KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK :
Hanna Ad’hani (M0818017)
Jody Febryan Bagaskara (M0818020)
Livia Laksita Rukmi (M0818024)
Ratna Maydhina (M0818034)
Rizki Ana Dewi (M0818035)
Sevianna Danah Zulfani (4512419012)
I.I Latar belakang dilakukan Audit Lingkungan dan Proses Pelaksanaan Audit
Lingkungan
Saat ini Indonesia merupakan negara dengan tingkat perindustrian yang cukup tinggi.
Industri yang banyak dijumpai di Indonesia adalah jenis industri tekstil. Industri tekstil dan
produk tekstil merupakan industri yang menghasilkan serat benang, kain pakaian jadi rajutan,
pakaian jadi tekstil, barang jadi teksil dsb. Produk tekstil merupakan hasil pengolahan lanjutan
dari tekstil baik yang setengah jadi maupun yang telah jadi. Produk dari tekstil berupa pakaian
jadi/garment/clothing, kebutuhan industri serta rumah tangga. Industri tekstil merupakan suatu
industri yang mengolah serat, menjadi benang kemudian menjadi pakaian atau lainnya.
Surakarta merupakan wilayah yang banyak ditemui industri tekstil salah satunya yaitu
perusahaan Kusuma Mulia tekstil. Perusahaan Kusuma Mulia Tekstil merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pertekstilan yang berdiri sejak lama. Industri yang makin banyak dan
berkembang, menghasilkan berbagai dampak terhadap lingkungan dan makhluk hidup.
Dampak positif dari berkembangnya industri tekstil yaitu dapat menyerap 1,3 juta tenaga kerja
sehingga mampu memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat sekitar sehingga mengurangi pengangguran serta menompang ekonomi bangsa
(Fahmawati & Purnaweni, 2018). Dampak negatif dari berkembangnya suatu perusahaan
tekstil yaitu semakin banyak limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dari industri
tekstil berupa padat berasal dari pembuatan kain, benang, serat kain, dan sampah dari kegiatan
lain, limbah gas berupa pencemaran debu dari penggunaan mesin, dan limbah cair yang
dihasilkan dari proses pengkajian benang serta proses pencelupan. Proses pencelupan atau
pencucian tekstil menjadi salah satu industri yang banyak menghasilkan limbah cair (Said,
2002). Agar limbah tekstil tidak menimbulkan dampak buruk terhadap makhluk hidup dan
lingkungan, perlu adanya kegiatan pengelolaan, perlindungan, pengawasan dan evaluasi
lingkungan secara rutin. Kegiatan pengawasan merupakan upaya preventif untuk memaksakan
kepatuhan (Yakin, 2017). Evaluasi lingkungan dapat dilakukan melalui audit lingkungan.
Audit lingkungan adalah evaluasi untuk menilai ketaatan penanggung jawab suatu
usaha/kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Evaluasi kegiatan dapat dilakukan berupa pengelolaan lingkungan dari kegiatan
perusahaan seperti pembuangan limbah, pengelolaan limbah, emisi ke udara dan pengenalan
dalam pengelolaan lingkungan bagi karyawan (Handoko, 2017).
Audit lingkungan bertujuan untuk mengevaluasi operasi dan kinerja perusahaan yang
disesuaikan antara proses produksi dengan hukum dan peraturan serta mengidentifikasi resiko
yang ditimbulkan dari suatu kegiatan dan/atau usaha yang berkaitan dengan kelestarian
lingkungan (Manuhara P, 2016). Audit lingkungan hidup diwajibkan terhadap setiap usaha atau
kegiatan yang beresiko tinggi terhadap lingkungan serta suatu bentuk ketidaktaatan dari
penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan secara berkala.
Audit lingkungan hidup dilakukan setelah usaha dan/atau kegiatan dilaksanakan atau sedang
berjalan. Pelaksanaan audit lingkungan harus fleksibel dalam ruang lingkup, jenis dan prosedur
yang harus disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Selain itu, dengan
pelaksanaan audit lingkungan juga dapat memastikan bahwa keberadaan perusahaan dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah. Atas dasar pertimbangan beberapa hal
tersebut, maka perusahaan tekstil Kusuma Mulia melakukan audit lingkungan. Kegiatan audit
lingkungan perusahaan tekstil Kusuma Mulia dilakukan agar perusahaan dapat dipastikan
keberlanjutannya dengan melakukan tanggung jawab sosial.
Setiap usaha atau kegiatan wajib menjaga kelestarian lingkungannya. Untuk
menjamin kelestarian lingkungan secara terus menerus perlu dilaksanakan pemantauan
lingkungan sesuai dengan yang tertera dalam dokumen lingkungan baik AMDAL, UKL-UPL
maupun SPPL. UKL-UPL adalah rangkaian proses pengelolaan dan pemantauan Lingkungan
Hidup yang dituangkan dalam bentuk standar untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan serta termuat dalam perizinan berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah. UKL-UPL merupakan salah satu dari upaya mitigasi sebagaimana
tercantum pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Disebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki UKL dan UPL. Dokumen UKL dan UPL disusun
berdasarkan Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Pada
waktu tertentu secara periodik atau pada saat ada problem atau ada keperluan khusus
diperlukan kajian lingkungan.
Kajian lingkungan yang dimaksudkan untuk mengetahui kinerja manajemen
pengelolaan lingkungan adalah (1) Audit Lingkungan, (2) Peringkat pengelolaan lingkungan.
Dokumen audit lingkungan yang telah diverifikasi memuat pengelolaan lingkungan yang telah
dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang sudah beroperasi berikut hasil pengelolaannya.
Untuk komponen lingkungan yang masih belum baik maka audit lingkungan merupakan
dokumen yang dapat dijadikan sebagai early warning system dalam pengelolaan lingkungan,
(3) Mencari cara penyelesaian masalah bagi beberapa komponen kegiatan pengelolaan yang
belum berhasil menanggulangi kerusakan lingkungan. Kegiatan dan/atau usaha harus berupaya
agar lingkungan dapat menjadi lebih baik. Di dalam audit lingkungan terdapat uraian tentang
mitigasi dampak yang terjadi yaitu berupa cara pencegahan dan penanggulangan dampak
lingkungan. Dalam perkembangannya, Indonesia telah mengadopsi perangkat audit lingkungan
secara sukarela pada tahun 1994 yang bersifat wajib (mandatory) pada tahun 2001 melalui
Keputusan Menteri LH No.30 tahun 2001 sebagai penjabaran dari Undang-Undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 tahun 1997. Namun akhirnya setelah keluar UU No.32
tahun 2009 tentang PPLH, kemudian dijabarkan menjadi Kepmen LH No.17 tahun 2010, dan
selanjutnya direvisi lagi menjadi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.03 tahun 2013,
maka audit lingkungan menjadi bersifat sukarela (voluntary) dan wajib dengan persyaratan
tertentu.
I.II Kriteria dan Komponen Penilaian Audit Lingkungan dan Baku Mutu Lingkungan
Jenis Komponen Parameter Tolak Ukur
A. Komponen
Abiotik
1. Kualitas Udara • Untuk kualitas udara ruangan • KepMen Tenaga Kerja No.
dan Kebisingan proses produksi : partikel debu 51/men/1999 tentang Baku
dan kelembapan udara, Mutu Tingkat Kebisingan
kebisingan Ruangan Kerja
• Untuk kualitas udara emisi : • SE Menteri Tenaga Kerja
SO2, NO2, CO, H2S, NH3, No. SE.01/Mann/1997
Partikel debu, suhu cerobong tentang Nilai Ambang Batas
dan kebisingan Faktor Kimia Udara
• Untuk kualitas udara ambien : Lingkungan Kerja
SO2, NO2, CO, H2S, NH3, • Baku Mutu Udara Emisi
Ox, partikel debu, dan kondisi Sumber Tidak Bergerak
fisik setempat (arah, Kep.Gub Jateng No. 10
temperatur, tekanan udara, Tahun 2000
kelembapan, dan kecepatan • Baku Mutu Udara Ambien
angin Kep.Gub Jateng No. 8
Tahun 2001
2. Kualitas dan • Untuk Air Limbah Industri • Untuk air limbah industri,
kuantitas air Tekstil: Perda Prop jateng No.
