RIZKI YULIANTY
201210410311134
FARMASI D
FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
PENDAHULUAN
1
Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi suatu ekstrak menggunakan kromatografi kolom.
2
1
Tinjauan Pustaka
Tanaman Psidium guajava
Dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan,
kedudukan
tumbuhan
jambu
biji
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L.
Daun jambu biji dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus jambu
biji "bangkok" juga dianggap berkhasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam
berdarah dengue.
Terdapat beberapa kultivar, ada yang tak berbiji (jambu sukun). Kultivar yang terkenal
sebagai penghasil buah yang baik adalah jambu susu, buah besar, biji sedikit, daging buah
putih.
Tanaman mudah diperbanyak dengan biji, dengan cara okulasi dan dengan tunas berakar.
Perbanyakan dengan biji dilakukan dengan disemaikan lebih dahulu selama 3 bulan sampai 5
bulan. Jarak tanam dikebun adalah 6m sampai 7m. Panenan daun dapat dilakukan setelah
tanaman berumur 6 bulan sampai 9 bulan. Tanaman dibudidayakan mencapai tinggi 5m sampai
6m. Tanaman dapat berproduksi baik pada berbagai macam tanah, pada ketinggian dibawah
1000m.
Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan stasioner
denagn luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat.
Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin
suatu cairan atau suatu gas.(Underwood, 1981).Cara-cara kromatografi dapat digolongkan
sesuai dengan sifat sifat dari fasa diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair.Jika fasa
diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi
partisi. Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem
kromatografi yaitu:
a)Fasa gerak cairfasa diam padat (kromatografi serapan):
b)
c)
Fasa gerak cairfasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi kertas.
d)
kromatografi gascair
senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam dalam perbandingan
yang sangat berbeda beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fitokimia.Lapisan yang
memisahkan terdiri dari fase diam yang ditempatkan pada penyangga yang berupa pelat gelas,
logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa
bercak atau noda. Pelat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan
pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan).Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi).KLT
merupakan suatu sistem kromatografi yang pemakaiannya paling luas pada fitokimia karena
dapat diterapkan hampir pada setiap golongan senyawa, kecuali pada kandungan yang sangat
atsiri. Beberapa keuntungan dari metode KLT antara lain: hanya membutuhkan penyerap dalam
jumlah yang sedikit dan noda-noda yang terpisah dilokalisir pada pelat seperti pada lembaran
kertas dan hanya membutuhkan waktu yang lebih cepat serta diperoleh pemisahan yang lebih
baik. Waktu rata-rata untuk KLT dengan jarak pengembangan 10 cm pada silika gel adalah
sekitar 20-30 menit tergantung pada sifat fase gerak. Pemisahan yang sama dengan kertas
memerlukan waktu sekitar lima menit. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram
besarnya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf.
Rf = Jarak garis depan dari titik awal
Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Angka Rf berjangka antara nol koma nol dan hanya ditentukan dua desimal. hRf adalah
angka Rf dikalikan factor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka nol sampai 100, tetapi karena
angka Rf mempunyai fungsi sejumlah faktor, angka ini dianggap sebagai petunjuk saja, harga
hRf lah yang dicantumkan untuk menunjukan letak suatu senyawa pada kromatogram.
Prosedur Kerja
1) Lakukan optimasi eluen dengan cara uji KLT terhadap ekstrak dengan mengganti-ganti
eluen sampai diperoleh pemisahan yang baik. Eluen tersebut akan digunakan untuk
fraksinasi.
HASIL
Proses penetesan pada saat fraksinasi
Penotolan uji KLT untuk setiap kelipatan 10 vial ( vial ke 1, 10, 20, 30, 40, 50, 60)
Hasil fraksinasi
7,2 cm
8 cm
= 0,9 &
7,8 cm
8 cm
= 0,98
2.
7,2 cm
8 cm
= 0,9 &
7,8 cm
8 cm
= 0,98
3.
7,2 cm
8 cm
= 0,9 &
7,8 cm
8 cm
= 0,98
4.
7,7 cm
8 cm
= 0,96 &
8 cm
8 cm
5.
3 cm
8 cm
= 0,38 &
7,8 cm
8 cm
= 0,98 &
8 cm
8 cm
6.
2cm
8 cm
= 0,25 &
3,3 cm
8 cm
= 0,41 &
7,8 cm
8 cm
=1
=1
= 0,98 &
8 cm
8 cm
= 0,81 &
7,2 cm
8 cm
=1
5 cm
8 cm
2.
5,2 cm
8 cm
= 0,63 &
6 cm
8 cm
= 0,75 &
= 0,65 &
6 cm
8 cm
= 0,75 &
6,5 cm
8 cm
6,5 cm
8 cm
= 0,81 &
= 0,9
7,1 cm
8 cm
= 0,89 &
7,7 cm
8 cm
7 cm
8 cm
0,96
3.
6,3 cm
8 cm
= 0,79 &
7,2 cm
8 cm
4.
1,3 cm
8 cm
= 0,16 &
2,2 cm
8 cm
0,88
= 0,9 &
= 0,28 &
7,8 cm
8 cm
3,3 cm
8 cm
= 0,98
= 0,41 &
4,6 cm
8 cm
= 0,58 &
0,6 cm
8c m
5.
0,41 &
6.
2cm
8 cm
= 0,08 &
3,5 cm
8 cm
1,2 cm
8 cm
= 0,44 &
= 0,25 &
3,2 cm
8 cm
= 0,15 &
3,8 cm
8 cm
2cm
8 cm
= 0,48 &
= 0,4 &
3,7 cm
8 cm
= 0,25 &
7 cm
8 cm
3 cm
8 cm
= 0,88 &
= 0,46 &
7,3 cm
8 cm
= 0,38 &
7,8 cm
8 cm
3,3 cm
8 cm
= 0,98
= 0,91 &
7,7 cm
8 cm
0,96
PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan fraksinasi suatu
ekstrak menggunakan kromatografi kolom. Pertama, menuji ekstrak dengan mengganti-ganti
eluen sampai diperoleh pemisahan yang baik dilakukan dengan cara uji KLT. Kemudian
menyiapkan silica gel 50 gram dan eluen dari butir (1) sebanyak 300 ml, silica gel dimasukkan
ke dalam labu erlemeyer dan ditambahkan sedikit eluen kemudian dikocok selama 15 menit.
Campuran tersebut dituang ke dalam kolom sampai batas yang sudah ditentukan lalu ditutup
dengan aluminium foil.
Kedua, menimbang ekstrak 1% dari jumlah silica gel yang digunakan, kemudian ekstrak
ditambahkan sedikit pelarut etanol sampai larut dicampur dengan silica gel sama banyak, diaduk
sampai homogen dan kering. Kemudian dimasukkan ke dalam kolom (diatas permukaan silica
gel) lalu ditambah eluen kira-kira setinggi 3 cm. eluen diteteskan sambil dituangi eluen baru
sampai kolom terisi penuh sementara penetesan tetap dilakukan. Kecepatan diatur 2 detik 1 tetes.
Lakukan penampungan eluen setiap vial sebanyak 5 ml.
Setelah itu, melakukan uji KLT untuk setiap kelipatan 10 vial antara lain vial ke 1, 10,20,
30, 40, 50, 60 dengan cara kromatografi kolom tetapi ketika eluen dalam vial habis, maka pada
vial 1, 10, 20, 30, 40, 50, 60 ditambahkan pelarut n-Heksana dan etanol secukupnya, sedangkan
pada vial yang lain hanya ditambahkan dengan pelarut n-Heksana.
Bila uji KLT memberikan noda yang sama, maka fraksi diantaranya dapat digabung
menjadi satu fraksi. Jika mendapatkan noda yang berbeda, maka uji KLT dilakukan pada vial
diantaranya, misalkan vial 1 dan 10 berbeda, maka vial ke 5 dilakukan uji KLT. Uji KLT
dihentikan bila vial tersebut sudah tidak memberikan noda.
Pada kelompok kami (kelompok 1 2) mendapatkan hasil fraksinasi sebanyak enam
fraksi antara lain;
1. vial ke 1 sampai ke 4 mempunyai fraksi yang sama dengan fraksi pada vial ke 1
2. vial ke 5 sampai ke 10 mempunyai fraksi yang sama dengan fraksi pada vial ke 10
3. vial ke 11 sampai ke 20 mempunyai fraksi yang sama dengan fraksi pada vial ke 20
4. vial ke 21 sampai ke 38 mempunyai fraksi yang sama dengan fraksi pada vial ke 30
5. vial ke 39 sampai ke 54 mempunyai fraksi yang sama dengan fraksi pada vial ke 40 dan 50
6. vial ke 55 sampai ke 60 mempunyai fraksi yang sama dengan fraksi pada vial ke 60
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, 1989.
Gunardi, dkk., 2009
Handayani, 2008.
http://dibaliklayarkaca.blogspot.com/2010/06/kromatografi-lapis-tipis.html (Diakses 26 April
2015).
Mirray, Robert K et al. 2009. Biokimia Harper 27th edisi. Jakarta: Buku Kedokteran.
Satoto, 1988.
Serma dan Bernard, 2003
Sudarmadji, dkk., 1989.