Teknis (Technical Fasilities Audit)
Merupakan audit yang memfokuskan pengkajian terhadap pengoperasian seluruh
fasilitas produksi dan fasilitas pelengkap termasuk didalamnya adalah fasilitas pengelolahan
limbah.
5. Audit AMDAL
Audit ini memfokuskan pada kajian tindak lanjut suatu proses AMDAL, apakah
seluruh pernyataan dan rekomendasi dalam studi AMDAL (RKL/RPL) dilaksanakan dengan
benar.
6. Audit Jaminan Kerusakan Lingkungan,
Merupakan suatu audit yang disyaratkan oleh badan pemberi bantuan keuangan
(kredit) untuk mendapat jaminan bahwa suatu usaha atau kegiatan tersebut tidak akan
merusak lingkungan.
7. Audit Pemasaran Ditinjau dari Aspek Lingkungan (Environmental Marketing Audit)
Dimaksudkan untuk suatu promosi pasar bagi produk dari satu usaha atau kegiatan,
sehingga konsumen atau masyarakat tertarik untuk menggunakan produk tersebut ataupun
menanamkan investasi pada usaha atau kegiatan tersebut.
8. Audit Hemat Energi (energy minimisation audit)
Audit ini berfokus pada Melacak pola pemakaian tenaga listrik, gas dan bahan bakar
minyak dan mencoba untuk mengkuantifikasikan serta meminimalkan penggunaannya.
9. Audit Minimisasi Limbah (waste minimisation audit)
Audit ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan
limbah yang dihasilkan akibat adanya proses produksi satu atau beberapa produk dari suatu
usaha atau kegiatan (atau organisasi).Jenis audit ini mempunyai sifat :
a. Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.
b. Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap praktek
pembelian, proses produksi dan timbunan limbah.
12
c. Mencari tindakan alternatif pengurangan produksi, dan pendaur ulangan limbah.6
10. (Comprehensive Environmental Audit)
Audit lingkungan menyeluruh merupakan pelaksanakan audit yang mencakup seluruh
audit diatas.Sedangkan menurut Grant Ledgerwood dan kawan-kawan (1992), berikut
dijelaskan tentang jenis-jenis audit lingkungan beserta karakteristiknya :

a. Audit Pentaatan
Audit Pentaatan memiliki karateristik :
1) Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.
2) Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan.
3) Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.
4) Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan
pelaporan sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.
5) Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.
6) Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.
b. Audit Manajemen
Audit jenis ini mempunyai karateristik :
1) Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan resiko
yang berkaitan dengan manajemen bahan.
2) Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat
penyimpangan.
3) Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.
4) Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan
penanganan limbah.
5) Menilai tempat pembuangan secara rinci.
6) Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan
masyarakat.
c. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi Limbah
Jenis audit ini mempunyai karateristik :
1) Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.
2) Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap praktek
pembelian, proses produksi dan timbunan limbah.

