Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN SIMPLISIA DAN STANDARISASI MUTU

SIMPLISIA RIMPANG TEMULAWAK ( Curcuma


xanthorriza Rhizoma ) dengan PENGERINGAN SINAR
MATAHARI NAUNGAN KAIN HITAM dan
PENYIMPANAN TERBUKA
Filed under: Laporan Praktikum Tempoe Kuliah dulu, Uncategorized Leave a comment
December 8, 2011
TUJUAN
1. Mengetahui teknik pasca panen dari rimpang temulawak
2. Mengetahui pengaruh pengeringan sinar matahari dengan naungan kain hitam dan
penyimpanan terbuka terhadap mutu dari simplisia temulawak.
DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka
simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal
itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia
Pemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit
(untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh
tanaman obat.
Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:
1. Pengeringan
2. Fermentasi
3. Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)
4. Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)

Adapun tahapan tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:


1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:
Bagian tanaman yang digunakan
Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
Waktu panen
Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,
bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta
pengotor-pengotor lainnya harus dibuang
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali

melekat pada

4. Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan
bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu lama
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara
lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan
kapang
Klasifikasi tanaman

Curcuma xanthorriza Roxb.


Sinonim

: Curcuma zerumbet majus Rumph.

Klasifikasi
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Bangsa

: Zingiberales

Suku

: Zingiberaceae

Marga

: Curcuma

Jenis

: Curcuma xanthorriza Roxb.

Kandungan kimia tanaman


Kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak antara lain; amilum, lemak, tannin,
kurkuminoid (zat warna kuning) dan minyak atsiri (Gunawan dkk, 1988). Minyak atsiri 5%
(dengan komponen utama 1-cycloisoprene myrcene 85%). Kurkuminoid yang terdiri dari
kurkumin dan demetoksikurkumin (sudarsono dkk, 1996)
Kurkumin adalah kristal berwarna kuning gelap, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol.
Dalam larutan basa, kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokaltan yang
apabila ditambahkan larutan asm akan berubah warna menjadi kuning ( Sudarsono dkk,
1996)
Bentuk kristal kurkumin, adalah batang atau prisma, dengan titik leleh 183-185oC. Kurkumin
sukar larut dalam air, hexana, dan petroleum eter; agak larut daklam benzena, kloroform, dan
eter, tetapi larut dalam alkohol, aseton dan asam asetat glasial( Srinivisan, 1953; Stahl, 1985)
Kurkumin mempunyai kelarutan yang rendah, tidak stabil dalm larutan, tidak stabil pada pH
dan cahaya sehingga sukar untuk dibuat dalam bentuk sediaan (Tonnesen dan Karisen, 1997).
Kurkumin stabil pada dibawah pH 6,5. Kurkumin akan terdegradasi di bawah pH 6,5, hal ini
disebabkan adanya gugus metilen aktif. Produk degradasi kurkumin dalam lingkungan alkali
(pH 7-10) akan menghasilkan asm ferulat dan feruloil metan. Akibat degradasi ini, terjadi
perubahan warna larutanya yaitu pada pH 1-7 larutan berwarna kuning, sedang pada pH 7,59,1 larutan berwarna merah jingga.
Deskripsi Simplisia.
Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma xanthorriza Roxb. Kadar minyak atsiri tidak
kurang dari 6% v/b .
Pemerian. Bau aromatik, rasa tajam dan pahit.

