1
Anamnesis
Keluhan Utama: Badan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Poli dengan keluhan badan lemas,
letih, pusing berputar sejak 2 hari SMRS. Badan lemas jika melakukan aktifitas mau
pun berjalan, badan gemetar dan pandangan agak berkunang – kunang. Telapak
tangan dan kaki pasien tampak pucat.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu, muntah dalam sehari
sebanyak 2 kali. Selama itu nafsu makan pasien menurun, makan hanya dua kali
sebanyak 3 sendok setiap kali makan, minum hanya 3 gelas air setiap hari. Untuk
BAK urine berwarna kuning, dan BAB konsistensi padat dan berwarna kuning, tidak
hitam dan berdarah.
Pasien tidak mengeluh demam, batuk lama, nyeri ulu hati, mimisan, maupun perdara
han spontan lainnya.
2
Anamnesis
3
Riwayat Gizi Pasien
BB: 65 kg
TB: 168 cm
BMI = Berat Badan (Kg) = 65
Tinggi Badan(m)2 (1,68)2
BMI = 23 kg/m2
Kesan : Status Gizi Normal
4
Pemeriksaan Fisik
TTV
PEMERIKSAAN UMUM
• Kesadaran: • RR: 22x/mnt
Compos mentis • HR: 88x/mnt
• GCS: E4 V5 M6 • Tax: 36,5OC
• SpO2: 98%
5
Pemeriksaan Fisik
Kepala Leher
• Konjungtiva Anemis +/+, sklera ikterik -/-, cyanosis -/-, dyspnea -/-
• Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-), peningkatan JVP (-) Atrofi Papil
lidah (-)
Thorax
• S1S2 tunggal, reguler, g/m : -/-
• Vesikuler +/+, rhonki -/-, whezing -/-, retraksi -/-
Abdomen
• Spider navy (-), Flat, BU (+) N, soepel, nyeri tekan abdomen (-)
hepatosplenomegali (-) timpani
Extremitas
• Superior: akral hangat +/+, edema -/-, pucat +/+
• Inferior: akral hangat +/+, edema -/-, pucat +/+ 6
Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap (Tanggal 24/06/2019)
Hematokrit 18.2 % 40 - 52
MCH 25 pg 26-32
MCHC 31 % 32-36
Rhesus + 7
Pemeriksaan Penunjang Foto Thorax (Tanggal 24/06/2019)
1. Simetris
2. Trake di tengah
3. Jantung CTR 53%
4. Sinus costophrenicus tajam
5. Diafragma dalam batas normal
6. Corakan bronkovaskular normal
8
Pemeriksaan Penunjang EKG (Tanggal 24/06/2019)
9
Resume
• Laki laki usia 65 tahun. Lemas, letih, pusing berputar sejak 2
hari SMRS
• Pandangan berkunang – kunang, badan gemetar
• Tidak ada keluhan perdarahan spontan
• Tidak ada riw. Konsumsu obat NSAID
• Gizi normal, ku lemas kes CM
• TD: 90/60mmHg, N: 80x/m, S: 36,3 RR: 22x/m
• Konjungtiva anemis, eks. Pucat, hepatosplenomegali (-)
• Hb, MCV, MCH, MCHC rendah
10
Anemia Hipokrom
Mikrositik
11
Tatalaksana Rawat Inap
12
Follow Up
25/06/2019 26/06/2019
Hematokrit 27,4 % 40 - 52
14
ANEMIA
Definisi
(Bakta, 2009) 16
Anemia
Penurunan Hb & Hct: <
batas bawah 95%
interval referens dari Hb <12-14 g/dl (hct
<36-41 %
kelompok usia, jenis Hb <7g/dl symptom (+)
kelamin dan lokasi
geografis (ketinggian) Akut: Hipovolemi
(pucat, ggn
penglihatan, sinkop,
takikardi)
Kronis: hypoxia (lemas,
dyspnea, nyeri kepala)
(Riskesdas, 2007) 18
Prevalensi Anemia
(WHO) 19
Nilai Normal Menurut WHO
• Nilai Normal Hemoglobin: • Nilai Normal Eritrosit:
• Infant (neonatus) : 14 – 22 g/dl • Laki – laki : 4,5 – 5,5 juta/µl
• Perempuan : 4,0 – 5,0 juta/µl
• 6 bulan : 11 – 14 g/dl
• Anak (1 – 15 ttahun) : 11 – 15 g/dl
• Dewasa : Laki – laki : 14 – 18 g/dl
• Perempuan : 12 – 16 g/dl
(Lewis, 2006) 21
Anemia Mikrositik Hipokromik
(Lewis, 2006) 22
Anemia Normositik Normokromik
(Lewis, 2006) 23
Anemia Makrositik
(Lewis, 2006) 24
Anemia Defisiensi Besi
adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar
zat besi dalam darah.
(Evatt, 2009) 25
Patofisiologi Anemia Def. Besi
(IJSR, 2014) 25
Etiologi
(Supandiman, 2009) 27
Indikasi Transfusi Darah
1. Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar
Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat
ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi
spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah dapat diterima.
2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila
ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan
laboratorium.
3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi
tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen
lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit
jantung iskemik berat).
(Supandiman, 2009) 28
TERIMA KASIH