6
Sawyer, B. Lawrence, dkk. 2006. Audit Internal. Jakarta: Salemba. Hal. 14.

13
3) Mencari tindakan alternatif pengurangan produksi, dan pendaur ulangan limbah.
d. Audit Konservasi Air
Karateristik audit ini adalah :
1) Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan mencari upaya untuk
mengurangi penggunaan air total melalui usaha pengurangan, penggunaan ulang
dan pendaur-ulangan.
e. Audit Pencemaran/ Kontaminasi Lokasi Usaha
Karateristik audit ini adalah :
a. Menilai kedaan pengotoran lokasi perusahaan akibat pengoperasian yang
dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.
b. Melakukan pengambilan contoh dari lokasi dan melakukan penganalisaan
contoh sampel tersebut untuk jangka waktu yang cukup panjang dan merupakan
hal yang khusus pada audit jenis ini (audit lain tidak melakukan pengambilan
sampel).
c. Melakukan pengelolaan secara statistic terhadap hasil audit, jika diperlukan.
f. Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis audit ini memiliki sifat :
1) Menilai tatalaksana operasional pekerjaan, pengelolaan bahan dan limbah
berbahaya, pembuangan bahan pencemar dan sejenisnya, yang berhubungan erat
dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Audit ini memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan apakah
perusahaan tersebut sudah mentaati peraturan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja.
Audit Lingkungan pada perusahaan dapat dikelompokan menjadi :
a. Audit Manajemen
Audit manajemenyaitu audit lingkungan yang dilaksanakan sebagai bagian
dari pengelolaan dan kinerja lingkungan sebuah fasilitas industri.Audit manajemen
dilaksanakan untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh suatu usaha
atau kegiatan itu sendiri untuk memperbaiki kinerja lingkungannya.Program ini
merupakan bagian sukarela internal yang dilakukan sebagai kegiatan perbaikan dan
untuk mencapai perbaikan yang berkelanjutan.
b. Audit Transaksi
Audit transaksiyaitu audit lingkungan yang dilaksanakan sebagai suatu
persyaratan dalam transaksi usaha dan bisnis.Audit transaksi banyak dilaksanakan
14
sebagai suatu persyaratan usaha yang harus dipenuhi untuk tujuan tertentu,
misalnya perjanjian asuransi, bursa saham, prasyarat pengembangan perusahaan
dan penghentian sementara. Proses audit ini biasanya bersifat eksternal yang
dilaksanakan oleh pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dengan kegiatan
operasi perusahaan yang diaudit dengan mengatasnamakan pihak lain. Tujuan audit
ini adalah untuk mengidentifikasikan tanggung jawab dan jaminan atas lingkungan
yang ada sekarang dan untuk masa mendatang sehingga pihak lain tersebut dapat
membuat suatu keputusan yang lebih pasti dalam transaksi usaha yang akan
dilakukannya terhadap perusahaan yang diaudit.7
G. Tahapan Pelaksanaan Audit Lingkungan
Kembali Dadang Purnomo mengemukakan bahwa dalam pembentukan tim audit di
Indonesia sampai saat ini belum ada suatu pembukuan mengenai syarat dan kriteria suatu tim
auditor. Demikian pula dalam praktek pelaksanaan di dunia internasional. Penanggung jawab
kegiatan biasanya akan memilih suatu tim yang sudah memiliki pengalaman yang cukup
banyak dan hal tersebut biasanya mendapat referensi dari asosiasi auditor internasional.
Kualifikasi seorang auditor ditentukan oleh kemampuan profesionalisme orang tersebut dan
kemampuannya untuk mengkaji permasalahan bagi usaha atau kegiatan yang akan diaudit.
Kemampuan yang dimiliki oleh tim auditor diantaranya meliputi pengetahuan
tentang:
1. Proses prosedur dan teknis audit.
2. Karakteristik dan analisa tentang sistem manajemen.
3. Peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan lingkungan.
4. Sistem dan teknologi pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Fasilitas usaha atau kegiatan yang akan diaudit.
6. Potensi dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta resiko bahaya.
Auditor lingkungan harus terlatih secara professional untuk menjamin ketepatan,
konsistensi dan objektifitas dalam pelaksanaan audit.Audit harus mengikuti kode etik
auditor yang ada.Oleh karenanya,auditor juga perlu mendapatkan pelatihan dan
peningkatan kemampuan dalam bidang yang dibutuhkan dalam audit, meliputi :
1. Kemampuan berkomunikasi.
2. Kemampuan perencanaan dan penjadwalan kerja.
3. Kemampuan untuk menganalisis data dan hasil temuan.

7
Lilin Indriani,. Op.,cit. Hal. 30-35

15
4. Kemampuan untuk menulis laporan audit.8
Berdasarkan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup RI No. KEP-
42/MENHL/11/94 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan terdapat
beberapa tahapan-tahapan pelaksanaan audit lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang dilaksanakan, jenis
usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.

2. Pra-audit
Kegiatan pra-audit merupakan bagian penting dalam prosedur audit lingkungan.
Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan pelaksanaan audit dan
tindak lanjut audit tersebut. Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci
mengenai aktifitas dilapangan, status hukum, struktur organisasi, dan lingkup usaha atau
kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana audit,
penentuan tim auditor, dan pendanaan pelaksanaan kegiatan audit..Pada saat ini, tujuan dan
ruang lingkup audit.Harus telah disepakati.
3. Audit (Kegiatan lapangan)
a. Pertemuan Pendahuluan
Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan pertemuan
dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan audit, tata Laksana,
dan jadwal kegiatan audit.
b. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan dilapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan. Tim audit
akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha yang akan menjadi dasar
penetapan areal kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus. Dengan
melaksanakan pemeriksaan lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-hal yang
terkait erat dengan kegiatan audit. Namun Belum teridentifikasi dalam
perencanaan. Fase ini disebut juga tour pengenalan fasilitas teknis.
c. Pengumpulan Data
Data dan informasi yang dikumpulkan selama audit. Lingkungan akan mencakup
dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan
pengamatan tin auditor, hasil sampling dan pemantauan, foto-foto, rencana,
diagram, kertas kerja dan hal-hal lain yang berkaitan. Informasi tersebut harus

8
M. Razif, Op.,Cit. Hal. 41

16
terdokumentasi dengan baik atau mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama
pengumpulan data adalah untuk menunjang dan merupakan dasar bagi pengujian
hasil temuan audit lingkungan.Penyelenggaraan interview terhadap orang yang
dianggap mengetahui proses operasi ditiap bagian merupakan suatu langkah yang
umum digunakan pada pengumpulan data ini.
d. Pengujian (verifikasi)
Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh tim
auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim
auditor haurs menunjang semua pernyataan, atau telah teruji melalui pengamatan
langsung oleh tim auditor.Dalam menguji hasil temuan audit., tim auditor harus
menjamin bahwa dokumen yang dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah.
Oleh karena itu tata Laksana harus menentukan tingkat pengujian data yang
dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim auditor.Verifikasi ditentukan untuk
seluruh informasi yang diperoleh melalui data check, interview untuk cross
checking denngan seluruh level pekerja, dan sampling verifikasi lapangan.
e. Evaluasi Hasil Temuan
Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan dan tata laksana yang
telah disetuji untuk menjamin bahwa semua isu/masalah telah dikaji. Dokumentasi
penunjang harus dikaji secara teliti sehingga hasil temuan telah ditunjang oleh data
dan uji secara tepat.
f. Pertemuan Akhir
Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor haurs memaparkan hasil temuan
dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini akan mendiskusikan
berbagai hal yang belum tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil temuannya
secara garis besar dan menentukan waktu penyelesaian laporan akhir.Seluruh
dokementasi selama penelitian harus dikembalikan kepada penanggung jawab
usaha atau kegiatan.
4. Pasca audit
Tim auditor akan mempunyai laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil
pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan tentang rencana
tindak lanjut dan rekomendasi terhadap isu-isu lingkungan yang diidentifikasi.

H. Aktivitas Pra dan Setelah Audit Lingkungan


1. Aktivitas pra audit lingkungan

17
Proses audit lingkungan dimulai dengan sejumlah aktivitas sebelum audit ditempat
aktual terjadi. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu pemilihan fasilitas yang diaudit, jadwal dari
fasilitas yang diaudit, pemilihan timaudit, pengembangan dari suatu rencana audit,
mendefinisikan ruang lingkup audit, pemilihan topik yang prioritas untuk dimasukkan,
memodivikasi program audit dan mengalokasi sumber daya tim audit.Audit ditempat aktual
secara tipikal terdapat 5 langkah dasar, yaitu:

a. Memahami sistem dan prosedur manajemen internal


Pemahaman auditor biasanya dikumpulkan dari berbagai sumber, misalnya diskusi
staff, kesioner, kunjungan pabrik dan dalam kasus tertentu, suatu pengujian verifikasi terbatas
dilakukan untuk membantu mengkonfirmasikan pemahaman awal auditor.Auditor biasanya
mencatat pemahamannya dalam suatu bagan arus, uraian naratif atau gabungan dari keduanya
agar dapat mempunyai suatu deskripsi yang tertulis. Tujuan dasar dalam langkah ini untuk
memahami berbagai cara memperhatikan lingkungan yang dikelola. Dalam kelanyakan
organisasi, banyak aspek dari sistem manajemen lingkungan internal tidak didokumentasikan
secara tertulis. Namun sistem manajemen yang terpilih dapat didokumentasikan dalam detail
yang cukup untuk memberikan suatu pemahaman dan prosedur-prosedur dasar rencana.9
b. Menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
Auditor mencari indikator- indikator seperti tanggungjawab yang secara jelas
didefinisikan, suatu sistem otorisasi yang memadai, kesadaran dan kapabilitas personil,
dokumentasi dan pencatatan, serta verifikasi internal.Jika disain manajemen lingkungan
internal dinilai sehat (yaitu hasil yang diterima tercapai, apabila sistem berfungsi seperti yang
didisain), maka langkah audit berikutnya dapat memfokuskan pada efektifitas yaitu disain
diimplementasikan, dan sejauhmana system dalam kenyataan telah dilaksanakan seperti yang
dikehendaki.Namun, apabila disain dari sistem intrenal tidak cukup sehat untuk memastikan
hasil yang dikehendaki, langkah audit berikutnya harus memfokuskan pada hasil lingkungan
daripada sistem manajemen internal.
c. Menyimpulkan bukti audit
Kelemahan-kelemahan yang dicurigai dalam sistem manajemen dikonfirmasi dalam
tahap ini, sistem yang tampak sehat diuji untuk membuktikan bahwa sistem tersebut
berfungsi sesuai dengan yang direncanakan dan digunakan secara konsisten.Bukti audit dapat
dikumpulkan melalui penyelidikan (seperti kuesioner formal dan kuesioner tidak formal),

