Anda di halaman 1dari 10

Acute Myeloblastic

Leukemia (AML)

Kelompok 8
Desy Fitriani 17111024150003
Putri Dwi Surya 17111024150013
Tiara Ardiani 17111024150020
DEFINISI
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloid Leukemia (AML) sering
juga dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau
Acute Granulocytic Leukemia merupakan penyakit keganasan yang
ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi abnormal sel induk
hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan
melakukan transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan
penggantian komponen sumsum tulang belakang yang normal.

Gambaran Hasil BMA pada AML


DIAGNOSIS DAN GEJALA
PENYAKIT
Gejala Klinis
Gejala pertama biasanya terjadi karena kegagalan bone marrow menghasilkan sel darah yang
normal dalam jumlah yang memadai dan atau akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada berbagai organ,
Gejala pasien leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan tempat berkumpulnya
sel abnormal tersebut. Infeksi sering terjadi, anemia dan trombositopenia sering berat. Adapun
gejala-gejala umum
yang dapat ditemukan pada pasien AML antara lain:
a. Kelemahan Badan dan Malaise
b. Febris
c. Perdarahan
d. Penurunan berat badan
e. Nyeri tulang

Sedangkan tanda-tanda yang didapatkan pada pemeriksaan fisik pasien AML:


a. Kepucatan, takikardi, murmur
b. Pembesaran organ-organ
c. Kelainan kulit dan hipertrofi gusi
LANJUTAN...
Pemeriksaan Penunjang
1. Morfologi
Aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin untuk diagnosis AML. Pulasan darah
dan sumsum tulang diperiksa dengan pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk
hasil yang akurat, diperlukan setidaknya 500 sel Nucleated dari sumsum tulang dan 200 sel darah putih
dari perifer.
2. Immunophenotyping
Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry,sering untuk menentukan tipe sel leukemia berdasarkan
antigen permukaan. Kriteria yang digunakan adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda
3. Sitogenetika
Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML dewasa. Pemeriksaan sitogenetika
menggambarkan abnormalitas kromosom seperti translokasi, inversi, delesi, adisi.
4. Sitogenetika molekuler
Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ hybridization) yang juga merupakan pilihan jika
pemeriksaan sitogenetika gagal. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari
kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan EV11, hilangnya kromosom 5q
dan 7q.
5. Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan perluasan penyakit jika diperkirakan telah
menyebar ke organ lain.Contoh pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI.
PILIHAN
TERAPI

Terapi Induksi
Terapi induksi bertujuan untuk mencapai remisi komplit yang didefinisikan sebagai
blast dalam sumsum tulang 1.000/μL, dan trombosit ≥ 100.000/μL. Terapi induksi
biasanya menggunakan kombinasi 2 jenis obat kemoterapi (cystosine arabinoside
atau cytarabine dan anthracyclineantibiotic). Untuk pasien usia 18-60 tahun terapi
yang diberikan adalah: Tiga hari anthracycline (daunorubicin 60 mg/m2, idarubicin 10-
12 mg/ m2, atau anthracenedione mitoxantrone 10-12 mg/m2), dan 7 hari cytarabine
(100-200 mg/ m2infus kontinu) atau dikenal dengan “3 + 7” merupakan standar terapi
induksi. Respons komplit tercapai pada 60-80% pasien dewasa yang lebih muda.
Untuk pasien usia 60-74 tahun terapi yang diberikan serupa dengan pasien yang lebih
muda, terapi induksi terdiri dari 3 hari anthracycline (daunorubicin 45-60 mg/m2 atau
alternatifnya dengan dosis ekuivalen) dan 7 hari cytarabine 100-200 mg/m2 infus
kontinu). Penurunan dosis dapat dipertimbangkan secara individual. Pada pasien
dengan status performa kurang dari 2 serta tanpa komorbiditas, respons komplit
tercapai pada sekitar 50% pasien
LANJUTAN...
Terapi konsolidasi
Tranplantasi sel induk
Terapi konsolidasi atau pasca-induksi
diberikan untuk mencegah kekambuhan Untuk sebagian orang, dosis kemoterapi
dan eradikasi minimal residual leukemia yang sangat tinggi atau radioterapi
dalam sumsum tulang.Biasanya untuk dibutuhkan untuk menyembuhan dan
mencegah kekambuhan, digunakan efektif untuk menyembuhkan AML. Efek
regimen yang sama dan dosis kemoterapi sampingnya adalah kerusakan dari
yang sama atau lebih tinggi seperti yang sumsum tulang dan sel induk darah
digunakan pada terapi induksi. Pada rusak dan perlu digantikan setelahnya.
beberapa kasus dimana risiko Pada kasus ini perlu dilakukan
kekambuhannya tinggi, kemoterapi yang transplantasi sumsum tulang dan sel
intensif perlu untuk dilakukan berbarengan induk darah perifer.
dengan transplantasi sel induk.
KASUS
An. KDR (4,5 th, TB 105cm, BB 17 kg) sudah sekitar 3 minggu ini berat badannya turun, badannya lemah, lesu, sesak nafas,
nyeri pada tulang dan sendi dan hidungnya sering mimisan. Sekitar 4 hari yang lalu badannya juga demam. An. KDR
mempunyai riwayat Fanconi anemia.

