Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

PERCOBAAN 1
ISOLASI GLIKOSIDA FLAVANOID DARI DAUN KETELA POHON
(Manihot utillissiima Pohl)

OLEH :

NAMA : FARHAN SEPTIAN AREMA


NIM : O1A1 14 073
KELOMPOK : V (LIMA)
KELAS :B
ASISTEN : SUMAIL SIDIK ODE I

LABORATORIUM PENDIDIKAN DAN KOMPUTASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
PERCOBAAN I

ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA POHON

(Manihot utilissiima Pohl)

A. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini yaitu :


1. Dapat memahami dan dapat melakukan isolasi flavonoid dari daun ketela
pohon.
2. Dapat memahami dan dapat melaksanakan analisis kualitatif golongan
senyawa tersebut dengan metode kromatografi lapis tipis.

B. PENDAHULUAN

Di Indonesia aneka macam pangan yang dibuat dari produk singkong


bukanlah merupakan hal yang baru, namun daunnya belum dimanfaatkan secara
optimal . Penggunaan daun singkong sebagai sayuran baru terbatas pada daun
mudanya saja, sedangkan daun yang lebih tua sebenarnya dapat dimanfaatkan
sebagai pakan hijauan(1).
Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama
di Indonesia .Tanaman ini termasuk famili Euphorbiacea yangmudah tumbuh
sekalipun pada tanah serta tahan terhadap serangan penyakitmaupun tumbuhan
pengganggu (gulma). Tanaman singkong mudah (membudidayakannya) karena
perbanyakan tanaman ini umumnya dengan stek batang . Singkong banyak
ditanam di kebun; halaman rumah dapat juga dijadikan pagar pem-batas rumah
atau kebun. Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga
daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid. Senyawa flavonoid
adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan
cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan
rantai alifatik . Dalam tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam
bentuk kombinasi glikosida. Aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula
terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Golongan flavonoid dapat
digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya
terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena) 6disambungkan oleh rantai alifatik
tiga karbon. Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan
berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang
tersebar menurut pola yang berlainan(2).
Akhir-akhir ini obat tradisional mulai digemari dan dicari masyarakat
modern (kota). Hal ini karena obat tradisional tak ada (sangat kurang) efek
sampingannya dibandingkan obat-obatan dari bahan kimia murni, relatif mudah
diperoleh dan dapat diramu sendiri. Salah satu kelemahan obat-obatan tradisional
adalah belum banyaknya informasi mengenai kandungan kimia dan senyawa
yang bertanggung jawab terhadap aktifitas biologisnya. Depkes RI (1981)
mendefinisikan bahwa obat tradisional bahan-bahan obat yang berasal dari alam
baik dari tumbuhan, hewan, maupun bahan-bahan mineral. Flavonoid
digolongkan menjadi 11 kelas. Semua kelas ini mengandung 15 atom karbon
dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin
aromatis yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga. Perbedaan tingkat oksidasi –C3- penghubung inilah
yang menjadi menjadi dasar penggolongan jenis flavonoid. Modifikasi flavonoid
lebih lanjut mungkin terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan
(atau pengurangan) hidroksilasi, metilasi gugus hidroksi inti flavonoid,
isoprenilasi gugus hidroksi atau inti flavonoid, metilenasi gugus orto-hidroksi,
dimerisasi (pembentukan) biflavonoid, pembentukan bisulfat, dan terpenting
glikosilasi gugus hidroksi (pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti
flavonoid (pembentukan flavonoid Cglikosida). Flavonoid terdapat pada semua
bagian tumbuhan hijau, seperti pada : akar, daun, kulit kayu, benang sari, bunga,
buah dan biji buah.

Modifikasi flavonoid lebih lanjut mungkin terjadi pada berbagai tahap


dan menghasilkan penambahan (atau pengurangan) hidroksilasi, metilasi gugus
hidroksi inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksi atau inti flavonoid, metilenasi
gugusorto-hidroksi, dimerisasi (pembentukan) biflavonoid, pembentukan
bisulfat, dan terpenting glikosilasigugus hidroksi (pembentukan flavonoid O-
glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida). Flavonoid
terdapat pada semua bagian tumbuhan hijau, seperti pada: akar, daun, kulitkayu,
benang sari, bunga, buah dan biji buah. Sedangkan pada hewan hanya dijumpai
pada kelenjar bau berang-berang, "sekresi lebah" (propolis) dan dalam sayap
kupu-kupu. Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak,
antara lain sebagai reduktor. Beberapa flavonoid dalam makanan mempunyai
efek anti hipertensi (3).
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen-
komponen campuran suatu senyawa yang melibatkan partisi suatu senyawa di
antara padatan penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca
atau aluminium dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati
adsorbent (padatan penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses
pengembangan oleh pelarut (elusi). KLT mempunyai peranan penting dalam
pemisahan senyawa organik maupun senyawa anorganik, karena relatif
sederhana dan kecepatan analisisnya. Di dalam analisis dengan KLT, sampel
dalam jumlah yang sangat kecil ditotolkan menggunakan pipa kapiler di atas
permukaan pelat tipis fasa diam (adsorbent), kemudian pelat diletakkan dengan
tegak dalam bejana pengembang yang berisi sedikit larutan pengembang. Oleh
aksi kapiler, pelarut mengembang naik sepanjang permukaan lapisan pelat dan
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam sampel(4).
Kemurnian hasil sintesis dilakukan dengan pengujian Titik Lebur dan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pengujian titik lebur menggunakan alat Melting
Point Apparatus dengan pengaturan suhu teoritis dari senyawa yang hampir sama
223-225 + 10oC(5).
C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
- Aluminium Foil
- Batang Pengaduk
- Cawan Porselin
- Corong
- Corong Pisah
- Elektromantel
- Erlenmeyer 1000 mL
- Gelas Kimia 1000 mL
- Kapas
- Kertas Saring
- Pipa Kapiler
- Pipet Tetes
- Spatula
- Tabung Reaksi
- Timbangan Analitik
- Tissu
- Vial
2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :


- Akuades
- HCl
- Metanol
- Simplisia Daun Ketela Pohon (Manihot utilissiima Pohl)
D. PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :

Daun Singkong

- Dicuci bersih

- Dikeringkan dan dipotong-potong kecil

- Dijemur

- Diblender

- Disimpan dalam wadah yang sesuai dan diberi etiket

- Ditimbang bobot keringnya sampai 100 g

Simplisia daun singkong

Simplisia Daun Singkong

- Dimasukan 100 g serbuk daun singkong kering ke dalam gelas


kimia 1000 ml
- Ditambahkan akuades sebanyak 300 ml
- Dipanaskan dengan elektromantel sampai mendidih selama 45
menit
- Disaring cairan menggunakan kapas dengan bantuan corong
- Disaring kembali menggunakan kertas saring
- Dimasukan filtrat kedalam kulkas hingga ternbentuk kristal rutin
bewarna kekuningan
- Dipisahkan padatan dan larutan menggunakan kertas saring
- Dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40 °C selama 3 jam
- Diambil endapan sedikit menggunakan spatula
- Dilarutkan dalam 2 mL campuran metanol:air = 1:1 (Sampel 1)
- Diambil sebagian sisa pada kertas saring dimasukan ke tabung
reaksi
- Dihitung titik lelehnya menggunakan alat Melting Point Apparatus

Hasil pengamatan ?
E. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan berdasarkan praktikum ini yaitu :

Perlakuan Gambar

Penyiapan bahan baku

Penimbangan

Dipanaskan sampel dengan hot plat selama


45 menit

Penyaringan dengan kain

Penyaringan dengan kertas saring


Kristal kekuningan yang diperoleh dari hasil
penyaringan dicuci dengan etanol

Kristal hasil penyaringan


+
HCl

Dihitung Titik Lelehnya

Diperoleh video dari alat melting point


apparatus
F. PEMBAHASAN

Beraneka makhluk hidup menghuni alam ini salah satunya adalah


tumbuhan yang banyak ditemui disekitar kita. Ilmu tumbuhan pada saat ini telah
mengalami kemajuan yang demikian pesat sehingga bidang-bidang pengetahuan
yang semula merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja sekarang ini telah
menjadi ilmu yang telah berdiri sendiri. Simplisia merupakan istilah yang dipakai
untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau
belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen
Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan. Disini simpilisia memiliki ciri-ciri khas
pada tiap-tiapa spesifikasinya seperti bentuk, rasa, aroma, bahkan zat aktif yang
terkandung didalamnya. Kandungan zat aktif didalamnya beragam, tekstur
permukaan dilihat dari mikroskopik sangat unik.
Di Indonesia banyak sekali tanaman yang sudah dijadikan sebagai bahan-
bahan pembuatan obat sehingga hal ini bukanlah menjadi hal asing lagi dalam
Dunia kefarmasian. Belakangan ini bahan alami banyak dipilih dikarenakan
bahan-bahan tersebut memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
obat-obat sintesis yang beredar banyak di pasaran saat ini.
Singkong memiliki beberapa nama dalam bahasa Indonesia. Ada yang
menyebutnya ubi kayu, ada juga yang menyebutnya ketela pohon. Dalam
bahasa latin singkong dikenal dengan nama Manihot utilissima dan termasuk
dalam famili Euphorbiaceae. Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia
kurang lebih pada abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1852, di datangkan plasma
nutfah ubi kayu dari suriname untuk di koleksi di kebun raya Bogor.
Penyebaran ubi kayu ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada tahun 1914-
1918. Ubi kayu sebagai sumber karbohidrat, dan banyak dimanfaatkan untuk
bahan pangan, pakan, serta bahan baku industri. Ubi kayu merupakan bahan
makanan pokok ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Ubi kayu
menghasilkan daun dan umbi. Hasil umbinya dapat diolah menjadi gaplek dan
tepung tapioka, sedangkan daun dapat dikonsumsi sebagai sayur. Waktu itu
Indonesia kekurangan bahan pangan (makanan) beras, sehingga sebagai
alternatif pangganti makanan pokok di perkenalkanlah ubi kayu. Pada tahun
1968 Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu nomor 5 di dunia. Selain
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, singkong juga digunakan sebagai
tanaman obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan gangguan
kesehatan. Di antaranya obat rematik, sakit kepala, demam, luka, diare,
cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri, antioksidan, antikanker, antitumor,
menambah napsu makan dan bisa meningkatkan stamina. Bagian yang umum
dipakai pada tanaman ini adalah daun dan umbi. Umbi singkong memiliki
kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin B dan C, dan amilum. Daun singkong mengandung vitamin A, B1 dan
C, kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Sementara
kulit batang, mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium
oksalat.
Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua propinsi di Indonesia.
Daerah sentrum produksi ubi kayu yang masuk 5 besar terluas areal panennya
tahun 1991 adalah propinsi Jawa timur (295.244 ha), Jawa tengah (272.912 ha),
Jawa barat (160.215 ha), Lampung (144.478 ha), dan NTT (73.929 ha). Pada
masa yang akan datang areal tanaman ubi kayu amat mungkin di perluas ke luar
pulau Jawa karena sumber daya lahan yang belum di manfaatkan secara optimal
masih tersedia cukup luas. Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan yang sangkil
di dunia ditunjukkan dengan fakta bahwa tiap 300 juta ton ubi-ubian di hasilkan
di dunia dan dijadikan bahan makanan sepertiga penduduk di negara-negara
tropis. Di samping itu, sekitar 45% dari total produksi ubi-ubian dunia langsung
dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori di beberapa negara. Daun
singkong mengandung (per 100 gram) yaitu Vitamin A 11000 SI, Vitamin C
275 mg, Vitamin B1 0,12 mg, Kalsium 165 mg, Kalori 73 kal, Fosfor 54 mg,
Protein 6,8 gram, Lemak 1,2 gram, Hidrat arang 13 gram, Zat besi 2 mg. Daun
ubi kayu mengandung protein tinggi yaitu berkisar antara 20,6-34,4% dan
mengandung serat kasar sebesar 25,71%.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning,
kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji,
batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari
tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin dan citrin, dan merupakan pigmen yang
diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.
Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah
bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk
menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah. Senyawa ini
berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi
makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid
tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia
menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi
tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama,
penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji,
pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur
transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Tujuan dilakukannya praktikum ini ialah untuk melakukan isolasi
terhadap salah satu jenis glikosida flavonoid yaitu rutin (flavonoid-3-glikosida)
yang terkandung dalam daun singkong/ketela pohon. Glikosida flavonoid
termasuk rutin merupakan salah satu metabolit sekunder yang bersifat polar,
Karena sifatnya yang polar maka pengisolasian rutin dilakukan dengan
penggunaan pelarut polar yaitu air, dengan penggunaan air yang kemudian
dipanaskan membuat semua senyawa polar tertarik bersama filtrate. Rutin daun
singkong (satu zat aktif) sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik, serta jadi zat
pengatur tumbuh tanaman.
Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan hingga didapat filtrat kental
dan disimpan dalam lemari pendingin untuk mempercepat pembentukan kristal
rutin dan mencegah terjadinya penjamuran. Karena dengan media air
memungkinkan timbulnya jamur atau bakteri jika disimpan di suhu ruang.
Endapan kristal yang diperoleh disaring dan dicuci dengan menggunakan etanol
dengan maksud agar kemurnian filtrat bertambah dan terbebas dari pengotor-
pengotor yang tidak ingin diisolasi, tetapi dengan pencucian ini tidak
menyebabkan kristal larut. Sebagian dari endapan ditambahkan HCl untuk
proses hidrolisis dimaksudkan agar glikosida flavonoid rutin terhidrolisis
sehingga aglikon flavonoid (kuersetein) terpisah dengan molekul gulanya.
Kuersetin ini termasuk aglikon flavonoid (zat bukan gula) yang berdasarkan
strukturnya dapat digolongkan menjadi flavonol, kuersetin mempunyai khasiat
sebagai antiinflamasi, antikanker dan antioksidant.
Setelah dihidrolisis, dilakukan pengukuran titik leleh menggunakan alat
Melting Point Apparatus. Dimana, setelah kita menyaring Kristal (Rutin)
setelah itu dikeringkan, selanjutnya adalah menentukan titik leleh Kristal.
Tetapi pada percobaan kali ini hasil dari pengukuran titik leleh dari kristal
sampel yang diperolah tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu sekitar
242oC. Hasil yang kami peroleh yaitu 301,2 oC serta tidak menunjukkan
pergerakan dari rutin yang menggambarkan kristalnya telah meleleh. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi, dimana salah satunya adalah kurang
ketelitian dari personil (Human Error) atau kurang murninya kristal yang
diperoleh.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini yaitu :
1. Rutin merupakan salah satu jenis glikosida flavonoid yang bersifat polar,
sehingga dapat diekstraksi dengan pelarut polar, seperti air, methanol atau
etanol. Filtrat yang didapat dari hasil penyarian didinginkan untuk
mempercepat pembentukan kristal. Pemisahan aglikon dan glikosidanya dapat
dilakukan dengan hidrolisis asam, seperti menggunakan HCl. Akan didapat
hasil berupa kuersetin dan glukosa dari hidrolisis rutin.
2. Analisa dari aglikon dan glikosida ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis, dan menggunakan eluen tertentu sesuai dengan
kepolaran senyawa yang dianalisa.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Surayah Askar, 1996. Daun Singkong Dan Pemanfaatannya Terutama Sebagai
Pakan Tambahan. WARTAZOAVol. 5 No. 1. Bogor.

[2] Landyyun Rahmawan Sjahid, 2008. Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Dari Daun
Dewandaru (Eugenia Unifloral.). Skripsi. Surakarta.

[3] Khoirina Dwi Nugrahaningtyas, Sabirin Matsjeh, Tutik Dwi Wahyuni, 2005.
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Rimpang Temu Ireng
(Curcuma Aeruginosa Roxb.). Biofarmasi 3(1): 32-38, Surakarta.

[4] Sri Atun, 2010. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan
Alam. Jurusan Pendidikan Kimia. Yogyakarta.

[5] Artie Noor Pratiwi dan Nurkhasanah, 2014. Sintesis Senyawa N-(2-Nitrobenzil)-
1,10 Fenantrolinium Klorida dari 2-Nitrobenzil Klorida dan 1,10-Fenantrolin
Monohidrat. Pharmaciana 4(2):95,Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai