Anda di halaman 1dari 21

Percobaan 1

PEMBUATAN SIMPLISIA EKSTRAK KERING GAMBIR

I. Tujuan Pratikum
a. Untuk melihat struktur gambir secara mikroskopis.
b. Untuk menguji susut pengeringan pada gambir.
c. Untuk menguji sari kadar air dan etanol.
d. Untuk menguji kadar air pada gambir.
e. Untuk menguji kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam pada gambir.
f. dan untuk melihat pola kromatografi pada gambir serta menghitung nilai RFnya.
II. Landasan Teori
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang
berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia
menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan
yang telah dikeringkan.
Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) merupakan tumbuhan yang tumbuh di kawasan
tropis dan digunakan sebagai antidiare dan astringen di Asia (Anggraini dkk., 2011).
Tumbuhan ini dikenal di Sumatera sebagai gambee, gani, kacu, sontang, gambe, gambie,
gambu, gimber, pengilom, dan sepelet. Di Jawa dikenal sebagai santun dan ghambhir. Di
Kalimantan dikenal sebagaigamelo, gambit, game, gambiri, gata dan gaber. Di Nusa Tenggara
dikenalsebagai Tagambe, gembele, gamelo, gambit, gambe, gambiri, gata dan gaber. DiMaluku
dikenal sebagai kampir, kambir, ngamir, gamer, gabi, tagabere, gabere,gaber dan gambe.
Gambir berasal dari Asia Tenggara terutama pulau Sumatera, danbanyak dibudidayakan di
daerah Sumatera Barat. Tumbuhan ini hidup di areaterbuka di dalam hutan, kawasan hutan
hutan yang lembab, area terbuka bebaspeladangan atau pinggir hutan pada ketinggi 200 900
m dpl (Sampurno dkk.,2007).
Taksonomi gambir menurut (Haryanto, 2009) adalah:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledon
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Marga : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir (Hunter) Roxb.

1
Tumbuhan gambir merupakan perdu, memanjat, batang bulat, tidak berambut, mempunyai
kait di antara dua tangkai daun yang berhadapan, kecil, pipih. Daun lanset, ujung meruncing
dasar tumpul membulat, dengan panjang 8,2 14 cm dan lebar 7,2 8,2 cm. Tangkai daun
tidak berambut dengan panjang 0,5 0,8 cm, pertulangan primer pada permukaan daun sebelah
bawah menonjol. Bunga majemuk, bentuk bongkol, berhadapan di ketiak daun, tangkai pipih,
dengan panjang 0,5 4,2 cm dan diameter bongkol 4,7 5 cm, tabung mahkota pipih, merah,
berambut halus, lobus mahkota krem keputihan, daun pelindung tidak berambut dan langset.
Buah berbentuk kapsul, sempit, panjang, dan terbagi menjadi dua belahan. Biji banyak, kecil,
halus, berbentuk jarum dan bersayap, dengan panjang 0,4 cm (Sampurno dkk., 2007).
Sediaan gambir biasanya diperoleh dari daun dan ranting muda tanaman (folii extracum
siccum). Simplisia berbentuk kubus tidak beraturan atau agak silindris pendek, terkadang
bercampur dengan bagian yang remuk, tebalnya 2-3 cm, ringan, mudah patah dan berliang
renik-renik. Warna permukaan luar cokelat muda hingga cokelat tua kemerahan atau
kehitaman. Warna permukaan yang baru dipatahkan cokelat muda sampai cokelat kekuningan.
Gambir memiliki bau yang lemah serta rasa yang semula phit dan sangat kelat kemudian agak
manis.
Sediaan tradisional gambir dapat dibuat dengan merebus daun dan tangkai selama 1,5 jam
dan kemudian diperas untuk memperoleh ekstraknya. Ekstrak kental lalu diletakkan dalam
paraku, sebuah wadah terbuat dari kayu yang dirancang khusus untuk ekstrak kental gambir
yang berukuran 3 m x 30 cm x 10 cm (PxLxT) selama 24 jam. Ekstrak kemudian dibentuk
bulat dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama sekitar 3 hari (Anggraini dkk., 2011).
Kandungan Kimia tanaman gambir diantaranya Katekin, kuersetin, zat samak katekin,
merah katekin, lendir, lemak, dan malam. Kandungan yang utama dan juga dikandung oleh
banyak anggota Uncaria lainnya adalah flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%),

2
zat penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambirtannin dan turunan dihidro-
dan okso-nya).
Ekstrak gambir memiliki kandungan senyawa kimia yang bervariasi diantaranya katekin (7
33%), asam catechu tannat (20 55%), pyrokatechol(20 30%), gambir floresen (1 3%),
katechu merah (3 5%), kuersetin (2 4%), fixed oil (1 2%), wax (1 2%) (Isnawati dkk.,
2012).
Ekstrak tradisional gambir mengandung polifenol sebesar 13,58 13,90gram per 100 gram,
katekin sebesar 99,4 104,5 g/ml, epikatekin sebesar 0,49 0,80 g/ml, dan asam kafeat
sebesar 0,98 0,99 g/ml. Ekstrak gambir jugamemiliki aktivitas penangkal radikal DPPH
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil)sebesar 92 93,1%. Uji toksisitas terhadap ekstrak gambir
menggunakan selIEC-6 (Intestinal Ephitelial Cell line no. 6) menunjukkan bahwa
antioksidanyang ter-dapat dalam gambir bersifat aman, dengan tidak menunjukkan efeknegatif
yang ditunjukkan dengan lebih dari 93% sel dapat bertahan hidup padakonsentrasi 1 hingga
200 g/ml (Anggraini dkk., 2011)
Tanin secara umum adalah senyawa organik kompleks yang merupakan hasil metabolik
sekunder dari tanaman tingkat tinggi yang tidak mengandunggugus nitrogen. Katekin
merupakan senyawa yang ditemukan dalam tanin merupakanflavan-3-ol sedangkan
leukoantosianidin merupkan flavan-3-4-diol. Keduafenolik tersebut sering dikaitkan dengan
karbohidrat atau molekul protein untukmemproduksi senyawa tanin yang lebih kompleks.

Tanin memiliki peran baik bagi pengobatan, sebagai antioksidan yangpotensial tanin telah
dimanfaatkan untuk pengobatan diabetes. Tanin juga dapatberperan sebagai pelindung-jantung,
antiinflamasi, antikarsinogenik,antimutagen, dan menghambat adipogenesis. Konsumsi tanin

3
dapat menyebabkan astrigensi, sehingga produksi saliva meningkat dankemampuan
pengecapan rasa menurun (Reed, 1995).
Diketahui, gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran
proses di perut dan usus. Kebiasaan makan sirih menyehatkan gusi, gigi, dan tenggorokan.
Fungsi lain adalah sebagai campuran obat, seperti sebagai luka bakar, obat sakit kepala, obat
diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit (dibalurkan) dan
bahan pewarna tekstil untuk industri batik. Selain itu juga gambir digunakan penduduk sebagai
ramuan untuk mengkonsumsi sirih dan obat untuk sakit perut. Gambir juga mengandung
katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan.
Tanin yang terdapat pada gambir berupa asam katekutannat. Tanin pada daun gambir
termasuk ke dalam tipe proantosianidin. Daun gambir mengandung katekin yang sedikit larut
dalam air dingin, tetapi mudah sekali larut dalam air panas. Tanin ini memiliki khasiat sebagai
algisida, juga antibakteri dan antijamur. Tingginya kadar tanin menyebabkan gambir memiliki
daya astringensi, antibakteri, dan sifat-sifat farmakologis dan toksis yang lainnya. Sifat-sifat ini
menyebabkan gambir banyak digunakan dalam berbagai bidang industri, seperti industri obat-
obatan dan farmasi, industri penyamakan kulit, dan lain-lain. D-katekin murni dan bermutu
farmasi, yang juga dikenal dengan nama Cyanidanol-3, merupakan bahan baku untuk
pembuatan obat-obatan antihepatitis, anti-diare dan obat.
Parameter non spesifik umumnya gambir mengandung:
Bahan tidak larut alcohol : tidak lebih dari 34%
Bahan tidak larut air : tidak lebih dari 33%
Kadar air : tidak lebih dari 14%.
Kadar abu total : tidak lebih dari 0,5%.
Kadar abu tidak larut asam : tidak lebih dari 0,1%.
Harga Rf : 0,5

III. Alat dan Bahan


A. Alat yang digunakan

4
Lumpang dan Stanfer Kaca Objek dan Cover Glass
Timbangan Analitik Cawan Penguap
Oven Krus
Erlenmeyer Krus Tang
Gelas Ukur Mikroskop
Spatel dan Sudip Penangas Air
Kertas Perkamen Furnace
Pipet Tetes Moisture Analyzer
Corong Plat KLT
Kertas Saring Pipa Kapiler
Beker Gelas Pinset
Corong Pisah Lampu UV

5
B. Bahan yang digunakan
Gambir Halus
Aquadest
Etanol 95%
Kloroform
Metanol
Asam Asetat
HCL encer

IV. Cara Kerja


A. Pemeriksaan Mikroskopik
I. Ambil sampel (Gambir yang telah dihaluskan) seujung spatel lalu letakkan dikaca
objek, tambahkan aquadest 1 tetes lalu tutup dengan cover glass.
II. Amati dibawah mikroskop.
B. Susut Pengeringan
I. Cuci dan keringkan krus kosong
II. Lalau krus kosong panaskan dengan oven selama 30 menit dengan susu 105C.
III. Setelah 30 menit lalu keluarkan dan masukkan kedalam desikator selama 5
menit, lalu timbang.
IV. Timbang gambir sebanyak 2 gram lalu masukkan kedalam krus yang telah dioven
dan ditimbang sebelumnya.
V. Lalu masukkan kembali krus yang telah berisi sampel ke dalam oven dengan suhu
105C selama 30 menit.
VI. Setelah 30 menit, keluarkan krus lalu masukkan ke dalam desikator selama 5
menit dan timbang.
VII. Hitung kadar susut pengeringan dari gambir dengan rumus :
AB
Susut Pengeringan= x 100
B

Keterangan
A : Berat Krus Kosong Konstan + sampel (Sebelum
dioven)
B : Berat Akhir (Setelah dioven + Sampel)

C. Penentuan Kadar Sari Larut air
I. Timbang gambir sebanyak 2.5 gram
II. Masukkan kedalam Erlenmeyer lalu tambahkan 25 ml aguadest dan 25 ml
kloroform, kemudian diaduk-aduk selama 6 jam pertama, kemudian biarkan
selama 18 jam
III. Lalu saring menggunakan kapas, hasil filtratnya masukkan dalam corong pisah.
IV. Didalama corong biarkan larutan menjadi 2 bagian yaitu bagiat atas untuk air dan
bagian bawah untuk kloroform.
V. Buang bagian kloroformnya, lalu ambil 10 ml bagian airnya lalu masukkan
kedalam cawan yang sebelumnya sudah di timbang.
VI. Lalu panaskan diatas penangas air/waterbath sampai kering, biarkan dingin lalu
timbang.
VII. Hitung kadar sari larut air dengan rumus :
Berat Ekstrak = Berat Akhir Berat Cawan Kosong

Berat Ekstrak x Berat Sampel


Kadar Sari Larut Air = x 100
Berat Sampel

D. Penentuan Kadar Sari Larut etanol


I. Timbang gambir sebanyak 2.5 gram
II. Masukkan kedalam Erlenmeyer lalu tambahkan50 ml etanol 95%, kemudian
diaduk-aduk selama 6 jam pertama, kemudian biarkan selama 18 jam
III. Lalu saring menggunakan kapas, hasil filtratnya diambil 10 ml.
IV. Masukkan kedalam cawan penguap yang sebelumnya telah ditimbang.
V. Lalu panaskan diatas penangas air/waterbath sampai kering, biarkan dingin lalu
timbang
VI. Hitung kadar sari larut etanol dengan rumus :
Berat Ekstrak = Berat Akhir Berat Cawan Kosong

Berat Ekstrak x Berat Sampel


Kadar Sari Larut Etanol= x 100
Berat Sampel

E. Penentuan Kadar Air


I. Hidupkan alat Moisture Analyzer Balance
II. Buka penutup alat, masukkan gambir yang telah ditimbang 1 gram, lalu tutup
kembali penutupnya.
III. Tekan tombol start, lalu tunggu sampai berbunyi yang menandakan pengujian
telah selesai.
IV. Amati hasil kadar air yang didapat (tertera pada alat)
F. Penentuan Kadar Abu Total
I. Bersihkan Krus kosong
II. Lalu masukkan kedalam oven selama 30 menit dengan suhu 105C.
III. Lalu timbang krusnya (yang telah dioven) yang sebelumnya telah dimasukkan
kedalam desikator selama 5 menit, dan masukkan sampel sebanyak 2 gram.
IV. Masukkan krus yang telah berisi sampel kedalam furnice selama 30 menit dengan
suhu 600C.
V. Timbang hasil yang diperoleh, lalu % Kadar Abu Total dengan rumus :
( A+ B )C
Kadar AbuTotal= x 100
( A+ B)

G. Penentuan Kadar Abu Tidak Larut Asam


I. Hasil dari kadar abu total ditambahkan dengan 25 ml HCl encer didalam beker
gelas
II. Lalu didihkan selama 5 menit.
III. Angkat dan saring dengan kertas saring, lalu cuci dengan air panas.
IV. Ambil bagian yang tertinggal pada kertas saring lalu pindahkan dalam krus dan
pijarkan lagi didalam furnace selama 30 menit dengan suhu 600C.
V. Timbang hasil yang diperoleh, lalu % Kadar Abu tidak Larut Asam dengan rumus
Kadar Abu tidak Larut asam = A B x 100 %
H. Kromatografi Lapis Tipis
I. Siapkan plt KLT dengan ukuruna 5 x 1 cm dengan batas atas dan bawah masing-
masing 0.5 cm. beri tanda titik di tengah pada bagian batas bawah dengan pensil.
II. Siapkan chamber yang berisi fase geraknya yaitu 5 ml asam asetat 15 %, lalu
masukkan kertas saring kedalam chamber, biarkan hingga jenuh.
III. Timbang 1 gram gambir lalu masukkan dalam tabung reaksi tambahkan dengan
beberapa tetes methanol aduk atau kocok ad homogeny, lalu saring dengan kertas
saring.
IV. Hasil filtrate ditotolkan dengan pipa kapiler pada tanda titik yang telah ditandai
pada plat KLT.
V. Lalu masukkan plat KLT ke dalam chamber, biarkan hingga meresap sampai
tanda batas atas.
VI. Keluarkan plat, lalu keringanginkan, lalu periksa noda dibawah sinar UV. Tandai
noda yang terbentuk.
VII. Hitung nilai RF.denga rumus :
jarak yang ditempuhnoda
Harga Rf =
jarak yang ditempuh eluent



























III. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan dan perhitungan
1. Pemeriksaan Mikroskopik
Tidak terlihat Kristal jarum katekin, yang terlihat hanya seperti butiran-butiran air.
2. Susut Pengeringan
Berat Krus Kosong : 41.3932 mg
Berat Krus + Sampel (Sebelum dioven) : 43.3932 mg
Berat Setelah Pengovenan : 43.2175 mg
AB
Susut Pengeringan= x 100
B
43.393243.2175
x 100
43.2175

= 0.4060%
3. Penentuan Kadar Sari Larut air
Berat cawan kosong : 82.5609 mg
Berat setelaah diuapkan : 82.7626 mg
Berat Ekstrak x Berat Sampel
Kadar Sari Larut Air = x 100
Berat Sampel

( 82.762682.5609 ) x 2.5
x 100
2.5

= 20.17%
4. Penentuan Kadar Sari Larut Etanol
Berat cawan kosong : 81.9132 mg
Berat setelah diuapkan : 81.9630 mg

Berat Ekstrak x Berat Sampel


Kadar Sari Larut Etanol= x 100
Berat Sampel

( 81.963081.9132 ) x 2.5
x 100
2.5

= 4.98%
5. Kadar Air
Berat Sampel : 1.031 mg
Kadar air yang di peroleh : 11.78%
6. Kadar Abu Total
Berat Krus Kosong : 32.5966 g (A)
Berat Sampel : 2 gram (B)
Berat Krus + Sampel (setelah di furnace) : 32.7723 g (C)
( A+ B )C
Kadar AbuTotal= x 100
( A+ B)
34.596632.7723
x 100
34.5966

= 5.27%
7. Kadar Abu Tidak Larut Asam
Beratkrus + Sampel (Setelah Furnace): 32.7723 g (A)
BeratKrus + Sampel (Setelah dilarutkan Asan dan di Furnace): 32.6568 (B)
Kadar Abu tidak Larut asam = A B x 100 %
= 32.7723 32.6568 x 100 %
= 11.55 %
8. Kromatografi Lapis Tipis
Berat gambir : 1 gram
Jarak yang ditempuh noda : 3.2 cm
Jarak yang ditempuh eluent : 4 cm
jarak yang ditempuhnoda
Harga Rf =
jarak yang ditempuh eluent
3.2 cm

4 cm

0.8 cm

B. Pembahasan
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
dikeringkan. Proses pembuatan simplisia yang baik sangat mempengaruhi hasil akhir dari
produknya. Apabila pada saat proses pembuatan banyak tercemar bahan berbahaya maka
akan mendatangkan sifat toksik pada produknya.
Pada pratikum pembuatan simplisia gambir (Uncaria gambir) ini memiliki tujuan
utama yaitu untuk memeriksa kandungan yang ada pada gambir sehingga dapat dibuat
menjadi sediaan. Pada pemeriksaan dari gambir ini dilakukan secara bertahap, dan untuk
pemeriksaan simplisia gambir ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, sehingga dapat
dijadikan perbandingan antara hasil yang diperoleh dari kelompok 1 (satu) dan kelompok 2
(dua). Tahap-tahap pemeriksaan atau pengujian simplia gambir yaitu pemeriksaan
mikroskopik, susut pengeringan, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar air, pola
kromatografi, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam.
Tahap-tahap pemeriksaan simplisia gambir ini dilakukan secara bertahap, dimana
pemeriksaan mikroskopik, susut pengeringan, kadar sari larut etanol, dan kadar sari larut
air dilakukan pada minggu pertemuan pertama. Sedangkan pemeriksaan kadar air, kadar
abu total, kadar abu tidak larut asam dan pola kromatografi ini dilakukan pada minggu
pertemuan ke dua. Pemeriksaan-pemeriksaan ini bertujuan sebagai patokan apakah
simplisia yang akan gunakan untuk pembuatan sediaan itu benar-benar memiliki kadar
kandungan yang sudah sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan atau pengujian pertama yaitu pemeriksaan mikroskopik, dimana
sampel yaitu gambir yang akan digunakan harus benar-benar sudah dalam keadaan halus.
Namun pada saat pratikum, gambir yang digunakan masih dalam bentuk bongkahan
sehingga harus perlu dihaluskan dahulu. Setelah halus barulah di luhat dibawah
mikroskopik, hasil yang diperoleh yaitu bukan seperti Kristal jarum, melainkan bulat-bulat
yang ditengahnya ada titiknya (dapat dilihat pada lampiran). Tidak terlihatnya Kristal
katekin itu kemungkinan dari mikroskop yang digunakan sudah tidak focus lagi lensa
objeknya sehingga tidak terlihat Kristal katekin yang seperti jarum. Pemeriksaan
selanjutnya yaitu susut pengeringan, susut pengeringan ini yaitu pengurangan berat bahan
setelah dikeringkan.. berat gambir yang akan di uji susut pengeringannya yaitu sebanyak 2
gram, dimana berat gambir yang hilang yaitu 0.1757 gram (setelah dioven selama 30 menit
suhu 105 C) sehingga kadar dari susut pengeringan gambir yaitu 0.4060%. Hal ini
menunjukkan bahwa simplisia ekstrak gambir ini memiliki jumlah air dan minyak atsiri
yang sedikit. Karena pada saat susut pengeringan yang hilang pada suhu 105 0C selain air
juga minyak atsiri dan senyawa-senyawa lain yang mudah menguap.
Penentuan atau pemeriksaan selanjutnya yaitu penentuan kadar sari larut air dan
kadar sari larut etanol. Untuk pengerjaan kadar sari larut air dan etanol ini dilakukan
bersambung, maksudnya pengerjaan nya disambung dihari esoknya karena pengerjaannya
yaitu di kocok selama 16 jam lalu didiamkan selama 8 jam. Namun karena keterbatasan
waktu jadinya pengocokan harus tertunda. Dan juga diesok harinya tidak dilakukan
penyambungan pengocokan melainkan langsung penentuan kadar sarinya. Untuk
penentuan kadar sari etanol yaitu larutan yang telah didibuat kemarin selanjutnya di saring
untuk memisahkan antara ampas dan sari yang terlarutnya. Setelah di saring lalu langsung
di uapkan dengan waterbath, setelah kering lalu ditimbang dan dicari kadar sari larut
etanolnya, hasil yang diperoleh untuk sari larut etanol yaitu 4.98 %. Sedangkan utk sari
larut air ini setelah disaring seperti yang sari etanol tadi, lalu masukkan kedalam corong
pisah untuk memisahkan antara air dan kloroform, perlu diperhatikan untuk memisahkan
antara air dan kloroform itu harus benar-benar bersih dari kloroform. Dimana kloroform
berada dibawah dan air berada diatas, sehingga yang dikeluarkan itu adalah kloroformnya.
Setelah pisah dari kloroform lalu uapkan seperti sari etanol, maka setelah kering didapatkan
berat dan dicari kadar sari larut air, yang dimana hasilnya yaitu 20.17%
Setelah pemeriksaan mikroskopik, penentuan susut pengeringan, pentuan kadar
sari larut air dan etanol maka pemeriksaan simplisia gambir dilakukan pada minggu
selanjunya. Pemeriksaan simplisia gambir selanjutnya yaitu kadar air, kadar abu total,
kadar abu tidak larut asam, dan kromatografi. Pemeriksaan pertama yaitu kadar air dari
simplisia gambir yang digunakan, dimana pemeriksaan kadar air ini menggunakan alat
yaitu analyzer moisture yang hasilnya yaitu 11.78 %. Untuk hasil dari kadar air simplisia
gambir ini langsung keluar dari alatnya dimana berat gambir yang digunakan yaitu 1 gram.
Dimana hasil untuk kadar air yang ada pada buku penuntun pratikum tidak lebih dari 14 %
sehingga hasil yang diperoleh itu bagus karena kadar air tidak lebih dari 14%. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar air yang dikandung gambir pada sampel gambir kali ini sudah
memenuhi standar. Karena apabila kadar air melebihi dari standar yang telah ditetapkan
maka ekstrak gambir ini akan mudah ditumbuhi jamur, bakteri serta mikroorganisme lain
yang akan menyebabkan sifat toksik atau racun pada ekstrak tersebut apabila diolah jadi
produk jadi.
Selanjutnya pemeriksaan kromatografi untuk gambir. Cara pengerjaannya sama
seperti cara pengerjaan kromatografi lainnya. Kromatografi yang digunakan yaitu
kromatografi lapis tipis, dimana fase gerak yang digunakan yaitu asam asetat 15% dan
untuk fase diamnya selulosa seta untuk larutan uji nya yaitu 1 gram gambir dalam methanol
(beberapa tetes). Hasil Rf dari pemeriksaan KLT gambir yaitu 0.8, namun pada buku
penuntun pratikum harga Rf yang diperoleh yaitu 0.5. Perbedaan hasil ini dapat terjadi
karena kesalahan pada saat memasukkan plat KLT dalam fase gerak, dimana fase gerak nya
itu berlebih sampai ke atas batas atas sehingga itu dapat mempengaruhi hasil harga Rf.
Selain itu bisa terjadi karena eluent yang digunakan bersifat polar yang dapat menyebabkan
noda menjadi panjang, bukan bulat, sehingga diperoleh Rf nya lebih dari setengah
Pemeriksaan selanjutnya yaitu kadar abu total, untuk pemeriksaan kadar abu total
ini digunakan gambir sebanyak 2 gram yang akan dimasukkan dalam furnace selama 30
menit dengan suhu 600 C. hasilnya yaitu 5.27 %. Hasil ini sangat jauh yang ada di buku
penuntun pratikum, dimana di buku pratikum kadar abu totalnya tidak lebih dari 0.5%.
Kesalahan ini terjadi mungkin karena krusnya dipegang dengan tangan sehingga berat nya
berpengaruh atau memang dari simplisia yang digunakan juga kadar abunya tinggi. Kadar
abu ini menunjukkan kadar mineral yang terdapat dalam simplisia gambir. Sehingga
gambir yang digunaka pada pratikum ini memiliki kadar mineral yang cukup tinggi,
walaupun jenis mineral yang terkandung didalamnya tidak dapat diidentifikasi dengan
metode ini. Hal ini menunjukkan bahwa sampel uji simplisia gambir ini kurang baik untuk
pembuatan produk ekstrak gambir. Pemeriksaan terakhir yaitu penentuan kadar abu tidak
laut asam, dimana penentuan ini dilakukan dengan sampel yang telah di furnace (sampel
dari kadar abu total) dimana pengerjaan kadar abu tidak larut asam ini dilakukan esok
harinya, sehingga ini dapat mempengaruhi hasilnya. Untuk pengerjaan kadar abu tidak larut
asam ini menggunakan HCl encer sebanyak 25 ml lalu aduk hingga homogeny selanjutnya
dipanaskan selama 5 menit diwaterbath lalu saring, hasil saring yang ada dikertas saring ini
harus di cuci dahulu dengan air panas. Selanjutnya dimasukkan kedalam furnace selama 30
menit dengan suhu 600 C dan lalu dinginkan dan timbang. Hasil untuk kadar abu tidak
larut asam ini adalah 11.55% yang hasilnya jauh dari semestinya. Hasil semestinya yaitu
tidak lebih dari 0.1%. jauhnya hasil yang didapat ini karena seperti yang dikatakan
sebelumnya yaitu karena krusnya sudah dipegang-pegang sehingga mempengaruhi berat,
atau karena telah didiamkan selama semalaman sehingga dapat mempengaruhi hasilnya.
Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan pada simplisia gambir ini maka dapat
dilakukan perancangan sediaan yang akan dibuat dengan menggunakan gambir.
Perancangan ini dapat dibuat sediaan juga harus berdasarkan jurnal penelitian.
























IV. Kesimpulan
1. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah dikeringkan.
2. Proses pembuatan simplisia yang baik sangat mempengaruhi hasil akhir dari
produknya. Apabila pada saat proses pembuatan banyak tercemar bahan berbahaya
maka akan mendatangkan sifat toksik pada produknya
3. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun
dan ranting tumbuhan yang bernama Uncaria gambir.
4. Kandungan Kimia tanaman gambir diantaranya Katekin, kuersetin, zat samak katekin,
merah katekin, lendir, lemak, dan malam.
5. Pemerian gambir sebelum dihaluskan (makroskopis) yaitu berupa padatan, berbentuk
kubus atau silinder tidak beraturan, warna permukaan luar coklat muda sampai coklat
tua kemerahan, warna permukaan yang baru dipatahkan coklat muda sampai coklat
kekuningan, bau khas, rasa sepat sedikit pahit yang diakhiri rasa agak manis.
6. Hasil yang diperoleh dari pratikum dengan simplisia gambir yaitu :
a. Susut pengeringan, hasilnya yaitu 0.4060%
b. Kadar sari larut etanol, hasilnya yaitu 4.98%
c. Kadar sari larut air, hasilnya yaitu 20.17%
d. Kadar air, hasilnya yaitu 11.78%
e. Kadar abu total, hasilnya yaitu 5.27%
f. Kadar abu tidak larut asam, hasilnya yaitu 11.55%
g. Kromatografi, harga Rf nya yaitu 0.8

V. Daftar Pustaka
Anggraini, tuty, dkk. 2011. Antioxidative Activity and Cathechin Content of Four
Kinds of Uncaria gambir Ekstracts From West Sumatra, Indonesia. African journal
of Biochemistry Research Vol. 5
Haryanto, S. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta : Palmall
Isnawati, A., Raini, M., Sampurno, O.D., Mutiatikum, D., Widowati, L. dan
Gitawati, R. 2012. Karakterisasi tiga jenis ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.)
dari Sumatera Barat. Buletin Penelelitian Kesehatan 40(4): 201-208.
Nazir, M., 2000, Gambir : Budidaya, Pengelolahan dan Prospek Diversifikasinya.
Padang : Yayasan Hutanku.
Reed, J.D. 1995. Nutritional toxicology of tannins and related polyphenols in forage
legumes. Journal of Animal Science, 73(5): 1516-1528.
Sampurno, Ketut, R., Niniek, S.A., Evie, L., Sidik., Masjihoer., Suwidjio, P. Wahyo.,
Sri H., Purbandin, Pudjiasih, T., Ebet, D. dan Isnaeni, K. 2007. Acuan Sediaan
Herbal. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen. Jakarta: Badan POM RI















LAMPIRAN
1. Mikroskop


Perbesaran 10 Perbesaran 40
2. Susut Pengeringan


Berat Krus Kosong Berat Krus + Sampel (Setelah
Oven)
3. Kadar Sari Larut Air

+ air + kloroform Terdapat 2 bagian Proses penguapan







4. Kadar Sari Larut Etanol

Gambir + etanol 95% Hasil Filtrat Setelah diuapkan


5. Kadar Air

Moisture analyzer Prosesnya


6. Kadar Abu total

Berat Krus Kosong Berat Abu Total




7. Kadar Abu Tidak Larut Asam


Penyaringan Abu tidak larut Asam Berat Setelah di
Furnace
8. Kromatografi

Hasil Filtrat Gambir + Metanol Plat KLT yang telah ditotol filtrat
gambir

Proses Fase Gerak Plat KLT Dikeringanginkan dan dibawah Sinar UV


Noda yang Terbentuk Penghitungan Jarak Noda

Anda mungkin juga menyukai