Anda di halaman 1dari 20

REKAYASA 17 KARAKTERISTIK MUTU

Oleh : Aries Sunanda, ST., DipKim, AK

Abstrak

Penerapan sistem manajemen yang ada saat ini dapat saja tidak tepat jika
mempertimbangkan segi kelengkapan karakteristik mutu yang menjadi tujuan dan tingkat
pemenuhan karakteristik mutu tersebut. Rekayasa 17 Karakteristik Mutu adalah sistem
manajemen dengan batasan dan metoda pengambilan keputusan yang dapat menjamin
ketepatan dalam penerapannya dan dapat digunakan dalam berbagai pendekatan dan
sudut pandang.

Pustaka Acuan :

1. Penggunaan Metoda QFD, Quality Function Deployment (Pengembangan


Karakteristik Kualitas) pada Pengukuran Kepuasan Pelanggan Sebagai Sarana
Peningkatan Kualitas Produk dan Kinerja Layanan PT. BASF Indonesia, Aries
Sunanda, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sahid,
Jakarta, 2003.

2. Topics of Quality, Hazard Identification and Control for Continuous Improvement and
Decision Taking, Aries Sunanda, Compilation of Delivered Trainings Hands Out,
Health & Safety Department, PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri, Bogor, 2009.

1
Daftar Isi :

Abstrak 1

Pustaka Acuan 1

Daftar Isi 2

I. Pendahuluan 3

II. Terminologi 4

III. Pendekatan R17KM dalam Pengambilan Keputusan 4

A. Langkah I : Penetapan Wewenang dan tanggung Jawab 4

B. Langkah II : Penetapan Prioritas Pemecahan Maasalah yang Ditemui 5

C. Langkah III : Penetapan Tindakan Korektif/ Preventif dalam Menindaklanjuti


Temuan Masalah 5

D. Langkah IV : Memastikan Tindakan Pemecahan Masalah yang Diambil


Memenuhi Karakteristik Mutu 9

E. Langkah V : Memastikan Tindakan Pemecahan Masalah yang Diambil Memiliki


Kekuatan Pengaruh dalam Penerapannya 11

F. Langkah VI : Memastikan Tindakan Pemecahan Masalah yang Diambil Memiliki


Kelengkapan Persyaratan Legalitas 12

IV. Pendekatan R17KM dalam Pengembangan Karakteristik Proses dan Dokumen


Sistem Manajemen 12

V. Pendekatan R17KM dalam Penetapan Ketepatan Penerapan Karakteristik Proses


dan Dokumen Sistem Manajemen 13

VI. Pendekatan R17KM dalam Penafsiran Kegiatan Pengelolaan Berdasarkan Nilai


Prosentase Hasil Pencapaian Berdasarkan Target Kegiatan 14

VII. Pendekatan R17KM dalam Kegiatan Manajemen 15

VIII. Pendekatan R17KM dalam Perencanaan Strategis Perusahaan 16

Lampiran 1. Form Pengembangan Karakteristik Proses & Dokumen 17

Lampiran 2. Form Checklist Audit Kegiatan Manajemen 19

2
I. Pendahuluan

Kebutuhan untuk memperbaiki mutu perusahaan serta produk dan jasa yang
dihasilkan secara berkesinambungan telah membuat berkembangnya berbagai sistem
manajemen. Berbagai batasan dan metoda pengambilan keputusan di dalam berbagai
sistem manajemen tersebut secara sadar ditujukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
agar tidak ada pihak yang dirugikan. Namun dalam penerapannya ada yang tepat
memenuhi kebutuhan perbaikan mutu dan ada yang tidak tepat.

Penerapan yang dikatakan tepat adalah apabila unsur-unsur karakteristik mutu yang
menjadi tujuan adalah lengkap dan dapat dipenuhi pada tingkatan yang sama. Adapun
penerapan yang dikatakan tidak tepat adalah apabila unsur-unsur karakteristik mutu yang
menjadi tujuan adalah tidak lengkap dan atau tidak dapat dipenuhi pada tingkatan yang
sama.

Hal diatas adalah karena tidak adanya sistem penjaminan ketepatan penerapan
yang cukup dalam sistem manajemen yang sudah ada.

Rekayasa 17 Karakteristik Mutu (R17KM) adalah sistem manajemen dengan


batasan dan metoda pengambilan keputusan yang dapat menjamin ketepatan dalam
penerapannya.

Karakteristik mutu yang dimaksud dalam R17KM disarikan dari implikasi atribut-
atribut kebutuhan pelanggan yang cukup sering digunakan dan menjadi pokok bahasan
dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan dengan berbagai sumber daya.
Atribut-atribut kebutuhan pelanggan yang dimaksud tersebut adalah Total Customer Value
and Total Customer Cost, Customer View of Service Quality dan Marketing Mix.

Implikasi karakteristik mutu dalam R17KM yang telah dilakukan atas berbagai survei,
dokumen serta laporan kegiatan dan kondisi juga menunjukkan kemampuan karakteristik
mutu dimaksud untuk menyortir point of concern (titik berat perhatian) dari para nara
sumber. Titik berat perhatian adalah berdasarkan atribut kebutuhan pelanggan apa saja
yang paling sering digunakan oleh pelapor. Jadi jelas bahwa karakteristik mutu dalam
R17KM memiliki bentuk hubungan yang sesuai dengan atribut kebutuhan pelanggan yang
digunakan oleh berbagai kalangan dan bersifat cukup representatif.

Untuk saat ini karakteristik mutu dalam R17KM adalah yang terbaik berdasarkan
kemudahan evokasi dalam implikasinya dan representativitasnya. Dalam hal ini berlaku bagi
para pengguna yang memiliki kosa kata kunci yang cukup dalam tatanan kosa kata yang
umum digunakan oleh berbagai kalangan dan memiliki kemampuan pengambilan keputusan
yang tepat dibawah bimbingan atau secara mandiri.

Notasi dari evokasi bersifat diskrit namun cukup untuk membuat diferensiasi. Diskrit
dalam hal ini berarti evokasi dipengaruhi oleh sifat titik berat perhatian yang diskontinyu
dengan mempertimbangkan hambatan di dalam proses evokasi, sehingga memiliki tingkat
kepastian yang lebih rendah dan tingkat pengelolaan yang lebih sulit dibandingkan besaran
kontinyu.

3
II. Terminologi

A. Mutu

Mutu adalah dimensi produk atau jasa yang diharapkan dapat membuat
pengguna produk atau jasa terbebas dari segala kerugian dalam penggunaan produk
atau jasa tersebut sehingga dapat memberikan kepuasan.

B. Karakteristik Mutu

Karakteristik mutu adalah proposisi yang mewakili dimensi mutu produk atau
jasa. Pendapat akan mutu suatu produk atau jasa adalah respon terhadap hasil
pemenuhan karakteristik mutu dalam pembuatan produk dan jasa.

C. Spesifikasi Nilai Hasil Kegiatan

Spesifikasi nilai hasil kegiatan adalah nilai yang ingin dicapai dari suatu
kegiatan.

D. Batasan Pengambilan Keputusan

Batasan pengambilan keputusan adalah karakteristik mutu dan spesifikasi


nilai hasil kegiatan yang ingin dipenuhi dalam setiap pengambilan keputusan.

E. Metoda Ilmiah

Metoda ilmiah adalah proses untuk menarik suatu kesimpulan secara


sistematis berdasarkan bukti faktual dimana kesimpulan tersebut berguna bagi
pemecahan suatu masalah.

F. Metoda Pengambilan Keputusan

Metoda pengambilan keputusan adalah metoda ilmiah yang digunakan dalam


rekayasa sumber daya yang tersedia agar dapat memenuhi karakteristik mutu dan
spesifikasi nilai hasil kegiatan yang ditetapkan.

III. Pendekatan R17KM dalam Pengambilan Keputusan

A. Langkah I : Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab

1. Tanggung jawab adalah aktivitas dan sumber daya terkait yang berada di bawah
pengelolaan langsung seseorang dalam ruang lingkup jabatan kerjanya.

2. Wewenang adalah hak seseorang dalam penggunaan aktivitas dan sumber daya
terkait yang menjadi tanggung jawabnya secara langsung atas aktivitas dan sumber
daya lainnya dalam ruang lingkup pekerjaannya dimana persyaratan mutu juga
termasuk di dalamnya.

3. Kelanjutan/ perpanjangan dari penggunaan aktivitas dan sumber daya terkait yang
menjadi tanggung jawab seseorang secara langsung atas aktivitas dan sumber daya

4
lainnya dalam ruang lingkup pekerjaannya dimana persyaratan mutu juga termasuk di
dalamnya adalah menjadi wewenang orang lain.

B. Langkah II : Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah yang Ditemui

1. Menghasilkan output yang bermutu adalah kewajiban setiap orang di dalam


pekerjaannya dengan memperhatikan mutu input pekerjaannya dan mutu
rangkaian pekerjaannya dalam rangka menghasilkan output yang bermutu.
2. Jika kita menemukan kekurangan di dalam rangkaian pekerjaan kita sendiri
dimana kekurangan tersebut bersifat menimbulkan gangguan, semua orang tahu
bahwa kekurangan tersebut harus segera diperbaiki dan semua orang merasa
perlu untuk segera memperbaiki kekurangan tersebut maka kita segera atau saat
itu juga melakukan penetapan dan pelaksanaan tindakan korektif/ preventif yang
diperlukan dalam konteks ketersediaan waktu dan usaha-usaha yang berkaitan.
3. Jika kita menemukan kekurangan di dalam rangkaian pekerjaan kita sendiri
dimana kekurangan tersebut tidak bersifat menimbulkan gangguan, semua orang
tahu bahwa kekurangan tersebut tidak harus segera diperbaiki dan semua orang
tidak merasa perlu untuk segera memperbaiki kekurangan tersebut maka kita
tidak harus segera atau saat itu juga melakukan penetapan dan pelaksanaan
tindakan korektif/ preventif yang diperlukan dalam konteks ketersediaan waktu
dan usaha-usaha yang berkaitan.
4. Jika kita menemukan kekurangan di dalam rangkaian pekerjaan orang lain
dimana kekurangan tersebut bersifat menimbulkan gangguan, semua orang tahu
bahwa kekurangan tersebut harus segera diperbaiki dan semua orang merasa
perlu untuk segera memperbaiki kekurangan tersebut maka kita tidak harus
segera atau saat itu juga memberitahukan kepada orang tersebut mengenai
keperluan untuk melakukan penetapan dan pelaksanaan tindakan korektif/
preventif yang diperlukan dalam konteks ketersediaan waktu dan usaha-usaha
yang berkaitan. Hak ini tidak berlaku bagi keadaan darurat.
5. Selalu mengingat dan memahami bahwa menghasilkan output yang bermutu
adalah kewajiban bagi setiap orang termasuk diri kita sendiri.

C. Langkah III : Penetapan Tindakan Korektif/ Preventif dalam Menindaklanjuti


Temuan Masalah

1. Tentukan subjek, predikat dan objek dari kata-kata dalam informasi verbal atau dari
informasi yang ditransmisikan dari suatu kinerja agar dapat ditentukan penyebab
(efektor), efek yang ditransmisikan penyebab dan yang terkena efek (objek/ efekti).

2. Tentukan hal-hal dari faktor-faktor Manusia, Material, Mesin, Permodalan dan atau
Metoda yang relevan yang merupakan efek-efek yang ditransmisikan kepada efektor.

3. Tentukan efek-efek yang relevan yang ditransmisikan oleh objek/ efekti kepada
faktor-faktor Manusia, Material, Mesin, Permodalan dan atau Metoda.

4. Jika efek-efek yang ditransmisikan merupakan efek yang buruk maka tentukanlah
(lihat juga langkah IV, V dan VI) dan lakukanlah tindakan korektif dan atau preventif
yang dapat menghilangkan efek-efek yang buruk tersebut sesuai ketersediaan waktu
serta porsi wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

5. Jika efek-efek yang ditransmisikan merupakan efek yang baik maka


pertahankanlah atau tingkatkanlah (lihat juga langkah IV, V dan VI) tindakan korektif
5
dan atau preventif yang dapat menimbulkan efek-efek yang baik tersebut sesuai
ketersediaan waktu serta porsi wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

Gambar 1. Diagram Penetapan Tindakan Korektif/ Preventif.

Catatan 1 : Lakukan penetapan tindakan korektif/ preventif dan pelaksanaannya dalam


konteks ketersediaan waktu dan usaha-usaha yang berkaitan untuk menghasilkan produk
dan layanan berkualitas.

Catatan 2 : Penjelasan faktor-faktor (faktor dalam hal ini juga berarti sumber daya) Manusia,
Material, Mesin, Permodalan dan Metoda adalah sebagai berikut :

 Faktor Manusia :
1. Karyawan
2. Kontraktor
3. Supplier
4. Masyarakat
5. Pemerintah
6. Pelanggan
 Faktor Material :
1. Lingkungan
2. Fasilitas
3. Stok
 Faktor Mesin :
1. Mesin Berat
2. Mesin Ringan
3. Perlengkapan
4. Peralatan

6
 Faktor Permodalan :

A. Akuntabilitas:
1. Traceability
2. Measuribility
B. Kinerja Bisnis:
1. Penjaminan mutu
2. Konsistensi mutu
3. Kualitas design & kekuatan kemasan
4. Shelf life
5. Layanan teknis purna jual
6. Quick response dalam memenuhi kebutuhan
7. Kualitas pelayanan produsen
8. Image
9. Jaminan ketersediaan
10. Kualitas pelayanan distributor
11. Kelengkapan jenis
12. Kemudahan memperoleh informasi
13. Hadiah
14. Safety
C. Harga :
1. Harga/ cost yang efektif dan efisien
2. Pemberian kredit/ interval pembayaran
3. Transaksi pembelian yang luwes & mudah
 Faktor Metoda :
1. Kegiatan/ Proses
2. Manual
3. Standar
4. SOP/ WI, Form & Record
5. Hukum & Peraturan
6. Perizinan

Catatan 3 : Penjelasan komponen-komponen faktor Manusia, Material, Mesin, Permodalan


dan Metoda adalah sebagai berikut :

 Komponen Fisika:

1. Sifat Fisika

7
2. Mekanikal
3. Elektrikal
4. Noise
5. Radiasi
6. Odor
7. Ventilasi
8. Vibrasi
9. Cuaca Kerja
10. Pencahayaan
11. Temperatur
12. Tekanan Udara
13. Debu
 Komponen Kimia :
1. Korosi
2. Panas
3. Api
4. Ledakan
5. Toksisitas
6. Gas
7. Uap
8. Asap
 Komponen Biologi :
1. Germs
2. Fungus
3. Bugs
4. Big Animals
5. Plants
 Komponen Psikologi :

Frekuensi dan Tata Cara Pemberian :

1. Request

2. Order

3. Direction

4. Information

5. Communication

8
dari yang satu ke lainnya.

 Komponen Ergonomi :

1. Working motion design arrangement (pengaturan desain gerakan/ pergerakan


kerja)

2. Working equipment, apparatus & tools (peralatan, perlengkapan dan perkakas).

Catatan 4 : Hirarki yang perlu diperhatikan dalam menetapkan tindakan korektif dan atau
preventif adalah:

1. Menggunakan alternatif : menggunakan pengganti, metoda lain, peralatan lain


dan lain-lain.
2. Menggunakan pengendalian rekayasa: teknologi/ standar, pelindung
keselamatan/ sistem perlindungan dan lain-lain.
3. Menggunakan prosedur : izin untuk bekerja, SOP, instruksi kerja, signage, dan
lain-lain.
4. Menggunakan alat pelindung diri.

D. Langkah IV : Memastikan Tindakan Pemecahan Masalah yang Diambil


Memenuhi Karakteristik Mutu

Dalam hal ini tindakan pemecahan masalah adalah berupa kegiatan yang melibatkan
suatu produk dan atau layanan yang menentukan mutu kegiatan tersebut.

Karakteristik mutu yang dimaksud adalah :

1). Jaminan Mutu Produk/ Layanan (Product/ Service Quality Assurance)

Pengertian : Produk/ layanan harus memiliki sebentuk penjaminan bebas kerugian


atas pelaksanaan atau penggunaan produk/ layanan tersebut.

2). Konsistensi Mutu Produk/ Layanan (Product/ Service Quality Consistency)

Pengertian : Produk/ layanan harus memiliki sifat-sifat yang konsisten/ tetap dalam
menghadapi perubahan-perubahan di setiap waktu.

3). Kualitas Desain dan Kekuatan Kemasan (Design Quality & Strength Of
Containers)

Pengertian : Desain dan kualitas kemasan produk/ layanan harus bebas dari hal
yang dapat merugikan dalam pelaksanaan atau penggunaan produk/ layanan
tersebut.

4). Waktu Paruh/ Umur Produk/ Layanan (Product/ Service Shelf Life)

Pengertian : Produk/ layanan harus memiliki masa pakai yang memadai dalam
pelaksanaan atau penggunaan produk/ layanan tersebut.

9
5). Dukungan Layanan Teknis Purna Jual (After Sales Technical Service
Support)

Pengertian : Produk/ layanan harus didukung dengan suatu sistem pelayanan


teknis untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan atau penggunaan produk/
layanan tersebut setelah penjualan.

6). Kecepatan dalam Menangani Keluhan Pelanggan (Quick Response To


Customer Complaint)

Pengertian : Produk/ layanan harus dapat segera memenuhi kebutuhan atau


keluhan dari pelaksana atau pengguna produk/ layanan tersebut dalam konteks
ketersediaan waktu dan usaha-usaha yang berkaitan.

7). Mutu Pelayanan Produsen (Service Quality of Producer)

Pengertian : Produk/ layanan harus didukung oleh pelayanan produsen yang bebas
dari hal yang dapat merugikan dalam pelaksanaan atau penggunaan produk/
layanan tersebut.

8). Citra Produk/ Layanan & Perusahaan (Company & Product/ Service Image)

Pengertian : Produk/ layanan dan perusahaan harus memiliki citra yang baik yang
bebas dari hal yang dapat merugikan dalam pelaksanaan atau penggunaan
produk/ layanan tersebut.

9). Jaminan Ketersediaan Produk/ Layanan (Product/ Service Availability


Assurance)

Pengertian : Produk/ layanan harus memiliki sebentuk penjaminan ketersediaan


produk/ layanan yang bebas dari hal yang dapat merugikan dalam pelaksanaan
atau penggunaan produk/ layanan tersebut.

10). Mutu Pelayanan Distributor (Service Quality of Distributor)

Pengertian : Produk/ layanan harus didukung oleh pelayanan distributor yang


bebas dari hal yang dapat merugikan dalam pelaksanaan atau penggunaan
produk/ layanan tersebut.

11). Kelengkapan Kisaran yang Luas dari Produk/ Layanan yang Tersedia
(Completeness of Wide Range of Available Products/ Services)

Pengertian : Produk/ layanan yang disediakan harus memiliki kisaran yang luas
dan lengkap.

12). Kemudahan untuk Memperoleh Informasi Produk/ Layanan (Easyness to


get Product/ Services Information)

Pengertian : Produk/ layanan harus memiliki informasi yang mudah diperoleh tanpa
menimbulkan gangguan kepada pelaksana atau pengguna produk/ layanan

10
tersebut.

13). Pemberian Hadiah dan Cendera Mata (Souvenirs & Gift Giving)

Pengertian : Produk/ layanan harus didukung dengan pemberian hadiah dan


cendera mata yang bersifat bebas dari hal yang dapat merugikan bagi produsen/
distributor dan pelaksana atau pengguna produk/ layanan tersebut terutama dalam
hal yang berkaitan dengan tindakan pemerasan, penyuapan dan atau korupsi.

