Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

SEDIAAN INFUS

Oleh :

Abdilah Seftiawan
SF19201

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI (ALIH JENJANG)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin

canggih menuntut pengamatan dan keakuratan pemberian dosis

cairan.Demikian halnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang alat-

alat kesehatan. Salah satu peralatan yang ada dan sering digunakan di

rumah sakit salah satunya adalah infus. Alat infus ini digunakan untuk

memberikan cairan ataupun obat kepada pasien sehingga memerlukan

keakuratan agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan (Muljodipo et

al., 2015).

Infus adalah suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu

digunakan untuk menggantikan cairan yang hilang dan menyeimbangkan

elektrolit tubuh. Pada kondisi emergency misalnya pada pasien dehidrasi,

stres metabolik berat yang menyebabkan syok hipovolemik, asidosis,

gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DBD), luka bakar, syok

hemoragik serta trauma, infus dibutuhkan dengan segera untuk

menggantikan cairan tubuh yang hilang. Infus juga digunakan sebagai

larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus

dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam, dll (Zainuri et al.,

2012).

Glukosa cair diubah ke bentuk kristal dekstrosa monohidrat

kualitas farmasi melalui pemurnian karbon aktif dan filtrasi, pemurnian


ion exchange, evaporasi, kristalisasi, sentrifugasi, dan pengeringan.

Pemurnian karbon aktif dan filtrasi berfungsi menghilangkan pengotor

warna tahap awal, pengotor organik dan anorganik. Pemurnian ion

exchange berfungsi menghilangkan pengotor warna tahap akhir dan

senyawa logam berat. Evaporasi berfungsi menghilangkan air yang

terkandung dalam glukosa sampai menjadi nilai brix 70% menggunakan

suhu panas. Proses kristalisasi berfungsi membentuk kristal dekstrosa

monohidrat dari glukosa cair dengan metode pengadukan. Pengeringan

sentrifugasi berfungsi untuk memisahkan crude dextrose dengan mother

liquor menggunakan metode pemutaran dengan kecepatan tinggi pada

saringan. Proses pengeringan berfungsi mengurangi kadar air pada

dekstrosa monohidrat dengan menembakkan udara panas (Kartika et al.,

2019).

2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah :


A. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam
pembuatan sediaan steril infus glukosa
B. Mahasiswa dapat membuat sediaan steril infus glukosa
dalam skala laboratorium sesuai dengan persyaratan
sediaan steril yang telah ditentukan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat


A. Uraian Indikasi (MIMS, PIONAS)
1) Asam Bikarbonat : Asidosis metabolik

2) Glukosa Monohidrat : Penggantian cairan dan pemberian

energi

3) HCl : penggantian cairan dan elektrolit

4) Norit : Diare dan keracunan karena makanan, logam berat dan

obat-obatan. Perut kembung (kelebihan gas di saluran cerna)

karena diet dan faktor lainnya.

5) SLS : Surfaktan

6) WFI steril : pelarut bagi sediaan yang akan dimasukkan

kedalam tubuh melalui jalur pemberian parenteral (tanpa

melalui rongga mulut) yang mencakup pemberian secara infus,

injeksi (suntik) baik pada otot (intramuskular), pembuluh darah

(intravena), maupun jaringan bawah kulit (subkutan), serta

tetes mata. 

B. Efek Samping (MIMS, PIONAS)

1) Asam Bikarbonat : Signifikan: Alkalosis metabolik,

hipernatremia; kelebihan cairan dan / atau zat terlarut (IV);

nekrosis jaringan, iritasi atau pengelupasan vaskular

(ekstravasasi IV); penurunan tekanan CSF dan perdarahan


intrakranial (inj IV cepat pd neonatus). Gangguan

gastrointestinal: Sakit perut, perut kembung, pecahnya perut

spontan, mual, muntah, rasa tidak enak. Gangguan umum dan

kondisi tempat administrasi: Kelelahan atau kelemahan yang

tidak biasa. Gangguan metabolisme dan nutrisi: Retensi

cairan, hipokalsemia, hipokalemia yang diperburuk, kehilangan

nafsu makan. Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat:

Kejang otot atau kram. Gangguan sistem saraf: Sakit kepala,

gelisah. Gangguan kejiwaan: Suasana hati atau perubahan

mental, gugup, mudah tersinggung. Gangguan ginjal dan

kemih: Sering ingin buang air kecil. Gangguan pernapasan,

toraks, dan mediastinal: Edema paru, kesulitan bernapas,

cairan di paru-paru. Gangguan pembuluh darah: Hipertensi.

2) Glukosa Monohidrat : Injeksi glukosa khususnya yang

hipertonik mungkin pH-nya rendah dan dapat menimbulkan

iritasi vena dan tromboflebitis.

3) HCl : Hipernatremia; haus, berkurangnya air liur dan

lachrymation, demam, takikardia, hipertensi, sakit kepala,

pusing, gelisah, lekas marah dan lemah. Berpotensi Fatal: Inj

intra-amnion larutan hipertonik: Koagulasi intravaskular

diseminata, nekrosis ginjal, lesi serviks dan uterus, emboli

paru, pneumonia, dan kematian.


4) Norit : Saat obat diekskresikan, feses menjadi hitam (feses

berubah warna)

5) SLS : Iritasi kulit

6) WFI steril : -

C. Kontraindikasi (MIMS)

1) Asam Bikarbonat : Alkalosis metabolik atau respirasi,

hipokalsemia, hipoklorhidria, edema paru berat, nyeri perut

yang tidak diketahui. IV: Kondisi dengan pembatasan asupan

Na (misalnya gagal ginjal), hipoventilasi, riwayat batu saluran

kemih, deplesi K yang terjadi bersamaan, hipernatremia. Pasien

dengan kehilangan klorida karena muntah atau hisapan

gastrointestinal terus menerus. IV: Penggunaan bersamaan

dengan diuretik yang diketahui menghasilkan alkalosis

hipokloremik.

2) Glukosa Monohidrat : Kadar gula yang tinggi dapat mengikis

kemampuan sel-sel di pankreas untuk membuat insulin, seiring

waktu pankreas tersebut dapat rusak secara permanen. Karena

itu diperlukan bantuan dari luar (suntikan insulin) untuk

memproses dan mengatur glukosa dalam tubuh. Dan jika tubuh

tidak menghasilkan insulin yang cukup maka dapat

menghasilkan pelepasan asam lemak bebas dari penyimpanan

lemak. Ini dapat menyebabkan kondisi yang disebut

ketoasidosis.
3) HCl : Tidak untuk digunakan yang dapat menimbulkan emesis.

4) Norit : Tidak boleh dikonsumsi dalam kasus keracunan dengan

zat korosif (asam kuat dan basa) karena hal ini akan

mempersulit tindakan diagnostik misalnya esofagoskopi dan

gastroskopi.

5) SLS : Pasien yang alergi terhadap SLS

6) WFI steril : -

D. Dosis dan Aturan Pemakaian (MIMS, PIONAS)

1) Asam Bikarbonat : Dewasa: Kasus berat (misalnya henti

jantung): Dosis biasa: 1 mmol / kg (1 mL / kg larutan Na

bikarbonat 8,4%) melalui injeksi, diikuti dengan 0,5 mmol / kg

diberikan dengan interval 10 menit tergantung pada gas darah

arteri individu . Kasus yang tidak terlalu mendesak: 2-5 mmol /

kg diberikan melalui infus selama 4-8 jam berdasarkan

beratnya asidosis yang dinilai dari penurunan kadar CO 2 total,

pH darah, dan kondisi klinis pasien. Anak: Kasus berat (mis.

henti jantung): Dosis biasa: 1 mmol / kg (1 mL / kg larutan Na

bikarbonat 8,4%) via inj lambat. Pada bayi prematur dan

neonatus hingga 2 tahun: Encerkan larutan 8,4% dengan

dekstrosa 5% (rasio 1: 1) atau gunakan larutan 4,2%. Berikan

dosis via inj lambat. Max: 8 mmol / kg / hari.

2) Glukosa Monohidrat : sumber energi, 1-3 liter air larutan 20-

50% tiap hari.


3) HCl : Dosis, kecepatan, dan lama pemberian harus bersifat

individual dan tergantung pada usia, berat badan, kondisi

klinis, dan respons laboratorium terhadap pengobatan.

4) Norit : Dewasa: Dosis anjuran: 2-4 tablet 3-4 kali sehari,

tergantung beratnya kasus. Anak-anak: Setengah dari dosis

yang dianjurkan.

5) SLS : secukupnya

6) WFI steril : secukupnya

E. Nasib Obat Dalam Tubuh (Farmakokinetika Obat) (MIMS,

PIONAS)

1) Asam Bikarbonat : Absorbsi: Diserap dengan mudah dan baik

dari saluran pencernaan. Distribusi: terdapat di semua cairan

tubuh. Metabolisme: Tidak dimetabolisme secara signifikan.

Ekskresi: Melalui urin (<1%).

2) Glukosa Monohidrat : Absorpsi: Langsung masuk ke dalam

peredaran darah (sistemik)

3) HCl : Absorpsi: Diserap dengan baik dari saluran GI.

Ekskresi: Terutama melalui urin, dengan jumlah kecil

dikeluarkan melalui keringat, feses, air mata dan air liur.

4) Norit :  Karbon aktif tidak dapat diabsorpsi/diserap oleh saluran

pencernaan.

5) SLS : -

6) WFI steril : -
F. Mekanisme Kerja Obat dan Peringatan (MIMS)

1) Asam Bikarbonat : Mekanisme kerja : bekerja pada tubuh

sebagai alkalizer sistemik. Dengan meningkatkan plasma

bikarbonat pada darah, senyawa ini menyangga konsentrasi ion

hidrogen berlebih sehingga meningkatkan pH darah. Selain itu,

bertindak juga sebagai alkalizer pada urin dengan

meningkatkan ekskresi ion bikarbonat bebas dalam urin

sehingga secara efektif meningkatkan pH urin. Pada kondisi

urin yang basa, penghancuran batu asam urat dapat dilakukan.

Peringatan : hati-hati jika memiliki riwayat alergi terhadap

kandungan obat ini. Hati-hati jika memiliki riwayat penyakit

ginjal, gagal jantung, defisiensi kalsium, pembengkakan pada

kaki dan engkel akibat penumpukan cairan atau edema. Hati-

hati penggunaan obat ini pada penderita epilepsi.

2) Glukosa Monohidrat : Mekanisme Kerja : diserap dari saluran

pencernaan dan dioksidasi sebagai sumber energi atau

disimpan di hati sebagai glikogen. Peringatan : Kadar glukosa

yang tidak sehat atau tidak terkendali dapat memiliki efek

permanen dan serius. Glukosa darah yang tinggi untuk waktu

cukup lama dapat merusak atau meningkatkan risiko pada

ginjal, penyakit mata/retinopati, serangan jantung, stroke;

hingga kerusakan syaraf yang disebut neuropati, ini

menyebabkan kesemutan dan sirkulasi yang buruk ke kaki dan


tangan Anda; penyembuhan luka yang lambat dan potensi

amputasi dalam kasus yang jarang terjadi. Disarankan hati-hati

sebelum mengonsumsi glukosa atau dextrose jika memiliki

alergi jagung, pembengkakan pada lengan, tungkai, atau

telapak kaki, edema paru, tingginya kadar gula di dalam darah

(hiperglikemia), atau rendahnya kadar kalium di dalam darah

(hypokalemia). Jangan menggunakan glukosa tanpa

sepengetahuan dokter, terutama jika Anda memiliki diabetes.

3) HCl : -

4) Norit : mekanisme kerja : menyerap zat yang menyebabkan

keracunan. Peringatan : jangan menggunakan norit jika

memiliki alergi terhadap obat tersebut. Jika ingin menggunakan

norit pada anak berusia di bawah 1 tahun, konsultasikan dulu

dengan dokter. Konsultasikan dulu dengan dokter jika

menderita penyakit liver.

5) SLS : -

6) WFI steril : -

2. Bentuk Sediaan

A. Asam Bikarbonat : tablet dan cairan suntikan. Tablet adalah

sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi.
B. Glukosa Monohidrat : serbuk adalah campuran kering bahan obat

atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau

untuk pemakaian luar. Serbuk lebih mudah untuk dilarutkan.

C. HCl : serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia

yang dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk

pemakaian luar. Serbuk lebih mudah untuk dilarutkan.

D. Norit : tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan

atau tanpa bahan pengisi.

E. SLS : cairan adalah fluida. Tidak seperti benda padat, molekul

dalam cairan memiliki kebebasan bergerak yang jauh lebih besar.

F. WFI steril : cairan adalah fluida. Tidak seperti benda padat,

molekul dalam cairan memiliki kebebasan bergerak yang jauh

lebih besar. Cairan digunakan sebagai pelarut.

