Anda di halaman 1dari 23

PERCOBAAN I

ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA POHON

(Manihot utilissiima Pohl)

A. Tujuan Praktikum

Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Memahami dan melakukan isolasi flavonoid dari daun ketela pohon

2. Memahami dan dapat melaksanakan analisis kualitatif golongan senyawa

tersebut dengan metode kromatografi lapis tipis

B. Pendahuluan

Luas wilayah daratan Indonesia adalah sekitar 1,3% dari luas daratan

dunia. Namun sebanyak 17% dari tumbuhan dan hewan di dunia

terdapat di Indonesia. Setidaknya sekitar 38000 spesies tumbuh-tumbuhan

terdapat di Indonesia dan 55% diantaranya merupakan spesies endemik. Hal

ini membuat Indonesia menduduki peringkat kelima dalam keragaman tumbuh-

tumbuhan dunia. Tingginya keragaman tumbuh-tumbuhan Indonesia, menjadikan

Indonesia sebagai Negara dengan sumber berbagai bahan bioaktif potensial.

Berbagai bahan bioaktif ini dapat dimanfaatkan terutama dalam bidang industri,

kesehatan, dan farmasi[1].

Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di

Indonesia .Tanaman ini termasuk famili Euphorbiacea yang mudah tumbuh

sekalipun pada tanah serta tahan terhadap serangan penyakit maupun tumbuhan
pengganggu (gulma). Tanaman singkong mudah (membudidayakannya) karena

perbanyakan tanaman ini umumnya dengan stekbatang . Singkong banyak

ditanam di kebun,halaman rumah dapat juga dijadikan pagar pembatas rumah

atau kebun. Akar tanaman singkong berbentuk umbi yang merupakan sumber

karbohidrat . Di Indonesia aneka macam panganan yang dibuat dari produk

singkong bukanlah merupakan hal yang baru, namun daunnya belum

dimanfaatkan secara optimal. Penggunaan daun singkong sebagai sayuran baru

terbatas pada daun muclanya saja, sedangkan daun yang lebih tua sebenarnya

dapat dimanfaat-kan sebagai pakan hijauan[2].

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder

yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan. Flavonoid termasuk dalam

golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-. Kerangka flavonoid

terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah

berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini

dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem

penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya.

Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai

salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayursayuran

dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan

dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya

mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping

glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon[3].


Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis atau lembaran kertas

yang diberi lapisan awal dengan fase organik (biasanya parafin atau oktanol) dan

dibiarkaan mengering. Sampel kemudian diletakkan pada plat dan dan plat

dibiarkan mengembang. Fase gerak yang digunakan, dapat berupa air atau

campurannya air dengan pelarut organik yang dapat bercampur (seperti aseton)

untuk meningkatkan kelarutan obat. Setelah plat mengembang, bercak-bercak

yang terbentuk segera dilihat (dengan menggunakan lampu ultraviolet jika obat

tersebut memiliki gugus kromofor, atau dengan uap iodin jika obat tidak

memiliki gugus kromofor)[4].


C. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. Batang Pengaduk

b. Botol vial

c. Cawan porselen

d. Chamber

e. Corong

f. Corongpisah

g. Erlenmeyer

h. Gelaskimia

i. Gelasukur

j. Hot plate

k. Lampu UV-Vis

l. Lemari pendingin

m. Melting point apparatus

n. Pipa kapiler

o. Pipet tetes

p. Oven

q. Water bath
2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. Air suling

b. Amonia

c. Akuades

d. Aluminium foil

e. Dietil eter

f. Etil asetat

g. HCl

h. Kapas

i. Kertas saring

j. Metanol

k. Natrium sulfat anhidrat

l. N-Heksan

m. Plat KLT

n. Serbuk daun ketela pohon (Manihot folium)


D. Prosedur Kerja
E. Hasil Pengamatan

1. Preparasi sampel daun ketela pohon (Manihot folium)


Tahappreparasi Gambar

Pengambilan

Sortasibasah

Pencucian

Perajangan
Pengeringan

Sortasikering

Penyerbukan

Penyimpanan
F. Tahap Isolasi
Tahap Hasil Gambar

Penimbangan Sampel seberat 100 g

Perebusan Mendidih

Penyaringan Filtrat rebusan

Filtrat dimasukkan dalam Kristal rutin yang


lemari pendingin berwarna kekuningan
Kristal rutin yang masih
Penyaringan kristal
basah yang masih kotor

