Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM III
“IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK TUMBUHAN”

Dibuat oleh :
Mahmudah (19.71.021591)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMIDAYAH PALANGKARAYA
2020
BAB I

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini yaitu agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia.
1.2 Landasan Teori
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara
turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan
tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat. Pengembangan obat tradisional diusahakan
agar dapat sejalan dengan pengobatan modern. Menteri kesehatan Republik
Indonesia mendukung pengembangan obat tradisional, yaitu fitofarmaka, yang
berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisisa yang akan digunakan
untuk bahan baku obat atau sediaan galenik. Salah satu cara mengendalikan
mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi
simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang digunakan untuk obat
sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu
simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak
larut asam, kadar sari larut dan kadar sari larut etanol. Untuk uji kebenaran bahan
dilakukan uji makroskopik (Febriani, 2015).
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan (Farmakope,1979).
Simplisia terbagi menjadi tiga bagian yakni :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman (eksudat tanaman adalah isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara
tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu
yang masih belum merupakan zat kimia murni).
2. Simplisia hewani yaitu simpisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat
yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah diolah
atau belum, tidak berupa zat kimia murni (Ditjen POM,1979)
Dalam rangka identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu dengan melakukan determinasi, pemeriksaan makroskopi, dan
mikroskopi. Disamping itu juga dapat dilakukan pemeriksaan kandungan
senyawanya baik golongan senyawa seperti glikosida, alkaloid, saponin, protein,
karbohidrat, maupun senyawa identitasnya. Bahan yan telah diidentifikasi/
dideterminasi selanjutnya dibersihkan dari kotoran dengan air mengalir,
ditiriskan dan dibuat penampang melintang, diberi kloralhidrat, dipanaskan dan
diperiksa di bawah mikroskop. Bahan yang sudah bersih selanjutnya diiris tipis
dengan ketebalan 3-6 mm, dikeringkan dengan oven pada suhu 40-50 °C hingga
kadar air sekitar 10% (Mulyani, 2013).
Proses pengolahan sampel dimulai dari proses pengambilan herba
tanaman, kemudian proses sortasi basah untuk menghilangkan pengotor-
pengotor saat tumbuhan masih segar. Proses selanjutnya yaitu pencucian
terhadap bagian tumbuhan yang digunakan untuk menghilangkan pengotor-
pengotor dengan menggunakan air mengalir. Tahap selanjutnya adalah
perajangan untuk memperkecil ukuran partikel dan mempermudah proses
pengeringan. Pengeringan terhadap hasil. rajangan tersebut dilakukan
pengeringan yang terlindung dari sinar matahari secara langsung. Tujuannya
adalah untuk menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia akibat
pemanasan sacara langsung. Simplisia kering kemudian diolah menjadi serbuk
dengan alat penghalus (Zaini, 2016).
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia ayang dapat diuji
berupata sayatan melintang, radial, paradermal, membujur, ataupun serbuk. Dari
pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal
spesifik masing-masing simplisia (Wiryodagdo, 2007).
Menurut Farmakope Indonesia IV Amylum manihot ( pati singkong ):
Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utillissima Pohl
( familia Euphorbiaceae ).
Pemerian : serbuk sangat halus, putih.
Kelarutan : paktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Mikroskopik : butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil
diameter 5µm sampai 10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai 35µm,
hilus di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamela tidak
jelas,konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri atas dua atau tiga butir tunggal
tidak sama bentuknya.
Bahan organik asing : tidak lebih dari sespora sel. Wadah dan penyimpanan :
dalam wadah tertutup rata.
Klasifikasi Temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zanthorrhiza L. (Anonymous, 2011).
Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan keras, rapuh, garis tengah
sampai 6 cm, tebal 2 mm – 5 mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning
sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak
beraturan. (MMI JILID III HALAMAN 67) Temulawak berbatang semu, daun
berupa daun tunggal, berbentuk lonjong dan berujung lancip.Daun muda
memiliki warna cokelat pada tulang daun bagian tengah dan hilang jika
tua.Tangkai daun berujung pelepah memeluk batang.Daun terletak berhadapan,
berupa lembaran yang tipis, permukan halus. Akar serabutnya berupa rimpang
membulat, berwarna cokelat muda atau cokelat tua.Bagian dalam rimpang
berwarna jingga tua atau cokelat kemerahan). Daun temulawak lebar dan pada
setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak
panjang.Batang temulawak berbentuk batang semu, rimpangnya berwarna
kekuningan (Depkes RI, 1980).
Deskripsi simplisia rimpang temulawak yaitu terdapat fragmen berkas
pembuluh, fragmen parenkim korteks, serabut sklerenkim, butir pati, fragmen
jaringan gabus bentuk poligonal dan rambut penutup (Depkes RI, 1979).
Daun sirsak berbentuk elips, merupakan daun tunggal, memanjang atau
bulat menyempit, bagian ujung daun meruncing, helaian daun seperti kulit,
berbentuk bundar panjang, lanset, atau bundar telur terbalik. Panjang helaian
daun berkisar antara 6-18 cm dengan lebar daun antara 2- 6 cm. Bagian
permukaan daun halus dan mengkilat. Warna daun bagian atas lebih berwarna
hijau tua hingga hijau kecoklatan dibandingkan bagian bagian permukaan bawah
daun yang lebih berwarna hijau muda, tepi daun rata, panjang tangkai daun lebih
kurang 0,7 cm. Permukaan licin agak mengkilat,tulang daun menyirip, ibu tulang
daun menonjol pada permukaan bawah ( Kamelia, 2018).
BAB II

2.1 Alat dan Bahan


a. Alat
No. Alat
1. Mikroskop
2. Rak tabung reaksi
3. Tabung reaksi
4. Pipet tetes
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Spatula

b. Bahan
No. Bahan
1. Amylum
2. Serbuk Daun Sirsak
3. Serbuk Temulawak
4. Aquadest
5. Safranin 0,25 %
6. Kloralhidrat

2.2 Prosedur Kerja


a. Amylum

Siapka alat dan bahan

Ambil Amylum secukupnya dan letakkan diatas objek gelas

Siapkan penutup objek gelas dan tetes aquadest

Tutup objek gelas dengan penutup dan amati dengan mikroskop


b. Serbuk Temulawak

Ambil serbuk temulawak secukupnya dan letakkan diatas objek gelas

Siapkan penutup objek gelas dan tetes kloralhidrat tunggu hinga kering

Setelah kering tetesi dengan Safranin dan tutup dengan penutup objek
gelas

Amati dengan Mikroskop

c. Serbuk Daun sirsak


Ambil serbuk daun sirsal secukupnya dan letakkan diatas objek gelas

Siapkan penutup objek gelas dan tetes kloralhidrat tunggu hinga kering

Setelah kering tetesi dengan Safranin dan tutup dengan penutup objek
gelas

Amati dengan Mikroskop


BAB III
HASIL PENGAMATAN

Amylum + Aquadest secara mikroskop

Daun sirsak + kloralhidrat + safranin


secara mikroskop

Guazumae Folium
1. Rambut kelenjar
2. Epidermis bawah dengan stomata
3. Epidermis atas
4. Hablur kalsium oksalat
5. Rambut penutup berbentuk
bintang
Cinnamomi Cortex
1. Hablur kalsium oksalat
2. Sel batu
3. Rambut penutup
4. Sel minyak

Cardamomi Fructus
1. Sel batu
2. Minyak atsiri
3. Rambut penutup
4. Kristal kalsium oksalat
BAB IV

4.1 Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu mengidentifikasi tumbuhan yang menggunakan
sampel Amylum, serbuk temulawak dan daun sirsak. Amylum adalah jenis
polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan
terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian. Hal ini sesuai dengan teori
(Poedjiadi, 2009). Amylum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas
pada kandungan tanaman. Amylum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau
sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amylum juga
tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman,
dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi.
Sedangkan temulawak terdapat fragmen berkas pembuluh, fragmen parenkim
korteks, serabut sklerenkim, butir pati, fragmen jaringan gabus bentuk poligonal
dan rambut penutup. Hal ini berdasarkan teori (Depkes RI, 1979). Daun sirsak
berbentuk elips, merupakan daun tunggal, memanjang atau bulat menyempit,
bagian ujung daun meruncing, helaian daun seperti kulit, berbentuk bundar
panjang, lanset, atau bundar telur terbalik.
Secara garis besar ada beberapa macam cara pemeriksaan dalam menilai
simplisia yaitu, secara organoleptik, secara mikroskopik, secara fisika, dan secara
hayati, serta secara makroskopik. Dimana pemeriksaan organoleptik dan
makroskopik dilakukan dengan menggunakan indra manusia. Namun dalam
percobaan kali ini kami menggunakan pemeriksaan mikroskopik, dimana dapat
di lakukan dengan menggunakan mikroskop dengan mengamati cirri-ciri anatomi
histology terutama untuk menegaskan keaslian simplisia dan pemeriksaan untuk
menetapkan mutu berdasarkan senyawa aktifnya, umumnya meliputi pengamatan
terhadap serbuk.
Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara (a) organoleptik
meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari
simplisia tersebut; (b) Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan
dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai
organ tanaman yang digunakan untuk simplisia; (c) Mikroskopik, pada
umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan
anatomi jaringan itu sendiri.
Identifikasi mikroskopik dilakukan dengan melihat fragmen pengenal
seperti stomata, sel batu, kristal Ca oksalat, lapisan gabus, kelenjar minyak, dan
berkas pengangkut dengan menggunakan alat bantuan yaitu mikroskop. Pada
percobaan sebelum dilihat dimikroskop terlebih dahulu sampel serbuk
temulawak dan daun sirsak diteteskan kloralhidrat dan surfaktan. Penambahan
kloralhidrat berfungsi untuk menjernihkan simplisia agar mudah dilihat
dimikroskop.
Adapun Pengamatan mikroskopik serbuk simplisia bertujuan untuk
memastikan kebenaran simplisia dengan mengamati ciri-ciri mikroskopiknya
dengan pemeriksaan di bawah mikroskop. Yang diamati disini adalah bentuk sel-
sel epidermis, tipe stomata, bentuk rambut-rambut, dan bentuk kristal kalsium
oksalat. Dengan melihat ciri-ciri mikroskopik simplisia dapat diketahui benar
tidaknya sebuah simplisia.

4.2 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mampu
mengidentifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Febriani D., Dina M., dan Endah R., 2015, Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol
Daun Sirsak (Anonna muricata Linn), Jurnal Prosiding Penelitian UNISBA, Vol 2 (1).
Mulyani, S., Novia D.N., Hendri M.S., Alifi Z.A.S., 2013, Identifikasi Makroskopi
Mikroskopi Kimiawi Rimpang C. mangga C. zedoaria dan K. rotunda, Tradicional
Medicine Journal, Vol 18 (2).
Poedjiadi, 2009, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Wiryowidagdo, Sumali, 2007, Kimia dan Farmakologi Bahan Alam, EGC, Jakarta.
Zaini, M., Agung B., Khoerul A., 2016, Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba
Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan Yang Diinduksi
Karagenin-ᴧ, Jurnal Pharmascience, Vol 3 (2).
LAMPIRAN
POST TEST
1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi mikroskop?
Jawab : Identifikasi mikroskopik dilakukan dengan melihat fragmen pengenal sepert
stomata, sel batu, kristal Ca oksalat, lapisan gabus, kelenjar minyak, dan berkas
pengangkut dengan menggunakan alat bantuan yaitu mikroskop. Pada percobaan
sebelum dilihat dimikroskop terlebih dahulu sampel diteteskan kloralhidrat dan
difiksasi. Penambahan kloralhidrat berfungsi untuk menjernihkan simplisia agar
mudah dilihat dimikroskop
2. Apa tujuan dari penambahan karbohidrat pada uji mikroskop?
Jawab : tujuannya untuk menjernihkan simplisia agar mudah dilihat dimikroskop.
.

Anda mungkin juga menyukai