3. Uraian Bahan (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979)

A. Asam Bikarbonat : Serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering,

tetapi di udara lembab secara perlahan-lahan terurai.

Kelarutan: Larut dalam air, tidak larut dalam etanol.

B. Glukosa Monohidrat : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau

serbuk granul putih, tidak berbau rasa manis. Kelarutan : Mudah

larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam

etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol.

C. HCl : cairan tidak berwarna,  berasap,  bau  merangsang, jika

diencerkan dengan 2 bagian air  asap  dan  bau  hilang.


Kelarutan: Larutan yang  sangat  encer masih bereaksi dengan

asam kuat terhadap kertas lakmus

D. Norit : serbuk halus, hitam, tidak berbau, bebas dari butiran, tidak

berasa. Kelarutan larut dalam etanol, tidak larut dalam air

G. SLS : cairan adalah fluida. Tidak seperti benda padat, molekul

dalam cairan memiliki kebebasan bergerak yang jauh lebih besar.

H. WFI steril : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.
BAB III
METODE KERJA

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alumunium foil, batang

pengaduk, botol infus kaca, corong gelas, erlenmeyer, gelas beaker, gelas

ukur, kaca arloji, kapas, karet penutup, kertas perkamen, kertas saring, PH

universal, pipet tetes plastik, sendok besi, sendok plastik, sendok porselin,

tali kasur, wadah kaca.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Asam Bikarbonat,

Glukosa Monohidrat, HCl, Norit, SLS, WFI steril.

3. Formula

R/ Glukosa Monohidrat 5,9%

Norit 0,1%

WFI Steril ad to 500

4. Prosedur Pembuatan Sediaan

A.Bersihkan dan buat kondisi aseptis LAF

B. Kalibrasi wadah dengan WFI steril 500 mL

C. Glukosa Monohidrat yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam


beaker glass yang sudah dikalibrasi dan ditambahkan WFI kira-kira

450 mL diaduk hingga larut. Larutan di campur kemudian di cek

pH (pH spesifikasi = 5), apabila pH belum sesuai maka adjust


dengan HCl 0,1 N atau NaOH 0,1 N. Ditambahkan WFI pada

larutan hingga mencapai 500 mL, diaduk hingga homogen.

D.Ditimbang norit 500 mg digelas arloji. Larutan Glukosa

dipanaskan hingga mencapai suhu 80°C.Saat suhu mencapai 80°C

ditambahkan Norit yang sudah ditimbang, aduk hingga homogen

15 menit. Pastikan volume tidak berkurang.

E. Larutan disaring dengan corong dan kertas saring rangkap 2. Filtrat


ditampung dalam labu erlenmeyer 1000 mL, tandai batas atas

permukaan larutan. Di saring dengan corong dan kertas saring 2

rangkap dengan membran filter 0,45 mm untuk pembebasan sisa

norit dan mikroorganisme, dimasukkan ke dalam botol infus 500

mL.

F. Botol infus dibilas dengan sediaan lalu tutup rapat, diikat dengan
tali champagne, di autoklaf pada suhu 115°C selama 30 menit.

Botol infus dikeluarkan dari autoklaf dan didinginkan

G.Diberi etiket dan brosur kemudiaan dimasukkan ke dalam kemasan


sekunder.

2. Prosedur Evaluasi Sediaan

A. Uji pH

Cek pH sediaan menggunakan pH meter. Tujuan dilakukannya

evaluasi ini untuk mengetahui pH sediaan infus. Menurut Depkes

RI (1979) pH untuk sediaan infus berkisar antara 5,5-6,5.


B. Uji Pengujian Bahan Partikulat Dalam Sediaan

Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut dan melayang,

kecuali gelembung gas. Dalam pengujian ini dilakukan secara

visual yang dilakukan oleh seseorang untuk mencek larutan bebas

bahan partikulat. Tujuannya agar tidak tersisa partikulat didalam

sediaan tersebut.

C. Uji Kejernihan

Uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan

yang dibuat. Diperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang

hitam-putih (Ansel, 2005). Meletakan wadah sediaan didalam

kotak dengan latar hitam dan putih dibagian dalamnya. Sinari

wadah dari samping. Sinari dari arah samping, lihat apakah masih

ada kotoran yang berwarna hitam atau berwarna muda. Amati

kejernihan cairan.

D. Uji Kebocoran

Dilakukan dengan cara membalik botol infus yang masih tertutup

rapat diatas kertas saring yang steril. Dilihat apakah ada rembesan

air yang keluar dari botol infus dan membasahi kertas saring.

Tujuan dari evaluasi ini agar sediaan benar-benar aman dan tidak

ada kebocoran pada wadah sediaan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

No Evaluasi Uji Hasil


1. Uji Penetapan pH pH 6,2
2. Uji Kejernihan Larutan yang didapat sangat jernih

Larutan
3. Uji Bebas Larutan yang didapat dinyatakan bebas

Partikulat partikulat, tidak ada kotoran, maupun bahan

asing dan sudah dilakukan sterilisasi akhir

dengan menggunakan autoklaf.


4. Uji Kebocoran Sediaan yang didapat dinyatakan aman dan

tidak ada kebocoran pada wadah sediaan.

2. Pembahasan

Sediaan parenteral adalah sediaan obat steril, dapat berupa larutan

atau suspensi yang dikemas sedemikian rupa sehingga cocok untuk

diberikan dalam bentuk injeksi hypodermis dengan pembawa atau zat

pensuspensi yang cocok.

Sediaan parenteral volume besar adalah sediaan cair steril

mengandung obat yg dikemas dalam wadah 100 mL atau lebih dan

ditujukan untuk manusia atau larutan produk obat yang disterilisasi akhir

dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan kapasitas 100 mL atau

lebih dan ditujukan untuk manusia. Parenteral volume besar meliputi infus
intravena, larutan irigasi, larutan dialisis peritonal & blood collecting units

with anticoagulant.

Infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan

air sebagai fase kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya

infus dimaksudkan untuk pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak

mengandung tambahan berupa pengawet antimikroba.

Glukosa adalah bentuk mono-hidrat, tetapi Infus Glukosa Intravena

adalah larutan steril glukosa anhidrat atau glukosa monohidrat, kekuatan

dinyatakan untuk glukosa anhidrat. Larutan glukosa (5%) terutama

diberikan untuk mengganti kekurangan air dalam tubuh dan harus

diberikan tunggal hanya bila tidak terdapat kehilangan elektrolit yang

berarti. Rata-rata kebutuhan air pada orang dewasa sehat adalah 1,5-2,5

liter sehari dan ini diperlukan untuk mengimbangi hilangnya air yang tak

dapat dihindarkan melalui kulit dan paru-paru dan untuk memenuhi

kebutuhan untuk ekskresi urin. Dehidrasi cenderung timbul bila

pengeluaran ini tidak diimbangi dengan asupan yang sebanding, misalnya

dapat timbul pada koma, disfagia, atau pada pasien lanjut usia atau pasien

apatis yang tidak mau minum cukup air.

Hilangnya air secara berlebihan tanpa kehilangan elektrolit jarang

terjadi, ini timbul pada demam, hipertiroidisme, dan pada diuresis

berlebihan yang jarang sekali terjadi, misalnya diabetes insipidus atau

hiperkalsemia. Volume larutan glukosa yang diperlukan untuk

menggantikan defisit bervariasi menurut keparahan penyakit, tetapi


biasanya berkisar antara 2 hingga 6 liter. Untuk anak, kecepatan infus

harus disesuaikan dengan kembalinya kadar natrium plasma ke normal

dalam 48 jam. Larutan glukosa juga diberikan dalam pengobatan dengan

kalsium, bikarbonat, dan insulin untuk pengelolaan darurat hiperkalemia.

Juga diberikan setelah koreksi hiperglikemia, pada pengobatan

ketoasidosis diabetik yang harus diberikan bersama infus insulin yang

berkesinambungan. 

Injeksi yang mengandung glukosa lebih dari 10% dapat bersifat

iritan dan harus diberikan kedalam central venous line (vena utama).

Namun larutan yang mengandung glukosa sampai 12,5% dapat diberikan

dalam jangka waktu sedang ke vena perifer.

Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sediaan infus dari zat

aktif glukosa monohidrat yang bertujuan agar mahasiswa dapat

mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan steril infus glukosa

dan agar mahasiswa dapat membuat sediaan steril infus glukosa dalam

skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril yang telah

ditentukan.

Formula yang digunakan yaitu :

R/ Glukosa Monohidrat 5,9%

Norit 0,1%

WFI Steril ad to 500

Setiap bahan yang digunakan mempunyai fungsi masing-masing.

Pada praktikum ini zat aktif yang dipilih adalah glukosa monohidrat. Norit
digunakan sebagai adsorben digunakan untuk menyerap bahan-bahan

pengotor yang mungkin ada dan agar sediaan yang dibuat bebas dari

pirogen. WFI steril digunakan sebagai zat pembawa dan WFI steril ini

tidak mengandung pirogen dan mineral.

Hasil yang didapat dalam praktikum ini, infus yang dibuat

memiliki pH 6,2. Untuk uji kejernihan larutan, didapatkan hasil dari

pengamatan kejernihan tidak ada partikel atau benda asing dan sediaan

yang didapatkan sangat jernih. Uji bebas partikulat dinyatakan bahwa

sediaan ini bebas partikulat, tidak ada kotoran, maupun bahan asing dan

sudah dilakukan sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf. Dan

untuk uji kebocoran, hasil yang didapat infus glukosa monohidrat ini

dinyatakan aman dan tidak ada kebocoran pada wadah sediaan.


BAB V

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Hasil yang didapat dalam praktikum ini, infus yang dibuat

memiliki pH 6,2. Untuk uji kejernihan larutan, didapatkan hasil dari

pengamatan kejernihan tidak ada partikel atau benda asing dan sediaan

yang didapatkan sangat jernih. Uji bebas partikulat dinyatakan bahwa

sediaan ini bebas partikulat, tidak ada kotoran, maupun bahan asing dan

sudah dilakukan sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf. Dan

untuk uji kebocoran, hasil yang didapat infus glukosa monohidrat ini

dinyatakan aman dan tidak ada kebocoran pada wadah sediaan.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi III. 1979. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kartika, B. M., L. Khojayanti., Nuha., S. Listiana., S. Kusumaningrum., & A. F.
Wijaya. 2019. Dekstrosa Monohidrat Kualitas Farmasi Dari Pati Manihot
ecsulenta, Metroxylon sagu, Zea mays, Oriza sativa, dan Triticum. Jurnal
Bioteknologi & Biosains Indonesia. 6 (2): 184 – 197.
Mulodipo, N., Sherwin., Sompie., & R. F. Robot. 2015. Rancang Bangun
Otomatis Sistem Infus Pasien. E-journal Teknik Elektro dan Komputer. 4
(4): 12-22.
Pusat Informasi Obat Nasional. 2021. http://pionas.pom.go.id/. Diakses tanggal 06
Februari 2021.
Sudatri, N. W., I. Setyawati., N. M. Suartini., & D. A. Yulihastuti. 2016.
Penurunan Fungsi Hati Tikus Betina (Rattus norvegivus L) Yang Diinjeksi
White Vitamin C Dosis Tinggi Dalam Jangka Waktu Lama Ditinjau Dari
Kadar Sgpt, Sgot Serta Gambaran Histologi Hati. JURNAL
METAMORFOSA Journal of Biological Sciences. 3 (1): 44-51.
The Monthly Index Of Medical Specialities. 2021.
https://www.mims.com/indonesia/. Diakses tanggal 06 Februari 2021.
Zainuri, A., D. R. Santoso., & M. A. Muslim. 2012. Monitoring dan Identifikasi
Gangguan Infus Menggunakan Mikrokontroler AVR. Jurnal EECCIS. 6
(1): 49 – 54.
Pretest

1. Tuliskan fungsi dan mekanisme norit di tambahkan dalam sediaan infus?

Jawab : Membantu mengurangi frekuensi buang air besar dan menyerap

racun pada penderita diare. Bukan sebagai pengganti oralit.

Mekanismenya  ketika masuk kedalam perut dia akan mampu menjerat

bahan-bahan racun dan berbahaya yang menyebabkan gangguan

pencernaan. Kemudian menyimpannya di dalam permukaan porinya

sehingga nantinya keluar nantinya bersama tinja.

2. Berdasarkan formula berapakah jumlah glukosa dan norit yang perlu

ditimbang?

R/ Glukosa Monohidrat 5,9%

Norit 0,1%

WFI Steril ad to 500

Jawab :

Glukosa  = 5,9% x 500 mL

= 5,9 g/100 mL x 500 mL

= 29,5 g

Norit = 0,1% x 500 mL

= 0,1 g/100 mL x 500 mL

= 0,5 g

Anda mungkin juga menyukai