DISUSUN OLEH :
I. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional.
2. Mahasiswa mampu mengetahui secara kualitatif komponen senyawa bioaktif dalam
bahan alam.
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip kromatografi
4. Mahasiswa mampu melakukan pemisahan ekstrak bahan alam dengan metode KLT
5. Mahasiswa mampu mengitung nilai Rf masing-masing kmponen dalam sampel
II. Landasan Teori
Mangkokan atau daun mangkokan (Polyscias scutellaria Burm.f. Fosberg)
adalah tumbuhan hias pekarangan dan tanaman obat yang relatif populer di Nusantara.
Namanya mengacu pada bentuk daunnya yang melengkung serupa mangkok.
Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar, tumbuhan ini
dapat ditemukan di ladang atau di tepi sungai karna tanaman ini tumbuh liar. Daun
mangkok jarang atau tidak pernah berbunga, tumbuhan ini terdapat ditempat yang
terkena sinar matahari dan tumbuh pada ketinggian 1-200 M. Batang berkayu,
bercabang, berbentuk bulat, panjang dan lurus. Daun tunggal, bertangkai, agak tebal,
bentuknya bulat berlekuk seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung, tepi bergerigi,
diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau tua (Budiharti, 2006).
Daun mangkokan mengandung zat-zat seperti protein, lemak, kalsium, fosfor,
besi, vitamin A, B1, dan C. Selain itu daun mangkokan juga memiliki alkaloida,
saponin, amygdalin, peroksidase, kalsium-oksalat, flavonoida dan polifenol (Tarigan, et
al. 2008).
Kromatografi adalah proses pemisahan yang didasarkan atas perbedaan
distribusi komponen diantara fase gerak dan fase diam (Vogel, 1978 : 130-131).
Pada kromatografi lapis tipis, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan pada plat
KLT yang nantinya akan diabsorpsi oleh zat penyerap dan selanjutnya dielusi oleh fasa
gerak. Pemisahan ini didasarkan pada sifat polaritas senyawa. Senyawa yang memiliki
polaritas hampir sama dengan fase geraknya akan terelusi lebih dulu dibandingkan
senyawa dengan sifat polaritas yang berbeda dengan fase geraknya. Dalam
kromatografi lapis tipis ini terjadi persaingan antara proses penyerapan yang cenderung
menempelkan senyawa dalam fase diam dan proses pelarutan yang cenderung
membawa dalam fase gerak (Shellard, 1975: 157-158).
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk tujuan kualitatif dan preparatif.
KLT kualitatif digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa organik dalam jumlah
kecil (misal menentukan jumlah kumpulan dalam campuran), menentukan pelarut
yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif atau kromatografi kolom, dan
juga untuk mengidentifikasi komponen penyusun campuran melalui perbandingan
dengan senyawa yang diketahui strukturnya. Sedangkan KLT preparatifnya digunakan
untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah yang besar
berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan
digunakan untuk analisis berikutnya (Townshend, 1995 : 714-728).
Dari hasil KLT dapat diketahui nilai Rf dari masing-masing fraksi berbeda.
Fraksi-fraksi tersebut mempunyai nilai Rf yang berbeda-beda. Nilai Rf dapat digunakan
sebagai acuan identifikasi senyawa. Nilai Rf dihitung berdasarkan rumus:
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛
VI. Pembahasan
1. Ekstraksi
Ekstrak etanol daun mangkokan (Nothopanax scutellarium) dibuat dengan
menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Daun
mangkokan (Nothopanax scutellarium) yang telah dikeringkan terlebih dahulu
kemudian ditimbang 0,05 gram, kemudian baru ditambahkan pelarut etanol
sebanyak 25 mL. Selanjutnya, hasil dari campuran kedua bahan tersebut lalu
diaduk, dan ditutup menggunakan aluminium foil.
Daun mangkokan mengandung kalsium oksalat, peroksidase, amygalin, fosfor,
besi, lemak, protein, vitamin A, B1, C, saponin, tanin, dan flavonoid. Jenis
flavonoid yang terkandung didalam daun mangkokan adalah flavonol seperti
kuersetin, kaemferol, mirisetin dan flavon seperti luteolin dan apigenin
(Dalimartha, 1999). Pemanfaatan daun mangkokan telah dilakukan berdasarkan
pengalaman secara turun-temurun, maka perlu didukung oleh informasi ilmiah
mengenai toksisitas ekstrak etanol daun mangkokan terhadap larva Artemia salina.
Manfaat daun segar pohon mangkok dapat digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit berikut: bau keringat, luka, rambut rontok, dan susah kencing (Hariana,
2008: 183-184).
Klasifikasi Daun Mangkokan
Kerajaan : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Apiales
Suku : Araliaceae
Marga : Nothopanax
Jenis : Nothopanax scutellarium Merr.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang
dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain
(Dirjen POM, 1986: 3).
Adapun metode yang dapat digunakan dalam ekstraksi sampel yaitu :
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
digunakan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk kedalam rongga
sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan
yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
b. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur dan titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan
proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi
sempurna.
c. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
yaitu kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut: 10 bagian
simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi
dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam
bejana tertutup sekurangkurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit
demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi
dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai menetes dan di atas
simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perkolator ditutup dan
dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibiarkan menetes dengan
kecepatan 1 ml permenit (lambat).
d. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik (Dirjen POM, 1989).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini
didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Prosesnya adalah sebagai berikut: pelarut organik akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi di dalam sel dan pelarut
organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam
dan di luar sel (Sastroamidjojo, 1985: 65-72).
Daun mangkokan juga berfungsi sebagai larvasida alami. Dari penelitian yang
berjudul Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Mangkokan (Nothopanax
scutellarium) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus didapatkan hasil
penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode post test
only controlled group design. Hewan uji yang digunakan sebanyak 600 ekor larva
Anopheles aconitus dan dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok
perlakuan 1 kontrol (+) diberikan abate 1 mg, kelompok perlakuan 2 kontrol (-)
hanya diberikan aquades, kelompok perlakuan 3 diberikan ekstrak daun
mangkokan 1%, kelompok perlakuan 4 diberikan ekstrak daun mangkokan 1,75%,
kelompok perlakuan 5 diberikan ekstrak daun mangkokan 2,5%, kelompok
perlakuan 6 diberikan ekstrak daun mangkokan 3,25%. Pada kelompok kontrol
negatif, tidak dijumpai kematian larva Anopheles aconitus, sedangkan pada
kelompok perlakuan, angka kematian tertinggi pada jam ke 6 terjadi pada
konsentrasi 3,25% kemudian angka kematian pada jam ke 24 dengan konsentrasi
1% mampu membunuh larva Anopheles aconitus dengan 100% kematian.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi dan
semakin lama pajanan ekstrak daun mangkokan (Nothopnax scutellarium) yang
diberikan maka semakin tinggi pula tingkat kematian larva Anopheles aconitus
dikarenakan semakin tinggi dosis yang diberikan pada larva Anopheles aconitus
semakin tinggi juga jumlah kandungan kimianya yang berfungsi sebagai larvasida
alami sehingga dapat meningkatkan angka kematian dari larva Anopheles
aconitus. Kematian larva Anopheles aconitus dikarenakan kandungan senyawa
kimia yang terkandung di dalam daun mangkokan (Nothopnax scutellarium)
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.
2. Kromatografi
Kromatografi adalah proses pemisahan yang didasarkan atas perbedaan
distribusi komponen diantara fase gerak dan fase diam (Vogel, 1978 : 130-131).
Pada kromatografi lapis tipis, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan pada plat
KLT yang nantinya akan diabsorpsi oleh zat penyerap dan selanjutnya dielusi oleh
fasa gerak. Pemisahan ini didasarkan pada sifat polaritas senyawa. Senyawa yang
memiliki polaritas hampir sama dengan fase geraknya akan terelusi lebih dulu
dibandingkan senyawa dengan sifat polaritas yang berbeda dengan fase geraknya.
Dalam kromatografi lapis tipis ini terjadi persaingan antara proses penyerapan
yang cenderung menempelkan senyawa dalam fase diam dan proses pelarutan
yang cenderung membawa dalam fase gerak (Shellard, 1975: 157-158).
Uji KLT digunakan untuk mengetahui noda yang terbentuk pada eluen polar
dan nonpolar untuk memperoleh hasil positif dari skrining fitokimia dan
menunjukan adanya perbedaan sifat molekul senyawa tersebut. Uji fitokimia
dengan KLT dilakukan terhadap golongan senyawa yang positif dari hasil uji
fitokimia dengan uji reagen. Identifikasi dengan KLT digunakan plat silika
GF254. Masing-masing plat dengan ukuran 1x10 cm2 Ekstrak etanol dan
mangkokan ditotolkan pada jarak ± 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa kapiler
kemudian dikeringkan dan dielusi dengan masing-masing fase gerak golongan
senyawanya (Harbone, 1996).
3. Uji Kualitatif
Uji kualitatif adalah proses mengindentifikasi keberadaan suatu senyawa kimia
dalam suatu larutan atau sampel yang tidak diketahui. Uji Kualitatif disebut juga
analisa jenis atau suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam jenis zat
atau komponen - komponen bahan yang akan dianalisa. Urusan nya adalah unsur-
unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Uji dengan penetapan
banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel.
Fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmokognasi yang mempelajari
metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan secara
keseluruhan atau bagian-bagiannya,termasuk cara isolasi atau pemisahannya
(Moelyono, 1996). Fitokimia dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau
nutrient yang diturunkan dari sumbertumbuhan, termasuk sayur-sayuran dan buah-
buahan ataupun berbagai senyawa organik. Skrining Fitokimia merupakan analisis
kualitatif terhadap senyawa - senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari
bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolis sekunder. Suatu ekstrak dari
bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam
aktivitas biologinya, Senyawa - senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan
pereaksi - pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan
matabolit sekunder.
Pada praktikum kali ini daun mangkokan akan diuji dengan menggunakan
beberapa pereaksikimia untuk mengetahui apakah daun mangkokan tersebut
mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, fenol
dan kuinon. Daun mangkokan memiliki berbagai kandungan diataranya, alkaloid,
flavonoid, saponin, dan tannin. Di dalam daun mangkokan mengandung lemak,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, B1 dan C. Menurut hasil penelitian, daun
mangkokan termasuk jenis sayuran yang banyak mengandung flavonoid.
Kandungan utama flavonoid daun mangkokan adalah rutin yang merupakan
glikosida kuersetin dengan disakarida yang terdiri dari glukosa dan shamnosa.
Skrinning atau analisis fitokimia merupakan analisis kualitatif yang dilakukan
untuk mengetahui komponen senyawa bioaktif yang terkandung dalam setiap
ekstrak bahan alam. Metode analisis yang digunakan didasarkan pada metode
Harborne. Uji alkaloid dengan pereaksi Dragendrof, Mayer dan Wagner, uji
terpenoid dan steroid dilakukan dengan anhidrida asetat dan asam sulfat pekat, uji
tannin dan fenol dilakukan dengan penambahan larutan FeCl3, uji saponin
dilakukan dengan uji stabilitas busa, uji flavonoid dilakukan dengan penambahan
serbuk Mg dan amil alkohol, dan uji kuinon dilakukan dengan penambahan
NaOH.
Handjojo, Y., 2011. ‘Uji Stabilitas Fisik Dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus’. Skripsi
Sarjana Farmasi ed. Jakarta: Farmasi UI.
Mike, B., 2017. ‘Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Daun Mangkokan (Nothopanax
Scutellarium Merr.) Sebagai Anti-Aging’. In: Skripsi . Universitas Sumatera Utara,
Medan : s.n., pp. 1-123.
Ramadan, F. W. S. &. W. I. Y., 2015. ‘Toksisitas Dan Kadar Tanin Serta Flavonoid Ekstrak
Etanol Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium (Burm. f.) Merr.)’.
Sisca Elpilasari, S. D. M. R. N., n.d. ‘Uji Infusa Bawang Putih, Daun Mangkokan Dan Temu
Giring Sebagai Inhibitor Enzim Α-Amilase’. Repository University of Riau , pp. 1-7.
Willy Tirza Eden, B. S., n.d. 2016, ‘Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun
Mangkokan (Polyscias scutellaria (Burm.f.) Fosberg)’, Media Farmasi Indonesia,
Vol. 11, No. 2, pp. 1126-1135.
Wulandari, L., 2011. ‘Kromatografi Lapis Tipis’. Jember : PT. Taman Kampus Presindo.
Sa’diah, S., Herlina, N. & Indriati, D. 2015, ‘Evektivitas Sediaan Emulsi Ekstrak Etanol 70%
Daun Mangkokan (Northopanax scutellarius(Burm,f)Merr) Sebagai Perangsang
Pertumbuhan Rambut’, Fitofarmaka, Vol. 4, No. 1, pp. 10-17.
Andika, B., Halimatussakdiah & Amna, U. 2020, ‘Analisis Senyawa Metabolit Sekunder
Ekstrak Daun Gulma Siam (Chomolaena odorata L.) di Kota Langsa, Aceh, Quimica:
Jurnal Kimia Sains dan Terapan, Vol. 2, No. 2, pp. 1-6.
Ergina, Nuryanti, S. & Pursitasari, I. D. 2014, ‘Uji Kualitatif Senyawa Metabolit Sekunder
Pada Daun Palado (Agave angustifolia) Yang Diekstraksi Dengan Pelarut Air Dan
Etanol’, Jurnal Akademika Kimia, Vol. 3, No. 3, pp. 165-172.
Muthmainnah, B. 2017, ‘Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak
Etanol Buah Delima (Punica granatum L.) Dengan Metode Uji Warna’, Media
Farmasi, Vol. XIII, No. 2.
Maryono, Muharram & Salempa, P. 2015, ‘Skrining Fitokimia Beberapa Fraksi Kloroform
dari Daun Lantana Camara Linn’, Jurnal Chemica, Vol. 16, No. 1, pp. 84-90.
Lestari, F., Andriani, S. 2021, ‘Fitokimia Tumbuhan Berkhasiat Obat Tradisional Di
Kalimantan Selatan Dan Kalimantan Tengah’, Jurnal Galam, Vol. 1, No. 2, pp. 80-
92.
Pratiwi, R. D. 2016, ‘Uji Kualitatif Fitokimia Daun Ruta Angustifolia’, Faktor Exacta, Vol.
9, No. 3, pp. 200-206.
LEMBAR PENGESAHAN