Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TUGAS VI

UJI KLT DENGAN BERBAGAI ELUEN

Disusun Oleh:
Nama : Arina Rahayu
NIM : 201410410311234
Kelompok : VII (Tujuh)
Kelas : Farmasi A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul Uji KLT dengan Berbagai
Eluen tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan laporan ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Malang, 17 April 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
I. TUJUAN................................................................................................................. 1
II. PRINSIP TEORI....................................................................................................... 1
1. Kolesterol............................................................................................................. 1
2. Konstanta dielektrik................................................................................................ 1
3. Kromatografi Lapis Tipis.......................................................................................... 2
4. Faktor yang mempengaruhi KLT................................................................................ 3
5. Fase Diam............................................................................................................ 4
6. Fase Gerak........................................................................................................... 4
7. Rf....................................................................................................................... 5
8. Tinjauan eluen dan tinjauan polaritas...........................................................................5
III. ALAT DAN BAHAN............................................................................................ 11
IV. SKEMA KERJA.................................................................................................. 12
V. HASIL............................................................................................................. 14
VI. PEMBAHASAN.................................................................................................. 14
VII. KESIMPULAN................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 15

3
UJI KLT DENGAN BERBAGAI ELUEN

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kaitan antara polaritas eluen dengan harga
Rf

II. PRINSIP TEORI


1. Kolesterol

Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada
membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Merupakan sejenis lipid yang
merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus
lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus.
Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon. Steroid lain termasuk steroid hormon
seperti kortisol, estrogen, dan testosteron. Nyatanya, semua hormon steroid terbuat
dari perubahan struktur dasar kimia kolesterol.

2. Konstanta dielektrik
n-heksana = 2.0
kloroform = 4.8
etil asetat = 6.0
methanol = 30.0

1
Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik suatu pelarut, maka semakin polar
senyawa pelarut tersebut

3. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi, atau penyerapan , atau
penukaran ion pada zat padat berpori, menggunakan cairan atau gas yang
mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk percobaan identifikasi atau
penetapan kadar (Materia Medika Jilid V-VI : 523)
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen
dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi,
menentukan efektivitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk
kromatografi kolom, serta memantau kromatografi kolom, melakukan screening
sampel untuk obat. Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji
identifikasi senyawa baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk
identifikasi adalah nilai Rf. Analisis kuantitatif dilakukan dengan 2 cara, yaitu
mengukur bercak langsung pada lengpeng dengan menggunakan ukuran luas atau
dengan teknik densitometry dan cara berikutnya dalaha dengan mengerok bercak
lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak dengan metode
analisis yang lain, misalnya dengan metode spektrofotometri. Dan untuk analisis
preparatif, sampel yang ditotolkan dalam lempeng dengan lapisan yang besar lalu
dikembangkan dan dideteksi dengan cara yang non- dekstruktif. Bercak yang
mengandung analit yang dituju selanjutnya dikerok dan dilakukan analisis
lanjutan (Gholib Gandjar, 2007).
Kromatografi Lapisan tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat,
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata
pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom
kromatografi terbuka dan pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian
atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan
zat penyerap dan jenis pelarut. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis
tipis tidak tetap jika dibandingkan dengan kromatografi kertas. Karena itu pada
lempeng yang disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat

2
kromatogram dari zat pembanding kimia, lenih baik dengan kadar yang berbeda-
beda.perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga
Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat
digunakan untuk memperkirakan kadar (Materia Medika Jilid V-VI : 528)
Fakor yang mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat dan penyerap, derajat aktifitasnya
3. Tebal dan kerataannya dari lapisan penyerap
4. Pelarut fase gerak
5. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan
6. Teknik percobaan
7. Jumlah campuran yang digunakan
8. Suhu
9. Kesetimbangan

4. Faktor yang mempengaruhi KLT


Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.

Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.


Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan menge-
ringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap.
Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.

Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam
daerah yang kecil dari plat.
Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam kromatografi
lapisan tipis sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka
perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.

Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya
diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan
dan mendatar juga digunakan).
Jumlah cuplikan yang digunakan.

3
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil penyebaran
noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan
lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
5. Fase Diam
Fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel
silika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Pada kromatografi lapis
tipis, sebuah garis digambarkan dibagian atas dan bawah lempengan dan setetes
pelarut dari campuran pewarna di tempatkan pada garis yang telah ditentukan.
Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal
dari tetesan. Jika dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak
selayaknya kromatogram di bentuk (Roy J. 1991).
Alumina (Al2O3) dan silika gel (SiO 2). Alumina lebih polar daripada
silika gel, dan senyawa ini sering dinyatakan lebih aktif daripada silika gel.
Alumina lebih cocok untuk analisis senyawa-senyawa yang nonpolar atau
kurang polar (seperti hidrokarbon, eter, aldehida, keton, dan alkil halida) karena
senyawa-senyawa polar sangat kuat teradsorbsi pada adsorbent ini. Analisis
KLT senyawa-senyawa polar pada alumina umumnya menghasilkan harga Rf
yang rendah dan pemisahan yang minimal. Sebaliknya silika gel dipilih sebagai
adsorbent untuk senyawa-senyawa polar (asam karbokislat, alkohol, amina)
karena senyawa-senyawa non polar teradsorbsi lemah pada silika gel. Analisis
KLT senyawa-senyawa nonpolar pada silika gel umumnya memberikan harga Rf
yang tinggi dan pemisahan yang maksimal (Firdaus. 2011).
6. Fase Gerak
Fase gerak dapat digolongkan menurut ukan kekuatan teradsorbsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsoberben alumina atau sebuah lapis tipis silica,
Penggolongan ini dikenal sebagai deret elutropik pelarut. Suatu pelarut yang
bersifat larutan relative polar, dapat mengusir pelarut yang relative tak polar dari
ikatannyadengan alumina / silica gel. Fasa gerak yang digunakan dalam KLT
sering disebut dengan eluen.

4
7. Rf
Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya
merupakan campuran beberapa cairanyang berbeda polaritas, sehingga didapatkan
perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error

Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang


diperoleh. Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah: Nilai Rf
sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran
yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat
polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah KLT
yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan
adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Ewing Galen Wood, 1985).

8. Tinjauan eluen dan tinjauan polaritas

a. Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3). Kloroform

dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan


digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada
suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Pada suhu normal dan
tekanan, kloroform adalah cairan yang sangat mudah menguap, jernih, tidak
berwarna, berat, sangat bias, tidak mudah terbakar

5
Sifat Kloroform

1. Molekul berat : 113,4


2. Titik didih : 61,15 C - 61,70 C.
3. Melting point : -63,2 sampai -63,5 C pada atm
4. Flash point : tidak ada.
5. Kepadatan relatif uap (udara = 1) : 4,1-4,36 kg / m pada 101 kPa, 0 C.
6. Tekanan uap : 21,15 kPa pada 20 C.
7. Kelarutan dalam air
Pada 0 C : 10.62g/kg

Pada 10 C : 95g/kg \

Pada 20 C : 8.22g/kg

8. Specific gravity : 1,483 pada 20 C

b. n-Heksan
n-heksana adalah senyawa dengan rumus kimia C6H14 yang merupakan
hidrokarbon yang banyak digunakan sebagai pelarut organik yang memiliki sifat
mudah menguap. "n" pada n-heksana mengandung arti normal yang artinya
rantai hidrokarbonnya lurus atau linier yang dituliskan CH3-CH2-CH2-CH2-
CH2-CH3.. n-heksan relatif aman karena tidak mengiritasi kulit dan tingkat
toksisitasnya relatif rendah. Namun, n-heksana akan mudah terbakar (flammable)
jika n-heksana diletakkan di dekat api karena titik didih n-heksana yang rendah
yaitu 69 C.

Sifat-sifat n-heksana antara lain

Bobot molekul : 86,18 gr mol1


Wujud : Cairan tidak berwarna
Massa jenis : 0,6548 gr/mL
Titik leleh : 95 C, 178 K, -139 F

6
Titik didih : 69 C, 342 K, 156 F
Kelarutan dalam air : 13 mg/L pada 20C
Viskositas: 0,294 cP
Titik nyala: 23,3 C

c. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat
EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat
diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya
proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan
air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak
stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Berikut ini adalah karakteristik
atau sifat fisika dan sifat kimia dari etil asetat :
Sifat fisis
a. Berat molekul : 88,1 kg/kmol
b. Boiling point : 77,1C
c. Flash point : -4C
d. Melting point : - 83,6C
e. Suhu kritis : 250,1C
f. Tekanan kritis : 37,8 atm
g. Kekentalan (25 oC) : 0,4303 cP
h. Specific grafity ( 20C) : 0,883
i. Kelarutan dalam air : 7,7% berat pada 20 oC
j. Entalphy pembentukan (25C) gas : -442,92 kJ/mol
k. Energi Gibbs pembentukan (25C) cair : -327,40 kJ/mol

Sifat Kimia

7
Etil asetat adalah senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko peledakan
(eksplosif).
a. Membentuk acetamide jika diammonolisis

Reaksi:

CH3COOC2H5 + NH3 CH3CONH2 + C2H5OH .(15)

b. Akan membentuk etil benzoil asetat bila bereaksi dengan etil benzoate

Reaksi:

C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5 C6H6COCH2COOC2H5+ C2H5OH.. (16)


(Kirk and Othmer, 1982)

d. Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan
rumus kimia (CH3OH). Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada
keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak 9
berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih
ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku,
pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri

Sifat Fisik dan Kimia Metanol

Sifat fisika Metanol (CH3OH) :

Massa molar 32.04 g/mol


Berwarna bening
Densitas 0.7918 g/cm,
Titik leleh 97 C, -142.9 F (176 K),
Titik didih 64.7 C, 148.4 F (337.8 K).
Kelarutan dalam air Fully miscible
Keasaman (pKa) ~ 15.5
Viskositas 0.59 mPas at 20 C

8
Momen dipol 1.69 10
Sifat Kimia Methanol:

Mudah terbakar,
Beracun
Mudah menguap
Tidak berwarna
Bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol)

Tinjauan Polaritas

9
III. ALAT DAN BAHAN
Alat:

10
1. Hotplate
2. Plat KLT
3. Tabung Reaksi
4. Chamber
Bahan:
1. Methanol
2. Kloroform
3. Etil asetat
4. N-Heksan
5. Anisaldehid asam sulfat

IV. SKEMA KERJA

11
Larutkan sedikit kolesterol
ke dalam kloroform

12
Totolkan pada 4 plat KLT
(Kiesel Gel 254)

Siapkan 4 macam eluen


(fase gerak) yaitu
13
n-Heksan-etil asetat (1:1)

n-Heksan-etil asetat (4:1)


Eluasi 4 plat KLT tersebut
dengan eluen yang dibuat

Kloroform-metanol (4:1)

Semprot dengan penampak


noda anisaldehid asam
Kloroform-etil asetat (4:1)
sulfat

Panaskan 100 derajat Celcius


sampai timbul noda berwarna
merah ungu/ungu

Hitung harga Rf pada masing-


masing plat KLT

Diskusikan, mengapa harga Rf


pada masing-masing plat berbeda

14
V. HASIL

1. Perhitungan nilai Rf :

8 cm
Plat 1 = =1
8 cm

2cm
Plat 2 = =0,25
8 cm

7,5
Plat 3 = =0,9375
8 cm

5,8 cm
Plat 4 = =0,7250
8 cm

2. Harga Konstanta dielektrik campuran eluen


Eluen 1 = n-heksan 50% KD: 1,89 ; Etil asetat 50 % KD : 6,02
( 50 x 1,89 )+(50 x 6,02)
KD = =3, 95
100
Eluen 2 = n-heksan 80% KD: 1,89 ; Etil asetat 20 % KD : 6,02

15
( 80 x 1,89 )+(20 x 6,02)
KD = =2,75
100
Eluen 3 = Kloroform 80% KD: 4,81 ; Metanol 20% KD : 32,7
( 80 x 4,81 ) +( 20 x 32,7)
KD = =10,39
100
Eluen 4 = Kloroform 80% KD: 4,81 ; Etil asetat 20% KD : 6,02
( 80 x 4,81 ) +( 20 x 6,02)
KD = =5,05
100

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan uji KLT dengan berbagai eluen. Adapun eluen yang
digunakan pada praktikum ini adalah n-heksan-etil asetat (1:1), n-heksan-etil asetat (4:1),
kloroform-metanol (4:1), kloroform-etil asetat (4:1). Sebelum dilakukan uji KLT
disiapkan sampel terlebih dahulu yaitu dengan melarutkan kolesterol dengan kloroform,
kemudian dilakukan penotolan pada plat KLT sebanyak 3 kapiler. Lalu dieluasi dengan
masing-masing eluen. Setelah selesai dieluasi masing-masing plat KLT di semprot
dengan penampak noda anisaldehid asam sulfat lalu dipanaskan dengan suhu 100C
hingga timbul noda berwarna ungu. Kemudian dihitung nilai Rf pada masing-masing plat
KLT.

Perbandingan nilai KD eluen dengan nilai Rf

Komposisi Eluen Nilai KD Perhitungan Rf


n-heksana : etil asetat 3,95 1
n-heksana : etil asetat 2,75 0,25
Kloroform: methanol 10,39 0,9375
Kloroform : etil asetat 5,05 0,7250

16
VII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI . Cetakan Keenam. Jakarta:


Direktorat Jendral Pengawasam Obat dan Makanan

Gholib,G. dkk. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Jakarta : Pustaka Pelajar.

Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung: Penerbit ITB

17
18

Anda mungkin juga menyukai