Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Farmakognosi

Identifikasi Campuran Simplisia Dengan KLT

Oleh :
Nama : Nabila Shafa Tasya W
NIM : 201810410311240
Kelas : Farmasi-E

DOSEN PEMBIMBING:
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
I. Tujuan
Pada akhir praktikum mahasiswa mampu melakukan identifikasi simplisia nabati dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis.

II. Tinjauan Pustaka


Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin
dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan
berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.

Klasifikikasi Tanaman :
1. Cardamomi Fructus
Nama Lain : Buah Kapulaga
Kingdom : Plantae
Divisi : Spematophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Amomum
Jenis : Amomum compactum Sol. ex Maton
Ciri Morfologi :
Berupa buah sejati , tipe buah kotak , bentuk bulat , menggembung atau agak keriput ,
pada permukaan terdapat 3 alur membujur yang membagi buah menjadi 3 bagian ,
permukaan luar licin atau bergaris – garis membujur , buah beruang 3 , dipisahkan satu
dengan yang lainnya oleh sekat dalam ruang terdapat 2 deret biji yang saling berlekatan
dengan dan menempel pada plasenta sumbu buah ,bentuk biji tidak beraturan , bersudut-
sudut , permukaan biji berkerut -kerut , kulit buah berwarna kecoklatan atau kuning muda
kecoklatan , biji berwarna cokelat kemerahan , bauh khas aromatik , rasa agak pedas.
Buahnya berupa buah kotak,terdapat dalam tandan kecil-kecil dan pendek. Buah bulat
memanjang, berlekuk, bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang berbulu, berwarna putih
kekuningan atau kuning kelabu.Buah beruang 3, setiap ruang dipisahkan oleh selaput tipis
setebal kertas.Tiap ruang berisi 5-7 biji kecil- 11 kecil, berwarna coklat atau hitam,
beraroma harum yang khas. Dalam ruang bijibiji ini tersusun memanjang 2 baris, melekat
satu sama lain (Sinaga, 2008). Buah tersusun rapat pada tandan, terdapat 5-8 buah pada
setiap tandannya. Bentuk buah bulat dan beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji
dan kulit buah berbulu halus. Panjang buah mencapai 10-16 mm (Sumardi, 1998).
Anatomi Tanaman :
Fragmen Pengenal adalah epikarpium , endokarpium dan perisperm dengan idioblas
berupa sel minyak

Manfaat :
Rimpang sering digunakan untuk menghilangkan bau mulut, untuk obat batuk, dan
menurunkan panas (sebagai anti-piretikum). khasiat kapulaga antara lain air rebusan
batang digunakan sebagai obat menurunkan panas (demam). Buahnya dipergunakan
untuk bahan penyedap dan penyegar makanan dan minuman. Buah kapulaga berkhasiat
sebagai obat batuk, amandel, haid tidak teratur, mulas, tenggorokan gatal, radang
lambung, demam, bau tubuh, bau mulut, sesak nafas, dan influenza. Pemanfaatan
kapulaga sebagai bahan aromatik, karminatif (mengurangi gas dalam perut atau
mengurangi perut kembung), mengobati batuk, mulut berbau, dan gatal tenggorokan.
Buah keringnya dipergunakan sebagai rempahrempah, misalnya dalam bumbu kari dan
bumbu kue. Minyak atsiri dari biji kapulaga digunakan sebagai penyedap kue-kue, gula-
gula, parfum, dan obatobatan. Ada juga yang dipakai sebagai bahan baku pemuatan oil of
cardamon yang dijual lagi sebagai penyedap minuman botol dan makanan kaleng
(Fachriyah dan Sumardi, 2007).
Metode KLT :
Pola Kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada kromatografi dengan parameter
sebagai berikut :
Fase gerak : n-Heksan P-etil Asetat (9;1)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan Uji : 10 % dalam etanol P, gunakan larutan uji KLT seperti
Larutan Pembanding : Sineol 1% dalam Etanol P
Volume Penotolan : 40 L Larutan uji dan 5 L Larutan pembanding
Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat LP, pamaskan lempeng pada suhu
100 C selama 5-10 menit.

Keterangan :
S : simplisia
P : penbanding Sineol
Rf pembanding sineol 0,61
Rf 1 = 0.16
Rf 2 = 0,34
Rf 3 = 0,61
Rf 4 = 0,82

Identifikasi Gol. Metabolit Sekunder :

Buah Kapulaga yang disuling mengandung minyak atsiri dengan komposisi yaitu
sineol, terpineol, borneol.Kadar sineol dalam buah lebih kurang 12%(Sinaga, 2008).Biji
kapulaga mengandung 3-7% minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat,
sineol, alfa borneol, dan beta kamfer.Disamping itu biji juga mengandung lemak,protein,
kalsium oksalat dan asam kersik.Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut
Oleum Cardamomi yang digunakan sebagai stimulus dan pemberi aroma. Rimpang
kapulaga disamping mengandung minyak atsiri, juga mengandung saponin, flavonoida
dan polifenol, (Sinaga, 2008). Komponen-komponen dalam kapulaga termasuk dalam
golongan fenol dan terpena (Santoso, 1988). Senyawa fenol aktif sebagai antibakteri
dengan mekanisme membentuk kompleks dengan protein sel sehingga menghambat kerja
enzim pada sel bakteri. Akibatnya struktur dinding sel akan mengalami denaturasi
protein. Diketahui pula bahwa pada umumnya dinding sel bakteri Gram positif dan Gram
negatif sebagian besar tersusun atas protein (Guenther, 1987)

2. Curcumae Rhizoma
Nama Lain : Rimpang Temulawak
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Jenis : Curcuma xanthorrizha Roxb.
Ciri Morfologi :

Berupa keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapllh, garis tengah
hingga 6 cm, tebal 2-5 mm; permukaan luar berkerut, warna cokelat kekuningnn hingga
cokelat; bidang irisan berwarna eokelat kuning buram, melengkung tidak beraturan. tidak
rata, sering dengan tonjolan melingkar pad a batas antara silinder pusat dengan korteks;
korteks sempit, tebal 3-4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga hingga
eokelal jingga terang. Bau khas, rasa tnjam dan agak pahit.
Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran besar,
sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang.
Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna rimpang cabang
umumnya lebih muda dari pada rimpang induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih
muda maupun tua adalah kuning kotor, atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang
adalah kuning atau orange tua, dengan cita rasa yang pahit, atau coklat kemerahan berbau
tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman ±16
cm. Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan
lima buah rimpang muda.
Anatomi Tanaman :
Struktur anatomi rimpang temulawak terdiri dari sel epidermis, bagian korteks,
endodermis serta bagian silinder pusat. Pada sel epidermis terdapat sedikit rambut
penutup. Bagian kortek dan silinder pusat terdiri atas sel parenkim, sel sekresi dan berkas
pengangkut (Gambar 1A). Di dalam sel parenkim terdapat butir pati (amilum) (Gambar
1B). Berkas pengangkut tersebar di bagian kortek dan silinder pusat, antara bagian
korteks dan silinder pusat dibatasi oleh sel endodermis. Silinder pusat pada rimpang
temulawak terdapat banyak sel sekresi dan berkas pengangkut. Tipe berkas pengangkut
pada rimpang temulawak adalah kolateral yaitu dimana xilem dan floem letaknya
berdampingan. Sel sekresi merupakan tempat penghasil dan penyimpanan metabolit
sekunder pada tanaman. Sel sekresi pada rimpang temulawak didalamnya terdapat sekret
atau minyak yang berwarna jingga yang disebut kurkumin. Kandungan utama sekret pada
temulawak adalah kurkuminoid (1,60%-2,20%) yang terdapat pada rimpang terdiri atas
senyawa berwarna kuning kurkumin dan minyak atsiri (6,00%-10,00%).

Manfaat :
Temulawak dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada pengolahan makanan serta
sebagai salah satu bahan untuk pembuatan jamu tradisional. Temulawak dengan
kandungan kurkuminnya juga dikenal sebagai anti-tumor, antioksidan, obat malaria dan
juga dapat mencegah tertularnya HIV pada manusia. Temulawak mengandung zat kuning
kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), sellulosa dan mineral. Dari
beberapa senyawa tersebut yang merupakan zat warna kuning adalah kurkuminoid yang
merupakan salah satu bahan pewarna alami (natural curcumin) dan aman digunakan
untuk pewarna makanan maupun tekstil (Ramdja, 2009)

Metode KLT :
Pola kromatografi Lakukan Kromalografi lapis tipis seperti yang tertera pada
Kromatografi dengan parameter sebagai berikut :
Fase gerak :Toluen P-etil aselat P (93:7)
Fase diam : Silika gel 60 GF 254
Larulan uji : 0, 1 % dalam toluen P, gunakan Larutan uji KL T seperti yang tertera
pada Kromatografi

Keterangan :
S : Simplisia rimpang temulawak
P : Pembanding xantorizol
R/ pembanding xantorizol 0,50

 R/ I. 0,03
 R/2. 0,13
 R/ 3. 0,38
 R/ 4.0,44
 R/ 5. 0,50
 Rr 6.0,73
 R{ 7. 0,85
 R/ 8. 0,90

Identifikasi gol. Metabolit Sekunder :


Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid, mineral minyak atsiri serta minyak
lemak. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48-54 %
tergantung dari ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin
rendah kadar tepungnya. Selain tepung, temulawak juga mengandung zat gizi antara lain
karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral seperti kalium ( K ), natrium
( Na), magnesium (Mg ), zat besi (Fe), mangan (Mn ) dan Kadmium ( Cd). Komponen
utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang
disebut ” kurkumin” dan juga protein, pati, serta zat-zat minyak atsiri. Minyak atsiri
temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal.
Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6 % - 2,22 % dihitung berdasarkan berat
kering. Berkat kandungan dan zat-zat minyak atsiri tadi, diduga penyebab berkhasiatnya
temulawak.

3. Calami Rhizoma
Nama Lain : Rimpang Jeringau , Dringo
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arales
Suku : Araceae
Genus : Acorus
Jenis : Acorus calamus L.
Ciri Morfologi :

Potongan rimpang berbentuk agak silindrik , pipih , agak bengkok, liat, tidak banyak
bercabang. Pada bagian atas terdapat parut daun berbentuk segi tiga yang terentang
melintang, pada bagian bawah terdapat parut-parut akar berbentuk bundar, meonjol dan
letaknya tidak beraturan dalam garis yang berkelok – kelok. Permukaan rimpang berkerut
memanjang dan berwarna coklat kekuningan hingga coklat. Bekas patahan serupa bunga
karang , berpori atau agak berbutir , tidak atau agak berserat, warna agak putih atau agak
coklat. Padairisan melintang , endodermis tampak jelas sebagai garis berwarna gelap.
Anatomi Tanaman :
Pada lapisan terluar terdapat 1 lapis epidermis atau jaringan gabus. Pada korteks bagian
luar terdapat hipo dermis yang berupa jaringan kolenkimatik, pada korteks bagian dalam
terdapat parenkim erenkimatik dengan rongga udara besar dan sel berbentuk bulat penuh
berisi butir pati.
Manfaat :
Masyarakat secara tradisional menggunakan rimpang jeringau sebagai obat diare ,
disentri, cacingan dan juga digunakan pada wanita setelah bersalin bersama bahan obat
lain. Rimpang jeringau mengandung minyak atsiri , tannin, sterol , lender, resin , glukosa
dan kalsium oksalat. Rimpang jeringau secara empiris digunakan untuk obat reumatik ,
malaria demam nifas , bengkak , batu empedu dan reumatik. Rimpang jeringau ini juga
berfungsi sebagai obat penenang , obat limpa dan lambung.

Metode KLT :
Timbang 500 mg serbuk rimpang campur dengan 5 mi metanol P danpanaskan dalam
tangas air selamamenit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan metanol P secukupnya
sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik kedua dari lempeng KLT tutulkan 20 al filtrat
dan pada titik ketiga tutul- kan 10 ul zat warna I LP. Eluasi dengan dkloeroetana P
dengan jarak rambat 15 cm, keringkan lempeng dí udara selama 10 menit, eluasi lagi
dengan benzen P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar
biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida- asam
sulfat LP, panaskan pada suhu 110 selama 10 menit, amati dengan sinar biasa dan dengan
sinar ultraviolet 366 nm. Pada kromatogram tampak bercak-bercak dengan warna dan
hRx sebagai berikut:

Identifikasi gol. Metabolit Sekunder :


Kandungan Kimia Rimpang Jeringau
 Minyak Atsiri Minyak atsiri disebut juga minyak eteris, minyak esensial atau
minyak menguap, merupakan zat berbau yang terdapat dalam berbagai bagian
tanaman. Minyak atsiri tidak berwarna, tersimpan dalam keadaan segar pada
tempat gelap dan tertutup rapat, tetapi dalam penyimpanan yang lama dapat
teroksidasi sehingga warnanya berubah menjadi hitam.
 Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terkait dengan steroid atau
triterfena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya
immunomodulator, antitumor, antiinflamasi, antivirus, antijamur, dapat
membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek hipokolestrol (Monika,
2016).
 Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan
dialam (Kristiani dkk., 2008). Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6-C3-
C6. Flavonoid umunya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida (Sirait, 2007).
 Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, bersifat optis aktif. Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal dan hanya
sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar.
 Polifenol atau senyawa phenolic merupakan senyawa antioksidan alami pada
tumbuhan, dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin,
tokoferol dan asam-asam organik polifungsional.

III. Prosedur Kerja

Alat dan Bahan

 Plat KLT
 Chamber
 Sampel ( Campuran pembanding )
 Pembanding
 Eluen ( n-Heksan : Etil asetat (4:1) )

