“SIROSIS HEPATIK”
Disusun oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada praktikum ini mahasiswa dapat menganalisa kasus penyakit dan pengobatan
pada penyakit syaraf ,hati dan infeksi kandungan kemih
B. DASAR TEORI
DEFINISI
Sirosis hati (liver cirrhosis) merupakan perjalanan patologi akhir berbagai
macam penyakit hati. Istilah sirosis hati diperkenalkan pertama kali oleh Laennec
pada tahun 1826 (Word, 2000). Sirosis hati berasal dari bahasa yunani yaitu scirrhus
atau menunjukkan warna orange atau kuning kecoklatan permukaan hati yang tampak
saat otopsi. Banyak bentuk kerusakan hati yang ditandai dengan fibrosis. Fibrosis
adalah penumpukan berlebihan matriks ekstraselular dalam hati. Respon fibrosis
terhadap kerusakan hati bersifat reversibel. Namun pada sebagian besar pasien sirosis
hati, proses fibrosis tidak reversibel (Sulaiman, et al., 2007).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2000 sekitar 170 juta
menderita sirosis hati. Angka ini meliputi sekitar 3% dari seluruh populasi manusia di
dunia dan setiap tahun kejadian sirosis hati baru bertambah 3-4 juta orang. Penyakit
hati menahun dan sirosis hati menyebabkan sekitar 35000 kematian per tahun di
Amerika Serikat. Sirosis hati merupakan penyebab kematian utama kesembilan di
Amerika Serikat (Cheney, 2013; Wolf, 2015).
Sirosis hati adalah penyebab paling sering asites di Amerika Serikat;
diperkirakan sekitar 85% dari kasus (Sylvana, 2015). Selain itu, asites adalah
komplikasi yang paling umum penyakit sirosis hati. Dalam 10 tahun setelah
didiagnosis sirosis hati, sekitar 58% akan mengalami asites. Pengobatan asites pada
pasien sirosis hati adalah tidak mengkonsumsi alkohol, membatasi asupan natrium,
dan pemberian diuretik (Gines, et al., 2007).
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 40% pasien sirosis hati di Amerika. Pada keadaan ini sirosis hati
ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu otopsi. Keseluruhan
2
insiden sirosis hati di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 (0,3%) penduduk. Hasil
penelitian lain menyebutkan perlemakan hati akan mengakibatkan steatohepatitis
nonalkoholik (NASH) dengan prevalensi 4%) dan biasanya berakhir dengan sirosis
hati dengan prevalensi 0,3%. Prevalensi sirosis hati akibat steatohepatitis alkoholik
dilaporkan sebesar 0,3%. Beberapa pusat pendidikan di RS Dr. Sardjito Yogyakarta
jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di bagian penyakit
dalam, dalam kurun waktu 1 tahun(Sylvana, 2015)
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Sirosis hati merupakan gangguan yang tidak dapat dipulihkan kembali, ditandai
dengan kerusakan arsitektur hati normal karena regenerasi nodular dan fibrosis. Kasus
individual secara patologis dapat dibagi menjadi sirosis hati mikronodular dan
makronodular, meskipun sering terjadi tumpang tindih. Pada sirosis hati mikronudular
diameter nodul yang beregenerasi adalah 3 mm atau kurang, sedangkan pada sirosis
hati makronudular berdiameter sampai beberapa sentimeter. Dengan semakin
lanjutnya sirosis hati, menyebabkan hati akan mengecil dan mengeras dan padat, dan
umumnya akan mengalami kerusakan, dan peningkatan resistensi terhadap aliran
darah vena portal sehingga terjadi hipertensi portal. Asites timbul karena naiknya
tekanan portal dan tekanan onkotik plasma akibat hipoalbuminemia. Banyak
morbiditas dan mortilitas yang berkaitan dengan sirosis hati, terjadi akibat komplikasi
hipertensi portal (Sulaiman, et al., 2007 ; Word, 2000)
3
GEJALA KLINIS
Keluhan pasien sirosis hati umumnya tidak khas. Kelelahan dikeluhkan sekitar
60-80% pasien, gangguan tidur, keluhan gangguan saluran cerna (50- 60%), dan
gangguan mental kadang dikeluhkan oleh pasien (Kuntz, et al., 2008). Beberapa
keluhan dan gejala yang sering timbul pada penyakit sirosis hati antara lain adalah:
kulit berwarna kuning, rasa mudah lelah, nafsu makan menurun, gatal, mual,
penurunan berat badan, dan nyeri perut . Pasien sirosis hati juga dapat mengalami
keluhan dan gejala akibat komplikasi sirosis hati. Pada beberapa pasien, komplikasi
ini dapat menjadi gejala pertama yang menyebabkan pasien berobat. Pasien sirosis
hati dapat tetap dalam kondisi kompensata selama bertahun-tahun sebelum berubah
menjadi dekompensata. Sirosis hati dekompensata dikenali akibat berbagai
komplikasi, seperti ikterus, perdarahan varises, asites dan ensefalopati. Ikterus terjadi
karena kegagalan fungsi hati, dan pengobatan terhadap komplikasi ini biasanya
mengecewakan, kecuali pasien mendapat transplantasi hati (Cheney, et al., 2013;
Wolf, 2015)
Medikamentosa
4
Pasien dengan hepatitis B dapat diberikan interferon alfa dan lamivudine.