14). Pemberian Kredit/ Tenggang Waktu Pembayaran (Credit/ Payment Terms


Time Interval Giving)

Pengertian : Produk/ layanan harus didukung dengan pemberian kredit/ tenggang


waktu pembayaran yang bersifat bebas dari hal yang dapat merugikan bagi
produsen/ distributor dan pelaksana atau pengguna produk/ layanan tersebut.

15). Harga Produk/ Layanan (Product/ Service Price)

Pengertian : Produk/ Layanan harus memiliki harga yang berdaya guna (efektif)
dan tepat (efisien) yang bersifat bebas dari hal yang dapat merugikan bagi
produsen/ distributor dan pelaksana atau pengguna produk/ layanan tersebut.

16). Tata Cara Transaksi Pembelian Produk/ Layanan yang Luwes dan Mudah
(Eazy & Elastic Products/ Services Buying Transaction Procedure)

Pengertian : Produk/ Layanan harus didukung tata cara transaksi pembelian


produk/ layanan yang luwes dan mudah yang bebas dari hal yang dapat merugikan
produsen/ distributor dan pelaksana atau pengguna produk/ layanan tersebut.

17). Keselamatan Produk/ Layanan (Product/ Service Safety)

Pengertian : Produk/ layanan harus memiliki keselamatan dalam pelaksanaan atau


penggunaannya dan bebas dari hal yang dapat merugikan pelaksana atau
pengguna produk/ layanan tersebut.

E. Langkah V: Memastikan Tindakan Pemecahan Masalah yang Diambil Memiliki


Kekuatan Pengaruh dalam Penerapannya

1. Pemecahan masalah harus bersifat ilmiah, memiliki keadilan/ kesetimbangan


antara unsur-unsurnya yang saling berkaitan dengan korelasi yang jelas dan
sesuai, memiliki kepatuhan serta kesesuaian terhadap hukum dan peraturan yang
diterapkan, termasuk juga hukum agama, sehingga bersifat valid.

2. Harus memiliki sifat apabila diterapkan secara terus menerus akan memberikan
hasil yang sama dari waktu ke waktu sehingga bersifat andal.

3. Harus memiliki kesesuaian sifat terhadap perubahan yang tetap dari waktu ke
waktu sehingga konsisten (selalu bernilai positif).

11
4. Harus dapat ditetapkan, dimana pemecahan masalah harus memiliki dasar
hukum yang jelas dan ada pendelegasian tanggung jawab sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.

5. Harus memiliki kesesuaian dengan standar aktual, dalam hal ini termasuk juga
nilai-nilai agama.

Catatan : Semakin tinggi tingkat validitas, keandalan, konsistensi, pertanggunganjawab dan


kesesuaian dengan standar dari suatu pemecahan masalah, maka pemecahan masalah
tersebut akan memiliki pengaruh yang lebih kuat dalam penerapannya.

F. Langkah VI : Memastikan Tindakan Pemecahan masalah yang Diambil Memiliki


Kelengkapan Persyaratan Legalitas

1. Adanya approval dari yang berwenang.

2. Saksi-saksi dari pihak terkait.

3. Keberadaan sumber daya transaksi.

4. Bukti tata cara hukum yang digunakan dalam transaksi.

5. Transaksi yang dilakukan.

6. Pencatatan transaksi.

7. Catatan transaksi yang ditandatangani oleh pihak yang terkait.

IV. Pendekatan R17KM dalam Pengembangan Karakteristik Proses dan Dokumen


Sistem Manajemen

1. Fase I :

Penetapan Karakteristik Mutu (KM), Persyaratan Teknis (PT) dan bobot PT sebagai
variabel yang berpengaruh terhadap KM melalui pengukuran keberadaan dan bobot
argumen atau kesimpulan yang ditimbulkan dari korelasi antara setiap unsur PT dan
KM. Dalam hal ini argumen atau kesimpulan adalah logika yang ditimbulkan dari
hubungan proposisi terkait yang diperbandingkan.

2. Fase II :

Penetapan bobot langkah proses sebagai variabel pengaruh atas pencapaian


parameter proses PT melalui pengukuran validitas, reliabilitas, konsistensi,
pertanggunganjawab dan kesesuaian terhadap standar aktual di dalam korelasi
untuk menemukan Langkah Proses Kritis (LPK).

12
3. Fase III :

Penetapan tindakan apa saja yang berguna untuk memperbaiki bobot LPK sebagai
variabel pengaruh atas pencapaian target LPK melalui pengukuran validitas,
reliabilitas, konsistensi, pertanggunganjawab dan kesesuaian terhadap standar
aktual di dalam korelasi.

4. Fase IV :

Penataan ulang dan studi kelayakan atas hasil perbaikan PT yang dilengkapi dengan
LPK yang juga telah diperbaiki untuk kemudian diterapkan untuk mencapai KM.

5. Fase V :

Implementasi hasil perbaikan PT yang dilengkapi dengan LPK yang juga telah
diperbaiki untuk mencapai KM.

6. Fase VI :

Perbaikan berkelanjutan; ulangi siklus pengembangan dari Fase 1 sampai Fase 5


atas hasil perbaikan PT yang dilengkapi dengan LPK yang juga telah diperbaiki yang
diterapkan untuk mencapai KM.

Catatan 1: Gunakan form Pengembangan Karakteristik Proses dan Dokumen (Lampiran 1).

Catatan 2 : Tentukan ketepatan proses atau dokumen dengan menetapkan kelengkapan


dan tingkat pemenuhan karakteristik mutu.

V. Pendekatan R17KM dalam Penetapan Ketepatan Penerapan Karakteristik Proses


dan Dokumen Sistem Manajemen

Fase I :

Penetapan Karakteristik Mutu (KM), Persyaratan Teknis (PT) dan bobot PT sebagai
variabel yang berpengaruh terhadap KM melalui pengukuran keberadaan dan bobot
argumen atau kesimpulan yang ditimbulkan dari korelasi antara setiap unsur PT dan
KM berdasarkan fakta penerapannya. Dalam hal ini argumen atau kesimpulan
adalah logika yang ditimbulkan dari hubungan proposisi terkait yang
diperbandingkan.

Fase II :

Penetapan bobot langkah proses sebagai variabel pengaruh atas pencapaian


parameter proses PT melalui pengukuran validitas, reliabilitas, konsistensi,
pertanggunganjawab dan kesesuaian terhadap standar aktual dari fakta penerapan
di dalam korelasi untuk menemukan Langkah Proses Kritis (LPK).

Fase III :

13
Penetapan tindakan apa saja yang berguna untuk memperbaiki bobot LPK sebagai
variabel pengaruh atas pencapaian target LPK melalui pengukuran validitas,
reliabilitas, konsistensi, pertanggunganjawab dan kesesuaian terhadap standar
aktual dari fakta penerapan di dalam korelasi.

Fase IV :

Penataan ulang dan studi kelayakan atas hasil perbaikan PT yang dilengkapi dengan
LPK yang juga telah diperbaiki untuk kemudian diterapkan untuk mencapai KM.

Fase V :

Implementasi hasil perbaikan PT yang dilengkapi dengan LPK yang juga telah
diperbaiki untuk mencapai KM.

Fase VI :

Perbaikan berkelanjutan; ulangi siklus pengembangan dari Fase 1 sampai Fase 5


atas hasil perbaikan PT yang dilengkapi dengan LPK yang juga telah diperbaiki yang
diterapkan untuk mencapai KM.

Catatan 1: Gunakan form Checklist Audit Kegiatan Manajemen (Lampiran 2).

Catatan 2 : Tentukan ketepatan penerapan karakteristik proses atau dokumen dengan


menetapkan kelengkapan dan tingkat pemenuhan karakteristik mutu dan perbaiki lagi bila
diperlukan.

VI. Pendekatan R17KM dalam Penafsiran Sifat Kegiatan Pengelolaan Berdasarkan


Nilai Prosentase Hasil Pencapaian Berdasarkan Target Kegiatan

Spesifikasi nilai prosentase hasil pencapaian berdasarkan target kegiatan diturunkan


dari pengkombinasian nilai-nilai target ideal yang diharapkan dengan distribusi normal
dari nilai-nilai target yang mungkin diharapkan oleh berbagai kalangan yang ada.

Spesifikasi nilai prosentase hasil pencapaian berdasarkan target kegiatan menunjukkan


daya guna, kepastian dan tingkat kecukupan kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan
untuk mencapai hasil berdasarkan fakta yang diperoleh.

Spesifikasi yang dimaksud adalah berdasarkan nilai % eror (A) dari hasil yang dicapai
sebagai berikut:

1. Level 1

A = 100% - 95% : Kegiatan pengelolaan untuk mencapai hasil bersifat tidak memiliki
daya guna, tidak pasti dan tidak dilakukan sama sekali.

2. Level 2

A = 96% - 60% : Kegiatan pengelolaan untuk mencapai hasil bersifat memiliki daya
guna, tidak pasti dan telah dilakukan tetapi tidak cukup
14
3. Level 3

A = 60% - 50% : Kegiatan pengelolaan untuk mencapai hasil bersifat memiliki daya
guna, tidak pasti dan telah dilakukan tetapi tidak cukup.

4. Level 4

A = 50% - 50% : Kegiatan pengelolaan untuk mencapai hasil bersifat memiliki daya
guna, pasti dan telah dilakukan dengan cukup.

5. Level 5

A = 50% - 40% : Kegiatan pengelolaan untuk mencapai hasil bersifat memiliki daya
guna, pasti dan telah dilakukan dengan cukup.

6. Level 6

A = 40% - 5% : Kegiatan pengelolaan untuk mencapai hasil bersifat memiliki daya


guna, pasti dan telah dilakukan dengan cukup.

7. Level 7

A = 5% - 0% : Kegiatan pengelolaan untuk mencapai hasil bersifat memiliki daya


guna, pasti dan telah dilakukan dengan cukup.

VII. Pendekatan R17KM dalam Kegiatan Manajemen

Suatu unit kegiatan manajemen terdiri dari unsur-unsur yang berupa proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian . Definisi dari
masing-masing proses tersebut adalah :

1. Perencanaan : Penetapan dasar yang kuat dan tujuan yang tepat dari suatu
kegiatan pengelolaan.

2. Pengorganisasian : Penetapan logika kegiatan/ metoda yang tepat untuk mencapai


tujuan yang benar berdasarkan dasar yang benar tersebut.

3. Pelaksanaan : Kegiatan pelaksanaan metoda yang telah ditetapkan.

4. Pengendalian : Analisis kualitas kegiatan pelaksanaan metoda.

Peningkatan kegiatan manajeman dilakukan dengan siklus :

1. Penerimaan laporan atau penemuan ketidaksesuaian.

2. Peninjauan ulang laporan atau penemuan ketidaksesuaian.

3. Penetapan tindakan perbaikan/ pencegahan yang diperlukan.

4. Pengkomunikasian tindakan perbaikan/ pencegahan yang diperlukan kepada


pihak-pihak terkait.

15
5. Penindaklanjutan pelaksanaan tindakan perbaikan/ pencegahan yang telah
ditetapkan dan dikomunikasikan.

6. Pengawasan dan pengendalian kualitas kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan/


pencegahan.

7. Pembuatan laporan hasil kegiatan dan atau penemuan ketidaksesuaian.

VIII. Pendekatan R17KM dalam Perencanaan Strategis Perusahaan

1. Tetapkan tujuan utama dari perusahaan berdasarkan 17 Karakteristik Mutu.

2. Uraikan tujuan utama perusahaan menjadi tujuan pembantu pada kegiatan-


kegiatan yang menunjang tujuan umum perusahaan, baik pada kegiatan yang ada
atau pada kegiatan yang akan diadakan di dalam perusahaan, lalu tetapkan
indikator pencapaian tujuan pembantu berdasarkan 17 Karakteristik Mutu.

3. Tentukan target dan unit dari indikator pencapaian tujuan pembantu tersebut di
atas.

4. Lakukan pengukuran nilai hasil pencapaian target kegiatan.

5. Lakukan peningkatan kegiatan manajemen yang diperlukan.

16
LAMPIRAN 1

17
18
LAMPIRAN 2

19
20

Anda mungkin juga menyukai