Hasil pemeriksaan vital sign :


HR : 80 x/menit
BP : 110/80 mmHg
RR : 24 x/menit
T : 39,0 oC

Pemeriksaan lab :
WBC : 140.000/µL
RBC : 3. 106/ µL
Trombosit : 25.000/ µL
Hb : 6,8 g/dL
SrCr : 0,9 mg/dL
ALT : 32 U/L
AST : 28 U/L
BUN : 18 mg/dL

Pemeriksaan mikroskop menunjukkan banyak sel blast (sel darah putih muda).
Biopsi sumsum tulang memperkuat diagnosis myeloid leukemia

Diagnosis : Leukemia myeloid akut pada anak


Terapi induksi yang direncanakan : Daunorubisin 45 mg/m2 IV selama 3 hari dan
Sitarabin 100 mg/m2 CIV selama 7 hari
Problem S O A P
medik

Leukemia • berat HR: 80 x/menit • Dosis Daunorubisin • Dosis Daunorubisin di


myeloid badannya BP: 110/80 mmHg terlalu tinggi sesuaikan atau di turunkan
akut turun RR: 24 x/menit sehingga di perlukan menjadi 25 mg/m2 selama 3
• badannya T: 39,0 oC penyesuaian dosis hari (Andi Cindy Fatikasari,
lemah WBC: 140.000/µL • Dosis Sitarabin 2019)
• Lesu RBC: 3. 106/ µL terlalu tinggi • Dosis Daunorubisin di
• sesak nafas Trombosit: sehingga di perlukan sesuaikan atau di turunkan
• nyeri pada 25.000/µL penyesuaian dosis menjadi 75 mg/m2 selama 7
tulang dan Hb: 6,8 g/dL sumber : (Andi Cindy hari (Andi Cindy Fatikasari,
sendi SrCr: 0,9 mg/dL Fatikasari, 2019) 2019)
• hidungnya ALT: 32 U/L • Indikasi yang belum • Direkomendasikan pepberian
sering AST: 28 U/L di beri terapi di PCT 10 mg/ml (Nururiyanie et
mimisan BUN: 18 mg/dL mana pasien al., 2017)
mengalami demam • Monitoring tanda- tanda vital
dengan suhu tubuh • Monitoring efek sampng obat
39,0 oC • Monitoring
WBC,RBC,trombosit,Hb,SrCr
,ALT,AST, dan BUN
Daftar pustaka
Andi Cindy Fatikasari, Welinda Dyah Ayu, M. A. M. (2019). Kajian Penggunaan Obat
Kemoterapi Pada Pasien Leukemia Anak Di Rsud Abdul Wahab Sjahranie Kota
Samarinda. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Cindy Anwar, M. A. W. (2017). Acute Myeloid Lekemia. Makalah Pengalaman Belajar


Lapangan Acute Myeloid Lekemia. Denpasa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana RSUP Sanglah, 1–51.

Nururiyanie, D., Hakim, L., & Nugroho, A. E. (2017). Evaluasi Penggunaan Parasetamol
Intravena Pada Pasien Anak Rawat Inap Di Rsud Mas Amsyar Kasongan
Kalimantan. Urecol Proceeding, 5(February), 422–426.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai