Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“SEDIAAN HIDUNG”

Oleh

Muhammad Maki

SF19226

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
JANUARI 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan yang semakin

pesat, menuntut farmasis untk selalu mengembangkan cara pembuatan obat dan formulasi

sediaan obat. Peningkatan kualitas obat dan efisiensi dalam pembuatan dan formulasi sediaan

obat tersebut, sehingga dapat lebih diterima oleh masyarakat.

Dalam pengembangan obat tersebut dibuatlah sebuah sediaan yang ditunjukkan

untuk hidung berdasarkan adanya gangguan pada hidung yakni berupa penyumbatan akibat

kotoran hidung.Infeksi dan lain-lain.Sediaan hidung kadang-kadang dikenal sebagai sediaan

otic.Sediaan-sediaan yang digunakan pada permukaan luar telinga, hidung, rongga mulut

termasuk macam-macam dari sediaan farmasi dalam bentuk larutan suspensi dan salep yang

semuanya dibuat dalam keadaan steril sehingga disebut dengan sediaan steril.Tujuannya

untuk memperlihatkan lebih dekat tipe-tipe bentuk sediaan yang digunakan dengan tempat

pemakaiannya dan untuk menentukan dari komponen dalam formulasi.

Guttae atau obat tetes merupakan salah satu dari bagian sediaan farmasi yang

termasuk kedalam sediaan steril. Guttae nasals adalah obat yang digunakan untuk hidung

dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat suspensi,

pendapar dan pengawet.

Pada praktikum ini akan dibuat tetes hidung kloramfenikol karena kloramfenikol

lebih efektif digunakan pada pengobatan otitis media supuratif kronik dibandingkan dengan
antibiotic yang lain. Selain itu, tetes hidung kloramfenikol belum tergantikan sebagai tetes

hidung antibiotic yang selalu diresepkan.

Kloramfenikol merupakan antibiotic spectrum luas, kloramfenikol bekerja dengan

menghambat sintesis protein kuman.Obat ini terikat pada ribosom badan. Menghambat enzim

peptidil trensperase sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses sintesis protein

kuman. Efek toksik kloramfenikol pada system hemopoetik sel mamalia diduga berhubungan

dengan mekanisme kerja obat ini.

Tetes hidung boleh menggunakan minyak mineral atau minyak lemak.Obat tetes

hidung adalah larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang digunakan dengan

menteskannnya atau menyemprotkannya kedalam rongga hidung pada daerah

nasofaring.Penggunaan obat tetes hidung untuk antibiotic, vasokontriktor, germisida,

antiseptic dan local anastetik. Guttae nasales adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung

dengan cara menterskannya dalam rongga hidung, dapat mengandung satu zat pensuspensi

Zat pensuspensi yang umumnya digunakan adlah sorbiton, polisorbat, atau

surfaktanlain yang cocok. Dengan kadar tidak boleh > 0,01% b/v 2. Zat pendapar yang

digunakan adalah pendapar yang cocok dengan PH 6,5 dan dibuat isotonis menggunakan Nacl

secukupnya.

Zat pengawet yang dapat digunakan adalah benzalkonium klorida 0,01%-0,1% b/v.

Cairan pembawa sebaiknya mempunyai PH 5,5-7,5 kapasitas dapar sedang, isotonis atau

hamper isotonis. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan

pembawa karena dapat menimbulkan pneumonia.Tetes hidung dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut :
1. Viskositas penambahan metil cellulose sebanyak 0,5% untuk mendapatkan

viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mukosa hidung

2. Isotonis iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan isotonis atau

sedikit hipertonis. Namun larutan sangat encer atau sangat pekat akan

menyebbakan iritasi mukosa hidung. Untuk tonisitas kita dapat menambahkan

nacl atau dekstrosa

3. Isohidris keasaman pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,0-6,7. Rhinitis

akut menyebbakan pergeseran pH arah basa sedangkan peradangan akut

menyebbakan pergeseran pH kearah asam. Sebaiknya kita menggunakan dapar

phosphate pH 6,5

B. Tujuan

Mengetahuicara membuat sediaan obat tetes hidung kloramfenikol


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tetes Hidung

Sediaan hidung adalah cairan semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada

rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau local.Berisi satu atau lebih bahan

aktif, sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi pengaruh yang

negative pada fungsi mukosa hidung dan cilianya.Sediaan hidung mengandung air pada

umumnya isotonis dan mungkin berisi exsipien, sebagai contoh untuk melakukan penyesuaian

sifat merekat untuk sediaan, untuk melakukan penyesuaian atau stabilisasi pH, untuk

meningkatkan kelarutan bahan aktif, atau kestabilan sediaan itu. Sediaan hidung disediakan

diadlam dosis ganda atau container dosis tunggal, diberikan jika perlu, dengan suatu alat yang

dirancang untuk menghindari paparan dari kontaminan

Kecuali jika dibenarkan dan diijinkan, sediaan hidung mengandung air

disediakan dalam dosis ganda container berisi suatu bahan pengawet antimicrobial dalam

konsentrasi yang sesuai, kecuali bahan aktif sediaan tersebut mempunyai aktivitas

antimicrobial yang cukup. Beberapa kategori sediaan hidung, dapat dibedakan :

1. Nasal drop atau liquid nasal sprays

2. Nasal powder atau bedak hidung

3. Semisolid nasal preparations atau sediaan hidung semisolid

4. Nasal washes atau pencuci hidung

5. Nasal stik

obat tetes hidung adalah larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang

digunakan dengan cara menteskannya atau menyemprotkan kedalam hidung pada daerha
nasopharyngeal. Obat tetes hidung adalah suatu obat yang digunakan untuk pilek,

mengandung dekongestan topical.Selain dalam bentuk tetes hidung, dekongstan topical

juga dapat berbentuk obat semprot hidung. Umumnya obat tetes hidung mengandung zat

aktif :

1. Antibiotic (kloramfenikol, neomisin sulfat, polimiksin B sukfat)

2. Sulfonamide

3. Vasokonstriktor

4. Antiseptic, germiside (hydrogen peroksida)

5. Anastetik local (lidokain HCl)

Obat tetes hidung harus isoosmotik dengan secret hidung atau isoosmosis dengan

cairan tubuh lainnya sama dengan larutan Nacl 0,9%. Pengisotonis ini perlu sekali

maksudnya agar tidak mengganggu fungsi rambut getar, epitel.Sedikit hipertoni masih

diperkenankan sebagai bahan pengisotoni digunakan Nacl atau glukosa.

Tetes hidung harus steril dan untuk menjaga agar obat terhindar dari kontaminasi,

maka penambahan preservative juga dilakukan misalnya dengan nipagin atau nipasol atau

kombinasi keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01%, sedangkan campurannya dapat dibuat

dengan kombinasi nipagin ),026% + nipasol 0,014%. Secara umum obat tetes hidung harus

dieprhatikan :

1. Sebaiknya digunakan pelarut air

2. Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut

getar epitel

3. pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil

hendaknya ditambahkan dapar (buffer)


4. usahakan agar larutan isotoni

5. agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat diusahakan

penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya agar mendekati secret

lendir hidung

6. hendaknya dihindari larutan obat tetes hidung yang bereaksi alkali

7. penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang

mengandung menthol, karena dapat menyebbakan karam (kejang) pada jalan

pernapasan

8. harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien

9. harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan bakteri selama

dan pada saat obat diteteskan

Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada sediaan tetes hidung steril yaitu :

1. cairan pembawa umumnya digunakan air. Minyak lemak atau minyak mineral

tidak boleh digunkan sebagai cairan pembawa obat tetes hidung (repetitorium)

2. cairan pembawa minyak yang dulu digunakan untuk aksi depo sekarang tidak

lakgi digunakan karena dapat menimbulkan pneumonia upoid jika masuk

mencapai paru-paru

3. sediaan obat tetes hidung tidak boleh mengganggu cilia epitel pada mukosa

hidung yang berfungsi filter yang harus senantiasa bersih

4. viskositas cairan harus seimbang dengan viskositas mucusa hidung pH dewasa

(5,5-6,5) anak ( 5-6,7)

5. cairan pembawa lain (propilenglikol dan paraffin liquid. Larutan sedikit asam

akan lebih efektif bila digunakan untuk pengobatan demam dan infeksi
sinusitis. Obat-obat yang bersifat alkali akan meningkatkan sekresi basa