Cara kerja
1. Melakukan proses Ekstraksi larutan pembanding dan Sampel dengan 10 ml ( n-
heksan) tutup rapat dalam vial.
2. Dilakukan ekstraksi ultrasonik selama 10-15 menit.
3. Dilakukan Penyaringan ekstrak , dengan menggunakan kertas saring dan di tampung
dalam vial atau wadah baru , ditutup rapat.
4. Disiapkan eluen yang terdiri dari larutan n-heksan dan larutan etil asetat dengan
perbandingan (4:1) dibiarkan ad jenuh selama 30 menit
5. Disiapkan plat KLT (E Merck DC-Alufolien) dengan ukuran 5 x 10 cm. Beri tanda
dengan pensil berupa titik (setipis mungkin agar tidak merusak plat KLT dan jangan
berupa garis !) yang akan dijadikan tempat penotolan. Jarak tempat penotolan dari
dasar adalah 1,5 cm. Titik penotolan nomor 1 berjarak 0,5 cm dari tepi kiri. Titik
penotolan nomor 2 berjarak 1 cm dari nomor 1, demikian seterusnya sampai tersedia 5
titik penotolan. Pada ujung atas plat KLT diberi tanda akhir eluasi 0,5 cm dari pinggir
atas plat.
6. Pada titik penotolan nomor 1 totolkan kurang lebih 100-200 L ekstrak pembanding A.
Caranya : isi pipa kapiler dengan cara mencelupkan ujungnya ke dalam ekstrak dan
biarkan ekstrak merambat naik mengisi kapiler. Buang kelebihan ekstrak dengan
disentuhkan sekejap ke kertas tissue. Sentuhkan ujung kapiler dengan tegak lurus
pada titik penotolan (jangan ditekan !) dan biarkan ekstrak terserap ke plat KLT
namun harus segera diangkat dan ditiup agar diameter penotolan tidak melampaui 0,5
cm. Sentuhkan kembali berulang-ulang sampai isi kapiler habis dan kemudian kapiler
diisi lagi dan dilakukan penotolan lagi sampai tercapai jumlah penotolan 100-200 L
(kurang lebih 4 – 5 kali pengisian kapiler).
7. Ambil kapiler baru dan dengan cara seperti di atas totolkan ekstrak pembanding B
pada tempat penotolan nomor 2.
8. Dengan kapiler yang baru, totolkan sampel 1/2/3 pada tempat penotolan nomor 3
dengan cara yang sama.
9. Dengan cara yang sama, totolkan pembanding C dan pembanding D pada tempat
penotolan yang tersisa.
10. Biarkan pelarut menguap sebentar kemudian masukkan plat tersebut ke dalam bejana,
tutup, dan tunggu sampai eluen naik sampai batas akhir yang telah diberi tanda.
Kedalam sebuah bejana dapat dimasukkan 2 plat KLT secara bersamaan. SELAMA
ELUASI, TUTUP BEJANA TIDAK BOLEH DIBUKA !.
11. Ambil plat KLT jika eluen sudah mencapai batas akhir dan biarkan plat mengering.
12. Lakukan pengamatan dengan sinar ultra violet 255 nm dan 365 nm, beri tanda
dengan pinsil bercak/bercak yang tampak dan catat warna serta harga Rf-nya.
13. Semprot plat dengan pereaksi yang sesuai secara merata namun jangan sampai basah
(dapat merusak plat KLT). LAKUKAN DI DALAM LEMARI ASAM !. Biarkan
sebentar sampai plat kering.
14. Bila perlu, dilakukan pemberian penampakan noda dengan cara plat KLT di swatch
dengan larutan asam sulfat lalu diletakkan plat di atas ‘hotplate’ sambil terus diamati
munculnya bercak-bercak berwarna. Segera angkat jika semua bercak sudah muncul.
15. Beri tanda, catat warna dan hitung harga Rf-bercak-bercak utama.
16. Bandingkan bercak-bercak pada sampel dengan bercak-bercak pada pembanding.
IV. Hasil

Penampakan Noda sebelum proses Eluasi dibawah sinar UV 254 nm

Penampakan Noda Setelah Eluasi dibawah sinar UV 254 nm

Hasil KLT Visual


Perhitungan nilai Rf Sampel 1

No A B C Sampel 1 Harga Rf
1 0,9 0,9 0,11
2 2 2 0,25
3 2,5 0,31
4 2,8 2,8 0,35
5 3,9 0,49
6 4,6 0,58
7 4,7 0,59
8 5,3 0,66
9 7,8 7,8 0,98
10 7,9 0,99

Perhitungan nilai Rf Sampel 2

No A B C Sampel 2 Harga Rf
1 0,9 0,9 0,11
2 2 2 0,25
3 2,75 0,34
4 2,9 2,9 0,36
5 3,9 3,9 0,49
6 4,75 4,75 0,59
7 4,8 0,60
8 7,8 0,98
9 7,9 7,9 0,99

No A B C Sampel 3 Harga Rf
1 0,9 0,11
2 2 0,25
3 2,2 2,2 0,28
Perhitungan nilai Rf Sampel 3
4 2,8 2,8 0,35
5 2,9 0,36
6 3,2 0,40
7 3,9 3,9 0,49
8 4,75 4,75 0,59
9 4,8 0,60
10 7,8 7,8 0,98
V. Pembahasan

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase.Untuk metode KLT sendiri
menggunakan fase diam silika gel 60F254 dan fase gerak campuran n-heksana : etil astetat
dengan perbandingan 4:1. Penampak noda yang dipakai dalam praktikum kali ini adalah
lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan pereaksi asam sulfat .
Tahap awal yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah preparasi sampel, Sampel yang
digunakan merupakan campuran dari simplisia. Terdapat 3 simplisia serbuk yaitu :
a. Cardamomi Fructus
b. Curcuma Rhizoma
c. Calami Rhizoma
Dimana , serbuk simplisia di atas merupakan sampel sekaligus pembanding dalam prakitkum
ini. Tahap selanjutnya dilakukan proses ekstraksi,ekstrasi sampel dan pembanding
menggunakan pelarut n- Heksan sebanyak 10 ml dengan metode ekstraksi ultrasonik , yang
mempunyai beberapa kelebihan antara lain efisiensi lebih besar, waktu operasi lebih singkat,
dan biasanya laju perpindahan masa lebih cepat jika dibandingkan
dengan ekstraksi konvensional dan menghasilkan produk yang baik. Metode ekstraksi
ultrasonik juga dipilih karena hanya menggunakan sedikit sampel dan praktikum ini bersifat
kualitatif. Diekstraksi simplisia, selama 10- 15 menit. Hasil ekstrasi pada proses ultrasonik
kemudian disaring menggunakan kertas saring dan ditampung pada wadah baru.
Proses selanjutnya adalah preparasi eluen , dimana eluen dibiarkan sampai jenuh di dalam
chamber , kemudian menyiapkan plat KLT untuk proses penotolan sampel dan larutan
pembanding lalu dilanjutkan proses eluasi dan peritungan nilai Rf. Nilai Rf dapat
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.
Dari hasil pengembangan / eluasi yang di peroleh , hasil pemisahan noda dari masing-masing
simplisia yang kemudian Nilai Rf nya dihitung dan dibandingkan , hasilnya yaitu :

 Sampel 1

Pada sampel 1 didapatkan 4 noda yang sama dengan noda yang dimunculkan oleh
pembanding A dan pembanding B.

 Sampel 2

Pada sampel 2 didapatkan 6 noda yang sama dengan noda yang dimunculkan oleh
pembanding C dan pembanding B.

 Sampel 3
Pada sampel 3 didapatkan 5 noda yang sama dengan noda yang dimunculkan oleh
pembanding A dan pembanding C.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel 1 merupakan campuran simplisia A dan B.
sampel 2 merupakan campuran simplisia B dan C dan sampel 3 merupakan campuran
simplisia C dan A.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak noda dalam KLT yang juga mempengaruhi harga Rf
yaitu struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan, sifat penyerap dan derajat
aktivitasnya biasanya aktivitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan
mengeringkan molekul-molekul air yang menepati pusat-pusat serapan dari penyerap.
Adanya ketebalan dalam ketidakrataan dari lapisan penyerap bisa menyebabkan aliran pelarut
tidak rata dalam daerah yang kecil dari plat. Jumlah cuplikan yang digunakan terlalu
berlebihan memberikan penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan
efek tak seimbang hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada nilai Rf.
VI. Kesimpulan

Dari data uji kualitatif dengan menggunakan KLT (kromatography lapis tipis) didapatkan
hasil sebagai berikut :
 Sampel 1 merupakan campuran dari

Cardamomi Fructus dan Curcumae Rhizoma

 Sampel 2 merupakan campuran dari

Curcumae Rhizoma dan Calami Rhizoma

 Sampel 3 merupakan campuran dari

Cardamomi Fructus dan Calami Rhizoma


Hal ini di karenakan adanya warna noda yang muncul setelah dilakukan pewarnaan
penampak noda dan pemanasan identik dengan baku pembanding tersebut, kemudian Rf noda
mirip.

Daftar pustaka

Kuntorini, Evi Mintowati ,Maria Dewi Astuti, Norma Milina.2011. Struktur Anatomi Dan
Kerapatan Sel Sekresi Serta Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Dari Rimpang Temulawak
(Curcuma Xanthorrhiza Roxb) Asal Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar Kalimantan
Selatan,8(1),31-32.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2017. Farmakope Herbal Indonesia Ed II.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2008. Farmakope Herbal Indonesia Ed I. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM.(1972). Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta:Depkes RI. Hal.4.
Yiulita,Kusumadewi Sri .2018. Berita Biologi Jurnal Ilmu-ilmu Hayati.17(1), 125.

Anda mungkin juga menyukai