FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA III
“Penyiapan Sampel Rimpang Bangle Zingiber cassumunar Roxb ”
Dosen Pengampu:
Ismiarni Komala, M.Sc, PhD, Apt
Vivi Anggia, M.Farm., Apt
Fitriyanti
Disusun oleh:
Kelompok 1B
Rahmawati 11171020000026
Raniya Farha 11171020000027
Handaryni Ratna N. 11171020000028
Annisa Larasati P. 11171020000030
Wulan Maharani 11171020000031
Nur Isra Kautsari 11171020000038
Rifha Lutvika A. 11171020000043
Nisa Faikhotus S. 11171020000046
PENDAHULUAN
1
S Majaw, J Moirangthem, Qualitative and quantitative Analysis of Clerodendron colebrookianum walp. leaves and
Zingiber cassumunar Roxb. Rhizomes, Ethnobotanical Leaflets, 2009, 5, (2009) 3.
2
Mohammad Nazrul Islam Bhuiyan, Jasim Uddin Chowdhury, Jaripa Begum, Volatile constituents of essential oils isolated
from leaf and rhizome of Zingiber cassumunar Roxb, Bangladesh Journal of Pharmacology, 3, 2, (2008) 69-73
http://dx.doi.org/10.3329/bjp.v3i2.844
3
M. Habsah, M. Amran, M. M. Mackeen, N. H. Lajis, H. Kikuzaki, N. Nakatani, A. A. Rahman, Ghafar, A. M. Ali, Screening
of Zingiberaceae extracts for antimicrobial and antioxidant activities, Journal of Ethnopharmacology, 72, 3, (2000) 403-
410 http://dx.doi.org/10.1016/S0378-8741(00)00223-3
4
Titik Sunarni, Suwidjiyo Pramono, Ratna Asmah, Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.), Majalah Farmasi Indonesia, 18, 3, (2007) 111-116
5
RJ Fessenden, JS Fessenden, Kimia Organik, 3rd edition ed., A. Pudjaatmaka, 1989
Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu kandungan senyawa yang digunakan,
perancangan metode yang akan digunakan untuk mengisolasi perlu dilakukan
supaya kandungan senyawa tidak mengalami perusakan ketika proses isolasi.
1.2. Tujuan
1. Merancang proses isolasi senyawa dari bahan alam dengan cara merujuk
kepada jurnal-jurnal ilmiah.
2. menyiapkan sampel berupa simplisia.
3. melakukan skrining fitokimia terhadap kandungan senyawa yang terdapat
dalam ekstrak bahan alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Dasar
Standarisasi bahan obat alam merupakan suatu rangkaian proses yang
melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis,
melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan
(toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam (tumbuhan obat). Secara normatif,
standarisasi suatu produk herbal ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur
secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen. Namun secara filosofi,
standarisasi adalah memindahkan aplikasi industri namun tetap menjaga validitas
dari kredibilitas data (Ismiarni, 2019).
Standarisasi terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi simplisia dan
standarisasi ekstrak. Untuk membuat obat herbal, dua standarisasi ini harus
dilakukan karena obat herbal yang digunakan sebagian besar berupa ekstrak.
Mutu ekstrak ini dipengaruhi oleh bahan asal atau simplisia, karena sebelum
diproses menjadi ekstrak, bahan asal atau simplisia yang akan diekstraksi harus
distandarisasi terlebih dahulu sehingga tidak diperbolehkan hanya melakukan
standarisasi ekstrak saja. Oleh karena itu, persiapan sampel merupakan tahap yang
penting dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam (Ismiarni, 2019).
Bahan obat alam yang digunakan untuk standarisasi ekstrak dan
standarisasi simplisia adalah tanaman bangle. Tanaman Bangle (Zingiber
cassumunarRoxb) merupakan salah satu jenis tanaman dari famili Zingiberaceae
dan merupakan herba yang berumur tahunan. Simplisia rimpang bangle termasuk
14 besar yang digunakan industri obat tradisional dan kosmetika tradisional.
Tanaman Bangle (Zingiber cassumunarRoxb) bersifat adaptif, dapat hidup di
dataran rendah hingga dataran dengan ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut.
Tanaman Bangle (Zingiber cassumunar Roxb) dapat dibudidayakan di
perkarangan yang cukup terkena sinar matahari, dan untuk pertumbuhannya
bangle memerlukan tanah yang subur, gembur, cukup sinar matahari, serta
memerlukan jarak tanam yang cukup luas yaitu 50 x 50 cm (Muhlisah, 2011).
Rimpang bangle mengandung minyak atsiri kurang dari 2% dengan
komponen yang dikandungnya sineol, pinen, sesquiterpen (DEPKES, 1989;
Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Rimpang bangle tidak pernah digunakan
sebagai bumbu masak, akan tetapi sering digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Berdasarkan penelitian pada tahun 2013, bangle mempunyai beberapa aktivitas, di
antaranya sebagai antibakteri dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
12,5% dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) 25%, antinyeri dan antiradang,
antioksidan, relaksan otot, memberikan efek dingin (astringent), antihistamin,
antijamur, dan imunomodulator. Dilihat dari manfaatnya untuk kulit, terutama
efek astringent, antibakteri dan efek antiinflamasinya, rimpang bangle sangat
potensial untuk dikembangkan menjadi suatu sediaan farmasi. Sedangkan bagian
daunnya bermanfaat sebagai obat tidak nafsu makan dan perut kembung
(Wijayakusumaet al., 1996).
METODE
4.1 Hasil
No Keterangan Jumlah
4.2 Pembahasan
Setelah menentukan sampel apa yang akan diisolasi maka selanjutnya dilakukan
pencucian dan sortasi basah. Pecucian sampel bertujuan untuk menghilangkan sampel
dari tanah dan kotoran lainnya yang melekat. Rimpang bangle harus dipisahkan dari tanah
dan akar yang terdapat pada bagian rimpang tersebut karena diketahui tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan
pembersihan simplisia dari tanah yang terikut sehingga dapat mengurangi jumlah
mikroba. Pencucian rimpang ini dilakukan pada air yang mengalir sambil disikat sampai
tanah hilang. Setelah memastikan rimpang bersih dari tanah kemudian rimpang
disortasi/dibersihkan dari bagian yang rusak maupun berjamur. Setelah didapatkan
rimpang bangle yang utuh dan bebas dari pencemar, rimpang bangle tersebut ditimbang
untuk mengetahui berat basahnya. Berat basah sampel yang digunakan yaitu sebesar 1,2
kg.
Tahap terakhir yang dilakukan pada proses pembuatan simplisia yaitu sortasi kering
dan penghalusan. Sortasi setelah pengeringan dari pembutan simplisia bertujuan untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Seperti halnya dengan sortasi basah , sortasi disini dapat dilakukan dengan cara mekanik.
pada tahp ini adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lainnya yang
tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dihaluskan. Kemudian yaitu penghalusan ini
dilakukan agar simplisia yang selanjutnya akan diuji ataupun dilakukan ekstraksi dengan
pelarut, akan lebih memudahkan kontak pelarut dengan senyawa yang terdapat pada
simplisia untuk berpenetrasi atau pelarut dapat meresap pada serbuk sehingga senyawa
yang terkandung pada simplisia dapat diikat oleh zat pelarut. Penghalusan dapat
dilakukan dengan menggunakan blender. Proses blender juga dilakukan tidak terlalu lama
agar bangle tidak terlalu halus karena dikhawatirkan akan berakibat rusaknya kandungan
kimia yang disebabkan oleh oksidasi atau reduksi. Setelah simplisia rimpang bangle
menjadi serbuk kemudiaan diayak, setelah diayak ditimbang untuk mengetahui berat
akhir serbuk simplisia bangle tersebut. Didapatkan berat akhir simplisia yaitu sebesar
324,5 gram.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pengambilan sampel, selain menggunakan cutter
stainlees steel digunakan juga handskun untuk menghindari kontaminan
yang berasal dari tangan
2. Alat-alat yang akan digunakan sebelum praktikum sebaiknya dipersiapkan
secara lengkap terlebih dahulu guna meminimalisir waktu pengerjaan
dalam penyiapan simplisia
DAFTAR PUSTAKA
Ika Rissanti, Enny Fachriyah, Dewi Kusrini, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Aktif Dari Ekstrak Aseton Rimpang Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb.)
Sebagai Antioksidan, Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi 17 (3) (2014) : 75
– 79
Komala Ismiarni., dkk., 2019. Penuntun Praktikum Farmakognosi Fitokimia 2.
Jakarta : Uin Syarif Hidayatullah.
Muhlisah, F., 2011. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Smd Rosita., Rahardjo Mono dan Kosasih., 2015. Pola Pertumbuhan dan Serapan
Hara N,
P, K Tanaman Bangle (Zingiber cassumunar Roxb). Jurnal Littri 11 (1) (2015) :
32-36
Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
305-306.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Jakarata.
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A., 1996. Tanman Berkhasiat
Obat di Indonesia, Jilis ke-4. Jakarta : Pustaka Kartini.
Lampiran