demikian juga sebaliknya, jadi penggunaan obat tetse hidung basa adalah

kontraindikasi selama rhinitis akut dan rinosinusitis akut. Kapasitas dapar obat

tetes hidung dan isotonis atau hampir isotonis karena kapasitas dapar cairan

mukosa hidung rendah, maka larutan alkali dan sulfonamide tanpa dapar dapat

menyebabkan kerusakan serius pada cilia. Untuk mengatasi kekuatan basa

sulfonamide yang dapat mengiritasi ini dianjurkan penggunaan propilenglikol

6. pensuspensi dapat digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang

cocok, kadar tidak melebihi 0,01% b/v

7. pengental untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan

viskositas mukosa hidung agar aksi cilia tidak terganggu, karena larutan

terlalu encer atau terllau kental dapat mengiritasi mukosa hidung

8. pengawet (benzolkonium klorida , klorbutanol) pengawet antimikroba

digunakan sama dengan yang digunakan dalam pengawetan larutan obat mata

9. tonisitas kalau dapar larutan dibuat isotonis 0,9% Nacl atau sedikit hipertonis

dengna memkai Nacl atau dekstrosa

10. sterilitas sediaan hidung steril disiapkan menggunakan metoda dan material

yang dirancang untuk memastikan sterilitas dan untuk menghindari paparan

dari kontaminan dan pertumbuhan dari jasad renik


TINJAUAN FARMAKOLOGI

A. Indikasi

Indikasi kloramfenikol untuk demam tifoid, infeksi beratlain terutama yang

disebbakan oleh haemophilus influenza, abses serebral, mastoiditis, ganggren, septicemia,

pengobatan empiris pada meningitis.

Kloramfenikol adalah obat antibiotic untuk mengatasi beragam infeksi bakteri serius,

terutama saat penyakit infeksi tidak membaik dengan obat lain. Obat ini tersedia dalam

bentuk tetes. Kloramfenikol bekerja dengan cara membasmi bakteri penyebab infeksi, atau

memperlambat hingga menghentikan pertumbuhannya. Obat ini efektif menangani infeksi

akibat S. typhi, H.influenzae, E. Coli, C. psitacci, serta beragam spesies bakteri Neisseria,

staphylococcus, streptococcus dan rickettsia. Beberapa contoh penyakit akibat infeksi

bakteri yang bisa diatasi dengan kloramfenikol adalah konjungtivitis, otitis eksterna,

meningitis, demam tifoid, pes, antrax, ehrlichiosis

B. Efek Samping Kloramfenikol

1. Pusing

2. Sakit kepala

3. Mual dan muntah

4. Diare

5. Kebingungan

6. Sariawan

7. Sensasi tersengat pada mata atau telinga

8. Pandngan kabur
Efek samping kloramfenikol bersifat ringan dan hanya terjadi sebentar setelah

mnggunakan obat.

C. Kontraindikasi

1. Jangan menggunakan kloramfenikol jika anda memiliki alergi, terutama terhadap obat ini

2. Harap berhati-hati jika anda memiliki riwayat kelaina darah, seperti anemia apalstik,

gangguan sumsum tulang, penyakit ginjal, dan penyakit liver

3. Beritahu dokter jika anda baru mnegalami cedera, menjalani operasi atau pngobatan

dengan radioterapi dan kemoterapi

4. Beritahu dokter jika anda melakukan vaksinasi terutama vaksin hidup seperti vaksin tifoid,

kolera, BCG

5. Kloramfenikol dapat mempengaruhi hasil uji gula darah. Oleh karena itu konsultasikan

dengan dokter penggunaan obat ini pada pasien diabetes

6. Jika pandangan buram setelah menggunakan kloramfenikol tetes mata, jangan

mengemudikan kendaraan sebelum melihat dengan jelas kembali

7. Jika terjadi reaksi laergi obat atau overdosis setelah menggunakan obat kloramfenikol,

segera temui dokter

8. Wanita hamil

9. Menyusui

10. Dan pasien porfiria

D. Dosis

1. Oral, injeksi intavena atau infus : 50mg/kg/bb/hari dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat

seperti septicemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan segera diturunkan bila

diturunkan bila terdapat perbaikan klinis)


2. Anak (epiglolitis hemofilus, meningitis purulenta 50-100mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis

terbagi

3. Bayi dibawah 2minggu: 25mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis terbagi

4. 2minggu-1 tahun : 50mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis

E. Mekanisme Kerja Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan penghambat kuat terhadap sintesis protein mikroba,

termasuk antibiotic bakteriotatik berspektrum luas yang aktif terhadap organismeorganisme

aerobic gram posistif maupun gram negative. Resistensi kadar rendah dapat ditimbulkan dari

populasi besar sel-sel yang rentan terhadap kloramfenikol mellaui seleksi mutan-mutan ynag

kurang permeable terhadap obat. Dosis kloramfenikol yang umum adalah 50-

100mg/kgbb/hari, setelah pemberian paeroral, Kristal kloramfenikol diabsorpsi dengan cepat

dan tuntas.

Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu dengan daya kerja menghambat sintesis protein,

melekat pada submit 50S dari ribosom. Obat ini mengganggu pengikatan asam amino baru

pada rantai peptide yang sedang dibentuk, sebagian besar karena kloramfenikol menghambat

peptidil transferase.Kloramfenikol terutama bersifat bekateriostatik, dan pertumbuhan

mikroorganisme segera berlangsung lagi, bila pemakaian obat dihentikan.Mikroorganisme

yang resisten terhadap kloramfenikol menghasilkan enzim kloramfenikol asetiltransferase

yang mengahncurkan aktiviats obat.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan pada praktikum adalah gelas ukur, pipet tetes, beaker gelas, corong

gelas, kertas saring, batang pengaduk, labu ukur, sendok tanduk, vial, Erlenmeyer, spuit

injeksi

2. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah kloramfenikol, propilenglikol

B. Formula

R/ Kloramfenikol 0,5%

Propilenglikol 20ml

C. Prosedur kerja pembuatan sediaan

Bersihkan dan buat kondisi LAF steril

Menimbang kloramfenikol sebanyak 0,1gr menggunakan neraca digital, kemudian

dimasukkan kedalam beker gelas

Melarutkan kloramfenikol dengan propilenglikol sebanyak 6ml aduk ad larut


Menambahkan propilenglikol ad 20ml aduk ad homogen

Melakukan sterilisasi dengan filtrasi membrane ukuran pori 0,45um

Masukkan kedalam wadah tetes hidung dan lakukan evaluasi sediaan


D. Evaluasi Sediaan

1. Sifat Fisik

2. Cek penampilan fisik sediaan, warna dan bau. Tujuannya dari evaluasi ini untuk

mengetahui pH sediaan tetes hidung kloramfenikol. Menurut Depkes RI pH berkisar antara

5,5-6,5

3. Uji kejernihan, bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan yang dibuat. Diperiksa

dengan melihat wadah pada latar belakang hitam putih. Meletakkan wadah sediaan

didalam kotak dengan latar hitam putih dibagian dalamnya. Sinari wadah dari samping.

Sinari dari arah samping. Lihat apakah masih ada kotoran yang berwarna hitam atau

berwarna muda. Amati kejernihan cairan

4. Uji kebocoran dengan cara balik botol sediaan dengan mulut botol menghadap kebawah,

amati ada atau tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol. Tujuannya untuk melihat

apakah ada kebocoran dari sediaan yang dibuat


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil dan Pembahasan

a. Uji sifat fisik yang dilakukan pada praktikum menghasilkan sediaan obat tetes hidung

kloramfenikol berupa cairan jernih tidak berwarna dan hampir tidak berbau

b. Uji pH pada praktikum menghasilkan pH 6,6

c. Uji kejernihan pada praktikum menghasilkan tidak adanya partikel atau benda asing yang

terdapat dalam sediaan obat tetes hidung kloramfenikol

d. Uji kebocoran pada parktikum menghasilkan hasil yang didapat sediaan stetes hidung

kloramfenikol setelah melakukan penutupan wadah tidak terdapat kebocoran pada wadah

2. Pembahasan

Obat tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara

meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar,

pengawet

Dalam pembuatan sediaan ini hal yang harus digunakan adalah melakukan

sterilisasi untuk semua alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi karena

sediaan ini merupakan sediaan steril.Pada percobaan ini kloramfenikol digunakan sebagai zat

aktif karena berfungsi sebagai antibiotic spectrum luas.Obat tetes hidung ini dibuat

menggunakan cairan pembawa bukan air, tetapi menggunakan propilenglikol.Penggunaan

propilenglikol sebagai pelarut dikarenakan zat pembawanya ini sangat baik kekentalannyadan

dapat melengket dengan baik pada dinding hidung.Pembuatan obat tetes hidung ini harus

mengandung bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba

yang masuk secara tidak sengaja, apabila wadah dibuka pada waktu penggunaan atau bersifat
bakteriotatik. Nacl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan tetes hidung yang

akan dibuat dapat setara dengan tekanan osmosis cairan tubuh yakni 0,9% yang juga

merupakan tekanan osmosis Nacl. Pda sediaan ini, Nacl digunakan sebagai zat tambahan

untuk memperoleh larutan yang isotonis.Pada pembuatannya bahan aktif kloramfenikol

dicampurkan dengan propilenglikol yang digunakan sebagai pelarut dalam sediaan ini, yang

kemudian dicampurkan hingga homogeny kemudian ditambahkan Nacl dan dimasukkan

kedalam wadah tets telinga yang berwarna coklat agar sediaan terlindung dari cahaya.

Sediaan tetes hidung ini dilakukan dua macam pengujian yaitu uji pH dan uji

kejernihan. Dimana pada pengujian pH menggunakan pH meter, diperoleh pH sediaan dengan

zat aktif kloramfenikol yaitu 6, dimana pH ini sudah amsuk dalam rentan pH yang telah

ditentukan oleh farmakope yaitu 5,0-6,0. Sedangkan pada pengujian kejernihan, sediaan

dinyatakan jernih dan bebas akan adanya partikel-partikel asing. Sehingga aman digunakan

sebagai obat tetes hidung.

3. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Guttae nasales adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara menteskan

obat kedalam rongga hidung dapat mengandung zat suspensi, pendapar dan

pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai

cairan pembawa

2. Khasiat dari amsing-masing bahan adalah :

a. Kloramfenikol berkhasiat sebagai antibiotic zat-zat yang digunakan untuk

menghambat atau membunuh mikroorganisme


b. Nacl berkhasiat sebagai larutan pengisotonis agar sediaan tetes hidung yang

akan dapat setara dengan tekanan osmosis cairan tubuh yakni 0,9% yang juga

merupakan tekanan osmosis Nacl

c. Propilenglikol merupakan zat tambahan yang berguna sebagai pelarut dari

kloramfenikol karena kelarutan kloramfenikol dalam air yaitu 1:400

sedangkan dalam propilenglikol yaitu 1:7 untuk mendapatkan larutan yang

efektif digunakan propilenglikol. Selain sebagai pelarut propilenglikol

digunakan sebagai peningkat viskositas untuk memperlama kontak obat

dengan hidung sehingga dapat menimbulkan efek baik


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Pane, Merry, D.C. 2020. Chloramphenicol.Alodokter.Kementerian Kesehatan Reoublik

Indonesia.https://www.alodokter.com/chloramphenicol

Hidayati, Mahfuzah. BAB V Percobaan V Obat Tetes Hidung

Kloramfenikol.https://id.scribd.com/document/440909642/BAB-V-Percobaan-V-Obat-

Tetes-Hidung-Kloramfenikol

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan

Dokter Anak Indonesia

Iksan. 2013. Tetes Hidung. Laporan Praktikum Farmasetika II Tetes Hidung BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknol.

Akademi Farmasi Bina Husada. PDFCOFFEE.COM https://pdfcoffee.com/tetes-

hidung-9-pdf-free.html

Iksan. 2013. Tetes Hidung. Laporan Praktikum Farmasetika II. Akademi Farmasi Bina Husada

https://id.scribd.com/document/342553352/Tetes-Hidung

Meidyawati, Fitri. 2012. Tugas Makalah Tetes Hidung Steril. Makalah Tetes Hidung Steril.

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan Pengetahuan Alam. STIFA-PM Palu

https://fi3meidyawatiapok.blogspot.com/2012/05/tugas-makalah-tetes-hidung-

steril.html?m=1
Pretest

1. Apakah hal-hal yang perlu diperhatikan saat memformulasikan sediaan hidung ?

2. Berdasarkan formula berapakah jumlah kloramfenikol yang perlu ditimbang ?

R/ Kloramfenikol 0,5%

Propilenglikol ad 20ml

3. Berdasarkan metode sterilisasi produk yang digunakan menurut saudara apakah hal yang

dapat menjadi alasan digunakan metode tersebut ?

Jawab

1. Kloramfenikol 0,1 gr

2. Kloramfenikol 0,1 gr

Propilenglikol

3. Metode sterilisasi

a. metode filtrasi dengan penyaringan atau filter membrane dengan ukuran pori 0,45um

atau 0,2um

b. panas kering

c. autoklaf

d. sterilisasi gas dengan etilen oksida

e. sediaan tetes hidung steril disiapkan menggunakan metode dan material yang

dirancang untuk memastikan sterilitas dan untuk ,menghindari paparan dari

kontaminan dan pertumbuhan dari jasad renik, rekomendasi pada aspek ini disiapkan

dalam bentuk teks pada metode produksi sediaan steril.

Anda mungkin juga menyukai