Anda di halaman 1dari 5

1.

Penanganan Pasca Panen Rimpang Temulawak


Pasca panen merupakan suatu Tindakan yang dilakukan mulai dari membersihkan
hasil panen dari kotoran, tanah, dan mikroorganisme yang tidak diinginkan melalui
berbagai cara seperti pencucian, ; sortasi dan perajngan ; pengeringan; pengemasan ;
dan penyimpanan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan produk
berkualitas dengan mempertahankan kandungan bahan aktif yang memenuhi standar
mutu secara konsisten serta umur simpan yang maksimal.
- Sortasi Basah
Dipilih rimpang temulawak yang berukuran besar, berumur sekitar 9-12 bulan,
tidak busuk atau rusak dan tidak terkena cemaran bahan asing lainnya. Kemudian
rimpang tersebut dibersihkan dari tanah dan kotoran lain yang masih menempel.
Dipotong daun-daun, batang dan akar rimpang tersebut. Terakhir, pisahkan bahan
rimpang yang akan diproses atau dikemas dalam bentuk simplisia dan bahan
rimpang temulawak segar
- Pencucian
Rimpang temulawak dicuci dengan cara menyikat perlahan dan teratur dibawah
air mengalir kemudian dibilas pada air tidak mengalir. Selanjutnya tiriskan dalam
keranjang plastik dan timbang bahan rimpang yang terseleksi
- Perajangan
Perajangan rimpang temulawak dilakukan dengan menggunakan alat mesin
perajang atau secara manyal. Arah rajakan harus satu arah. Tebal hasil rajangan
sekitar 5 – 7 mm atau sesuai dengan keinginan pasar. Setelah dirajang irisan
temulawak ditampung ke dalam wadah
- Pengeringan
Disiapkan alat untuk pengeringan, yaitu cahaya matahari dibawah naungan.
Naungan yang dimaksud adalah paranet atau alat pengering bertenaga sinar
matahari. Irisan temulawak diletakkan pada alat pengering secara merata.
Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan dengan menutup dengan kain hitam
yang akan menghasilkan simplisia dengan kualitas lebih baik. Selain itu
pengeringan dapat digunakan oven dengan suhu 50-60 c. Simplisia diangkat dari
pengering jika kadar air mencapai 8-10%.
- Sortasi Kering
Dipisahkan simplisia dengan benda asing dan pengotor yang masih tertinggal,
kemudian dilakukan penyortiran. Simplisia yang telah disortir ditimbang untuk
menghasil rendemen hasil dari pemrosesan
- Penimbangan dan Pengemasan
Simplisia temulawak ditimbang untuk setiap kemasan (bobot bersih). Kemudian
disiapkan bahan pengemas dan dilakukan pengemasan dengan hati-hati agar
simplisia tidak hancur. Kemasan ditutup rapat, untuk kemasan plastik dapat
menggunakan seal. Terakhir beri label atau tanda pada tiap kemasan
- Penyimoanan dan Distribusi
Penyimpanan dilakukan di ruang yang bersih dan memiliki sirkulasi udara yang
baik serta tidak lembab. Suhu ruangan tidak boleh melebihi 30 C. dijauhkan dari
bahanbahan lain yang dapat menyebabkan kontaminasi serta bebas dari hama
Gudang,
(Qanytah dkk., 2010)

2. Standarisasi Bahan Baku Temulawak


Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma xanrhorrhiza Roxb., suku
Zingiberaceae yang mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,20 % v/b dan atau
kurkumin tidak kurang dari 2,30%(Kementerian Kesehatan RI, 2017)
a) Uji Pendahuluan
o Uji Organoleptis ( Pemerian )
Berupa irisan rimpang, keping tipis, bentuk bulat atau agak jorong, ringan,
keras, mudah patah, permukaan luar berkerut, warna cokelat kuning hingga
cokelat, bidang irisan melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan
tonjolan melingkar pada batas antara korteks dengan silinder pusat, korteks
sempit, bekas patahan berdebu; warna kuning jingga hingga cokelat jingga
terang; bau khas aromatik; rasa tajam dan pahit.
o Uji Mikroskopis
Fragmen pengenal adalah amilum, parenkim korteks, skrelenkim, berkas
pengangkut dengan penebalan tipe tangga dan jaringan gabus. Gambar
penampang terlampir dibawah ini
Ga
m
ba
r1

Fragmen Serbuk Simplisia Rimpang Temulawak

b) Parameter Non Spesifik


- Susut pengeringan
Persyaratan susut pengeringan untuk rimpang temulawak adalah tidak lebih dari
10%.
- Kadar Abu Total
Persyaratan kadar abu total untuk rimpang temulawak adalah tidak lebih dari
4,8%.
- Kadar abu tidak larut asam
Persyaratan kadar abu tidak larut asam pada tanaman rimpang temulawak yang
adalah tidak lebih dari 0,7%.
- Abu tidak larut asam
Persyaratan kadar sari larut air adalah tidak kurang dari 9,1%.
- Sari larut etanol
Persyaratan kadar sari laut larut etanol untuk rimpang temulawak adalah tidak
kurang dari 3,6%.
- Kadar kurkumin
Persyaratan untuk kadar kurkumin adalah tidak kurang dari 2,30%.
c) Pola Kromatogram
- Pola 1
Fase Gerak : Toluen P-etil asetat P ( 93:7 )
Fase Diam : Silika gel 60 GF254
Larutan Uji : 0,1 % dalam toluene P
Larutan Pembanding : Xantorizol 0,1 % dalam toluene
Volume penotolan : 20 μL Larutan uji dan 5 μL larutan pembanding
Deteksi : Biru permanen LP dan ammonium hidroksida P

- Pola 2
Fase gerak : Kloroform P – Metanol P (95:5)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 5% dalam etanol P
Larutan pembanding : Kurkumin 0,1% dalam etanol P
Volume penotolan : 10 μL larutan uji dan 5 μL larutan pembanding
Deteksi : UV366
Kementerian Kesehatan RI. 2017. FARMAKOPE HERBAL INDONESIA EDISI II. Jakarta
Qanytah, R. Endrasari, dan P. H. Waluyo. 2010. Penanganan Pasca Panen Temulawak. Semarang.
2010
 

Anda mungkin juga menyukai