Anda di halaman 1dari 17

TEMULAWAK

(Curcuma xanthorhiza Roxb)

Disusun oleh :
Marius Beny Kristianto (1012022017)
Reni Erdiani (1012022019)
Yesie Karolina (1012022020)
Robeeth Ainul Mar’I ( 1012022024 )
Febrian Dewi Ika Rahmawati (1012022031)
Temulawak
Klasifikasi Ilmiah
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB
Temulawak
Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang
tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Ia berasal
dariIndonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa
tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia. Saat ini, sebagian besar
budidaya temu lawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand,
dan Filipina tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula
di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan
beberapa negara Eropa.
Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede,
sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh
dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas
permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis.Rimpang temu lawak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur
Bagian Tumbuhan Temulawak
• Tinggi tanaman bisa mencapai 1 meter, tapi kurang dari 2 meter.Wana batang hijau / coklat gelap.
• Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Rimpang
memiliki ukuran besar dan tumbuh bercabang-cabang yang terdiri dari rimpang induk dan rimpang
cabang. Rimpang induk memiliki bentuk bulat hingga bulat telur. Rimpang cabang tumbuh di sekitar
rimpang induk dengan jumlah 3-4 rimpang memanjang. Kulit rimpang berwarna coklat
kemerahan /kuning tua, warna daging rimpang kuning jingga / kuning kecoklatan.
• Daun tumbuh pada sekitar batang dengan jumlah 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang
sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun
31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.
• Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4
– 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota
bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk
tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna
putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm.
Akar Rimpang Temulawak
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan
bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Rimpang
memiliki ukuran besar dan tumbuh bercabang-
cabang yang terdiri dari rimpang induk dan rimpang
cabang. Rimpang induk memiliki bentuk bulat
hingga bulat telur. Rimpang cabang tumbuh di
sekitar rimpang induk dengan jumlah 3-4 rimpang
memanjang. Kulit rimpang berwarna coklat
kemerahan /kuning tua, warna daging rimpang
kuning jingga / kuning kecoklatan.
Kandungan Kimia Temulawak
Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai
penelitian tanaman dan obat, diperoleh sejumlah
zat / senyawa dalam rimpang temulawak antara
lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu
4,62%, abu tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%,
sari alkohol 9,48%, dan kurkumin 2,29%.Dari
hasil pengujian tersebut, ditemukan juga
kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik,
triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan
steroid .
Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri
sebesar 3,81%, meliputi : d-kamfer, sikloisoren,
mirsen,p-toluil metikarbinol, pati, d-kamfer, siklo
isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren,
borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol,
isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol,
turmeron, artmeron, sabinen, germakron, dan
atlantone.
Khasiat Temulawak
Di Indonesia satu-satunya bagian yang
dimanfaatkan adalah rimpang temu lawak untuk
dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-
59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-
1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat
meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi.
Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah
sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan,
anti kolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan,
pencegah kanker, dan antimikroba
Analisis Kuantitatif
Rumpang Temulawak

Pencucian

Pengirisan

Pengeringan

Penggeiingan

Analisis Mutu Minyak Atsiri Penyulingan


Analisis Kuantitatif
Untuk mendapatkan simplisia kering dengan cara pencucian, pengirisan,
pengeringan yaitu penjemuran atau dengan udara panas yang mengalir . MATERI
MEDIKA INDONESIA (1979) menyebutkan rimpang dicuci bersih, dikupas kulitnya ..
diiris melintang dengan ketebalan 7-8 mm. Penjemuran atau pengeringan irisan
dilakukan tanpa saling bertumpuk .Untuk alas penjemur dapat digunakan anyaman
bambu, lantai penjemur atau tikar. Pengeringan dengan alat pengering dilakukan
pada suhu 50-55 ° C, agar diperoleh warna yang baik, lama pengeringan adalah 7
jam . Simplisia kering dari rimpang temulawak digiling dengan menggunakan
hummer mill, diperoleh serbuk rimpang temulawak yang akan digunakan untuk
analisis mutu dan penentuan kadar dan mutu minyak atsiri.

Syarat utama simplisia sebagai bahan baku obat tradisional maupun keperluan
ekspor, harus bersih dari jamur . Untuk itu penanganan pasca panen yang pertama
kali harus diperhatikan adalah proses pengeringan . Penulisan analisis rimpang
Analisa Kuantitatif
Metode KLT

1. Pembuatan larutan standar. Larutan standar yang digunakan adalah larutan


kurkuminoid dengan konsentrasi 50 mg/l. Sebanyak 20 mg kurkuminoid
standar dilarutkan hingga 10,0 ml dengan metanol (p.a) hingga didapat
konsentrasi 2000 mg/l, kemudian dibuat enam seri konsentrasi sebanyak 5,0
ml yaitu 50, 100, 200, 400, 800, 1600 mg/l.
2. Pembuatan larutan uji. Rimpang dikeringkan pada suhu 50°C. Rimpang kering
ditumbuk sampai menjadi serbuk halus. Serbuk kering diekstraksi dengan
metanol sampai residu tak berwarna kuning. Sari yang dihasilkan diuapkan
metanolnya sehingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak yang diperoleh
kemudian dilarutkan dengan metanol (p.a) sampai 5,0 ml di labu takar. Cara
yang sama juga dilakukan terhadap serbuk rimpang dan tunas temulawak.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif kurkumin
    a.Penetapan kurva baku kurkumin. Keenam seri konsentrasi
kurkumin baku ditotolkan 2 µl pada fase diam silika gel
GF254 dikembangkan pada fase gerak kloroform : etanol 96% :
asam asetat glasial (94:5:1). Luas area bercak kemudian diukur
dengan TLC scanner pada panjang gelombang maksimum 425 nm
lalu dibuat regresi linier antara μg kurkumin dan luas area bercak.
b. Penetapan kadar kurkumin. Bercak  rimpang pada analisis KLT
diukur luas areanya dengan alat KLT scanner. Luas area kurkumin 
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi yang
diperoleh dari perhitungan regresi linier kurva baku.
Analisis Kualitatif
Acuan metoda kualitatif analisis (uji) fitokimia adalah MATFRI MEDIKA INDONESIA (1995),
analisis kuantitatif kadar kurkumin dengan menggunakan metoda AOAC (1980), kadar sari air
dan alkohol dengan metoda MMI (1995), kadar pati dengan metoda SNI (1995) . BAHAN DAN
METO
Hasil pengujian skrining fitokimia diperoleh bahwa didalam rimpang temulawak terdapat
alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, triterpennoid dan glikosida. Dari hasil pengujian skrining
fitokimia terlihat dalam rimpang temulawak kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik,
triterpennoid dan glikosida lebih dominan dibanding tannin, saponin dan steroid . Alkaloid
sering kali beracun bagi manusia dan banyak digunakan dalam bidang pengobatan .
Analisa Kualitatif

Analisis kualitatif kandungan kurkumin dilakukan secara KLT


(kromatografi lapis tipis) TLC-scanner Shimadzu CS-930 Jepang.
Analisis kurkumin menggunakan silika gel GF254 sebagai fase diam.
Ekstrak metanol kalus, rimpang dan tunas temulawak sebanyak 2
µl ditotolkan pada pelat dengan menggunakan mikropipet. Lempeng
fase diam dikembangkan dalam bejana kromatografi yang jenuh
dengan larutan kloroform : etanol 96% : asam asetat glasial (94:5:1)
sebagai fase gerak. Bercak diamati pada sinar tampak dan akan
terlihat warna kuning. Bercak sampel dianalisis berdasarkan nilai hRf
dan warnanya terhadap bercak baku kurkumin.
Ekstraksi
Sampel temulawak basah dari Balitro dipotong dengan ketebalan rerata 5 mm, kemudian dikeringkan pada
oven pada suhu 60 ºC hingga tercapai kadar air maksimal 10 %. Sampel yang telah kering kemudian digiling
dan diayak. Serbuk yang berukuran –40/+80 mesh dan disimpan dalam plastik untuk dijadikan sebagai bahan
baku ekstraksi. Serbuk temulawak yang diperoleh dianalisis kandungan air, abu, kurkumin, lemak,minyak
atsiri, kurkumin,protein dan pati.

Sebanyak 50 gram serbuk temulawak dimasukkan ke dalam labu leher tiga dengan perbandingan pelarut –
bahan baku, suhu dan waktu ekstraksi sesuai dengan kondisi operasi yang dinginkan. Pelarut terlebih dahulu
dipanaskan sampai kondisi operasi yang diinginkan, kemudian sampel dimasukkan. Setelah ekstraksi selesai
dilakukan penyaringan, filtrat dipekatkan dalam rotavapour pada suhu 40
C sampai tidak adanya destilat
yang menetes. Ekstrak yang diperoleh selnajutnya dianalisis kandungan kurkuminnya dengan menggunakan
KLT dan HPLC.

Anda mungkin juga menyukai