Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PREFORMULASI
TEKNIK MEMPELAJARI BENTUK KRISTAL

OLEH:
NADILLA ALFITRI (1501086)
S1 IVB
Dosen Pembimbing:
Deni Anggraini, M.Farm, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugerah-Nya saya dapat menyusun Makalah ini dengan judul Teknik
Mempelajari Bentuk Kristal yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasi Klinik.
Tidak sedikit kesulitan yang saya alami dalam proses penyusunan makalah
ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara
moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada
kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini saya
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang.
Akhir kata, besar harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Mei 2017

Penyusun

i|PREFORMULASI
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 3
2.1 Pengertian Kristal ......................................................................................... 2
2.2 Proses Pembentukan Kristal ......................................................................... 3
2.3 Sistem Kristalografi ....................................................................................... 3
2.4 Pengertian dan Kaitan Dengan Ilmu Lain ..................................................... 4
2.5 Tujuan Mempelajari Kristalografi ................................................................. 5
2.6 Lingkup Ilmu Kristalografi dan Mineralogi .................................................. 8
2.7 Teknik Mempelajari Bentuk Kristal ............................................................. 9
Bab III Penutup .......................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 20
3.2 Saran ............................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 21

ii | P R E F O R M U L A S I
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur
dalam dan sifat-sifat fisiknya. Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari
Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut
merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral
yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi dikembangkan menjadi
ilmu pengetahuan tersendiri.
Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari
tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis
lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari
tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi
manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kristal?i
2. Bagaimana proses pembentukan kristal?
3. Apa tujuan mempelajari kristalografi?
4. Apa saja teknik yang digunakan untuk mempelajari bentuk kristal?
1.3 Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui apa itu kristal
2. Dapat mengetahui bagaimana proses pembentukan kristal
3. Mengetahui tujuan kristalografi
4. Mengetahui apa saja teknik yang digunakan untuk mempelajari bentuk kristal

1|PREFORMULASI
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.

Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :
Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar
pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.

Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase
cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka
(skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas
yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil
dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan
temperature.

Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal
yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang
berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-
unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak
adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.
2.3 Sistem Kristalografi

Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu


diadakan pengelompokan yang sistematis. Pengelompokan itu didasarkan pada
perbandingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.

Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri


dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal,
Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.

Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.


Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal

2|PREFORMULASI
tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh
kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal
lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.

2.4 Pengertian & Kaitan Dengan Ilmu Lain

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari kristal. Dalam perkembangannya,


tentu saja Kristalografi tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan ilmu lain. Selain
didukung ilmu lain, Kristalografi juga mendukung ilmu lain.

Secara ringkas kristalografi mendukung mineralogi deskriptif, Kimia kristal,


dan taksonomi mineralogi. Dimana ketiganya itu merupakan pendukung mineralogi.
Mineralogi selanjutnya menjadi pendukung utama petrologi. Mineralogi sendiri
didukung oleh Kimia anorganik, Termokimia, dan Geokimia.

Mengapa Penting Mempelajari Kristalografi?

Sebagai ilmu yang paling dasar untuk mempelajari mineral, tentulah kita
bertanya-tanya, 'seberapa pentingkah mempelajari ilmu ini?'. Berikut ada beberapa
alasan mengenai pentingnya belajar kristalografi:

1. Hampir semua mineral di alam berbentuk kristalin.

Kristalin disini artinya mineral itu mempunyai susunan atom yang padat dan
teratur. Hal ini telah dibuktikan dengan "Scanning Electron Microscope" dan secara
mineralogi.

2. Sifat-sifat optis mineral ditentukan oleh sistem kristalnya

Penjabaran lebih lanjut mengenai ini ada di mineral optik dan petrografi.

3. Sifat-sifat difraksi mineral tergantung pada struktur kristal dan jarak antar kisi-kisi
kristal

Dibuktikan oleh Difraksi Sinar X (X-Ray Diffraction)

3|PREFORMULASI
4. Adapun kegunaannya dalam bidang farmasi adalah seperti yang kita ketahui
bentuk kristal itu teratur sehingga kelarutannya lebih lama dibandingkan dengan
amorf, jadi dipelajari melalui teknik-teknik tersebut untuk mengetahui kecepatan
kelarutannya sehingga dapat diabsorpsi.

2.5 Tujuan Mempelajari Kristalografi

1. Untuk mengidentifikasi mineral, penentuan morfologi, komposisi dan sifat-sifat


fisiknya.