Temperatur <38, pH 6-9, BOD 10/2005 tentang BMA air
<60, COD <150, TSS <50, Cr limbah untuk air limbah
Total <1, Minyak <3, Amoniak industri tekstil
(NH3-N) <8 • Untuk air sungai, sesuai
• Untuk Kualitas Air Minum/ air dengan PP No. 82/2001
sumur Sifat Fisika : untuk kelas II parameter
Zat padat terlarut <1000 mg/lt, disesuaikan dengan
kekeruhan <5 skala NTU, karakteristik air limbah
Warna < 15 skala NTU industri tekstil
Sifat Kimia : • Untuk air sumur sesuai
pH < 6,6-9, Air raksa <0,001 dengan persyaratan
mg/lt, Arsen <0,05 mg/lt, Besi maksimal air bersih
total <0,3 mg/lt, Fluorida <0,5 PerMenKes Kep.
mg/lt, Kadmium <0,005 mg/lt, 416/MENKES/Per/IX/1990
CaCO3 <500 mg/lt, Klorida
<250 mg/lt, Kromium <0,05
mg/lt, Magnesium 30-150
mg/lt, Mangan <0,1 mg/lt,
Nitrat <10,0 mg/lt, Nitrit <0,1
mg/lt, Selenium <0,01 mg/lt,
Seng <5 mg/lt, Sianida <0,1
mg/lt, Sulfat <400 mg/lt,
Timbal <0,05 mg/lt, BOD
<150 mg/lt, COD <300 mg/lt,
Total koliform 6,8-8,5
jml/100ml
3. Kebakaran • Fungsi alat-alat pengaman • Keamanan dari bahaya
elektrikal dan mekanikal kebakaran
• Label kadaluwarsa APAR
4. Limbah • Jenis, jumlah serta berat • Bersih dan rapi
padat/sampah limbah padat • Ada tempat pemilahan
• Jenis dan penuh/tidaknya sampah dan penempatan nya
tempat pembuangan limbah yang teratur
padat
• Kondisi wadah/tempat
pembuangan limbah padat
• Frekuensi pembuangan limbah
padat
B. Komponen
Biotik
1. Keanekaragam • Jenis, jumlah niota air (bentos • Keragaman dan
dan dan plankton) kemelimpahan bentos dan
kemelimpahan planktorn
biota air
C. Komponen
Sosekbudikesmas
1. Kecemburuan • Kedisiplinan dan ketertiban • Kejadian gangguan
dan konflik sosial karyawan keamanan /pencurian atau
• Keresahan dan harapan konflik kepentingan
karyawan • Bertambahnya peluang
• Keamanan, kebersihan dan usaha baru bagi masyarakat
ketertiban areal pabrik sekitar perusahaan
• Hubungan sosial antar • Karyawan disiplin dan tertib
karyawan dalam melaksanakan tugas
• Sikap karyawan terhadap • Keharmonisan hubungan
keberadaan pabrik antar karyawan dan
• Tingkat keamanan dan pimpinan
kriminalitas di dalam
perusahaan
2. Lalu-lintas • • Arus lalu lintas di jalan
Kelancaran arus lalu-lintas di
jalan depan pabrik depan pabrik berjalan lancar,
• Frekuensi tidak terjadi kemacetan
terjadinya
• Karyawan tidak terlambat
kecelakaan lalu-lintas di jalan
depan pabrik masuk kerja pagi hari
• Tidak terjadi kecelakaan
pada karyawan pada waktu
berangkat dan pulang kerja
maupun kendaraan
pengangkut keluar-masuk
pabrik
3. Kesehatan • Jumlah surat izin karyawan • Tingkat kesehatan karyawan
• Jumlah kunjungan karyawan (ijin tidak masuk kerja
ke puskesmas/RS karena sakit tidak melebihi
• Tingkat kecelakaan kerja 10% dari total karyawan)
• Keselamatan kerja karywan
(kecelakaan kerja 0%)
BAB III
I.I DESKRIPSI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
3.1.1 Informasi Data Umum
a. Nama Usaha dan/atau Kegiatan : Kusuma Mulia Tekstil
b. Jenis Usaha dan/atau Kegiatan : Pabrik Tekstil (Industri
Penyempurnaan Kain)
c. Nama Pimpinan : Drs. Rudi Indiarto, Akt.
d. Nama Penanggung jawab UKL & UPL : Atim Miyanto
e. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan :
▪ Jalan : Jl. Cokro Aminoto No. 47 Surakarta
▪ Kelurahan : Jebres
▪ Kecamatan : Jebres
▪ Kota : Surakarta
▪ Propinsi : Jawa Tengah
▪ Telp/tax : 0271-48461, 0271-663710
f. Status perusahaan : Kantor Tunggal
g. NPWP : 6.624.870.9-526
h. Status permodalan : Non PMA / PMDN
(Sumur ke-1)
5. Izin Gangguan 503/605 Walikota Surakarta 3 tahun
Tempat Usaha Koordinator Unit sejak
Pelayanan Terpadu tanggal
14-03-05
6. Tanda Daftar 11.16.5.17.08261 Unit Pelayanan 5 tahun
Perusahaan (TDP) Terpadu sejak
tanggal
19-05-05
7. Surat Ijin Usaha 517/0/34/PM/V/2005 Dinas Perindustrian, 3 tahun
Perdagangan Perdagangan, dan sejak
(SIUP) Penanaman Modal tanggal
Kota Surakarta 06-05-05
8 Surat Ijin Usaha 530/36/IM/V/05 Dinas Perindustrian, 3 tahun
Industri (SIUI) Perdagangan, dan sejak
Industri Menengah Penanaman Modal tanggal
Kota Surakarta 03-05-05
3.1.3 Lahan/tanah
Luas Lahan/Tanah : 20.486,25 m2
Status Lahan : Hak Milik dengan Nomor 1481 dan Hak Guna Bangunan
Nomor 124.
Ketinggian tapak dengan lingkungan sekitarnya, tidak ada perbedaan.
Tabel 3.2. Uraian penggunaan lahan
Luas Areal
No Jenis Penggunaan
m2 %
e. Mushola 9 0,004
f. Kantin 9 0,004
i. Jalan/saluran - -
j. Tempat parkir 90 0,45
WNI
Klasifikasi Pekerjaan
L P Jumlah Komuter WNA SD SLTP SLTA D3/PT
Lokal
Harian
1. Manajer ke atas 3 1 4 4 - - - - - 4
2. Staf 18 22 40 40 - - - - 40 -
4. Lainnya - - - - - - - - - -
3. Folding 4 80 DN Listrik -
4. Rolling 5 80 DN Listrik -
Penanganan Sisa
No Jenis Bahan Bakar Kebutuhan / Bulan
Diolah / Dibuang / Dibakar dll
1. Bahan
baku
2. MCK 200
3. Domestik/minum 100
JUMLAH 900
3.1.11 Produksi
Tabel 3.9. Jenis dan kapasitas produksi
2. DCP 9 kg 16
3. CO2 6 kg -
3.1.14 Proses Produksi
Proses Produksi : Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada diagram sebagai
berikut :
Kain Grey
Stenter
Folding
Packing
Gudang Pengiriman
IPAL
I.II HASIL LAPORAN AUDIT LINGKUNGAN
Tabel 1. Hasil Pengujian Air Limbah Industri Tekstil PT. Kusuma Mulia
Bulan Januari 2020
Hasil Baku
No Parameter Satuan Metode
Analisis mutu
1 Temperatur °C 26 - SNI 06-6989.23-2005
2 TSS mg/L 3,0 50 APHA (2017):2540 D
APHA (2017): 4500
3 PH - 7,6 -
H+
4 Krom Total mg/L < 0, 02 1,0 SNI 6989.17-2009
IKM/5.4.20/ESL
5 Amonia mg/L 0, 14 8,0
(Spektrofotometri)
6 COD mg/L 6,8 150 APHA (2017):5220 D
7 BOD mg/L 1,5 60 SNI 6989.72-2009
8 Minyak dan Lemak mg/L 3,0 3,0 SNI 6989.10-2011
9 Sulfida sebagai S mg/L 0,01 0,3 JIS 2002, K0102:39
10 Phenol mg/L <0,03 0,5 APHA (2017):5530 D
Baku mutu yang digunakan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun
2012 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Industri Tekstil dan Batik. Dari hasil pengujian
dengan parameter diatas dapat dikatakan bahwa tidak ada parameter yang melebihi baku mutu.
Jadi dapat dikatakan bahwa parameter pengujian PT. Kusuma Mulia Tekstil sudah baik dan
tidak beresiko untuk mencemari lingkungan.
Tabel 4. Hasil Pengujian Air Limbah Industri Tekstil PT. Kusuma Mulia
Bulan Juli 2020
I.I Berisi mengenai pembahasan terhadap kesesuaian antara Dokumen ANDAL, RKL-
RPL, dan dokumen Audit Lingkungan
Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didasarkan pada konsepsi yang lebih
luas. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan, analisis dampak yang telah disusun di dalam
dokumen UKL-UPL harus dievaluasi pelaksanaannya melalui instrumen audit lingkungan,
untuk mengatuhi kepatuhan pelaksanaan proyek pembangunan terhadap dokumen UKL-UPL.
Kemunculan industri tekstil dapat menimbulkan dampak lingkungan negatif bagi lingkungan
di sekitarnya melalui aspek lingkungan berupa limbah dari proses pewarnaan kain yang terdiri
dari limbah cair, debu, limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan dari kegiatan mesin
produksi yaitu kebisingan. Sisa-sisa bahan kimia dalam limbah cair dan limbah B3 dapat
mengurangi kualitas lingkungan hidup dengan mencemari tanah di sekitar area pabrik.
Timbulan debu yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan pernapasan manusia dan estetika
lingkungan, kemudian intensitas kebisingan yang tinggi dapat menganggu kehidupan sosial
masyarakat sekitar.
Oleh karena itulah PT. Kusuma Mulia Tekstile menerapkan audit lingkungan untuk
memastikan bahwa aspek lingkungan terjaga dan bertujuan mempertahankan kinerja
manajemen dalam meningkatkan kinerja lingkungan.Terdapat beberapa Aspek Lingkungan
Penting (ALP) yang berdampak penting di pabrik tekstil tersebut, antara lain kualita udara dan
air, kebisingan, penggunaan air, dan lain-lain. Pihak manajemen telah membuat beberapa
program lingkungan dengan tujuan pengurangan tingkat penyebaran dampak dan sasaran nilai
pengukuran dampak sesuai dengan baku mutu peraturan yang berlaku. Beberapa program
diantaranya, yaitu :
Kinerja lingkungan terlihat dari hasil kegiatan pemantauan dan pengukuran ALP yang
dilakukan dalam rangka memenuhi standar baku mutu dari peraturan perundangan serta
persyaratan yang dijadikan acuan. Hasil dan evaluasi terhadap kinerja lingkungan perusahaan
menentukan seberapa jauh efektivitas penerapan dokumen UKL-UPL. Hasil pengujian air
limbah industri PT. Kusuma Mulia Tekstile pada bulan Januari, Februari, Maret, Juli, dan
Agustus tahun 2020 menunjukkan parameter kualitas air seperti temperatur, TSS, pH, Krom
total, Amonia, COD, BOD, Minyak dan lemak, Sulfida sebagai S, dan Phenol, semuanya masih
berada dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun
2012 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Industri Tekstil dan Batik. Dapat dilihat pH
tertinggi terdapat pada bulan Februari yaitu 8,3, nillai TSS tertinggi terdapat pada bulan
Agustus yaitu 44 mg/L, nilai BOD tertinggi terdapat pada bulan Agustus yaitu 8,91 mg/L, dan
nilai COD tertinggi terdapat pada bulan Februari yaitu 18, 58 mg/L. Hasil tersebut masih di
bawah baku mutu yang ditetapkan, dengan kisaran nilai TSS sebesar 50 mg/L, COD sebesar
150 mg/L, dan BOD sebesar 60 mg/L. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT. Kusuma Mulia
Tekstile telah melakukan pengelolaan dan pemantauan limbah cairnya dengan baik melalui
instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Penilaian kinerja lingkungan selanjutnya yaitu pengujian udara ambien industri tekstil
PT. Kusuma Mulia. Pengujian dilakukan pada bulan Agustus tahun 2020 dengan beberapa
parameter seperti Sulfur dioksida (SO2), Carbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2),
Oxydant (O3), dan TSP. Baku mutu yang digunakan yaitu berdasarkan Keputusan Gubernur
Provinsi Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien. Hasil pengujian
menunjukkan nilai SO2 sebesar 17,18 µg/Nm3, CO sebesar 571,5 µg/Nm3, NO2 sebesar 10,41
µg/Nm3, O3 sebesar 9,95 µg/Nm3 dan TSP sebesar 90,79 µg/Nm3. Hasil tersebut masih di
bawah baku mutu yang ditetapkan dengan kisaran nilai SO2 sebesar 632 µg/Nm3, CO sebesar
15000 µg/Nm3, NO2 sebesar 316 µg/Nm3, dan O3 sebesar 200 µg/Nm3. Hal tersebut
menunjukkan bahwa PT. Kusuma Mulia Tekstile telah melakukan pengelolaan dan
pemantauan udara ambiennya dengan baik sehingga tidak beresiko untuk mencemari
lingkungan.
Hasil pengukuran pada titik sampling di Belakang pabrik RT 02 RW 07 Jl. HOS
Cokroaminota pada bulan Agustus 2020, tingkat kebisingan yang tercatat yaitu Level
Equvalent, LEQ sebesar 52,3 dB(A) dan Level Maximum, LMAX sebesar 53,5 dB(A). Leq
Equivlent Continous Noise Level atau tingkat kebisingan kontinu setara, yaitu nilai tertentu
kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif selama waktu tertentu yg setara
dengan dengan tingkat kebisingan yg tetap) pada selang warktu yang sama. Dari hasil
pengujian dengan parameter diatas dapat dikatakan bahwa tidak ada parameter yang melebihi
baku mutu. Penilaian tingkat kebisingan mengacu pada Keputusan Menteri LH No. 48 Tahun
1996 dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu Level Equvalent, LEQ sebesar 60,0 dB(A). Hal
tersebut menunjukkan bahwa PT. Kusuma Mulia Tekstile telah melakukan pengelolaan dan
pemantauan kebisingannya dengan baik sehingga tidak beresiko untuk mencemari lingkungan.
Berdasarkan data neraca Limbah B3 PT. Kusuma Mulia Textile pada semester I (Januari-Juni)
2020 dan triwulan III (Juli-September) 2020, jumlah Limbah B3 yang dihasilkan mencapai
18.972 kg pada bulan Januari-Juni 2020 dan 15.297 pada bulan Juli-September 2020. Limbah
B3 tersebut meliputi limbah bottom ash, fly ash, sludge WTT, kain majun, lampu neon, resin
bekas, kemasan bekas B3, dan limbah laborat. Adapun perlakukan yang dilakukan yaitu limbah
disimpan pada Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) sebanyak 3582,318 kg pada bulan
Januari-Juni 2020 dan 119,678 kg pada bulan Juli-September 2020. Sisa limbah B3 kemudian
diserahkan ke pihak ke 3 yaitu pengumpul dan/atau pemanfaat, dan atau pengolah Limbah B3
yang mempunyai izin resmi. Pada data neraca limbah B3 tersebut juga terdapat data kinerja
pengelolaan Limbah B3 selama periode skala waktu penaatan yang menunjukkan hasil 100%
pada kedua periode waktu penaatan. Kinerja ini menunjukkan derajat ketaatan Pengelolaan
Limbah B3 terhadap peraturan perundang-undangan. Jika menunjukkan angka 100%
makadalam skala waktu penaatan pengelolaannya taat dan Limbah B3 dikelola dengan baik
dan benar.
Namun, untuk pemantauan mengenai komponen abiotik yaitu pada aspek kebakaran,
komponen biotik yaitu aspek keanekaragaman dan kemelimpahan biota air, serta komponen
sosekbudikesmas yaitu kecemburuan dan konflik sosial, lalu lintas, dan kesehatan masih belum
termuat dalam laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan PT. Kusuma
Mulia Tekstile.
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dokumen lingkungan baik AMDAL, UKL-UPL, maupun SPPL merupakan dokumen wajib
yang harus dimiliki oleh setiap suatu usaha atau kegiatan. UKL-UPL yaitu rangkaian proses
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk standar atau
persetujuan Pemerintah Pusat yang juga tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dokumen UKL dan UPL disusun
berdasarkan Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. PT.
Kusuma Mulia Tekstile telah menerapkan audit lingkungan untuk memastikan bahwa aspek
lingkunganya terjaga juga untuk mempertahankan kinerja manajemennya. Berdasarkan
evaluasi yang telah dilakukan terhadap limbar cair, ambien udara, limbah B3 serta kebisingan
pada PT. Kusuma Tekstile masih tergolong aman karena tidak ada parameter yang melewati
baku mutu lingkungan. Dan juga pengelolaan dan pemantauan sudah sesuai dengan pedoman
yang tercantum dalam dokumen UKL-UPL terbukti dengan semua paremeter Aspel
Lingkungan Penting (ALP) tidak melebihi baku mutu, Namun, masih terdapat beberapa aspek
lingkungan yang belum dilakukan pemantauan dan pengelolaan. Rekomendasi yang dapat
diambil dan diterapkan pada perusahaan yaitu ditingkatkan maupun melakukan perbaikan
melalui upaya untuk mengurangi beberapa hasil parameter yang hampir mencapai batas baku
mutu seperti TSS dan Level Equivalent (LEQ), Melakukan pemantauan terhadap aspek
lingkungan yang belum dilakukan audit sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen UKL-
UPL dan melaporkan hasilnya pada dokumen audit lingkungan. Sementara beberapa kondisi
yang telah efektif dan sesuai dengan aturan yang ada dipertahankan dan ditingkatkan melalui
tinjauan secara berkala sehingga tercapai perbaikan kinerja lingkungan yang berkelanjutan.