Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

Nama : Naisa Kornelia


NIM : 08061381924113
Kelas / Kelompok : A/5
Dosen Pembimbing : apt. Indah Soliha, M. SC
apt. Shaum Shiyam, M. SC

PERCOBAAN VI : ANALISA MIKROSKOPIK

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOGNOSI
ANALISA MIKROSKOPIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui karateristik simplisia secara mikroskopik.
2. Mengetahui karateristik amilum secara mikroskopik.
3. Mengetahui cara menganalisa secara mikroskopik.

II. DASAR TEORI


Simplisia merupakan bagian atau keseluruhan dari tumbuhan hewan
maupun mineral yang belum mengalami pengolahan. Bagian tersebut terkadang
hanya dikecilkan atau dikeringkan Simplisia yang berasal dari hewan contohnya
madu, minyak Ikan Cod dan Ikan Paus, kelenjar tiroid sapi, cacing tanah, hisa
ular, empedu ayam atau ular, kuning telur, undur-undur, minyak bulu domba, susu
kambing. hormon, enzim, serum, dan vaksin. Contoh simplisia mineral yang
digunakan untuk obat seperti sulfur tawas, ampo (tanah liat), prusi (CuSo4), kapur
(Murwani dan Siti, J., 2017).
Pembuatan simplisia, mutu merupakan hal utama yang harus dijaga mulai
dari bahan baku hingga menjadi produk simplisia sehingga penting untuk
melakukan pemeriksaan secara intensif dan seksama. Pemeriksaan mutu harus
dilakukan mulai saat penerimaan atau pembelian bahan dari pengumpul atau
pedagang hingga penyimpanan simplisia. Simplisia yang diterima harus
memenuhi persyaratan umum seperti yang disebutkan dalam buku Farmakope
Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, maupun Materia Medika. Apabila
pemaparan suatu jenis simplisia terdapat dalam salah satu atau ketiga buku
tersebut, maka simplisia tersebut harus memenuhi persyaratan yang disebutkan
pada paparannya (Widaryanto, 2018).
Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks yang berasal dari kata
simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut
bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum
mengalami perubahan bentuk. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Widyaningrum,
2011).
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia terbagi atas tiga yaitu simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia pelikan. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat
berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya,
eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya berupa zat-zat atau bahan-
bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari tanamannya
(Gunawan, 2004).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen atau kotoran hewan,
tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung bahan lain
yang beracun dan berbahaya. Simplisia hewani harus bebas dari fragmen hewan
lain atau kotoran hewan, tidak boleh mengandung bau dan berubah warnanya,
tidak boleh mengandung cendawan atau tanda-tanda pengotor lainnya, tidak boleh
mengandung zat-zat lain. Simplisia pelikan harus bersih dari kotoran oleh tanah,
batu, hewan, fragmen hewan, daun, dan bahan asing lainnya (Depkes RI, 1995).
Proses pembuatan simplisia terdiri dari sortasi atau memperoleh
pemilihan, pencucian, perajangan atau pengirisan, dan pengeringan. Penyortiran
dilakukan untuk memperoleh simplisia yang sesuai yang dikehendaki baik
kemurnian maupun kebersihannya. Tahap sortasi memerlukan ketelitian yang
tinggi. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat
pada tanaman yang akan digunakan pencucian harus dilakukan dengan cepat
unruk menghindari terlarutnya zat aktif. Perajangan pada simplisia untuk
mempermudah proses berikutnya. Proses pengeringan bertujuan untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama (Tilaar, 2009).
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada
kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai
wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan
dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-
jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-
65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,
2004).
Amilum merupakan campuran dua macam stuktur polisakarida yang
berbeda yaitu amilosadan amilopektin. Amilum juga didefinisikan sebagai
karbohidrat yang berasal dari tanaman, sebagai hasilf otosintesis, yang disimpan
dalam bagian tertentu tanaman sebagai cadangan. Sifatnya yang inert dan dapat 
tercampurkan dengan sebagian besar bahan  obat merupakan kelebihan dari
amilum sebagai eksipien (Priyanta, dkk, 2011).
Mutu dari simplisia yang digunakan dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan yaitu secara makroskopik (organoleptis) dan mikroskopik.
Pemeriksaan makrosopik dilakukan dengan menggunkan kaca pembesar atau
tanpa menggunakan alat. Pemeriksaan mikroskopik meliputi anatomi simplisia
yang memiliki karakteristik tersendiri dan merupakan pemeriksaan spesifik
penysun suatu simplisia ataupun haksel. Sebelum melakukan pemeriksaan
mikroskopik harus dipahami bahwa masing-masing jaringan tumbuhan berbeda
bentuknya (Soegiharjo, 2013).
Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu pada kelas tumbuhan seperti
monokotil yang memiliki tipe berkas pengangkut terpusat (konsentris) dan pada
dikotil tersebar (kolateral). Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang, akar
dan rimpang berupa periderm dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata
merupakan ciri spesifik dari bagian daun serta tipe sel idioblas seringkali
menunjukkan ciri spesifik suatu tumbuhan (Soegiharjo, 2013).
Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu,
sampai derajat kehalusan tertentu. Untuk mengetahui kebenaran dan mutu
simplisia, maka dilakukan analisis ynag meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif.
Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif. Uji mikroskopik
dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya
disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang dapat diuji berupata sayatan
melintang, radial, paradermal, membujur, ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan
diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal spesifik masing-masing
simplisia (Wiryodagdo, 2007).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Bunsen 1 buah
2. Mikroskop 1 buah
3. Kertas saring 1 buah
4. Objek glass 1 buah
5. Cover glass 1 buah

B. BAHAN
1. Biji Labu Kuning (Cucirbita moshcata ) Secukupnya
2. Pati beras (Oryza sativa) Secukupnya
3. Larutan kloralhidrat Secukupnya
4. Aquadest Secukupnya
5. Air Secukupnya
IV. CARA KERJA
A. Simplisia

Sedikit serbuk daun pada gelas objek

Ditambah

Beberapa tetes larutan kloralhidrat

Dihangatkan

Diatas nyala spiritus

Ditutup

Dengan gelas penutu, jika perlu ditambah larutan


kloralhidrat kembali (jika penambahan berlebih dihisap
dengan kertas saring).

Dilihat

Dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan bila


perlu dengan perbesaran kuat

B. Amilum

Letakkan sedikit serbuk pati pada gelas objek

Ditambah

Sedikit air

Dihangatkan

Diatas nyala aquadest bunsen

Ditutup
Dengan gelas penutup, jika perlu ditambahkan kembali
aquadest

Dilihat

Dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan bila


perlu dengan perbesaran kuat

Anda mungkin juga menyukai