Metode analisis yang biasa digunakan adalah:

a. Mineralogi optik menggunakan mikroskop polarisasi

Mineral Ortopiroksen

b. Difraksi Sinar-X (XRD)

4|PREFORMULASI
c. Scanning Electron Microscope

Metode ini dilakukan khusus untuk mineral yang berukuran sangat kecil seperti
mineral lempung.

Peralatan untuk melakukan SEM

Mineral Lempung

5|PREFORMULASI
2. Eksplorasi endapan mineral dan bijih

3. Mineralogi industri (mineral untuk semen dan zeolith)

zeolit yang mempunyai banyak manfaat

4. Industri gemologi (batu permata)

6|PREFORMULASI
5. Aspek mineralogi ilmu material, ex keramik

6. Biomineralogi

7. Mineralogi sebagai bencana kesehatan, ex asbes (mineralogi modis)

2.6 Lingkup Ilmu Kristalografi & Mineralogi

1. Pendahuluan

2. Kristalografi

3. Kimia dan struktur kristal

4. Pertumbuhan kristal

5. Sifat-sifat fisik mineral

6. Sistematika mineralogi

7. Genesa dan asosiasi mineral

8. Mineral silikat

9. Karbonat, sulfosalt, dan fosfat

10. Oksida dan hidroksida

11. Sulfida

7|PREFORMULASI
12. Unsur murni

13. Mineral pembentuk Batuan

14. Endapan mineral ekonomis

2.7 Teknik Mempelajari Bentuk Kristal

a. Dengan Mikroskop

Sebagian besar bahan padat kristal disusun oleh sekumpulan kristal-kristal


kecil atau butir. Kristal seperti ini disebut polikristal. Berbagai tingkat dalam
pembekuan spesimen polikristal diperlihatkan secara skematik oleh gambar di bawah
ini. Pertama-tama kristal kecil atau nuklei terbentuk di berbagai posisi. Kristal ini
mempunyai orientasi kristalografi acak, sebagaimana ditunjukkan oleh jaring persegi.
Butir-butir kecil tumbuh. Ujung-ujung atom yang berdekatan bersinggungan satu
sama lain ketika proses pembekuan mendekati selesai. Hasilnya orientasi kristalografi
akan berbeda antara satu butir dengan butir lainnya.

8|PREFORMULASI
Skema diagram tahapan pembekuan pada bahan polycrystalline. a) pegintian

Kristal b) pertumbuhan Kristal c) pertumbuhan Kristal komplit d) Struktur

butiran bila dilihat dibawah mikroskop.

b. Thermal Analisis

Analisa termal merupakan suatu analisa dengan memberikan input kalor untuk
mengetahui karakterisasi dari sampel. Suatu analisa termal memiliki keuntungan
yaitu jumlah material yang dibutuhkan hanya sedikit. Hal ini memastikan
keseragaman distribusi suhu dan resolusi yang tinggi.
Differential Thermal Analysis (DTA) adalah suatu teknik analisis termal
dimana perubahan material diukur sebagai fungsi temperatur. DTA digunakan untuk
mempelajari sifat thermal dan perubahan fasa akibat perubahan entalpi dari suatu
material. Selain itu, kurva DTA dapat digunakan sebagai finger print material
sehingga dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Metode ini mempunyai kelebihan
antara lain instrument dapat digunakan pada suhu tinggi, bentuk dan volume sampel
yang fleksibel, serta dapat menentukan suhu reaksi dan suhu transisi sampel.
Prinsip analisis DTA adalah pengukuran perbedaan temperatur yang terjadi
antara material sampel dan pembanding sebagai hasil dari reaksi dekomposisi.
Sampel adalah material yang akan dianalisis, sedangkan material referensi adalah
material dengan substansi yang diketahui dan tidak aktif secara termal. Dengan
menggunakan DTA, material akan dipanaskan pada suhu tinggi dan mengalam reaksi
dekomposisi. Dekomposisi material ini diamati dalam bentuk kurva DTA sebagai
fungsi temperatur yang diplot terhadap waktu. Reaksi dekomposisi dipengaruhi oleh
efek spesi lain, rasio ukuran dan volume, serta komposisi materi.
Suhu dari sampel dan pembanding pada awalnya sama sampai terdapat
kejadian yang mengakibatkan perubahan suhu seperti pelelehan, penguraian, atau
perubahan struktur kristal sehingga suhu pada sampel berbeda dengan pembanding.
Bila suhu sampel lebih tinggi daripada suhu pembanding maka perubahan yang
terjadi adalah eksotermal. Begitu pula sebaliknya, bila suhu sampel lebih rendah
daripada suhu pembanding maka perubahan yang terjadi disebut endotermal (West,
1984).
Umumnya, DTA digunakan pada range suhu 190 - 1600 C. Sampel yang
digunakan sedikit, hanya beberapa miligram. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
masalah gradien termal akibat sampel terlalu banyak yang menyebabkan

9|PREFORMULASI
berkurangnya sensitivitas dan akurasi instrumen. Komponen utama instrumen DTA
terdiri dari :
Tempat sampel, yang terletak dalam termokopel, dan terlindung dalam lapisan
keramik atau logam. Di dalam termokopel terdapat tempat sampel dan referensi yang
dikelilingi oleh lapisan keramik atau logam sebagai material pendistribusi suhu.
Tempat sampel dapat berupa pyrex, alumunium, silika, nikel, atau platinum.
Pemlihan jenis bahan tempat sampel bergantung pada suhu reaksi yang diinginkan.
Sebagai contoh bahan alumunium sesuai untuk pemanasan sampel dibawah 600C
karena alumunium mempunyai titik leleh 660C. Furnace dan Termokopel. Suhu
operasional instrumen dapat diatur dengan kecepatan pemanasan atau pendinginan
sesuai kebutuhan. Biasanya pengaturan kecepatan berkisar antara 1- 50 C/ menit.

Contoh alat DTA:

10 | P R E F O R M U L A S I
Pembentukan MgAl2O4 dan MGO dari Al-Mg alloy/quartz (>99% silica kristalin)
dapat diamati dengan teknik DTA.

c. Difrasi Sinar X-Ray

Spektroskopi difraksi sinar-X (X-ray difraction/XRD) merupakan salah satu


metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel.

1. Prinsip Xrd

Prinsip dari alat XRD (X-ray powder diffraction) adalah sinar X yang
dihasilkan dari suatu logam tertentu memiliki panjang gelombang tertentu, sehingga
dengan memvariasi besar sudut pantulan sehingga terjadi pantulan elastis yang dapat
dideteksi. Maka menurut Hukum Bragg jarak antar bidang atom dapat dihitung
dengan data difraksi yang dihasilkan pada besar sudut sudut tertentu. Prinsip ini di
gambarkan dengan diagram dibawah ini.

Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom
dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut
memberikan interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X
untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :

n. = 2.d.sin ; n = 1,2,...

11 | P R E F O R M U L A S I
dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah jarak antara
dua bidang kisi, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan n
adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan
akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak
difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat
intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD
mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga
dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian
dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material.
Standar ini disebut JCPDS.

2. Sumber Sinar

Tabung Sinar-X
Pada umumnya, sinar diciptakan dengan percepatan arus listrik, atau setara
dengan transisi kuantum partikel dari satu energi state ke lainnya. Contoh : radio (
electron berosilasi di antenna) , lampu merkuri (transisi antara atom). Ketika sebuah
elektron menabrak anoda :
a. Menabrak atom dengan kecepatan perlahan, dan menciptakan radiasi
bremstrahlung atau panjang gelombang kontinyu
b. Secara langsung menabrak atom dan menyebabkan terjadinya transisi
menghasilkan panjang gelombang garis

12 | P R E F O R M U L A S I
Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi
sekitar 200 eV sampai 1 MeV. Sinar X dihasilkan oleh interaksi antara berkas
elektron eksternal dengan elektron pada kulit atom. Spektrum Sinar X memilki
panjang gelombang 10-5 10 nm, berfrekuensi 1017 -1020 Hz dan memiliki energi
103 -106 eV. Panjang gelombang sinar X memiliki orde yang sama dengan jarak
antar atom sehingga dapat digunakan sebagai sumber difraksi kristal.

Komponen XRD ada 2 macam yaitu:


1. Slit dan film
2. Monokromator

Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat


pijar untuk menghasilkan elektron-elektron, kemudian electron-elektron tersebut
dipercepat terhadap suatu target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak
target dengan elektron. Ketika elektron-elektron mempunyai energi yang cukup untuk
mengeluarkan elektron-elektron dalam target, karakteristik spektrum sinar-X
dihasilkan. Spektrum ini terdiri atas beberapa komponen-komponen, yang paling
umum adalah K dan K. Ka berisi, pada sebagian, dari K1 dan K2. K1
mempunyai panjang gelombang sedikit lebih pendek dan dua kali lebih intensitas dari
K2. Panjang gelombang yang spesifik merupakan karakteristik dari bahan target
(Cu, Fe, Mo, Cr). Disaring, oleh kertas perak atau kristal monochrometers, yang akan
menghasilkan sinar-X monokromatik yang diperlukan untuk difraksi. Tembaga
adalah bahan sasaran yang paling umum untuk diffraction kristal tunggal, dengan
radiasi Cu K =05418. Sinar-X ini bersifat collimated dan mengarahkan ke sampel.
Saat sampel dan detektor diputar, intensitas Sinar X pantul itu direkam. Ketika
geometri dari peristiwa sinar-X tersebut memenuhi persamaan Bragg, interferens
konstruktif terjadi dan suatu puncak di dalam intensitas terjadi. Detektor akan
merekam dan memproses isyarat penyinaran ini dan mengkonversi isyarat itu menjadi
suatu arus yang akan dikeluarkan pada printer atau layar komputer.

13 | P R E F O R M U L A S I
3. Instrumentasi Alat

Petunjuk Penggunaan, Penyiapan Sample

Ambil sepersepuluh berat sample (murni lebih baik)


Gerus sample dalam bentuk bubuk. Ukuran kurang dari ~10 m atau 200-
mesh lebih disukai
Letakkan dalam sample holder
Harus diperhatikan agar mendapatkan permukaan yang datar dan
mendapatkan distribusi acak dari orientasi-orientasi kisi
Untuk analisa dari tanah liat yang memerlukan single orientasi, teknik-teknik
yang khusus untuk persiapan tanah liat telah diberikan oleh USGS

4. Data Yang Diproleh

Hasil yang diperoleh dapi pengukuran dengan menggunakan instrument X-


Ray Diffraction (XRD) adalah grafik dikfraktogram. Difraktogram adalah output
yang merupakan grafik antara 2 (diffraction angle) pada sumbu X versus intensitas
pada sumbu Y.
Intensitas sinar-X yang didifraksikan secara terus-menerus direkam sebagai
contoh dan detektor berputar melalui sudut mereka masing-masing. Sebuah puncak
dalam intensitas terjadi ketika mineral berisi kisi-kisi dengan d-spacings sesuai

14 | P R E F O R M U L A S I
dengan difraksi sinar-X pada nilai Meski masing-masing puncak terdiri dari dua
pemantulan yang terpisah (K1 dan K2), pada nilai-nilai kecil dari 2 lokasi-lokasi
puncak tumpang-tindih dengan K2 muncul sebagai suatu gundukan pada sisi K1.
Pemisahan lebih besar terjadi pada nilai-nilai yang lebih tinggi .

2 merupakan sudut antara sinar dating dengan sinar pantul. Sedangkan


intensitas merupakan jumlah banyaknya X-Ray yang didifraksikan oleh kisi-kisi
kristal yang mungkin.Kisi kristal ini juga tergantung dari kristal itu sendiri.
Kisi-kisi ini dibentuk oleh atom-atom penyusun kristal. Jika tidak ada atom-
atom yang menyusun suatu bidang kisi pada kristal, maka sinar X yang dating tidak
dapat didifraksikan atau dengan kata lain tidak ada kisi tersebut.

5. Informasi Yang Didapat

Berdasarkan gambar bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa pembangkit sinar-


x menghasilkan radiasi ektromagnetik setelah dikendalikan oleh celah
penyimpang (S1)selanjutnya jatuh pada cuplikan/sampel. Sinar yang dihamburkan
oleh cuplikan dipusatkan pada celah penerima (S2) dan jatuh pada detektor yang
sekaligus mengubahnya menjadi bentuk cahaya tampak (foton).

15 | P R E F O R M U L A S I
Informasi yang dapat diperoleh dari analisa dengan menggunakan
XRD tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pembangkit sinar-x menghasilkan radiasi elektromagnetik setelah
dikendalikan oleh celah penyimpang (S)
2. Posisi puncak difraksi memberikan gambaran tentang parameter kisi
(a), jarak antar bidang (dhkl), struktur kristal dan orientasi dari sel
satuan (dhkl) struktur kristal dan orientasi dari sel satuan.
3. Intensitas relatif puncak difraksi memberikan gambaran tentang
posisi atom dalam sel satuan.
4. Bentuk puncak difraksi memberikan gambaran tentang ukuran kristal
dan ketidaksempurnaan kisi. (dhkl) dikelompokkan dalam beberapa
grup, dengan intensitas relatif paling tinggi pertama disebut d1, kedua
d2, ketiga d3 dan seterusnya.

Dari pola difraksi padatan kristal yang teranalisa oleh XRD tersebut,
kita juga akan mendapatkan beberapa informasi lain diantaranya :
1. Panjang gelombang sinar X yang digunakan ()
2. Orde pembiasan / kekuatan intensitas (n)
3. Sudut antara sinar datang dengan bidang normal ()

Dengan persamaan Bragg, kita dapat memperoleh nilai jarak antara dua bidang kisi
(d) berdasarkan sudut sinar datng bidang.

16 | P R E F O R M U L A S I
6. Kegunaan Dan Aplikasi

Kegunaam dan aplikasi XRD:


Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf
Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf.
Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal.
Karakterisasi material kristal
Identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat
Penentuan dimensi-dimensi sel satuan

Dengan teknik-teknik yang khusus, XRD dapat digunakan untuk:


1. Menentukan struktur kristal dengan menggunakan Rietveld refinement
2. Analisis kuantitatif dari mineral
3. Karakteristik sampel film

7. Keuntungan Dan Kerugian Dari Xrd Kristal Dan Bubuk

1. Kristal Tunggal

- Keuntungan : Kita dapat mempelajari struktur kristal tersebut.


- Kerugian : Sangat sulit mendapatkan senyawa dalam bentuk kristalnya

2. Bubuk

- Kerugian : Sulit untuk menentukan strukturnya


- Keuntungan : Lebih mudah memperoleh senyawa dalam bentuk bubuk

Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam karakterisasi material adalah


kemampuan penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat tinggi akibat panjang
gelombangnya yang pendek. Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 0,5-2,0 mikron. Sinar ini dihasilkan dari penembakan logam
dengan elektron berenergi tinggi. Elektron itu mengalami perlambatan saat masuk ke
dalam logam dan menyebabkan elektron pada kulit atom logam tersebut terpental
membentuk kekosongan. Elektron dengan energi yang lebih tinggi masuk ke tempat
kosong dengan memancarkan kelebihan energinya sebagai foton sinar-X.
X-ray difraksi Instrumen yang tepat dirancang untuk aplikasi dalam
microstructure pengukuran, pengujian dan penelitian mendalam dalam penyelidikan.

17 | P R E F O R M U L A S I
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya
serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
memenuhi hukum geometri
2. fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan
kristal :
Fase cair ke padat
Fase gas ke padat (sublimasi)
Fase padat ke padat
3. Tujuan Mempelajari Kristalografi
a. Untuk mengidentifikasi mineral, penentuan morfologi, komposisi dan
sifat-sifat fisiknya.
b. Eksplorasi endapan mineral dan bijih, dll
4. Teknik Mempelajari Bentuk Kristal
a. Dengan Mikroskop
b. Termhal Analisis
c. Difraksi Sinar X-Ray
5. Adapun kegunaannya dalam bidang farmasi adalah seperti yang kita ketahui
bentuk kristal itu teratur sehingga kelarutannya lebih lama dibandingkan
dengan amorf, jadi dipelajari melalui teknik-teknik tersebut untuk mengetahui
kecepatan kelarutannya sehingga dapat diabsorpsi.

3.2 Saran
Demi untuk perbaikan makalah selanjutnya, diharapkan saran dari para
pembaca, semoga makalah ini bermanfaat.

18 | P R E F O R M U L A S I
DAFTAR PUSTAKA

Anandhan, 2003. Thermal Analysis. Dept. of Met. and Mat. Engg: NITK.

B. H. Bransden & C. J. Joachain, Physics of Atoms and Molecules, Longman Scientific &
Technical, New York, 1991.

Brydson, J A. 1999. Plastics Materials. Butterworth-Heinemann: 7th Ed


Brown, M.E. 2001. Introduction to Thermal Analysis. London: Kluwer
Academic Publisher.

Firdaus. 2008. Kristalografi. Jakarta: UI.

Mir, Sadullah. et. al. 2011. Thermal, Rheological, Mechanical and Morphological
Behavior of HDPE/Chitosan Blend. Carbohydrate Polymers (83): 41442.

Salisbury, Edwar Dana. 1921. A Textbook of Mineralogy. New York : John Wiley
& Sons.

Wijayanto, Andika. 2009. Kristalografi. Jakarta: UI.

19 | P R E F O R M U L A S I

Anda mungkin juga menyukai