Lamivudin dapar diberikan 100 mg setiap hari selama 1 tahun secara oral. Interferon
alfa diberikan 3 MIU 3x per minggu selama 4-6 bulan secara subkutan. Pada pasien
yang resisten lamivudin dapat diberikan adefovir dan tenofovir. Walaupun begitu,
pemberian lamivudin dapat menyebabkan resistensi apabila digunakan 9-12 bulan.
Selain itu, suatu penelitian di Jepang menunjukkan bahwa interferon tidak
direkomendasikan pada pasien dengan sirosis, karena efeknya belum terbukti oada
fibrosis dan hepatoselular karsinoma.
Tenofovir terbukti efektif pada suatu penelitian tahun 2013. Pada penelitian
tersebut ditemukan bahwa pemberian tenofovir selama 5 tahun dapat mensupresi virus
hepatitis B dan mengurangi sirosis dan fibrosis pada hati. Penelitian tersebut
mengambil sampel sebanyak 641 pasien dan 489 pasien mengikuti penelitian hingga
minggu ke 240.
Pada pasien dengan ensefalopati hepatis, pemberian diet protein harus dikurangi
hingga 0.5 gram/kgBB/hari. Selain itu, pemberian laktulosa dapat membantu
mengeluarkan ammonia dari tubuh. Pasien dengan asites dapat diberikan diet rendah
garam
5
Strategi penatalaksanaan pada pasien sirosis dengan komplikasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Mengobati infeksi, memperbaiki fungsi sirkulasi, menangani
hipertensi portal, diet, serta transplantasi hati dapat dilakukan untuk menangani sirosis
dengan komplikasi.
Penanganan Infeksi
Perbaikan sirkulasi yang buruk dapat dilakukan dengan pemberian albumin. Hal
ini ditunjukkan dengan berkurangnya asites. Selain albumin, pemberian diuretik
seperti spironolactone 1x 100-200 mg/hari dapat dikombinasikan dengan diet rendah
garam dalam memperbaiki asites. Perbaikan dari asites dapat dilihat dari perubahan
berat badan 500 gram - 1 kg per hari.
6
di bawah 90 mmHg. Setelah baik, pasien diminta untuk kontrol dan melanjutkan
terapi propranolol. Selain propranolol, obat yang dapat diberikan adalah nadolol dan
carvedilol.
7
dekompensata. Pemberian vitamin K yang direkomendasikan dilakukan secara injeksi
10mg. Pemberian fresh frozen plasma (FFP) pada pasien dengan koagulopati
memiliki efek yang masih diragukan. Pasalnya, pemberiannya dapat menyebabkan
efek samping yang signifikan: seperti volume overload, hipertensi portal eksaserbasi
dan risiko infeksi.
Transplantasi Hati
Sebelumnya, pertimbangan untuk transplantasi hati dilakukan berdasarkan skor
Child-Pugh. Akan tetapi, saat ini, transplantasi hepar didasarkan pada Model for End-
Stage Liver Disease (MELD). MELD dihitung berdasarkan serum bilirubin, serum
kreatinin, dan INR berdasarkan rumus berikut:
8
Mortalitas yang dimaksud adalah mortalitas dalam 3 bulan. Hasil perhitungan
MELD sudah tidak dapat digunakan setelah 48 jam. Pada pasien dengan dialisis
sebanyak 2x, kreatinin adalah 4 mg/dL. Transplantasi hepar diutamakan pada pasien
dengan skor MELD >15 atau di bawah 15 dengan adanya komplikasi.
9
DAFTAR PUSTAKA
European Association of the Study of the Liver, EASL Clinical Practice Guideline
For The Management Decompensated Cirrhosis. 2018.
Thursz MR, Richardson P, Allison M, Austin A, Bowers M, Day CP, Downs N,
Gleeson D, MacGilchrist A, Grant A, Hood S. Prednisolone or pentoxifylline for
alcoholic hepatitis. New England Journal of Medicine. 2015 Apr
23;372(17):1619-28.
Cheney, C.P., E.M. Goldberg., S, Chopra., (2013). Cirrhosis and portal hypertension :
an overview. Handbook of Liver Disease. 2nd ed. China : Churchill Livingstone :
96
Sylvana, Dhini, (2015). Akurasi Rasio Na/K sewaktu terhadap natrium urin 24 jam
dalam menilai sensitivitas diuretik pada penderita sirosis hati dengan asites di
RSUP. H Adam Malik Medan.
Wolf, D.C., (2015). Cirrhosis of the Liver.Available at
http://www.emedicine .com/med/topic3183.htm. Accessed Oktober 8 , 2015.
World Health Organization., (2000). Hepatitis C-global prevalence (update). Weekly
Epidemiological Record (74) 425-427.
Sulaiman, H. Ali., Akbar, H. nurul., Lesmana A, Lauretius., Noer, Sjaifoellah., (2007).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi pertama, jaya badi : Hal. 335- 365.
Kuntz, Erwin., dan Han-Dieter, (2008). Hepatology : Textbook And Atlas. Germany :
springer medizin verlag heilderberg. 54
Gines, P.,dan Cardenas, A., (2008). The managementof asites and hyponatremiain
cirrhosis. Semin. Liver Dis ; 28:43-58
10