Anda di halaman 1dari 7

1.

1 Audit Tanggung Jawab Sosial

Dalam kemajuan industri sekarang, tekanan masyarakat kepada perusahaan agar mereka

melakukan pembenahan pada sistem operasi untuk menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian

dan tanggungjawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan teknologi dan industri yang pesat di

tuntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar. Selain internal auditor yang

memilki peran dalam menilai dan meningkatkan kinerja entitas, CSR atau Corporate Social

Responbility juga dipercaya dalam meningkatkan kinerja perusahaan, dimana para investor

cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan kegiatan CSR. Begitu banyak

macam dan bentuk dari CSR di setiap entitas. Karena masing-masing entitas memilki tujuan, prioritas

dan tanggung jawab yang berbeda atas kinerja sosialnya. Menurut Darwin (2004) CSR adalah

perhatian terhadap lingkungan dan social ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders

yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum.

Manfaat Corporate Social Responbility bagi Perusahaan

1. Meningkat citra perusahaan di mata masyarakat.

2. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.

3. Membedakan perusahaan tersebut dengan para kompetitornya.

4. Memperkuat brand merk perusahaan di mata masyarakat.

5. Memberikan inovasi bagi perusahaan tersebut.

Manfaat Corporate Social Responbility bagi Masyarakat

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan meningkatkan kelestarian lingkungan

hidup sekitar.

2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.

3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.


4. Adanya pembangunan fasilitas masyarakat yang sifatnya sosial dan berguna untuk

masyarakat banyak khususnya untuk masyarakat yang berada di sekitar perusahaan

tersebut.

Audit pertanggungjawaban sosial merupakan suatu proses dimana organisasi dapat

menentukan kewajaran kinerja sosial mereka, melaporkan dan mengembangkan kinerjanya. Audit

pertanggungjawaban sosial mengukur dampak sosial dan perilaku relasi perusahaan. Audit

pertanggungjawaban sosial diharapkan dapat dipergunakan untuk menilai dampak sosial dari

kegiatan perusahaan, mengukur efektifitas program perusahaan yang bersifat sosial dan melaporkan

sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi tanggung jawab sosialnya. Suatu informasi internal

dan eksternal memungkinkan penilaian menyeluruh terhadap sumber sumber daya dan dampaknya

(baik sosial maupun ekonomi), oleh karena itu pada prinsipnya audit pertanggungjawaban sosial

timbul dalam upaya memenuhi ketentuan informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan. Ide

dasar audit sosial adalah keinginan untuk membuat bisnis semakin bertanggung jawab kepada

masyarakat dan untuk meyakinkan bahwa dampak penting dan tidak penting dari suatu bisnis dapat

dipahami.

Di Inggris, Australia dan Amerika The Interest Research Council melakukan riset secara

mendasar terhadap dampak lingkungan, menyimpulkan bahwa pengungkapan sosial yang dilakukan

oleh perusahaan Australia memiliki tingkatan yang paling kecil dibandingkan dengan Amerika dan

Inggris, dimana Inggris lebih terdorong oleh adanya peruaturan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, adanya kesamaan prioritas atas jenis informasi, yakni SDM, masyarakat dan lingkungan

di Australia, Amerika dan Inggris serta adanya perbedaan tingkat dan jenis kuantifikasi

pengungkapan sosial ditiga negara tersebut. Pentingnya audit pertanggungjawaban sosial

seharusnya membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk melakukan audit atas akuntansi

pertanggungjawaban sosial mereka. Tetapi dalam pelaksanaan audit pertanggungjawaban sosial

terdapat beberapa hambatan.


1.1.1 Keuntungan dan Hambatan Audit Pertanggung Jawaban Sosial

Keuntungan:

1. Melibatkan stakeholder dalam organisasi

2. Meningkatkan tanggung jawab kepada stakeholder utama

3. Memberikan garis besar yang berguna untuk aktivitas perusahaan

4. Menyediakan kepercayaan pada hasil akuntansi pertanggungjawaban sosial

5. Pengukuran untuk beberapa perluasan, mengamati dampak sosial organisasi.

6. Menstimulus timbulnya praktek yang jujur

Hambatan:

1. Dibutuhkan waktu dan usaha dari organisasi

2. Biaya untuk mendanai sumber dari luar

3. Belum ada standar yang mengatur audit pertanggungjawaban sosial

4. Harus memperoleh opini dari nonstakeholder yang mungkin calon stakeholder potensial

5. Proses audit pertanggungjawaban sosial merupakan proses yang complicated dan

membingungkan

6. Tidak ada standar kualifikasi untuk auditor pertanggungjawaban sosial

1.2 Audit Lingkungan Hidup

Audit Lingkungan Hidup secara detail dijabarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri ini dibuat

untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tentang Audit Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri ini terdiri dari sembilan bab dan lima lampiran. Bab I mengenai

Ketentuan Umum. Pasal 1 berisi pengertian-pengertian yang mendukung penjabaran undang-

undang ini. Berikut merupakan beberapa pengertian yang perlu untuk dipahami :
1. Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung

jawab Usaha dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan

oleh pemerintah.

2. Auditor Lingkungan Hidup adalah seseorang yang memiliki Kompetensi untuk melaksanakan

Audit Lingkungan Hidup.

3. Lembaga Penyedia Jasa Audit Lingkungan Hidup adalah badan hukum yang bergerak dalam

bidang jasa Audit Lingkungan Hidup.

4. Kegiatan Berisiko Tinggi adalah Usaha dan/atau Kegiatan yang jika terjadi kecelakaan

dan/atau keadaan darurat menimbulkan dampak yang besar dan luas terhadap kesehatan

manusia dan lingkungan hidup.

5. Dokumen Lingkungan Hidup adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup yang terdiri atas analisis mengenai dampak lingkungan hidup (Amdal),

upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL),

surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL),

dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (DPPL), studi evaluasi mengenai

dampak lingkungan hidup (SEMDAL), studi evaluasi lingkungan hidup (SEL), penyajian

informasi lingkungan (PIL), penyajian evaluasi lingkungan (PEL), dokumen pengelolaan

lingkungan hidup (DPL), rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan

lingkungan (RKL-RPL), dokumen evaluasi lingkungan hidup (DELH), dokumen pengelolaan

lingkungan hidup (DPLH), dan Audit Lingkungan Hidup.

6. Sistem Manajemen Mutu adalah suatu sistem yang dilaksanakan untuk menjaga kualitas dari

suatu pelaksanaan kegiatan yang meliputi perencanaan, seleksi dan penugasan tenaga

pelaksana, penerapan prosedur operasional standar, dokumentasi, evaluasi, dan pelaporan.

1.2.1 Kompetensi Auditor Lingkungan Hidup


Auditor Lingkungan Hidup meliputi auditor lingkungan hidup perorangan; atau auditor

lingkungan hidup yang tergabung dalam lembaga penyedia jasa audit lingkungan hidup. Kualifikasi

Auditor Lingkungan Hidup terdiri atas auditor utama; dan auditor. Kriteria Kompetensi untuk auditor

utama meliputi kemampuan memahami prinsip, metodologi, dan tata laksana Audit Lingkungan

Hidup; melakukan Audit Lingkungan Hidup yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan,

pengambilan kesimpulan, dan pelaporan; merumuskan rekomendasi langkah perbaikan sebagai

tindak lanjut Audit Lingkungan Hidup; menunjuk dan mengoordinasikan kegiatan auditor di bawah

tanggungjawabnya sebagai auditor utama; merumuskan kesimpulan Audit Lingkungan Hidup;

mengoordinasikan penyusunan dan penyampaian laporan hasil Audit Lingkungan Hidup; dan

memenuhi kriteria lain yang ditetapkan oleh LSK Auditor Lingkungan Hidup. Kriteria Kompetensi

untuk auditor meliputi kemampuan memahami prinsip, metodologi, dan tata laksana Audit

Lingkungan Hidup; melakukan Audit Lingkungan Hidup yang meliputi tahapan perencanaan,

pelaksanaan, pengambilan kesimpulan, dan pelaporan; merumuskan rekomendasi langkah

perbaikan sebagai tindak lanjut Audit Lingkungan Hidup; dan memenuhi kriteria lain yang ditetapkan

oleh LSK Auditor Lingkungan Hidup.

Auditor Lingkungan Hidup wajib memiliki Sertifikat Kompetensi Auditor Lingkungan Hidup.

Untuk memperoleh Sertifikat Kompetensi Auditor Lingkungan Hidup, Auditor Lingkungan Hidup

wajib memenuhi kriteria Kompetensi; mengikuti dan lulus pelatihan Audit Lingkungan Hidup; dan

mengikuti uji Kompetensi yang diselenggarakan oleh LSK Auditor Lingkungan Hidup. Uji Kompetensi

terdiri atas penilaian portofolio; dan uji tertulis dan/atau wawancara. Penilaian portofolio dilakukan

terhadap latar belakang pendidikan; pelatihan di bidang Audit Lingkungan Hidup; pengalaman kerja

di bidang lingkungan hidup; dan pengalaman melakukan Audit Lingkungan Hidup. Uji tertulis

dan/atau wawancara dilakukan terhadap penguasaan kriteria.

1.2.2 Tata Laksana Audit Lingkungan Hidup


Pasal 15 menerangkan Tata laksana Audit Lingkungan Hidup yang diatur dalam Peraturan

Menteri ini hanya untuk Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan. Pasal 16 berisi Audit Lingkungan

Hidup dilakukan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang memiliki dokumen lingkungan hidup dan

Audit Lingkungan Hidup dapat dilakukan terhadap lebih dari 1 (satu) Usaha dan/atau Kegiatan yang

berlokasi dalam 1 (satu) kawasan.

Pasal 17 menjelaskan Audit Lingkungan Hidup merupakan audit yang diwajibkan oleh

Menteri kepada Usaha dan/atau Kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup;

dan/atau Usaha dan/atau Kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 21

menjelaskan Dokumen Audit Lingkungan Hidup terdiri atas rencana Audit Lingkungan Hidup; dan

laporan hasil Audit Lingkungan Hidup. Rencana Audit Lingkungan Hidup paling sedikit berisi:

1. identitas pemberi perintah audit dan pihak yang diaudit;

2. tujuan audit;

3. lingkup audit;

4. kriteria audit;

5. identitas dan identifikasi Kompetensi tim audit;

6. pernyataan ketidakberpihakan dan kemandirian tim audit;

7. proses dan metode kerja audit;

8. tata waktu audit keseluruhan;

9. lokasi dan jadwal audit lapangan;

10. wakil dari pihak yang diaudit;

11. kerangka protokol audit;

12. pengumpulan bukti audit; dan

13. kerangka sistematika laporan

Laporan hasil Audit Lingkungan Hidup paling sedikit berisi:


1. informasi yang meliputi tujuan, lingkup, kriteria, dan proses pelaksanaan audit;

2. temuan audit;

3. kesimpulan audit;

4. rekomendasi audit dan tindak lanjut; dan

5. data dan informasi pendukung yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai