ALAM
“Uji Organoleptik dan Mikroskopik Bahan Nabati : CORTEX, LIGNUM,
RHIZOME DAN RADIX”
Disusun Oleh :
Nim : 1911102415020
Kelas : D
FAKULTAS FARMASI
TIMUR 2021
BAB I
LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal dengan kekayaan alam yang beraneka ragam. Secara geografis
Indonesia termasuk negara tropis yang mempunyai banyak ragam tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan pengobatan .
Tumbuhan adalah salah satu ciptaan Tuhan dengan berbagai kandungan dan manfaat
didalamnya. Tumbuhan selain sebagai penghasil oksigen, dapat juga kita manfaatkan sebagai
salah satu bahan baku obat karena adanya kandungan zat kimia didalam tumbuhan tersebut
yang jika diolah dan digunakan dengan baik dapat dimanfaatkan untuk membuat sediaan.
Kandungan kimia pada berbagai macam tumbuhan inilah yang saat ini sedang diuji oleh para
ahli dimana mereka berlomba-lomba untuk menemukan senyawa baru dalam tumbuhan agar
ditemukan lagi manfaat yang lebih besar guna memenuhi kebutuhan obat manusia. Satu
tanaman dapat memiliki satu atau lebih kandungan kimia yang dapat pula dimiliki tanaman
lain yang berbeda namun kandungan kimia didalamnya hampir mirip, sehingga dapat
dijadikan alternatif bila tanaman yang dibutuhkan sulit didapat atau langka.
Kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat di dunia ini sudah kenal
bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita lihat bahwa sebagian dari
masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan pada bidang farmasi
mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
Identifikasi secara mikroskopis dan komposisi sediaan simplisia penting untuk
dilakukan. Berdasarkan hal itu, kita dituntut untuk dapat mengenali bentuk morfologi ataupun
anatomi serta kandungan kimia dari suatu simplisia. Hal itu disebabkan karena dengan
diketahuinya kandungan simplisia, sehingga dapat dianalisis kandungan zat serta dapat
mempelajari kemampuan efek terapi dari kandungan simplisia.
Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang
farmasi harus semakin mengenal tentang jaringanjaringan yang terdapat dalam tanaman
khususnya simplisia yang dapat dijadikan sebagai obat.
Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai jaringan
di dalam suatu simplisia.
BAB II
PENDAHULUAN
A.Tujuan praktikum
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
simplisia dengan menggunakan mikroskop serta dapat menyebutkan ciri khas simplisia yang
diperiksa.
1. Makroskopis cacahan dan mikroskopis serbuk berbagai macam cortex
2. Makroskopis cacahan dan mikroskopis serbuk berbagai macam lignum
3. Makroskopis cacahan dan mikroskopis serbuk berbagai macam rhizoma
4. Makroskopis cacahan dan mikroskopis serbuk berbagai macam radix
B.Dasar Teori
Di Indonesia terdapat banyak tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai obat
tradisional.Alam memberikan bahan alam, baik di darat dan laut, berupa tumbuhan,hewan,
dan mineral yang sangat banyak. Sumber bahan alam ini, bila dilakukan identifikasi dan
pengembangan lebih lanjut dapat diperoleh bahan alam yang berkhasiat obat yang dapat
dikoleksi,dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan sebagai bahan siap pakai yang disebut
dengan simplisia.Simplisia dari tumbuhan berasal dari berbagai macam bagian tumbuhan,
baik dari akar (Radix), batang (Caulis), kulit kayu (Cortex), Rhizoma, daun (Folium),bunga
(Flos), buah (Fructus) hingga biji (Semen). Setiap bagian simplisia ini memiliki ciri khas
masing-masing, baik dari ciri secara makroskopisnya maupunmikroskopisnya. Ciri
makroskopis dan mikroskopis yang khas untuk setiap simplisia dapat membantu proses
identifikasi dari simplisia sehingga memudahkan produsen maupun konsumen dalam
memastikan kebenaran dari suatu simplisia.(Frs,2018)
Simplisia rhizoma atau rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan-
potongan atau irisan rimpang.Adapun salah satu simplisia yang dipakai dalam farmasi antara
lain adalah simplisia Rhizoma.Rimpang merupakan batang dan daun yang terdapat di dalam
tanah, bercabang-cabang, dan tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan menjadi
tumbuhan baru. Kunyit dan jahe merupakan salah satu contoh jenis rimpang yang biasa
dijadikan simplisia.(arum,2016)
Cortex adalah jaringan terluar dari tanaman berkayu, yang meliputi kulit
batang, cabang atau kulit akar atau buah sampai ke lapisan epidermis. Saat tumbuhan
sudah cukup besar umumnya zat berkhaziat terdapat dalam serat terutama alkaloid.
Cortex juga merupakan kulit kayu berupa seluruh jaringan di luar kambium. Susunan
cortex apabila dilihat penampang melintangnya terdapat:
1. Sel gabus, pada cortex gunanya untuk mempertahankan diri terhadap
keadaan luar, misalnya karena sudah tua.
2. Floem, gunanya untuk mengangkut makanan dari daun ke seluruh bagian
tanaman.
3 . Sel parenkim, di dalamnya terdapat sel batu, kristal oksalat berbentuk prisma
atau drust dan amilum.
4. Jari-jari empelur, terdapat kristal oksalat dan amilum
Dalam anatomi tumbuhan, korteks adalah bagian terluar dari batang atau akar
tumbuhan yang dibatasi di bagian luar oleh epidermis dan di bagian dalam oleh
endodermis. Korteks tersusun dari jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan
menyusun jaringan dasar. Pada organ yang telah cukup umur, sel-sel terluar korteks dapat
mengalami penebalan dinding sel dan disebut sebagai sel-sel kolenkim. Selain itu, sel-sel
terluar juga dapat memiliki kloroplas. Korteks berfungsi dalam transportasi hara dari
epidermis ke dalam teras akar. Selain itu, pada beberapa spesies tumbuhan, korteks juga
menjadi bagian penyimpan cadangan energi dalam bentuk pati. Dalam praktikum kali ini
bahan yang digunakan yaitu kulit kina, kulit pule, kulit pulasari, dan kulit kayu manis
(annisa,2019)
Akar merupakan bagian terpenting ketiga setelah daun dan batang. Jelas disini apa
yang dimaksud dengan akar yaitu sebuah organ utama pada tumbuhan yang berfungsi sebagai
penyerap unsur hara dan juga air dari tanah, menegakkan tumbuhan itu sendiri, dan juga
bermetamorfosis menjadi sebuah alat yang memiliki beranekaragam fungsi, salah satunya
sebagai alat penempel ataupun alat respirasi(Nelly,2016)
BAB III
JALANNYA PERCOBAAN
1.Alat :
a. Mikroskop Cahaya
b. Object Glass
c. Spatel
d. Cover Glass
e. Tabung Reaksi
f. Pipet Tetes
g. Kertas saring
2.Bahan :
1. Simplisia cacahan : Parameriae Cortex, Cinnamomi Cortex, Cinchonae Cortex, Alstoniae
Cortex, Alyxiae Cortex, Granati Fructus Cortex, Sappan Lignum, Santali Lignum,
Ligustrinae Lignum, Curcuma Rhizoma, Curcuma domesticae Rhizoma, Calami Rhizoma,
Zingiberis Rhizoma, Zingiber casumunarae Rhizoma, Languatis galangae Rhizoma,
Boesenbergiae Rhizoma, Imperatae Radix, Rhei Radix, Glycyrrhizae Radix.
2. Simplisia Serbuk : Parameriae Cortex, Cinnamomi Cortex, Cinchonae Cortex, Granati
Fructus Cortex, Sappan Lignum, Calami Rhizoma, Curcumae Rhizoma, Zingiberis Rhizoma,
Rhei Radix, Glycyrrhizae Radix.
B.Cara Kerja
1.CORTEX (KULIT BATANG)
Pembuatan preparat :Sedikit serbuk pada gelas obyek ditambah beberapa tetes larutan
kloralhidrat (50 g kloralhidrat dalam 20 mL air suling), dihangatkan di atas nyala api spiritus
(jangan sampai mendidih). Tutup dengan gelap penutup, kalau perlu ditambah larutan
kloralhidrat. Kalau kloralhidrat berlebih serap dengan kertas saring. Setelah dingin lihat di
bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan bila perlu dilihat dengan perbesaran kuat.
2. RADIX DAN RHIZOMA (AKAR DAN AKAR RIMPANG)
Pembuatan preparat :Sedikit serbuk pada gelas obyek ditambah beberapa tetes larutan
kloralhidrat (50 g kloralhidrat dalam 20 mL air suling), dihangatkan di atas nyala api spiritus
(jangan sampai mendidih). Tutup dengan gelas penutup, kalau perlu ditambah larutan
kloralhidrat. Apabila penambahan kloralhidrat berlebih serap dengan kertas saring. Setelah
dingin lihat di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan bila perlu dilihat dengan
perbesaran kuat.
BAB IV
HASIL ANALISIS
A. CORTEX
1. Cinnamomi Cortex (Kayu Manis)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum verum
4. Cinchonae Cortex
Tanaman asal : Cinchona succribra Pavon et Klotz, Chincona ledgeriana
Familia : Rubiaceae
Pemerian : Serbuk coklat muda sampai coklat merah hampir tak
berbau, berasa sangat pahit dan kelat.
Mikroskopik : Jaringan gabus berwarna coklat berwarna coklat atau merah,
parenkim korteks dengan Kristal kalsium oksalat berbentuk
pasir,
ciri khas berupa serabut sklerenkim bentuk bulat panjang
seperti
gelendong, berwarna kuning, dinding tebal, lumen sempit
dengan
noktah corong, noktah dan lamella jelas.
B. LIGNUM
1. Sappan Lignum (Kayu secang)
Tanaman asal : Caesalpinia sappan L.
Familia : Caesalpiniaceae
Pemerian : Serbuk merah jingga kecoklatan, tidak berbau, rasa agak kelat.
Mikroskopik : Xilem : Jelas, radier dengan jari-jari xilem terdiri dari 1
sampai 3
baris sel yang berisi butir pati kecil, tunggal dan berkelompok.
Pembuluh kayu atau trakhea umumnya berkelompok,
kadangkadang tunggal, dinding tebal, berlignin, bernoktah
berbebtuk celah, lumen berisi zat yang, berwarna merah
keunguan, merah kekuningan sampai merah kecoklatan.
Serabut xilem : Berkelompok, tersusun radiaer, terdiri dari 5-
40 serabut, dinding serabut tebal berlignin, lumen sempit
C. RHIZOMA
1. Curcuma xanthorrhizae Rhizoma (Rimpang temulawak)
Tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza L.
Familia : Zingiberis
Pemerian : Serbuk kuning tua, bau khas aromatis dan berasa khas agak
pahit.
Mikroskopik : Jaringan gabus, parenkim korteks, dan sel secret berwarna
kuning
tua sampai kuning coklat, 16 serabut sklerenkim dengan salah
satu dinding berombak, trakea penebalan tangga. Butiran
amilum bentuk khas seperti pada jahe. Seluruh sediaan
berwarna kuning tua karena mengandung kurkumin.
D. RADIX
1. Rhei Radix (kelembak)
Tanaman asal : Rheum palmatum var.tanguticum dan Rheum officinale. L
oFamilia : Polygonaceae o
Pemerian : Serbuk kuning kecoklatan, berbau khas aromatis, berasa khas
pahit dan kelat, bila dikunyah terasa ada pasiennya.
Mikroskopik : Jaringan gabus berwarna coklat parenkim floem, cincin, dan
spiral, ciri khas adanya kristal kalsium oksalat lepas bentuk
roset dan besar ( 100-200mm). Amilum berbentuk bulat telur
mono, di triadelphis.
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi terhadap simplisia, dengan tujuan praktikan
mampu melakukan identifikasi simplisia secara makroskopik maupun mikroskopik. Secara
makroskopik maksudnya dengan percobaan organoleptis melalui bau, rasa, warna, dan juga
bentukan secara luar, yang dapat dilihat dengan indra. Sedangkan secara mikroskopik
maksudnya dilakukan dengan bantuan mikroskop sehingga praktikan dapat melihat bentukan
spesifik yang dimiliki oleh simplisia tersebut sehingga nantinya kita dapat membedakan
antara yang satu dengan yang lainnya.
Simplisia Kayu (Lignum) diambil dari tanaman dicotyledon, merupakan xylem sekunder
yang terbentuk karena aktifitas kambium batang. Jaringan pembuluh masih terlihat dalam
lignum yaitu pembuluh kayu yang berfungsi membawa makanan dari akar ke daun dan
pembuluh tapis yaitu membawa makanan dari daun kebagian lain. Pada preparat akan terlihat
serat, parenkim, dan jari- jari empelur.
Kayu secang (Sappan Lignum) adalah kayu Caesalpinia sappan, suku Caesalpiniaceae.
Fragmen pengenal pada mikroskopik serbuk kayu adalah jari-jari empelur terdapat zat warna
jingga oranye. Kayu secang adalah pohon anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang
dimanfaatkan pepagan (kulit kayu) dan kayunya sebagai komoditi perdagangan rempah-
rempah. Secang (Caesalpinia sappan L) merupakan perdu yang umumnya tumbuh di tempat
terbuka sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut seperti di darah pegunungan yang
berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya 5 – 10 m. Batangnya berkayu, bulat dan
berwarna hijau kecoklatan. Pada batang dan percabangannya terdapat duri-duri tempel yang
bentuknya bengkok dan letaknya terebar. Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara
maritim (Nusantara) dan mudah ditemukan di Indonesia. Kulit kayunya dimanfaatkan orang
sebagai bahan pengobatan, pewarna, dan minuman penyegar.
uji secara mikroskopik yaitu amati warna serbuk dan kemudian serbuk sampel diberi
kloralhidrat yang kemudian diamati di bawah mikroskop untuk melihat fragmen
pengenalnya. Didapatkan hasil untuk kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex) adalah warna
serbuk, coklat kekuningan, fragmen pengenal adalah sklereida dengan penebalan dinding
tidak rata, serabut perisikel dan serabut floem, butir-butir pati dan hablur kalsium oksalat
bentuk prisma, lepas atau dalam parenkim, jaringan parenkim dengan sel lender atau sel
minyak, sel gabus dan serabut sklerenkim. Pada kayu Secang (Sappan Lignum) adalah warna
serbuk merah jingga kecoklatan. Fragmen pengenal adalah berkas serabut dengan seludang
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, fragmen pembuluh kayu berpenebalan jala,
fragmen serabut, umumnya panjang dan lumen sempit.
Pemeriksaan simplisia secara mikroskopi pada sampel rimpang jahe memiliki ciri serabut,
pembuluh kayu, berkas pengangkut, Periderm terdiri dari beberapa lapis sel gabus sehingga
membentuk jaringan gabus tangensial. Teramati pula amilum pada rimpang jahe, yang
membentuk butir-butir pati.
Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya memiliki jaringan
penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis, korteks dan endodermis, jari-jari
empulur dan bentuk berkas pengangkutannya. Pada sampel kunyit kelompok kami, kami
melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap butir pati, parenkim dengan sel ekskresi,
kunyit pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan jala, periderm dan rambut penutup.
Setelah melakukan praktikum morfologi dan anatomi tanaman, maka dapat disimpulkan
bahwa Akar murupakan tempat masuknya mineral (zat-zat hara) dari tanah menuju ke seluruh
bagian tumbuhan. Akar merupakan kelanjutan sumbu tumbuhan. Pada gymnospermae dan
dikotil, akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar primer dengan cabang yang
berukuran kecil yang disebut akar tunggang.
Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang Kunyit). Pemerian berupa kepingan ringan,
rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecokelatan; bau
khas, rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; bentuk hampir
bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5-3 cm, panjang 2-6 cm,
tebal 1-5 mm; umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih
daun dan pangkal akar. Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas. Bekas patahan
agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai cokelat kemerahan.
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik rimpang kunyit adalah
berbentuk panjang, melengkung, tidak beraturan, berukuran dengan panjang 1,8 cm dan lebar
1 cm. Uji organoleptik rimpang kunyit yang diperoleh adalah berwarna kuning kecoklatan,
berbau khas, dan berasa khas, manis, sedikit pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur
yang didapatkan.
Rhei Officinalis radix. Pada praktikum ini juga dilakukan hal yang sama, namun yang
berbeda adalah penggunaan pereaksinya. Dimana pereaksiyang digunagan adalah kloral
hidrat dan floroglusinol + HCl dengan pembesaran yang sama, yaitu 40x. Kloral hidrat
digunagan untuk melihat ada atau tidaknya kristal kalsium oksalat pada simplisia campuran
ini. Dan floroglusinol + HCl digunakan untuk mengamati fragmen-fragmen yang ada pada
cortex, radix, dan lain sebagainya.
Preparat yang telah jadi dan telah diamati di bawah mikroskop memberikan hasil
bahwa adanya fragmen-fragmen yang dapat membantu praktikan dalam menentukan bahwa
sampel yang diuji adalah Rhei Officinalis radix yaitu adanya fragmen-fragmen khas dari
simplisia ini seperti butir pati yang memiliki lumen di tengahnya, kristal kalsium oksalat yang
berbentuk roset/bunga berwarna abu yang sesuai dengan literatur, adanya trakea, dan
parenkim dengan kristal kalsium oksalat di dalamnya.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa uji
mikroskopik dilakukan dengan mikroskop yang derajat perbesarannya disesuaikan dengan
keperluan. Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri,
dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia.
DAFTAR PUSTAKA