Makroskopik. Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah
sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut, warna coklat kuning
sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan,
tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks;
korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga
sampai coklat jingga terang
Parameter standar simplisia
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk
obat atau sebagai bahan baku harus memenuhi standar mutu. Sebagai parameter standar yang
digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalma monografi resmi terbitan Departemen
Kesehatan RI seperti Materia Medika Indonesia.
Penetapan kadar air
Prinsip metode uji ini adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan,
dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi, atau gravimetri.
Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC
selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal
khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap)
identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau lingkungan
udara terbuka.
Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang)
tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan
Penetapan kadar Minyak atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri ini dengan cara destilasi Stahl. Pada metode ini, simplisia
yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidh. Bahan tersebut mengapung diatas
air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang
disuling. Air dipanaskan dengan metode panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar
tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari
metode ini adlah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Ketaren, 1987).
Penyulingan ini dilakukan pada tanaman yang dikeringkan dan tidak dirusak oleh pendidihan
( Claus dan Tyler, 1970).
Rimpang temulawak mengandung minyak atsiri (7-30%) yang terdiri dari xanthorrhizol, antlatone, borneol, iso-borneol, bisacumol, bisacurol, bisacurone, bisacurone epoxide,
camphene, camphor, d-camphore, cineol, 1,8-cineol, curzurene, curzerenone,-curcume, arcurcumene, curlone, cymene, -elemene, -elemene, turmerone, ar-turmerone, -turmerone,
-turmerone, isofurano-germacrene, phellandrene, cycloisoprene, isoprenemyrcene, myrcene,
p-toluyl-methyl-carbinol, (R)-()xanthorrizhol, -pinen, linalool,-terpineol, limonene, farnesene, germacrone, -sesquiphellandrne, bisacurone A,B, 1-cyclo-isaoprenemyrcene,
sinamaldehid ( anonim, 1979; Wagner dkk, 1984)

Kadar Zat Aktif


KLT Densitometri
Ada 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan
tumbuhan atau bisa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik tersebut. Keempat
teknik Kromatografi tersebut yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi
gas cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi ( Harborne, 1987)
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, Kromatografi lapis tipis adalah yang paling
cocok untuk analisis obat di Laboratorium farmasi karena hanya memerlukan investasi yang
kecil untuk perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan
sedikit, selain itu kebutuhan ruang minimum serta paenanganannya sederhana ( Stahl, 1985)
KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif salah satunya dengan menggunakan
densitometer sebagaai alat pelacakbila cara penotolanya dilakukan secara kuantitatif. Prinsip
kerja dari densitometer adalah adanya pelacakan pada panjang gelombang maksimal yang
telah ditetapkan sebelumnya. Scanning atau pelacakan densitometer ada dua metode yaitu
dengan cara memanjang dan sistem zig-zag. Pada umumnya lebih banyak digunakan metode
zig-zag karena pengukuranya lebih merata serta ketelitian pengukuran lebih terjamin
dibanding pengamatan secara lurus atau memanjang (Soemarno, 2001)
Untuk keperluan standarisai sampel yang mengandung kurkumin, dibutuhkan metode analitik
yang cocok untuk memisahkan kurkuminoid dari bahn-bahan lain yang terdapat dalam
tumbuhan, antara lain dapat dikerjakan dengan KLT dan KCKT, tetapi sulit diterapkan dalam
sampel biologi. Analisa kurkumin yang yang telah berhasil dilakukan antara lain dengan cara
Kromatografi kolom yang dibantu dengan spektrofotometri ( Srinivasan,k 1953); KLT
(Sudibyo, 1996), ataupun KCKT ( Tonnesen dan Karlsen, 1983)

I.

Alat dan Bahan

Pembuatan Simplisia
Bahan : Rimpang temulawak sebanyak 2 kg, didapat
Alat : Pisau, Telenan, Pengiris mekanik, Bak Cuci, Alas pengering, Kain Hitam, Alat
penumbuk
Susut Pengeringan
Bahan : Serbuk temulawak 10 gram
Alat
(tara)

: Cawan petri, kertas saring, timbangan, batu kapur tohor, tempat eksikator, Pemanas

Penetapan kadar Minyak Atsiri


Bahan : Serpihan Rimpang temulawak 50 mg, aquadest..

Alat ; Destilasi stahl, flakon


Penetapan Kadar air
Bahan : Serbuk temulawak 10,06gr, toluene 200 ml
Alat

: Destilasi toluen

Penetapan kadar zat aktif


Bahan : Serbuk temulawak 1 gram, etanol 95% 5ml, kurkumin standart, Silika gel 60 F 254,
kloroform : metanol : asam formiat ( 95 : 5 : 0,5),
Alat : Tabung reaksi, kertas saring, corong, flakon, gelas ukur, chamber, densitometer

II. Cara Kerja


Sistematika Kerja
Hari ke
0

Tanggal
28 September 2006

4
49
56

2 Oktober 2006
16 November 2006
23 November 2006

70

7 desember 2006

Jenis kegiatan
Sortasi basah , pencucian, pengubahan bentuk,
pengeringan
Sortasi keirng, pengepakan, penyimpanan
Penggerusan simplisai temualwak
Penetapan kadar air, susut pengeringan, maserasi
serbuk
Penetapan kadar minyak atsiri, susut pengeringan,
penetapan kadar zat aktif (KLT-densitometri)

Pembuatan Simplisia
Penimbangan Curcuma xanthorriza rhizome

Sortasi basah

Pencucian Simplisia

Perajangan Simplisia dengan tebal 3mm-4mm

Simplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup kain hitam


Simplisia dibolak-balik, hingga kering merata

Sortasi Kering

Sinplisia ditempatkan di nampan, dan disimpan di tempa terbuka

Penulisan Etiket

Simplisia diserbuk dan dihancurkan

Uji kualitas simplisia

Susut Pengeringan
Panaskan cawan petri kosong

Masukkan dalam desikator

Ditimbang sebagai bobot awal

Simplisia 10 gram dimasukkan dalam cawan petri, lalu ratakan

Petri + simplisia ditmbang lagi

*Masukkan dalam tara (pemanas) selama 1 jam

Tutup dibuka untuk menghilangkan uap panas

Cawan petri + simplisia dimasukkan kembali dalam desikator

Cawan petri + simplisia ditimbang lagi

Ulangi langkah dari * dua kali tapi dengan waktu 30 menit

Penetapan Kadar Minyak Atsiri


Ditimbang 50 mg serbuk kasar temulawak

Dimasukkan ke dalam labu

Ditambahkan air secukupnya hingga serbuk terendam

Dipanaskan dengan destilasi selama 2 jam

Dihitung volume dan kadar minyak atsiri

Penetapan Kadar air


Serbuk temulawak 10,06 gr dimasukkan dalam labu

Ditambah 200 toluen murni yang talah dijenuhkan

Tunggu sampai mendidih

Hitung sakal air yang terkumpul

Penetapan Kadar Zat aktif


Ditimbang 1 gram serbuk temulawak

Maserasi dalam 5 ml etanol

Dgojog selama 30 menit

Masukkan dalm flakon

Ditambah etanol ad 5 ml

Larutan/maserat diuapkan sampai 1 ml

Ditotolkan di KLT 3 l
Orientasi Kuva Baku Kurkumin
Randemen ekstrak menurut MMI = 3,5 %
Kadar Kurkumin ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi = 1,55%
Jadi dalam 1 gram temulawak terdapat
3,5% x 1000mg = 35 mg sari ekatrak
Dalam 1 gram temulawak terdapat
1,55% x 35 mg = 0,54 mg kurkumin
ekstrak etanolik diaddkan sampai 1 ml => kadar kurkumin 0,54mg/ml = 0,54 g/l
Jadi dengan pengambilan 1l kadar kurkumin = 0,54 g/l
Stok kadar kurkumin standar adalah 1 g/l
Jadi rentang kadar kurva baku adalah 0,5 g/l 1 g/l 2g/l 4 g/l

Volume penotolan adalah 0,5 l 1 l 2l 4 l


Volume penotolan sampel adalah 3 l

III. HASIL PERCOBAAN


Pembuatan Simplisia
1. Sortasi basah
Berat awal : 2 kg
Jenis pencemar : tanah, debu, akar
2. Pencucian
Berat awal : 2kg
Berat setelah dicuci : 2,1 kg
Masalah yang dihadapi : 3. Perajangan
Jenis alat : mekanik
Tebal : 3mm-4mm
4. Pengeringan
Jenis : Sinar matahari di tutup kain hitam
Lama pengeringan : 4 hari
5. Pengepakan
Tidak dikemas, ditempatkan di nampan
6. Penyimpanan
Jenis : Penyimpanan terbuka
7. Randemen simplisia
Bobot basah bahan : 2,1 kg
Bobot kering simplisia : 0,45 kg
Perhitungan randemen ; 0,45/2,1 x 100% = 21,428%

8. Susut Pengeringan
Susut Pengeringan I
Berat sampel temulawak = 10 gram
Bobot petri kosong = 85,32 gram
Pemansan oven = 105 o C

Anda mungkin juga menyukai