9
Neneng. 2012. Audit Lingkungan. (Online).http://enengsolihat.wordpress.com.Diakses tanggal 27 Maret 2018.

18
pengamatan dan pengujian (seperti menelusuri kembali data, memverifikasi jejal kertas). Tim
audit harus mengidentifikasi dan kemudian memverifikasi aktivitas tersebut dalam proses
manajemen lingkungan yang dapat memberikan pandangan secara mendalam mengenai
fungsi sistem secara keseluruhan. Bukti audit dapat berupa dalam bentuk fisik, dokumen atau
keadaan.
d. Menilai temuan audit
Pengamatan audit dan temuan dinilai, tujuannya dapat dimengerti dan
mengintegrasikan temuan-temuan dan observasi dari setiap anggota tim, kemudian
menentukan disposisi akhir temuan dan observasi akan dimasukkan ke dalam laporan audit
yang formal atau hanya membawa pada perhatian dari manajemen fasilitas. Temuan audit
dan observasi dapat diorganisasikan untuk menentuka temuan yang umum, dapat mempunyai
signifikasi yang lebih besar daripada bila dipandang secara individual. Dalam menilai temuan
audit, anggota tim khususnya pemimpin tim, menentukan apakah bukti audit yang dimiliki
cukup untuk mendukung temuan audit.
e. Melaporkan temuan audit
Proses pelaporan audit lingkungan sering dimulai dengan diskusi yang tidak formal
antara auditor dan koordinator lingkungan fasilitas ketika penyimpanan diketahui. Temuan
lebih jauh akan diklarifikasi ketika audit sedang berlangsung dan kemudian dilaporkan
kepada manajemen fasilitas selama penyelesaian audit atau konferensi penutupan. Selama
pertemuan, tim audit mengkomunikasikan semua temuan dan pengamatan yang diketahui
selama audit dan menunjukkan item-item mana yang akan muncul dalam laporan audit yang
formal. Tujuan pengunaan laporan audit mencakup memberikan informasi kepada
manajemen, memprakarsai tindakan korektif, dan menyediakan dokumentasi audit. Laporan
audit memberikan kaitan yang cukup untuk seluruh penelaahan yang dilakukan sehinggam
kerangka kerja manajemen yang ada dapat menentukan apa, apabila ada, tindakan-tindakan
yang diperlukan.
2. Aktivitas setelah audit lingkungan (post environmental audit activities)
Proses audit tidak hanya berakhir pada simpulan dari audit ditempat. Pemimpin tim
audit menyiapkan suatu laporan sementara mengenai temuan dan observasi dalam dua
minggu dari audit ditempat. Laporan sementara ini dapat ditelaah oleh manajemen fasilitas,
dan lain-lain sebelum suatu laporan akhir diterbitkan.
Ketika laporan akhir disiapkan, proses perencanaan tindakan biasanya dimulai. Proses
mencangkup menentukan lokasi yang potensial, menyiapkan rekomendasi, memberikan
tanggung jawab untuk tindakan korektif dan menetapkan jadwal. Langkah terakhir dalam
19
proses audit secara keseluruhan dimulai dengan tindak lanjut terhadap rencana tindakan
untuk memastikan bahwa seluruh kekurangan dalam kenyataannya telah diperbaiki.10
I. Pengertian Produksi Bersih
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada
pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus produksi. Produksi bersih
merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif atau pencegahan
dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup
produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut,
memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang
lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi
lingkungan yang lebih baik, melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan
emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan. Produksi bersih berfokus pada
usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang merupakan salah satu indikator inefisiensi.
Dengan demikian, usaha pencegahan tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi
dengan mengurangi terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui
daur ulang. Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena
penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi sumber
pendapatan. Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP (United Nations
Environment Program) pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada bulan
September 1989 pada seminar The Promotion of Cleaner Production di Canterbury, Inggris.
Indonesia sepakat untuk mengadopsi definisi yang disampaikan oleh UNEP tersebut .11
Beberapa kata kunci yang perlu dicermati dalam produksi bersih adalah pencegahan,
terpadu, terus-menerus dan mengurangi risiko. Dalam strategi pengelolaan lingkungan
melalui pendekatan produksi bersih, segela upaya dilakukan untuk mencegah atau
menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan dalam konsep produksi bersih dicerminkan
dari banyaknya aspek yang terlibat seperti sumber daya manusia, teknik teknologi, finansial,
manajerial dan lingkungan. Strategi produksi bersih menekankan adanya upaya pengelolaan
lingkungan secara terus-menerus. Suatu keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan
lingkungan bukan merupakan akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya
pengelolaan lingkungan berikutnya. Mengurangi risiko dalam produksi bersih dimaksudkan
dalam arti risiko keamanan, kesehatan, manusia dan lingkungan serta hilanganya sumber

10
Chafid Fandeli., Op.,Cit. Hal. 61
11
terjemahkan oleh Djiwa Darmaja. Yogyakarta : UGM Press. Weston NC, and Stuckey DC. 1994. Cleaner
Technologies and The UK Chemical Industri. UK: Institution of Chemical. hal. 44

20
daya alam dan biaya perbaikan atau pemulihan. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu
strategi untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan,
memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, mencegah atau
memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam
melalui penerapan daur ulang limbah serta memperkuat daya saing produk di pasar
internasional.
J. Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan
Nasional Produksi Bersih dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction,
Recovery and Recycle). Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan
limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk. Re-
think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki pada saat awal
kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi perubahan dalam pola produksi dan konsumsi
berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul
analisis daur hidup produk. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa
adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait
pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha

1. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangtimbulan


limbah pada sumbernya.
2. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu
limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
3. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah
dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika, kimia dan
biologi.
4. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahanbahan
yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian
dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika, kimia
dan biologi.12
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu
ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan (1E1R)
atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan pencemar atau

12
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia, 2003, Panduan Produksi Bersih dan Sistem
Manajemen Lingkungan untuk Usaha/Industri Kecil dan Menengah, Jakarta. Hal. 14

21
limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery)
sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah.
Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan
limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan :
Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah
dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan agar
buanagn memenuhi baku mutu lingkungan.
Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang
termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus
Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih
dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan.13
Penekanan dlakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan
pengolahanmaupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya
dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan

K. Minimisasi limbah
Secara serius produksi bersih sebenarnya berkutat pada kegiatan pencegahan dan
pengurangan limbah produksi, pasalnya melihat keadaan lingkungan yang saat ini sudah
sangat parah yang disebabkan oleh limbah produksi perusahaan-perusahaan untuk itu
diperlukan adanya langkah solutif untuk menangani masalah tersebut dalam hal ini
diperlukan audit lingkungan dan penerapan produksi bersih secara lebih menyeluruh dan
tegas terhadap perusahaan-perusahaan terkait.
Minimisasi Limbah, Ini berarti mengurangi penggunaan bahan beracun, memperbaiki
proses, dan efisiensi untuk mengurangi pembentukan limbah, menggunakan kembali dan
mendaur ulang limbah dan pengubahan limbah menjdai sumber daya melalui pengolahan.
Siasat ini dimulai dalam duniausaha, yang menyadari bahwa mereka tidak lagi sanggup
melanjutkan penanganan pencemaran pada saat pencemaran itu sudah terjadi. Pada saat ini
minimisasi limbah tersebutsedang digalakkan baik oleh dunia usaha maupun oleh pemerintah
di seluruh dunia, sebagaisuatu pemecahan yang serba menguntungkan kedua belah pihak,
dalam bentuk lindunganlingkungan dan penurunan biaya usaha.

13
Hakimi, Rini. Dkk 2006. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production). Jurnal Teknik Mesin Vol XVI,
No 2, Juni 2010

22
Kegiatan usaha yang paling berhasil dalam minimisasi limbah telah menerapkan dua
pokok pemikiran :
a. Limbah adalah suatu kerusakan oleh karena itu, piranti yang telah teruji, seperti
digunakan pada manajemen kualitas total dan pembiayaan berdasarkan aktivitas, dapat
digunakan untuk minimisasi kerusakan.
b.Limbah adalah suatu sumber daya yang tidak berhasil dijual kepada seseorang. Oleh
karenanya, kreativitas dan kemitraan dapat digunakan untuk mengubah limbah, yang tak
dapat dihindarkan timbulnya, menjadi sumber daya yang dapat dijual untuk memperoleh
laba atau dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Minimisasi Limbah merupakan penerapan logis prinsip-prinsip kegiatan usaha yang sehat
untuk pemecahan masalah lingkungan didasarkan pada suatu hirarki konsep yang naik ke
“pangkal pipa” sampai ke sumber limbah telah teruji oleh ribuan kegiatan usaha, dalam setiap
industri, di seluruh dunia terutama sesuai untuk industri di negara-negara berkembang yang
mungkin tidak mampu mengadakan alat pengendali pencemaran merupakan cara yang efektif
untuk penurunan biaya didukung oleh banyak badan-badan pemerintah.
Manfaat minimisasi Limbah dapat :
 meningkatkan efisiensi produksi
 memperbaiki kualitas produk dan mengurangi kerusakan
 mengurangi kebutuhan alat pengendali pencemaran
 membantu mengurangi kebutuhan pengaturan oleh pemerintah
 memperbaiki citra masyarakat dan menaikkan penjualan
 menciptakan peluang usaha baru
 membantu menciptakan suatu keuntungan strategis melebihi pesaing.14

14
United States Agency for International Development (USAID). 1997. Panduan Pengintegrasian Produksi
Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Depperindag. Jakarta. Di dalam Suartama, P.
W. Adi. 2000. Mempelajari Penerapan Produksi Bersih dan Penanganan Limbah di PT. Great Giant Pineaple
Company, Lampung Tengah. Laporan Praktek Lapang. Fateta IPB. Bogor.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara ringkas audit lingkungan adalah sistim evaluasi yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif terhadap pengelolaan dampak yang ada maupun dampak yang
potensial dari kegiatan suatu organisasi atas lingkungan. Apa yang dievaluasi biasanya
termasuk pengelolaan lingkungan dari organisasi itu, pentaatan terhadap peraturan dalam
pengelolaan lingkungan seperti emisi ke udara, pembuangan ke air, pengelolaan limbahnya,
sistim dokumentasi, pelaporan, indikator kinerja, sistim tanggap darurat dan lain sebagainya.
Dalam melaksanakan audit lingkungan ada beberapa unsur dalam strategi pendekatan audit
lingkungan yang harus diperhatikan oleh auditor. Selain itu, pelaksanaan audit lingkungan
memiliki tujuan, fungsi, dan manfaat baik bagi perusahaan maupun lingkungan. Dengan
melakukan audit lingkungan berarti perusahaan memiliki tanggungjawab social untuk turut
menjaga kelestarian lingkungan.
Mengkolaborasikan antara penerapan audit lingkungan dan konsep produksi tentunya
akan semakin menjamin mutu output produk dan kelestarian alam. Diantara konsep utama
daripada produksi bersih adalah sebagai berikut:
1. Konsep produksi bersih sangat perlu untuk diperkenalkan kepada industri nata de coco
untuk mengatasi masalah limbah.
2. Limbah industri nata de coco yang ditemukan di Kota Padang berupa kotoran hasil
penyaringan air kelapa, limbah cair, lapisan kulit nata de coco, nata yang tidak terpakai
(hasil panen yang gagal), sisa potongan nata de coco dan sisa plastik pengemasan.
3. Opsi produksi bersih yang dapat dilakukan untuk penanganan limbah tersebut, yaitu
pembuatan pupuk, pembuatan jelly drink dan pembuatan bak penyaringan limbah cair.
Pelaksanaan opsi produksi bersih ini selain dapat mengatasi masalah limbah juga
diharapkan dapat meningkatan pendapatan industri karena adanya produk lain yang dapat
dihasilkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bratasida. 1996. Prospek Pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan di


Indonesia. BAPEDAL. Jakarta.
Lilin Indriani. 2012. Audit Lingkungan : Fenomena Lama Atau Baru Pada Kegiatan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Ketenaganukliran. Yogyakarta: Direktorat Inspeksi
dan Bahan Nuklir (DIIBN), BAPETEN.

Chafid Fandeli, Dkk. 2017. Audit Lingkungan, Yogyakarta: UGMPress.

Razif, 2012. Pengantar Audit Lingkungan. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya.

Sawyer, B. Lawrence, dkk. 2006. Audit Internal. Jakarta: Salemba.

Neneng. 2012. Audit Lingkungan.(Online).http://enengsolihat.wordpress.com.Diakses


tanggal 27 Maret 2018.

terjemahkan oleh Djiwa Darmaja. Yogyakarta : UGM Press. Weston NC, and
Stuckey DC. 1994. Cleaner Technologies and The UK Chemical Industri. UK: Institution of
Chemical.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia, 2003, Panduan Produksi


Bersih dan Sistem Manajemen Lingkungan untuk Usaha/Industri Kecil dan Menengah,
Jakarta.

Hakimi, Rini. Dkk 2006. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production). Jurnal
Teknik Mesin Vol XVI, No 2, Juni 2010

United States Agency for International Development (USAID). 1997. Panduan


Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan
Depperindag. Jakarta. Di dalam Suartama, P. W. Adi. 2000. Mempelajari Penerapan
Produksi Bersih dan Penanganan Limbah di PT. Great Giant Pineaple Company, Lampung
Tengah. Laporan Praktek Lapang. Fateta IPB. Bogor.

25

Anda mungkin juga menyukai