Kristal kering yang


Pengeringan Kristal dalam oven
masih mengandung
40°C selama 3 jam
pengotor

Kristal dicuci dengan methanol


lalu dikeringkan dan Kristal tanpa pengotor
dihiidrolisis dengan asam

Terbentukdualapisan.
Ektraksi menggunakan
Lapisan asam (lapisan
dietileter sebanyak 3 kali
atas) diambil
Hasil ekstraksi disaring
Filtrat berwarna kuning
mengggunakan kertas saring
bening
yang berisi Na2SO4

Terbentuk kristal
Filtrat diuapkan
berwarna kuning

Residusi tambahkan 2 ml
metanol
Ditotol pada plat KLT
Dielusi
Diamati di bawa hsinar UV 254
dan 366
F. Pembahasan

Ketela pohon atau singkong, dalam bahasa Inggris bernama cassava,

adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae.

Umbinya dikenal sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya

sebagai sayuran. Di Indonesia sendiri ketela pohon menjadi makanan bahan

pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai

bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi dan Umbi singkong merupakan

sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Kayunya bisa

digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu

bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi ketela pohon dijadikan

bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu

digunakan pula pada industri obat-obatan. Ketela pohon sangat berkhasiat untuk

menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya yaitu Reumatik, Demam,

Sakit kepala, Diare, Cacingan, Mata kabur; Nafsu makan, Luka bernanah, Luka

baru kena panas.

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang

ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan

biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.

Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan

merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba,

rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak
zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Flavonoid juga dikenal

sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh

sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.

Hampir setiap tumbuhan tingkat tinggi menunjukkan pola khas glikosida

flavon dan flafonol dalam daun atau bunga. Senyawa tersebut merupakan

penanda taksom idel dalam pengkajian masalah penggolongan tumbuhan,

penghibridaan, atau fitogeografi. Walaupun banyak yang dipelajari dengan

membandingkan pola bercak flavonoid dalam kromatogram dua arah dari ekstrak

2 jenis tumbuhan yang berbeda, atau dari populasi tumbuhan, tetapi tetap perlu

diidentifikasi komponen utama yang ada. Ini dapat dilakukan dengan

menggunakan sederetan cara fitokimia sederhana, dan untuk mempelajari cara ini

dianjurkan pertama-tama pada flavonoid yang sudah dikenal, yaitu rutin yang

merupakan glikosida kuersetin

Praktikum kali ini adalah untuk mengisolasi rutin (flavonoid-3-glikosida)

sebagai salah satu jenis glikosida flavonoid (glikosida flavonol) yang terkandung

dalam daun singkong/ketela pohon. Glikosida flavonoid termasuk rutin

merupakan salah satu metabolit sekunder yang bersifat polar, termasuk kedalam

kelompok glikosida O (molekul gula berikatan dengan O-aglikon). Rutin daun

singkong (satu zat aktif) sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik, serta jadi zat

pengatur tumbuh tanaman.

Karena sifatnya yang polar maka pengisolasian rutin dilakukan dengan

penggunaan pelarut polar yaitu air, dengan penggunaan air yang kemudian
dipanaskan membuat semua senyawa polar tertarik bersama filtrate. Hal ini

merupakan salah satu kerugian penggunaan air sebagai pelarut karena, banyak

sekali komponen-komponen polar yang dapat larut bersama air.

Filtrate yang diperoleh diuapkan hingga didapat filtrate kental dan

disimpan dalam lemari pendingin untuk mempercepat pembentukan kristal rutin

dan mencegah terjadinya penjamuran. Karena dengan media air memungkinkan

timbulnya jamur atau bakteri jika disimpan di suhu ruang.

Endapan yang diperoleh disaring dan dicuci dengan menggunakan

metanol dengan maksud agar kemurnian filtrate bertambah dan terbebas dari

pengotor-pengotor yang tidak ingin diisolasi, tetapi dengan pencucian ini tidak

menyebabkan kristal larut.

Sebagian dari endapan ditambahkan HCl untuk proses hidrolisis

dimaksudkan agar glikosida flavonoid rutin terhidrolisis sehingga aglikon

flavonoid (kuersetein) terpisah dengan molekul gulanya. Kuersetin ini termasuk

aglikon flavonoid (zat bukan gula) yang berdasarkan strukturnya dapat

digolongkan menjadi flavonol, kuersetin mempunyai khasiat sebagai

antiinflamasi, antikanker dan antioksidant.

Setelah dihidrolisis, larutan dipartisi dengan pelarut dietil eter dengan

menggunakan corong pisah, eter digunakan karena memiliki kepolaran yang sama

dengan aglikon flavonoid (kuersetin). Maka seluruh senyawa kuersetin akan

tertarik kedalam pelarut eter, ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali untuk

memaksimalkan pengisolasian. Seluruh fase eter yang dicampur disaring dengan


tambahan Na sulfat anhidrat agar molekul air yang ada dalam eter dapat tertarik,

sehingga larutan benar-benar murni eter dan aglikon flavonoid. Fase eter ini

diuapkan dan selanjutnya residu yang ada ditambahkan methanol sebagai pelarut

(sari II) untuk dilakukan KLT.


G. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

yaitu :

1. Rutin merupakan salah satu jenis glikosida flavonoid yang bersifat polar,

sehingga dapat diekstraksi dengan pelarut polar, seperti air, methanol atau

etanol. Filtrate yang didapat dari hasil penyarian didinginkan untuk

mempercepat pembentukan kristal. Pemisahan aglikon dan glikosidanya

dapat dilakukan dengan hidrolisis asam, seperti menggunakan HCl. Akan

didapat hasil berupa kuersetin dan glukosa dari hidrolisis rutin.

2. Analisa dari aglikon dan glikosida ini dapat dilakukan dengan

menggunakan kromatografi lapis tipis, dan menggunakan eluen tertentu

sesuai dengan kepolaran senyawa yang dianalisa.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Pambudi A, Syaefudin, Nita N, Risa S, Purwanty R.A., 2014, Identifikasi Bioaktif
Golongan Flavonoid Tanaman Anting-anting (Acalypha indica L.), Jurnal Al-
Azhar Seri Sains dan Teknologi, Vol 2(3), Bogor.

[2] Surayah Askar, 1996. Daun Singkong Dan Pemanfaatannya Terutama Sebagai
Pakan Tambahan. WARTAZOA Vol. 5 No. 1. Bogor.

[3] Redha A, 2010, Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam
Sistem Biologis, Jurnal Belian, Vol 9(2), Pontianak
.
[4] Cairns D, 2008, Intisari Kimia Farmasi, EGC, Jakarta.
Tugas Setelah Praktikum

1. Carilah taksonomi tanaman ketela pohon, tuliskan kandungan kimia lain dari

spesies lain yang satu famili dengan ketela pohon, apakah ada yang sama atau

berbeda ? jelaskan ?

2. Metode cara spesifik menganalisis kandungan glikosida?

Jawab :

1. - Taksonomi Tanaman Ketela Pohon (Rukmana, 1997)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiaceae

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot uttilissima Pohl

- Jarak pagar (Jatropha curcas), Jarak merah (Jatropha gossypifolia) dan

Riccinus communis dari euphorbiarceae (nurwidayati dkk, 2014)

Kandungan jarak pagar : Kaemfesterol, sitosterol, stigmasterol, amirin,

takasterol, minyak lemak, kursin dan tolsaknumin (BPOM, 2008)

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fisikokimia.

Pada dasarnya semua kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase diam

dan fase gerak. Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua

fase ini. Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifat fase diam,


yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Apabila fase diam berupa zat padat

maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, sedangkan untuk

fase diam berupa cairan dikenal sebagai kromatografi partisi. Kromatografi

Lapis Tipis termasuk ke kromatografi serapan. Prinsip dari kromatografi

serapan adalah kecepatan bergerak dari suatu komponen tergantung dari

seberapa besarnya komponen tersebut tertahan oleh fase diam

(Sastrohamidjojo, 2011).
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

PERCOBAAN I

ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA POHON

(Manihot utilissiima Pohl)

OLEH :

HARI/TANGGAL : SELASA, 14 MARET 2017

NAMA : KHADIJAH PURNAMASARI

NIM : O1A114141

KELAS :D

KELOMPOK : II

ASISTEN : RAHMI ARDANI S.Farm

LABORATORIUM PENDIDIKAN DAN KOMPUTASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2017

Anda mungkin juga menyukai